Anda di halaman 1dari 6

Analisis Stilistika pada puisi Hujan Bulan Juni karya Djoko Damono

Rio Alif Awari


Universitas Trunojoyo Madura
Surel: rioalifawari32@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini merupakan kajian stilistika pada karya sastra khususnya pada
karya sastra berjenis puisi. Penelitian ini mengkaji gaya penulis melalui
unsur serta komponen pembentuk puisi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan bagaimana gaya menulis Djoko Damono dalam satu
puisinya yang berjudul Hujan Bulan Jun. Penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif yang berfokus pada unsur serta komponen pembentuk puisi
seperti. Hasil dari penelitian ditemukan empat dari beberapa komponen
pembentuk puisi, yakni struktur, bahasa figuratif, citraan, dan bunyi.
Kata Kunci : Stilistika, Stile, Puisi , Karya Sastra

Pendahuluan
Karya sastra adalah hasil tulis tangan dari pemikiran, ide, serta perasaan yang
bersumber dari pengalaman seseorang yang hidup di dalam bermasyarakat.
Pembicaraan tentang karya sastra dan masyarakat akan selalu berkaitan dengan aspek
bahasa. Nurgiantoro (2018 : 33) menjabarkan bahwa bahasa merupakan aspek yang
mendukung eksitensi suatu teks ke hadapan pembaca. Bahasa adalah sarana pembawa
gagasan, ide, perasaan, pesan, atau apa pun yang ingin disampaikan oleh penulis.

Bahasa adalah sarana pembawa apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Penulis
sebagai manusia tentu memiliki cara mereka tersendiri dalam mengungkapkan gagasan,
ide, perasaan dalam bentuk tulis atau tulisan. Cara unik yang dimiliki oleh penulis
dalam menyampaikan tulisan mereka itu yang dinamakan Stile atau gaya bahasa.
Nurgiantoro (2018: 42) menyatakan bahwa stile adalah pilihan bentuk berbagai aspek
kebahasaan. Adapun pilihan bahasa dapat mencakup komponen seperti bunyi, diksi,
struktur sintaksis, bahasa figuratif hingga grafologi.
Salah satu karya sastra adalah Puisi. Puisi adalah karya sastra yang unik yang berbeda
dengan karya sastra berjenis lain seperti cerpen, prosa, ataupun naskah drama. Fransori
(2017) menyatakan bahwa puisi memiliki nilai khas dari segi bahasa utamanya adalah
dari sis emosi serta pemilihan diksi-diksinya.

Nafuddin (2020) berpendapat bahwa tulisan yang dihasilkan oleh seorang penulis pasti
memiliki gaya yang khas serta unik yang membedakkan penulis itu dengan penulis lain.
Hal ini bisa dikatakan bahwa, setiap karya sastra yang dihasilkan oleh seorang penulis
adalah hal yang unik sebab ide yang didapat melalui pengalaman serta gaya mereka
dalam menuliskan ide tersebut dalam media karya sastra itu berbeda-beda antara satu
penulis dengan penulis yang lain.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis unsur serta komponen pembentuk gaya/stile
dari puisi yang berjudul “Hujan Bulan Juni” karya Djoko Damono. Pembedahan makna
yang terkandung pada puisi tentu menarik untuk dikaji. Sebab memaknai keindahan
puisi tidak hanya bisa dilakukan melalui tampilan luar saja.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian kualitatif deskriptif.


Sudaryanto (2015: 13) menyatakan penelitian dengan teknik deskriptif dilakukan
dengan cara menjabarkan data dan tidak mengubah data penelitian. Hasilnya peneliti
hanya perlu mendeskripsikan hasil analisis yang telah dilakukan dalam hal ini adalah
deskripsi dari hasil analisis stilistika pada puisi “Hujan Bulan Juni” karya Djoko
Damono.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik ini
dilakukan dengan membaca sumber data dalam hal ini adalah puisi “Hujan Bulan Juni”
karya Djoko Damono. Kemudian mencatat data-data yang telah diperoleh untuk
dilakukan kajian analisis.

Hasil Dan Pembahasan

Berikut merupakan puisi yang akan dilakukan analisis:

Hujan Bulan Juni


(Djoko Damono)

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.

Berdasarkan puisi “Hujan Bulan Juni”, peneliti mendeskripsikan temuan unsur serta
komponen pembentuk Stile sebagai berikut:

1. Struktur

Struktur merupakan hal yang pertama dilihat dalam menemukan gaya menulis seorang
penulis. Struktur puisi mencakup kata atau dalam hal ini adalah diksi. Kata-kata dalam
puisi “Hujan Bulan Juni” memiliki makna kias atau makna konotasi. Hal ini digunakan
oleh Djoko Damono untuk menciptakan nilai estetis.

Pada baris puisi “Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni” memiliki makna
ungkapan tentang perasaan yang berusaha ditahan oleh seorang namun ia sebenarnya
tidak bisa menahan perasaan yang ingin diungkapkannya. Jika diperhatikan lebih teliti
ada hal yang saling bertentangan dalam baris puisi tersebut. Kata kontradiktifnya adalah
kata hujan, kata tahan, dan frasa bulan Juni. Dikatakan kontradiktif atau saling
bertentangan karena pada umumnya bulan Juni pada penanggalan musim di Indonesia
adalah musim kemarau bukan musim hujan. Hal ini juga mengingat bahwa saat puisi ini
dibuat pada tahun yang musimnya masih berjalan teratur sebab perubahan iklim global
masa dulu tidak separah masa sekarang. Dari hal itu, apabila bulan Juni ini
disandingkan dengan kata hujan maka berarti hujan atau perasaan itu benar-benar
sangat ditahan agar tidak muncul saat musim kemarau. Padahal hujan tidak bisa ditahan.
Kemudian pada baris puisi “Dirahasiakannya rintik rindunya pada pohon yang
berbunga”. Kata rintik serta kata rindunya merupakan gambaran dari rasa yang tengah
dirasakan oleh penyair. Larik “pohon yang berbunga” dapat diindikasikan sebagai
tempat muara dari semua “rasa” yang dimiliki oleh penyair. Kata “dirahasiakannya”
juga menambah penegasan makna bahwa penyair tengah memendam sesuatu.

