Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima


‘membuat’ atau poesis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
peotry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada
dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
(Aminuddin, 2011:134). Mengutip pendapat McCaulay, Hudson dalam
Aminuddin (2011:134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang
sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk
membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis
dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dari definisi diatas
peneliti dapat menyimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang ditulis
oleh pengarangnya dengan menggunkan pilihan kata yang mengandung majas
agar kalimat yang dihasilkan menjadi indah.

Di dalam puisi terdapat struktur yang menyusunnya. Struktur tersebut


meliputi struktur fisik dan struktur batin. struktur fisik atau yang disebut pula
sebagai struktur kebahasaan, sedangkan struktur batin puisi yang berupa ungkapan
batin pengarang. Struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret,
majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas: tema,
nada, perasaan, dan amanat (Waluyo, 1991: 28). Berdasarkan hal tersebut, peneliti
lebih tertarik untuk mengupas struktur fisik Puisi Faisal Oddang yang berjudul
Obituari Ingatan. Puisi ini merupakan puisi yang terpilih menjadi pemenang
kompetisi #BagiPuisi yang diadakan PlotPoint sebagai bagian program
#PuisiMilikSemua yang sedang dijalankan oleh PlotPoint sejak Juni 2014. Alasan
peneliti tertarik untuk mengupas struktur fisik puisi karena bahasa yang digunakan
dalam setiap bait adalah bahasa prismatis yang syarat akan penggunaan diksi dan
majas metofora yang membangun kesatuan makna dalam setiap lariknya.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diidentifikasi


adalah: bagaimana analisis struktur fisik dalam puisi Obituari Ingatan karya
Faisal Oddang?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan struktur fisik puisi
Obituari Ingatan karya Faisal Oddang.

D. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural yang
mengkaji struktur terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi
antara berbagai unsur teks.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Struktur Fisik Puisi Obituari Ingatan Karya Faisal Oddang

Tipograifi puisi Obituari Ingatan terdiri dari tiga bait. Bait pertama terdiri
dari tujuh baris, bait kedua terdiri dari tiga baris, dan bait ketiga terdiri dari lima
baris. Setiap baitnya terdiri lebih dari sebelas suku kata. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa prismatis. Penyair memilih kata-kata yang menyembabkan
pembaca berpikir dulu untuk memahami maknanya. Diksi yang digunakan oleh
penyair dalam puisi ini banyak menggunakan diksi yang tidak berasal dari bahasa
sehari-hari dan bernada muram sehingga terlihat rumit dimengerti, hal ini untuk
mendukung makna yang berhubungan dengan perasaan tersakiti dalam lariknya.
Diksi tentang perasaan tersakiti itu seperti penggunaan kata menjauhkan, gagal,
tidak ingin, kenangan, ingatan, dijauhkan, menyakiti, mencari, tidak kudapatkan
apa-apa, dan sepi.

Kata konkret yang terdapat dalam puisi membangkitkan daya pengimajian


tanpa mengaburkan makna yang ingin disampaikan. Perasaan hati yang tersakiti
karena kehilangan diperkonkret dengan pernyataan berikut ini :

Punggung menjauhkan kita / mungkin bagimu aku hanyalah gagang pintu,


yang tidak ingin kau pegang setelah tualang.

Kata konkret tersebut menumbuhkan pengimajian dalam pikiran


pembaca. Pada bait pertama perasaan kehilangan dari penyair divisualkan seperti
saat punggung-punggung saling berbalik dan berjalan menjauh. Perasaan hati
yang ditinggalkan kekasih pun diperkuat dengan pengandaian penyair yang
merasa bagaikan gagang pintu yang tidak ingin dipegang. Pembaca dapat
memvisualkan sebuah gagang pintu yang usang sehingga tidak tertarik untuk
memegang gagang pintu tersebut untuk membukanya. Pada bait kedua, imaji
visual pembaca diajak untuk membayangkan lengan penyair yang tidak digandeng

3
lagi kekasihnya sebab waktu telah lama menjauhkan punggung mereka (diri
mereka)

ke dalam lengang lenganku semuanya telah dijauhkan waktu dari


punggung kita.

