Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS STRUKTURALISME PUISI “KURASA RINDU” KARYA FARAH

DHIBA SISWA SMA KELAS X


Cindy Rizky Rati
e-mail: cindy.rizky.1902116@students.um.ac.id  
A. PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan sebuah cerita yang menampilkan hasil kreasi
pengarang. Wujud dari karya sastra berupa kata-kata. Dengan demikian karya sastra
menampilkan dunia dalam kata dan dalam kemungkinan-kemungkinan dan sastra
berbicara tentang kehidupan, sehingga dalam karya sastra terdapat makna tentu tentang
kehidupan yang isinya perlu dicerna secara mendalam oleh pembaca (Wardani,
2009:1).
Salah satu karya sastra yang yang estetik dan kaya makna adalah puisi. Puisi
merupakan salah satu genre sastra yang berbentuk monolog. Puisi adalah suatu karya
sastra yang berfungsi untuk mengungkapkan perasaan atau pesan yang ingin
disampaikan oleh penyair kepada pembacanya. Kata-kata yang terdapat dalam puisi
dirangkai dengan memperhatikan aspek keindahan dan pemaknaannya. Menurut
Waluyo (dalam Irmaniati, 2016, hlm. 33), puisi merupakan karya sastra dengan bahasa
yang dipersingkat dan menggunakan kata-kata kias yang imajinatif serta irama dengan
bunyi yang padu. Puisi sendiri lebih menekankan terhadap penyajian aspek
tipografinya yang khas, yaitu pada keindahan kata serta bentuknya. Puisi memiliki
struktur pembangun untuk menciptakan puisi menjadi lebih berkesan dan sistematis.
Struktur pembangun puisi terbagi menjadi dua yaitu struktur fisik dan struktur batin
puisi.
Struktur fisik puisi adalah struktur pembangun puisi yang bersifat fisik atau
nampak dalam bentuk susunan kata-katanya atau bisa dikatakan sebagai sarana yang
digunakan oleh seorang penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Wahyuni dan
Mohammad (2018:117) menjelaskan bahwa struktur fisik puisi adalah struktur yang
terlihat dari puisi tersebut secara kasat mata. Struktur fisik puisi terbagi enam bagian
yaitu diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa atau majas, rima atau irama, dan tipografi
atau perwajahan. Sedangkan struktur batin puisi merupakan struktur pembangun puisi
yang membangun dari dalam. Struktur batin puisi dapat dikatakan sebagai isi atau
makna yang mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair (Kamilah,
dkk, 2016:2). Struktur batin puisi terbagi menjadi empat yaitu tema, rasa, nada, dan
amanat.
Puisi Kurasa Rindu merupakan puisi karya Farah Dhiba Siswa SMA Kelas X
yang diterbitkan oleh Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda tahun 2018. Puisi-
puisi dalam antologi ini berisi puisi kumpulan siswa SMA kelas X. Puisi Kurasa Rindu
ini menceritakan tentang kerinduan kepada seseorang. Meskipun disajikan dengan
gaya bahasa yang sederhana, puisi ini menyimpan makna yang begitu mendalam.
Karena kedalam maknanya, puisi itu dapat dinikmati oleh para pembacanya.
Berdasarkan sejumlah pernyataan terkait pendekatan strukturalisme tersebut,
maka kajian terhadap puisi “Kurasa Rindu” difokuskan pada masalah yaitu, struktur
fisik puisi dan struktur batin puisi. Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan
menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa kias, majas, sarana
retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan
dalam menulis puisinya.

B. PEMBAHASAN
Hasil analisis mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi “Kurasa Rindu”
karya Farah Dhiba, sebagai berikut.

Kurasa Rindu

Kutatap bintang bintang di langit luas


Terlihat jelas bertabur diantara hitam
Tersenyum senang pancarkan cahaya
Seolah berulang kali mengedipkan mata

Angin malam semilir lembut menerpa wajah


Udara dingin kurasa semakin menusuk kulit
Membuat jantung ku berdetak tak biasa
Membuat hati gelisah tak tenang. Ini sulit

Semakin ku bingung aku kenapa


Tak tahu ingin dan harus apa
Terpintas kenangan itu walau seberapa
Mengingatkanku lagi akanmu. Mengapa?

Kurasa aku merindu


Tak sedang tersenyum ataupun sendu
Tuk membuyarkan lamunan, ku takmau
Telah lama aku tak mengingatmu
Apakah kau punya waktu?
Ingin sebentarku menemuimu