Pada baris puisi “Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu dijalan itu”
menunjukkan bahwa penyair tidak memiliki keberanian atau ragu terhadap perasaan
yang dimilikinya. Hasilnya penyair mulai berhenti dan menyerah akan perasaan rindu
yang dimilikinya, hal ini ditunjukkan pada kata “dihapuskannya” serta perasaan yang
diwakili oleh kata “jejak-jejak”.

Akhirnya penyair mulai merelakan perasaan rindu yang ia miliki. Hal ini ditunjukkan
pada baris akhir puisi “Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga
itu”. Dalam baris akhir puisi ini penyair menerima dengan ketabahan hati dirinya bahwa
dia tidak bisa memiliki orang yang dirindukan oleh dirinya meski dia masih menyimpan
perasaan rindu terhadap “sesuatu” itu di dalam muara hati miliknya.

2. Bahasa Figuratif

Gaya bahasa atau majas dalam puisi “Hujan Bulan Juni” kara Djoko Damono muncul
pada baris 1, 2, 3, dan 5. Majas yang dimaksud adalah majas hiperbola atau gaya bahasa
yang menggunakan kiasan secara berlebihan. Dominasi majas hiperbola pada puisi ini
menunjukkan bahwa puisi ini menggunakan bahasa-bahasa figuratif sebagai komponen
pembentukan puisi.

3. Citraan

Saat melihat puisi “Hujan Bulan Juni” pembaca akan dapat memiliki gambaran dari ide
serta gagasan yang ingin diungkapkan oleh Djoko Damono. Citraan pertama adalah
citraan gerak pada baris puisi “Dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan
itu” dalam puisi ini pembaca dapat merasakan langkah yang mulai berhenti bergerak
sebab keraguan yang dimiliki oleh penyair. Citraan yang kedua adalah citra penglihatan
yakni pada baris “Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.”
Pada baris ini kita bisa seolah-olah air hujan yang jatuh itu diserap oleh akar pohon.
4. Bunyi

Bunyi akan berhubungan dengan pengulangan atau repetisi yang dapat berada pada
bunyi vokal atau konsonan. Puisi ini memiliki persajakan yang di dominasi oleh
konsonan atau alitrasi bunyi /n/ pada larik pertama yakni pada kata “hujan” dan
“bulan”. Asonansi dapat ditemui pada baris empat, “Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu” yang didominasi oleh bunyi vokal /a/ dan /u/.

Irama dalam puisi termasuk dalam kategori irama dengan bunyi efoni sebab di dominasi
bunyi pada akhiran larik puisi. Hal ini juga akan berhubungan dengan suasana puisi.
Penyair menggambarkan suasana puisi menjadi seolah-olah ada seorang yang patah hati
dan terus menahan perasaannya dan sedihnya perasaan yang orang itu miliki tidak akan
pernah hilang atau tidak akan pernah ia lupakan. Penyair memberikan suasana
kerinduan yang tergambar sempurna sebab bunyi dalam puisi tergolong di dominasi
oleh bunyi efoni.

Simpulan

Karya sastra adalah hal unik untuk dikaji. Keunikan tersebut ada karena setiap penulis
memiliki gaya tersendiri dalam membentuk karya sastra. Puisi “Hujan Bulan Juni”
karya Djoko Damono memiliki gaya yang menarik. Banyak pertentangan atau hal yang
kontradiktif seperti konsep hujan yang terjadi di bulan Juni yang sebenarnya tidak
mungkin hujan itu turun di bulan Juni apalagi saat puisi ini dibuat cuaca masih berjalan
dan memiliki penanggalan yang tetap. Kemudian suasana yang dibawakan dalam puisi
“Hujan Bulan Juni” menggambarkan kerinduan dan keresahan seseorang yang
menunggu sesuatu hingga perasaan itu masih dipendam sampai sekarang namun
perasaan yang gelisah itu dalam puisi didominasi bunyi efoni yang berguna itu
memperindah suasana puisi. Hal ini menjadikan puisi ini sangat kontradiktif namun
Djoko Damono mampu mengemas hal itu menjadi hal yang indah.

Daftar Pustaka

Fransori, A. 2017. Analisis stilistika pada puisi kepada peminta-minta karya Chairil
Anwar. Deiksis, 9(01), 1-12.
Nafinuddin, S. 2020. Majas (Majas perbandingan, majas pertentangan, majas
perulangan, majas pertautan).

Nurgiyantoro, Burhan. 2018. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Roy, H. 2023. Stylistic Analysis of a Poem: An Inquiry into William Blake’s ‘The
Lamb’. Journal of Advanced Research in Humanities and Social Sciences, 4(1), 1-7.

Sepriyanti, E. 2023. Analisis Gaya Bahasa Dalam Puisi Terbaring Karya Sapardi
Djoko Damono (Kajian Stilsitika). Jurnal Tiyuh Lampung.

Sudaryanto, S. 2015. Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: Appti.

Anda mungkin juga menyukai