Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua yang diciptakan
oleh manusia. Menurut zamannya puisi dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu (1) Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).
Puisi lama yang kita kenal di Indonesia adalah puisi peninggalan sastra
Melayu. Ada yang asli dan ada pula yang berasal dari puisi-puisi asing yaitu
dari Arab, India, dan Parsi. Puisi baru (pada zaman Pujangga Baru) ialah
bentuk puisi Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh puisi Belanda terutama
Angkatan 80-nya. Sedangkan puisi modern (mulai dari 45) dipengaruhi oleh
puisi dunia seperti Inggris, Prancis, Rusia, Italia, Spanyol, dan lain-lain.
Badudu (1984) mengatakan, perbedaan utama puisi tiga zaman ini terletak
pada sifat keterikatan dan kebebasan dalam mencipta. Puisi lama sangat terikat
pada bentuk dan isinya. Kebebasan individu dalam kehidupan masyarakat
modern terpantul kembali dalam ciptaan-ciptaan sastra. Pengarang dalam
menciptakan karyanya tidak terikat lagi dengan kebiasaan-kebiasaan lama;
mereka ingin bebas dalam mencipta menurut keinginan dan hati mereka, bebas
menggunakan bahasa dan pemilihan kata-kata dan selalu menghindari bahasa
klise dalam karya mereka.
Mantra dan bidal dianggap sebagai permulaan bentuk puisi lama.
Kemudian dalam kesuasateraan Melayu lahirlah bentuk-bentuk: pantun, syair,
gurindam dan kalimat-berirama. Yang dimaksud dengan mantra ialah katakata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Biasanya hanya orangorang tertentu yang dapat mengucapkannya seperti dukun atau pawang.
Sedangkan bidal adalah peribahasa yang meliputi: pepatah (kiasan dengan
kalimat selesai), ungkapan (kiasan tentang keadaan atau kelakuan seseorang
yang berupa frase), perumpamaan ( kalimat yang menggunakan kata-kata
perbandingan untuk mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang),

tamsil dan ibarat (kalimat perbandingan yang diiringi kalimat penjelas), serta
pameo (kata-kata yang menjadi populer yang diucapkan dan mengandung
dorongan semangat maupun ejekan). Pantun berdasarkan isinya dibedakan
atas: pantun anak-anak, pantun orang muda, pantun orang tua, pantun jenaka,
dan pantun teka-teki. Sedangkan berdasarkan bentuknya pantun dibedakan
atas: pantun biasa, pantun berkait, talibun, dan pantun kilat (karmina).
Syair mempunyai dua pengertian, yaitu salah satu bentuk puisi
lama; dan sajak (puisi). Pada abad pertengahan, syair mendapat tempat yang
penting dalam masyarakat karena pada masa itu karangan dalam bentuk prosa
belum dikenal benar. Hampir semua cerita atau hikayat ditulis dalam bentuk
syair. Syair dapat dibedakan atas; (1) syair-syair yang merupakan dongeng
1

atau yang berisi angan-angan pengarang, (2) syair yang berisi kiasan atau
sindiran, (3) syair yang berisi cerita atau hikayat, (4) syair yang berisi cerita
kejadian, dan (5) syair yang berisi ajaran budi pekerti / agama. Kalimatberirama adalah bentuk prosa, tetapi di dalamnya irama puisi sangat terasa,
sedangkan puisi dibedakan daripada prosa oleh iramanya, maka kalimat
berirama dimasukkan ke dalam bentuk puisi. Di dalam bahasa Minangkabau,
ada cerita-cerita pelipur lara dalam bentuk bahasa berirama yang dinamakan
kaba (Badudu, 1984). Beberapa bentuk puisi lama yang berasal dari Arab dan
Parsi ialah: Masnawi, Rubai, Kitah, Nazam, dan Gazal. Bentuk-bentuk puisi
Arab-Parsi sangat berlainan dengan puisi asli baik Melayu maupun Indonesia.
Kata-kata dan susunannya juga sudah berlainan sekali dengan bahasa yang
kita pergunakan dewasa ini sehingga agak sukar untuk memahami artinya.
Puisi baru Indonesia lahir pada tahun dua puluhan. Sebenarnya
bukan Angkatan Pujangga Baru yang pertama sekali melahirkan puisi baru,
melainkan beberapa pengarang yang lebih tua daripada mereka yang disebut
Angkatan Pra-pujangga Baru, di antaranya ialah Mohammad Yamin dan
Rustam Effendi lalu disusuul oleh Angkatan Pujangga Baru yang mulai
bereksperimen dengan bentuk-bentuk puisi yang lebih bebas. Bebas
menggunakan rima, memilih kata-kata dan perbandingan-perbandingan, bebas
dalam menentukan irama. Kemudian lahirlah bentuk-bentuk puisi Indonesia