1. Struktur Fisik Puisi


a. Diksi
Diksi merupakan kata yang tepat wujud dan tepat makna dalam sebuah puisi.
Diksi merupakan pilihan kata yang menjadi dasar bagi penulis dalam menciptakan
puisinya. Dalam puisi “Kurasa Rindu” penulis menggunakan diksi yang mudah
dimengerti dalam sekali baca. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi yang digunakan pada puisi ini adalah pemilihan kata yang terdapat pada
puisi “Kurasa Rindu” cukup sederhana dan mudah dipahami, namun sangat
memperhatikan kesamaan komposisi bunyi akhir kata tiap baris dalam masing-
masing baitnya. Pemilihan kata-kata yang penulis lakukan membuat pembaca
merasa lebih jelas dalam merasakan suasana hati yang dicurahkan oleh penulis.
b. Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang tepat serta dapat menggugah imaji para
penikmat puisi ataupun citraan dalam puisi tersebut. Kata konkret yang dipakai
pengarang pada puisi “Kurasa Rindu” misalnya mata, wajah, kata tersebut
memiliki makna yang menyeluruh untuk setiap bait puisi.
c. Imaji (citraan)
Citraan merupakan pengalaman inderawi yang dirasakan oleh pembaca atau
penikmat puisi. Menurut Nugroho (dalam Yulianto, 2018, hlm. 155), citraan puisi
merupakan kata, frasa, atau kalimat yang tertuang dalam puisi dan dapat
menghasilkan penggambaran mengenai suatu objek. Citraan terdiri atas sejumlah
macam, yaitu citraan penglihatan (visual imagery), citraan pendengaran (auditory
imagery), citraan perabaan (tactile imagery), citra pencecapan (gustatory), dan
citraan penciuman (olfactory).
Pada puisi “Kurasa Rindu” setiap baitnya mengandung citraan. Pada bait
pertama penulis memunculkan imaji penglihatan yang berisi :
“Kutatap bintang bintang di langit luas”
“Terlihat jelas bertabur diantara hitam”
Pada bait pertama, kedua, ketiga dan keempat penulis juga memunculkan
imaji perasaan, dibuktikan   pada penggalan puisi berikut:
“Tersenyum senang pancarkan cahaya”
“Membuat jantung ku berdetak tak biasa”
“Membuat hati gelisah tak tenang”
“Semakin ku bingung aku kenapa”
“Kurasa aku merindu”
d. Majas (Gaya Bahasa)
Majas adalah gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah puisi. Kurniawan
(dalam Fauzi, dkk., 2018, hlm. 952) menyatakan bahwa dalam menciptakan
sebuah puisi, seorang penyair harus memperhatikan gaya bahasa yang
digunakannya karena akan mempengaruhi keindahan dari puisinya. 
Dalam puisi “Kurasa Rindu” penulis tidak banyak menggunakan majas. Pada
puisi ini terdapat majas personifikasi. Personifikasi adalah jenis majas yang
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dapat berbuat, berpikir
sebagaimana manusia (Djojosuroto, 2005:18).
Majas personifikasi ditemukan dalam bait pertama dengan kalimat
“Tersenyum senang pancarkan cahaya”. Baris tersebut masih berhubungan dengan
baris sebelumnya, tersenyum senang pancarkan cahaya menunjukkan bahwa yang
tersenyum pada seseorang dalam puisi ini adalah bintang. Benda langit yang
sejatinya diam tetapi seolah-olah hidup dan bisa tersenyum. Majas juga terbukti
pada penggalan puisi “Udara dingin kurasa semakin menusuk kulit” karena udara
udara seolah-olah bisa menusuk kulit.
e. Rima dan Irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima sempurna adalah rima yang mengalami bentuk persamaan irama pada
seluruh suku akhir pada tiap bait. Misal, pada bait pertama terdiri dari 4 baris,
dengan rima sempurna yaitu a-a-a-a, pada bait kedua terdiri dari 4 baris dengan
rima a-b-a-b, pada bait ketiga terdiri dari 4 baris dengan rima a-a-a-a, pada bait
kelima terdiri dari 5 baris dengan rima c-c-c-c-c.
Irama adalah pergantian tinggi rendahnya, Panjang pendeknya, atau keras
lembutnya ucapan bunyi. Irama dapat ditimbulkan tidak hanya oleh rima atau
pengulangan bunyi tetapi oleh hadirnya repetisi yang muncul pada tiap baris.
Irama dalam puisi “ Kurasa Rindu” menggunakan irama yang menunjukan
kesedihan dan kerinduan. Sehingga irama yang dihasilkan terkesan sendu, pilu,
dan santai.
f. Perwajahan (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris – baris dalam puisi.
Tipografi yang dipakai pada puisi “Kurasa Rindu” karya Setya Wahyuningsih
sangat menonjol, dari judul puisi menggunakan huruf kapital di awal kata. Puisi
yang memiliki empat bait. Tepi kanan – kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi
yang memakai huruf kapital di semua awal barisnya. Penulis menggunakan tanda
baca tanya (?) pada bait ketiga dan bait keempat. Terbukti pada kutipan puisi di
bawah ini.
“Mengingatkanku lagi akanmu. Mengapa?”
“Apakah kau punya waktu?”