Pada bait ketiga, imaji visual, pembaca kembali diajak untuk


membayangkan penyair yang mengalami perasaan sepi dan kemuraman yang
hebat ketika penyair ditinggalkan oleh kekasihnya sehingga penyair mencari-cari
bekas sepatu kekasihnya, rindu akan wangi tubuh kekasihnya dan rindu pada
kenangan pada foto-foto yang mereka abadikan bersama

aku mencari pada jalan yang menyimpan bekas sepatumu,/angin


menyisakan wangi tubuhmu, dan foto-foto yang pernah membekukan kita

penyair banyak menggunkan majas “metafora” dalam puisinya hal ini


dapat dijumpai dalam kalimat Punggung menjauhkan kita /seperti cuaca gagal
dibaca mausim yang mampu memberikan gambaran yang tepat saat sepasang
kekasih saling menjauh. entah bagaimana kuakui kau/ sedangkan
mungkin bagimu aku hanyalah gagang pintu / yang tidak ingin kaupegang setelah
tualang. Pada kalimat tersebut penyair membandingkan dirinya seperti gagang
pintu yang telah usang saat ditinggalkan lama sehingga tidak manusia tidak
tertarik lagi untuk memegangnya. Sama seperti kekasihnya yang enggan kembali
kepada penyair setelah ditinggalkan. Kenangan hanya ingatan yang jatuh cinta
pada masa lalu. Pada kalimat ini penyair membandingakn sebuah kenangan
dengan perasaan jatuh cinta. Penyair ingin menyampaikan bahwa orang yang
sering merindukan kenangan-kenangan lamanya sama halnya orang yang sedang
jatuh cinta karena akan terus teringat dan terbayang-bayang dibenaknya. Kalimat
diatas sangat menggambarkan keadaan penyair yang sangat rindu dengan
kekasihnya sampai terus memingat kenangan-kenangan lama.

Verifikasi pada puisi dapat dilihat dari rima dan ritma. dalam puisi ini rima
dan ritmanya dapat diidentifikasikan berupa asonasi. Menurut Wiyatmi (2009:59)

4
Asonasi adalah ulangan bunyi vokal yang terdapat pada baris-baris puisi, yang
menimbulkan irama tertentu, sementara aliterasi adalah ulangan konsonal. Pola
yang digunakan dalam puisi adalah pola bebas. Rima akhir tiap bait adalah
sebagai berikut: ta-im-ng-ki-tu-ng, lu-up-ta, mu-ta-pa-ri-ku. Asonansi berupa
ulangan bunyi u-i-a yang berulang-ulang pada setiap bait menimbulkan irama
yang muram namun tetap enak dibaca.

5
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa struktur fisik


yang membangun Puisi Obituari Ingatan karya Faisal Oddang dapat menjelaskan
lebih detail mengenai kandungan puisi yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca.

6
Daftar Pustaka

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : Penerbit Sinar Baru


Algensindo.

Oddang, Faisal. 2014. “Obituari Ingatan”.


(https://www.alineatv.com/2014/08/puisi-obituari-ingatan-faisal-oddang/
diakses pada tanggal 7 Februari 2018)

Waluyo, Herman J.. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.

7
Lampiran

Obituari Ingatan

Punggung menjauhkan kita


seperti cuaca gagal dibaca musim
mengajarkan aku cara kehilangan yang
menyakiti dengan perasaan-perasaan memiliki
entah bagaimana kuakui kau sedangkan
mungkin bagimu aku hanyalah gagang pintu
yang tidak ingin kaupegang setelah tualang.

Kenangan hanya ingatan yang jatuh cinta pada masa lalu


kini kau menjelma apapun yang tidak lagi cukup
ke dalam lengang lenganku semuanya telah dijauhkan waktu dari punggung kita.

aku mencari pada jalan yang menyimpan bekas sepatumu,


angin menyisakan wangi tubuhmu, dan foto-foto yang pernah membekukan kita,
tetap tidak kudapatkan apa-apa
hingga pada akhirnya, pada sepi sendiri
kutemukan kau di kedalaman diriku.

Makassar, 2014 Faisal Oddang, mahasiswa jurusan sastra Indonesia Universitas


Hasanuddin dapat dihubungi di twitter @sajakimut

Anda mungkin juga menyukai