baru seperti: (1) distichon / sajak dua seuntai; (2) terzina / sajak tiga seuntai;
(3) quatrain / sajak empat seuntai; (4) quint / sajak lima seuntai; (5) sextet atau
dubbel terzina / sajak enam seuntai; (6) septima / sajak tujuh seuntai; (7)
stanza atau octaaf / sajak delapan seuntai; (8) soneta / sajak empat belas
seuntai; (9) sajak bebas / bebas dalam jumlah baris.
Puisi Indonesia Modern bermula sejak zaman pendudukan Jepang
yang dipelopori oleh Chairil Anwar yang dinamakan Angkatan 45. bagi
mereka puisi baru masih belum bebas seratus persen. Bentuknya harus sesuai
dengan irama jiwa dan gerak sukma yang hendak dicetuskan. Menurut isinya,
puisi modern dibagi atas: puisi yang melukiskan keindahan alam; puisi yang
membayangkan kasih sayang kepada kekasih; puisi yang berisi semangat cinta
tanah air; puisi yang berisi pujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau
seseorang yang berjasa; dan lain-lain. Sedangkan puisi Barat membedabedakan puisi kedalam bentuk: balada, romance, elegi, ode, himne, epigram,
dan satire. Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks. Kekompleksan
itu merupakan: penggantian arti (displacing); penyimpangan arti (distorting);
dan penciptaan arti (creating of meaning) .Kumpulan puisi Renungan Kloset
karya Rieke Diah Pitaloka ini lebih mementingkan menggunakan majas
metafora dan metonimi menggantikan majas kiasan lainnya seperti majas
perbandingan (simile), personifikasi, senekdoke, perbandingan epos, dan
alegori sehingga terjadi penggantian arti dalam puisi-puisi tersebut. Penulis
menganalisis kumpulan puisi Abu Hassan Sham. Puisi-puisi Raja Ali Haji,
1993 menggambarkan kepedihan, cinta, dan cita-cita rakyat Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.
Apakah pengertian dari puisi lama?
b.
Bagaimanakah ciri puisi lama?
C. Tujuan
1. Menganalisis srtuktur kelima lapis norma dalam puisi-puisi yang terdapat
dalam syair Siti Sianah dan pantun nasihat.

2. Menganalisis makna totalitas puisi berdasarkan tinjauan semiotik dalam


syair dan pantun.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ialah:
1. Kajian ini untuk mengembangkan ilmu sastra khususnya dalam bidang
genre puisi, pada umumnya untuk penerapan teori sastra dalam kajian
ilmiah,

2. Kajian ini menambah khasanah dan wawasan ilmu yang dimiliki penulis. BAB
II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
Poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi
ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet,
Coluter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari
Yunan yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri,
kata poet berarti imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa
atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang
berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa
pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa
emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan
kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9), Mengatakan bahwa puisi adalah
ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam
bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat
musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan
rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata
yang teridah dalam susunan terindah.
Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi
mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Putu Arya Tirtawirja (1980:9), menyatakan bahwa puisi merupakan


ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana
kata-katanya condong pada kata konotatif.
Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinasi dan disusun dengan
mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur
fisik dan struktur batinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya,
digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
B. Unsur-Unsur Puisi
Secara sederhana batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur,
yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling
mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai
berikut:
1. Kata, adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata
(diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan kutuhan unsur-unsur
yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
2. Larik (baris), mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam
prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti
sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik
biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
3. Bait, merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait
inilah biasanya ada kesatuan makna.
4. Bunyi, dibentuk oleh irama dan rima. Rima (persajakan) adalah bunyibunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau katra-kata dalam larik dan bait.
Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang
pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan
oleh perualangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya
karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan
kata yang bergantian keras-lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan

vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa irama
tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang
menciptakan efek musiklasasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi
indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
5. Makna, adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan
bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui
makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi dibedakan menjadi:
a

Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1

Tema/ makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa


adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna,
baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

Rasa (feeling), yaitu sikap penyari terhadap pokok permasalahan


yanga terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rata erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya lata belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Ke dalam pengungkapan tema dan
ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.

Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga


berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu
saja kepada pembaca, dengan nada sombong menganggap bodoh dan
rendah pembaca.

Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan


yang mendorong penyari menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisinya.

Struktur fisik puisi, atau terkadang pula disebut metode puisi, adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan
hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1

Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang


tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan berisnya,
hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titilk. Hal-hal tersebut danga menentukan
pemaknaan terhadap puisi.

Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan opleh penyair dalam


puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit katakata dapat mengungkapkan banyak hal, makna kata-katanya harus
dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Geoffrey (dalam Waluyo, 1987:68-69) menjelaska bahwa bahasa
puisi

mengalami

penyimpanan

leksikal,

(sembilan)

aspek

penyimpanan

penyimpanan

semantis,

yaitu;

penyimpanan

fonologis, penyimpanan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan


register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/ profesi tertentu),
penyimpanan

historis

(penggunaan

kata-kata

kuno),

dan

penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).


3

Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan


pengalaman

indrawi,

seperti

penglihatan,

pendengaran,

dan

perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif),
imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
Imaji

dapat

mengakibatkan

pembaca

seakan-akan

mendengar dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

melihat,

Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret
rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup,
bumi, kehidupan, dll.

Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/


meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna
(Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas.

Versifikasi, yaitu menyangkut rima. Ritme, dan metrum. Rima


adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, dan di
akhir baris puisi. Rima mencakup (a) onomatope (tiruan terhadap
bunyi) (b) bentuk intern pola bunyi (alterasi, asonasi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak, berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi) (c) pengulangan kata/ ungkapan. Ritme merupakan
tinggi- rendah, panjang-pendek, keras-lembutnya bunyi.

C. PUISI LAMA
Dalam khasanah sastra Indonesia, Pengertian puisi lama adalah puisi
yang terikat dengan rima, atau jumlah baris yang kemudian padat makna.
Rima sendiri merupakan bunyi akhiran yang tersusun. Untuk Pantun
misalnya biasanya memiliki rima AB, AB dan memiliki jumlah baris yaitu
empat.
1. Aturan Puisi Lama
a. Terikat dengan jumlah baris, apakah 2, 4 atau lebih
b. Terikat dengan jumlah suku kata
c. Terikat dengan rima
d. Terikat aturan jumlah baris pada satu bait
e. Terikat dengan irama

10

2. Ciri - Ciri Puisi Lama


a. Puisi kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa pengarangnya
atau anonim
b. Tidak seperti puisi baru, puisi lama tersebar secara lisan sehingga
masuk kedalam jenis sastra lisan
c. Tidak sebebas puisi baru yang sering mengabaikan aturan - aturan,
puisi lama terikat pada aturan - aturan seperti persajakan, jumlah
suku kata dan lain - lain.
3. Jenis-jenis Puisi Lama
a. Mantra
Mantra merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat
Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih
banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
Contoh:
Om bhur bhuawah swah
tat sawitur warenyam
bhargo dewasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
Artinya: Om, marilah kita sembahyang pada kecermelangan dan
kemahamuliaan Sang Hyang Widhi, yang ada didunia, dilangit,
disurga, semoga ia berikan semangat pikiran kita.
b. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Cirriciri gurindam :

Sajak akhir berirama a-a ; b-b; c-c dst.

Berasal dari Tamil (India)

Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan


atau menampilkan suatu sebab akibat

Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

11

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )


Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
c. Syair
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab. Ciri-ciri syair antara
lain :

Setiap bait terdiri dari 4 baris

Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata

Bersajak a-a-a-a

Isi semua, tidak ada sampiran

Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
d. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan
membudaya dalam masyarakat. Cirri-ciri pantun antara lain :

Setiap bait terdiri dari 4 baris

Baris 1 dan 2 sebagai sampiran

Baris 3 dan 4 merupakan isi

12

Bersajak a-b-a-b

Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata

Berasal dari Melayu (Indonesia)


Jenis-jenis Pantun :