2. Struktur Batin Puisi


a. Tema
Tema merupakan suatu ide/gagasan dari sebuah puisi. Pada puisi ini yang
berjudul “Kurasa Rindu” penulis mengangkat tema kerinduan. Terbukti dari judul
nya yaitu “Kurasa Rindu” dan bait puisinya sebagai berikut:
“Mengingatkanku lagi akanmu. Mengapa?”
“Kurasa aku merindu”
“Ingin sebentarku menemuimu”
b. Rasa
Rasa merupakan perasaan yang diungkapkan seorang penyair terhadap suatu
hal yang diangkat dalam puisinya. Perasaan penulis yang tampak dalam puisi
“Kurasa Rindu” adalah rasa rindu yang begitu kuat dan berharap ingin bertemu.
Terbukti pada bait terakhir baris terakhir “Ingin sebentarku menemuimu”
c. Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap yang ditunjukkan oleh penyair terhadap pembaca atau
penikmat puisinya. Ketika kita mulai membaca judul puisi “Kurasa Rindu” sudah
mulai terasa suasana pada puisi ini. Pada judul “Kurasa Rindu” suasana dan nada
sudah mulai kelihatan bahwa nada dan suasana pada puisi ini pilu dan sedih yang
diselimuti oleh kerinduan yang begitu kental. Sehingga menambah suasana haru
pada pembacaan puisi ini. Mengingat tema yang diangkat untuk puisi ini jiga
kerinduan maka nada yang dipakai atau digunakan dalam puisi ini yaitu pelan dan
tidak berapi-api atau tidak terlalu bersemangat namun tetap santai dan
menenangkan.
d. Amanat
Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh penyair kepada
pembaca/penikmat puisinya. Pesan tersebut dapat berupa harapan atau nasihat dari
penyair. Dalam puisi ini penulis mengungkapkan rasa kesepian dan kerinduannya
dengan menghayalkan dan berharap dapat bertemu dengan seseorang yang
dirindukannya. Melalui puisinya ini mengajarkan dan mengajak pembaca untuk
selalu ingat kepada teman lama dan tidak sungkan untuk kembali menyapanya
walau sudah lama tidak bertemu.

C. PENUTUP
Analisis struktural yang dilakukan pada puisi “Kurasa Rindu” karya Farah
Dhiba diperoleh hasil analisis tentang struktur fisik dan struktur batin. Pada puisi
tersebut, terdapat enam unsur struktur lahir yang dikaji pada artikel ini, yaitu: diksi,
kata konkret, citraan, majas, rima, irama dan tipografi. Diksi yang digunakan pada
puisi tersebut merupakan diksi yang sederhana, namun begitu bermakna dengan
sejumlah kata konkret yang terdapat pada setiap bait puisinya. Kata konkret yang
terdapat pada setiap bait puisi itu selanjutnya menciptakan imaji (citraan) dari puisi
“Kurasa Rindu”. Imaji (citraan) tersebut di antaranya meliputi imaji penglihatan dan
imaji perasaan. Adapun majas yang digunakan oleh penyair dalam puisinya tersebut
yaitu majas personifikasi yang terdapat pada bait pertama dan kedua dari puisi tersebut.
Rima pada puisi tersebut tergolong rima sempurna dan menggunakan irama yang
menunjukkan kesedihan dan kerinduan. Puisi “Kurasa Rindu” disajikan dengan
tipografi yang sederhana pula, yaitu dengan bait-bait rata kiri yang masing-masing diisi
oleh empat larik dan menggunakan huruf kapital di awal kata.
Sementara itu, struktur batin yang dikaji pada puisi tersebut meliputi tema,
rasa, nada, dan amanat. Tema dari puisi “Kurasa Rindu” karya Farah Dhiba
mengangkat tema kerinduan. Perasaan penulis dalam puisi “Kurasa Rindu” adalah rasa
rindu yang begitu kuat dan berharap ingin bertemu sehingga menimbulkan suasana
pada puisi ini pilu dan sedih yang diselimuti oleh kerinduan yang begitu kental. Pada
puisi tersebut penulis ingin mengajarkan dan mengajak pembaca untuk selalu ingat
kepada teman lama dan tidak sungkan untuk kembali menyapanya walau sudah lama
tidak bertemu

D. DAFTAR RUJUKAN
Andriodev. 2018. Puisi Karya Siswa yang Siap Menginspirasi hidupmu. Sumatera
Utara: YPSIM.
Anggrain, Nori, dan Nurlaely A. (2020). Analisis Struktural Pada Puisi Malu Aku Jadi
Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail (Pendekatan Struktural). Tangerang:
Jurnal sasindo Unpam.
Fauzi A. Q., dkk. (2018). Analisis Penggunaan Majas pada Puisi Berjudul Memoir
Hitam, Lagu Hitam, dan Selembar Daun Karya Soni Farid Maulana. Parole
(Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 1, (6), hlm. 951-956.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press.
Suharianto. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi. Semarang: Bandungan Institute.
Wirawan, Gunta. (2016). Analisis Struktural Antologi Puisi Hujan Lolos di Sela Jari
Karya Yudhiswara. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1, (2), hlm
39-44.
Yulianto, A. (2018). Citraan dalam Puisi-puisi Karya Ratna Rosana, Seorang Penyair
Wanita Kalimantan Selatan. Mabasan, 12, (2), hlm. 151-166.

Anda mungkin juga menyukai