Anda di halaman 1dari 6

Nama: Rina Magdalena Tambunan

NPM: 1901020017

Mata Kuliah: Kajian Puisi

1. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Ekspresif

Sapardi Dalam Kenangan

Oleh : Junifer Siregar

Dalam tetesan air mata

Seribu bahasa akan berkata

Selamat jalan Eyang Sapardi Djoko Damono

Dalam kenangan duka sastra

Berita cerita engkau torehkan

Dalam sejarah sastra Indonesia

Kini goresan tinta sejuta pena

Tentang sastra sejuta rasa

Semua dalam kenangan

Antara kau dan aku

Dirajut dalam satu rasa

Hujan bulan Juni

Juli dalam duka

Dua ribu dua puluh dalam kenangan

Engkau berangkat dengan beribu kenangan

Damailah Eyang Sapardi Djoko Damono

Salam hormat semua pujangga untukmu

Pematangsiantar, 27 Juli 2020

Dalam buku Antologi puisi Sapardi Dalam Kenangan


1. Biografi Penyair

Junifer Siregar dilahirkan di Sei Birung 25 Juni 1989 dari pasangan St. R. Siregar dan S. Br. Samosir.
Menyelesaikan pendidikan SD tahun 2001 di SD Negeri 102086 Sei Birung. SMP Swasta Katolik Cinta
Kasih Tebing Tinggi tahun 2004, dan SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi tahun 2007.
Menyelesaikan Strata Satu di FKIP UHN dan melanjutkan pendidikan S2 di PPS Unimed, tamat tahun
2016. Sejak tahun 2011 sbgai Dosen di Prodi Pendidikan bahasa Indonesia FKIP UHN dan jga sbgai
guru di SMA swasta Surya Nusantara Tebing Tinggi. Tahun 2016 mempersunting Verawati
Tampubolon, S.Pd dan dikaruniai tiga orang anak. Sejak tahun 2018 sebagi Dosen tetap di prodi
pendidikan bahasa Indonesia FKIP UHKBPNP hingga saat ini.

2. Penafsiran Pemahaman Puisi

A. Tema

Hal pertama yang harus dilakukan untuk menentukan hakikat dari sebuah puisi adalah menentukan
tema yang terkandung dalam sebuah puisi. Herman J. Waluyo (Teori dan Apresiasi Puisi,106)
mengatkan bahwa: “ Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh
penyair”.

Dalam menentukan tema dari sebuah puisi, seorang apresiator harus menghubungkan antara puisi
dengan penyairnya, sebab puisi bersifat khusus (subjektif), tetapi puisi juga bersifat obyektif bagi
semua penafsir, sebab jika puisi telah diterbitkan atau telah di publikasikan, maka puisi tersebut
mutlak milik pembaca, yang tentunya tetap harus memperhatikan kaidah pemaknaan sebuah puisi.

Puisi yang berjudul “Sapardi Dalam Kenangan” memiliki tema kebangsaan/ patriotisme. Penulis
menafsirkan demikian sebab puisi tersebut melambangkan pengalaman batin penyair terhadap
kematian, perjuangan dan kesungguhan yang telah diberikan tokoh tersebut. Hal tersebut terlihat
dari judul puisinya.
B. Perasaan (Feeling)

Perasaan dalam sebuah puisi adalah suatu ekspresi dari perasaan penyair yang dituangkan dalam
puisi tersebut. Perasaan setiap penyair tentunya berbeda, hal inilah yang membedakan sikap
penyair yang satu dengan penyair yang lain walaupun terhadap sesuatu hal yang sama.

Penulis berpendapat bahwa perasaan rasa hormat dan kagum penyair menjadi hal utama yang
melandasi terciptanya puisi tersebut.

Hujan bulan Juni

Juli dalam duka

Dua ribu dua puluh dalam kenangan

Engkau berangkat dengan beribu kenangan

Damailah Eyang Sapardi Djoko Damono

Salam hormat semua pujangga untukmu

C. Nada dan Suasana

Herman J. Waluyo (Teori dan Apresiasi Puisi,125) “ Sikap penyair terhadap pembaca ini disebut nada
puisi”. Setiap puisi memiliki nada-nada tertentu, nada ini adalah cara penyair menyampaikan hal
dalam puisinya.

Penulis berpendapat bahwa puisi tersebut bernada lugas dan lembut, sebab penyair begitu lugas
dalam mengemukakan bagaimana pengalaman sedihnya terhadap kehilangan pada tokoh dalam
puisi kepada pembaca. Hal ini juga disebabkan bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat sakral,
tidak ada yang mampu meramalkan sebuah kematian.