Pantun Nasihat
Pantun nasihat yaitu jenis pantun yang bersifat mengajar
atau memberi nasihat ke arah melakukan sesuatu yang
baik dan meninggalkan yang buruk.
Contoh:
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu

Pantun Adat
Yaitu pantun yang berisi tentang persoalan adat yang
berkaitan dengan norma-norma adat, peraturan atau
undang-undang.
Contoh:
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

Pantun Agama
Yaitu pantun yang berisi tentang persoalan agama yang
berkaitan dengan Keesaan Tuhan dan balasan hari
kemudian.
Contoh:
Letak bunga di atas dulang,

13

Sisipkan daun hiasan tepinya;


Banyak berdoa selepas sembahyang,
Mohon diampun dosa di dunia.

Pantun Peribahasa
Yaitu

pantun

yang

melalui

penyampaian

isinya

menggunakan peribahasa-peribahasa yang begitu jelas


bentuk serta susunannya.
Contoh:
Pohon pepaya didalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan

Pantun Kias dan Ibarat


Yaitu pantun yang setiap isi yang disampaikan atau
dikemukakan itu adalah bersifat kiasan, ibarat atau
perbandingan.
Contoh:
Gesek biola tiup serunai,
Sayu dara berhati walang;
Putih mata si burung punai,
Kayu ara ditunggu elang.

Pantun Teka-Teki
Yaitu

pantun

yang

memerlukan

jawaban

yang

merupakan alat untuk menggerakkan cara berfikir secara


spontan dam membina kemahiran berfikir dengan tepat.
Contoh:
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?

14

Pantun Jenaka
Yaitu pantun yang bersifat lucu yang terhasil daripada
gambaran keanehan dan keganjilan perlakuan itu,
terdapat unsur-unsur pengajaran, nasihat dan sindirannya
di dalamnya.
Contoh:
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya

Pantun Percintaan
Yaitu pantun yang mengemukakan isi tentang percintaan
antara satu orang dengan orang lainnya.
Contoh:
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta

Pantun Kepahlawanan
Yaitu pantun yang berisikan tentang pengorbanan
seseorang terhadap sesuatu dengan sikap seperti
pahlawan.
Contoh:
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak.

Pantun Perpisahan
Yaitu pantun yang biasanya diucapkan pada saat
berpisah dengan seseorang.

15

Contoh:
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan

Pantun Berbalas .
Pantun yang dimainkan dua kelompok. Kelompok
tersebut dapat dikembangkan menjadi kelompok pro
dankontra.
Berbalas pantun dipimpin oleh seorang moderator yang
bertugas untuk menengahi permainan. Setiap sesi
berbalas pantun harus mempunyai tema. Urutan berbalas
pantun terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup.

e. Seloka
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja
sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
Cirri-ciri Seloka

Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai


baris pertama dan ketiga bait kedua.

Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai


baris pertama dan ketiga bait kedua.

Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
f. Talibun

16

Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi
harus genap misalnya 6,8,10, dan seterusnya. Jika satu bait berisi
enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait
berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi:
Apabila enam baris sajaknya a-b-c-a-b-c
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a-b-c-d-a-b-c-d
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
g. Karmina
Karmila adalah jenis puisi lama yang terdiri dari 2 baris dalam
setiap baitnya untuk ungkapan secara langsung. Biasanya puisi
karmina disebut sebagai puisi kilat.
Ciri-ciri karmina :

Terdiri dari 2 baris

Bersajak a-a atau b-b

Bersifat epik, mengisahkan seorang pahlawan

Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi

Semua baris diakhiri koma, kecuali baris keempat diakhiri titik

Mengandung dua hal yang bertentangan, yaitu rayuan dan


perintah

Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

17

18

BAB III
PEMBAHASAN
1

Analisis Syair
SYAIR SITI SIANAH
Setengahnya perempuan terlalu janggalnya ,
Roma di muka pula dicukurnya,
Seperti taji berandam di keningnya,
Kemudian memakai dengan selengkapnya.
Mengagak mengilai terlalu suka,
Melihat laki-laki ditampakkan muka,
Supaya laki-laki boleh menyangka,
Ianya elok tiada berhingga.
Setengah perempuan sangat pesolek,
Berhias berdandan berpakai molek,
Di dalam cermin muka ditelek,
Kanan dan kiri dibelek-belek.
Meskipun tiada berapa eloknya,
Ada yang Setengah kembang hidungnya,
Serta pula kepik batangnya,
seperti buaya besar mulutnya.
Setengah perempuan perangainya cela,
Habis dipenuhi rambut kepala,
Rambut yang sikit disiputnya pula,
Memakai cemara berjela-jela.