Suasana adalah perasaan yang dirasakan pembaca setelah membaca sebuah puisi. Seperti yang
dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (Teori dan Apresiasi Puisi:125) “ Suasana adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap
pembaca”. Puisi yang berjudul Selamat Jalan Eyang Sapardi Djoko Damono memberikan kesadaran
pada pembaca, bahwa manusia adalah mahluk yang rentang akan kematian oleh sebab itu kita
sebagai manusia harus selalu melakukan yang terbaik agar kelak kematian kita meninggalkan
sesuatu yang kuat untuk mempengaruhi orang lain mejadi lebih baik. Hal ini penulis rasakan setelah
membaca puisi tersebut.
D. Amanat (Pesan)

Setelah memahami tentang tema, nada,dan perasaan yang terdapat dalam puisi tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam puisinya adalah agar kita
selalu melakukan yang terbaik selagi masih hidup

E. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan seorang penyair terhadap karya puisinya. Puisi
merupakan karya sastra yang kata-katanya dapat mengungkapkan banyak makna, oleh karena itu
harus cermat memilih kata. Pemilihan kata ini sangat berkaitan dengan makna, urutan kata dan
keselarasan bunyi dari puisi. Diksi dalam puisi “Sapardi Dalam Kenangan”

F. Citraan atau Imaji

Citraan merupakan gambaran yang timbul dalam khayal atau angan-angan pembaca puisi atau karya
sastra umum. Gambaran dalam angan-angan seperti itu sengaja diupayakan oleh penyair agar hal-
hal yang semula abstrak menjadi konkret, agar menimbulkan suasana khusus dan mengesankan
(Suharianto, 2005 : 40).

1. Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan
indra penglihatan
2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan
indra pendengaran
3. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan
pencecapan
4. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
5. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak
tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
6. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan.
7. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan.
8. Citraan dalam puisi “Selamat Jalan Eyang Sapardi Djoko Damono” ini adalah citraan
Kesediahan.
G. Kata Kongkret

Kata konkret adalah kata yang yang memungkinkan untuk memunculkan imaji karena ditangkap oleh
indra manusia. Untuk kata ini biasanya berhubungan dengan kiasan atau lambang. Puisi ini
menggunakan kata-kata yang lugas, tidak ditemukan symbol maupun lambang dalam puisi ini.

H. Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa kias atau gaya bahasa adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan
inspirasi atau ide dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona (Jalil, 1985: 31). Dengan gaya
bahasa tersebut diharapkan akan memberikan warna kehidupan atau menghidupkan kata-kata yang
dikatakan penyair, apabila penggunaan gaya bahasa ini tepat, maka akan mempengaruhi hasil karya
penyair tersebut.

Puisi merupakan genre sastra yang paling banyak menggunakan makna kias. Kata-kata yang dipilih
penyair dipertimbangkan betul dari aspek dan efek pengucapannya. Makna kias kadang sulit
ditafsirkan. Puisi ini menggunakan majas Personifikasi seperti Waktu telah berbicara

I. Tipografi

Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

Tipografi merupakan pembeda penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-Iarik puisi tidak
berbentuk paragraf, namun berbentuk bait. Dalam puisi-puisi kontemporer, seperti karya-karya
Sutardji Calzoum Bachri, tipografi dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting sehingga
menggeser kedudukan makna kata-kata.

Pada Puisi “Sapardi Dalam Kenangan” menggunakan tipografi –

3. Kajian Berdasarkan Tinjauan Psikologis/Kejiwaan Pengarang

Berdasarkan tinjauan psikologis pengarang, Junifer Siregar merupakan seorang dosen pengajar.
Hubunganmya dalam pembuatan puisi “Sapardi Dalam Kenangan” merupakan bentuk
penghormatan kepada tokoh yang dikagumi dan dihormatinya. Dia merasa bahwa tokoh Sapardi
merupakan pahlawan bagi setiap sastrawan, dengan karya-karya yang hebat menyentuh hati
pembaca atau pendengar. Setelah kepergiannya, Junifer merasa bawah setiap orang kehilangan
orang hebat tersebut dalam hidupnya. Penghormatan demi penghormatan diberikan kepada beliau.
Dikarenakan jiwa pengajar dari pengarang membuat dia mengerti bawah beliau adalah seorang yang
pantut dicontoh dan dicintai
I. Analisis Puisi “Sapardi Dalam Kenangan” dengan Pendekatan Mimetik

Puisi karya Junifer Siregar “Sapardi Dalam Kenangan” menceritakan akan kehilangan orang yang
sangat dihormati dan jasanya yang sudah tertoreh dalam sejarah. Seperti yang dituliskan pengarang
dengan goran tinta sejuta pena

Perasaan sedih penyair dituliskan dalan setiap barisnya, tentang kehilangan dan duka.

Dalam kenangan duka sastra

Berita cerita engkau torehkan

Dalam sejarah sastra Indonesia

Potongan puisi diatas menggambarkan tentang ucapan duka akan perpisahan maut terhadap orang
yang sangat dihormati dan disayangi dari pengarang dengan sangat tulus dan dalam karena karya
karya yang sudah dia torehkan bagi sejarah dan kepada pengarang sendiri secara pribadi.

Kini goresan tinta sejuta pena

Yang maksudnya dimana setiap karya-karya yang susah dituliskan hanya menjadi kenangan yang
akan selalu diingat

Berdasarkan kejadian nyata

Semua perasan yang dituangkan oleh Junifer Siregar merupakan dari kejadian nyata, dimana Sapardi
Djoko Damono merupakan sastrawan Indonesia yang sudah meninggal. Kejadian tersebut
meninggalkan duka besar bagi setiap sastrawan Indonesia dan orang-orang lainnya yang
mengenalnya terutama Junifer sendiri. Oleh karena itu pengarang mendedikasikan karyanya
tersebut kepada tokoh yang dihormatinya itu.

Anda mungkin juga menyukai