19

Terkadang muka dibubuh pupuri,


Kaki dan tangan, lengan dan jari,
Jadilah rupanya putih berseri,
Pekerjaan tipu sangat digemari.
Setengah perempuan yang makan angkat,
Memakai gelang bertingkat-tingkat,
Memandang laki-laki matanya lekat,
Dengan jantan suka berdekat.
Kaki dan tangan dinaikkan pula,
Pura-pura dikatakan ubat segala,
Hakikatnya diketahui Allah Taala,
Supaya laki-laki berhati gila.
Berlindunglah kita kepada Allah,
Daripada perbuatan yang amat salah,
Mudah-mudahan dilepaskanlah,
Jangan menjadi betina sempolah.
Setengahnya suka bermain judi,
Inilah perangai banyak terjadi,
Habislah tergadai intan serudi,
kerana perangai sudah membadi.
Laki-laki perempuan bertindih lutut,
Banyaklah kelakaun yang tidak patut,
Sembahyang ibadat sudahlah bantut,
Kerana syaitan duduk di buntut.

20

Abu Hassan Sham.


Puisi-puisi Raja Ali Haji, 1993
Dewan Bahasa dan Pustaka.
A. Struktur Fisik Syair / struktur sintaksis Syair
1. Perwajahan Puisi (Tipografi)
1) Terdiri dari sebelas rangkap.
2) Setiap rangkap terdiri daripada empat baris.
3) Jumlah perkataan dalam setiap baris antara 2 hingga 6 patah kata.

mudah-mudahan dilepaskanlah (2 perkataan)

kaki dan tangan lengan dan jari (6 perkataan)

4) Terdiri daripada 9 hingga 14 suku kata.

Ianya elok tiada tandingnya (9 suku kata)

Sesetengah perempuan terlalu janggalnya (11 suku kata)

5) Rima akhir syair ini ialah a-a-a-a


6) Syair ini adalah puisi terikat.
2. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Diksi yang terdapat pada puisi Syair Siti Sianah terdapat bebrapa
kata yang memiliki konotasi seperti :
Roma

= Bulu

Taji

= Susuk

Molek

= Elok/Cantik

Sikik

= Sedikit

Ubat

= Obat

Sempolah = Berlebihan
Serudi

= Diasah

Perangai = Amarah
Bantut

= Terhalang

21

3. Imaji
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji yang dipakai dalam puisi Syair Siti Sianah ini adalah imaji
visual (pengelihatan) seperti:
a. Imaji visual:
(Meskipun tiada berapa eloknya,)
(Terkadang muka dibubuh pupuri)
(Jadilah rupanya putih berseri)
4. Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap dengan indra. Pada
puisiSyair Siti Sianah terdapat kata-kata konkret seperti (Setengah
perempuan sangat pesolek,), (Berhias berdandan berpakai molek,)
maksudnya kata konkret diatas adalah Ada sesetengah wanita yang
suka bersolek dan berhias. Mereka hanya membuang - buang waktu
lama di depan cermin untuk bersolek.
5. Majas
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Majas yang
digunakan adalah majas ironi yaitu majas yang menggunakan kata
yang bertentangan dengan peristiwa sesungguhnya dengan maksud
menyindir secara halus. Dalam puisi Syair Siti Sianah ini terdapat
banyak kalimat yang menyindir wanita yang buruk peringaianya.
Misalnya pada kalimat (Ada yang Setengah kembang hidungnya),
(seperti buaya besar mulutnya.), (Kaki dan tangan, lengan dan jari).
6. Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan
akhir baris puisi. Pada Syair Siti Sianah terdapat rima akhir yang
berjenis rima terus, seperti yang terdapat pada bait ketiga :
Setengah perempuan sangat pesolek,
Berhias berdandan berpakai molek,

22

Di dalam cermin muka ditelek,


Kanan dan kiri dibelek-belek.
B. Struktur Batin Puisi
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang
atau yang terdapat dalam puisi. Tema diatas adalah Nasihat kepada
golongan wanita untuk memelihara kehormatan diri.
2. Makna

Bait Pertama :
Segelintir wanita berlebih-lebihan ketika berdandan seperti
mencukur bulu roma di muka dan membentuk kening. Mereka juga
berhias dan memakai pakaian yang selengkapnya.

Bait Kedua :
Terdapat segelintir wanita yang ketawa mengilai-ngilai. Malahan,
di hadapana lelaki dia akan menunjuk-nunjukkan mukanya supaya
lelaki tersebut terpikat akan kecantikannya.

Bait Ketiga :
Ada sesetengah wanita yang suka bersolek dan berhias. Mereka
juga sanggup membuang masa di hadapan cermin bagi melihat
wajah mereka.

Bait Ke-empat :
Terdapat segelintir wanita yang tidak begitu cantik dan jelita.
Malahan, hidungnya kembang dan tidak mancung seperti besar
mulut buaya. Namun, mereka tetap berhias.

Bait Ke-lima :
Ada sesetengah wanita yang berperangai buruk. Mereka membuat
sanggul siput untuk menutup kekurangan rambut, malahan ada
yang sanggup memakai rambut palsu.

Bait Ke-enam :

23

Ada juga yang melumuri bedak di kaki, tangan, lengan dan jari
sehinnga putih semata-mata untuk mengaburi mata orang yang
melihatnya akan kekurangan diri mereka.

Bait Ke- tujuh :


Terdapat segelintir wanita yang suka dipuji. Mereka memakai
gelang sehingga ke pangkal lengan dengan tujuan untuk menarik
perhatian. Mereka juga suka berpeleseran dengan lelaki.

Bait Ke-delapan :
Ada juga wanita yang mendedahkan kaki dan tangan dengan alasan
untuk berubat. Sebenarnya, niat mereka untuk membuatkan lelaki
terpikat kepadanya. Namun, tindakan mereka diketahui Allah.

Bait Ke-sembilan :
Kita hendaklah memohon perlindungan daripada Allah agar kita
akan terselamat daripada segala kemungkaran, malahan dijauhi
daripada berperangai seperti perempuan yang tidak berakhlak.

Bait Ke-sepuluh :
Sesetengah wanita suka berjudi sehingga tergadai barang kemas
akibat perangai buruknya selama ini.

Bait Ke-sebelas :
Pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan akan mengakibatkan
berlakunya

perlakuan

yang

tidak

senonoh.

Mereka

juga

mengabaikan solat kerana hasutan syaitan.


3. Gaya Bahasa
a. Asonansi - Pengulangan huruf vokal - Sesetengah perempuan
perangainya cela pengulangan vokal e.
b. Aliterasi - Melihat laki-laki ditampakkan muka pengulangan
konsonan ki.
c. Kata ganda - dibelek-belek, berjela-jela.
d. Simile - Seperti taji berandam di keningnya , Seperti buaya besar
mulutnya.
e. Bahasa klasik - molek, cemara, intan serudi dan sempolah.
f. Peribahasa - makan angkat.

24

4. Persoalan
o Persoalan sikap wanita yang suka berhias hingga melanggar
hukum syarak (hukum islam).
o Persoalan ketaaatan kepada Allah.
o Persoalan kesan buruk perjudian.
o Persoalan pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan.
5. Nilai
Nilai kesopanan
Seseorang wanita yang berada di khalayak ramai perlu bersopan
santun seperti jangan ketawa mengilai-ngilai.

Nilai kesederhanaan
Seseorang wanita perlu bersederhana dalam penampilan diri.

Nilai ketaatan kepada agama.


Setiap tindakan yang ingin dilakukan oleh seseorang harus
berlandaskan agama.

Nilai kesyukuran.
Bersyukurlah dengan kurniaan Tuhan dan menerima kekurangan
diri.

6. Amanat
1) Seseorang wanita

haruslah menjaga adab dan perilaku agar

dihormati oleh orang lain..


2) Seseorang wanita perlu bersederhana dalam penampilan diri,
namun tidaklah secara berlebih-lebihan agar tidak menimbulkan
fitnah.
3) Kita tidak harus terlibat dengan sebarang aktiviti perjudian agar
tidak berlakunya pembaziran.
4) Seseorang wanita haruslah menjaga batas pergaulan dengan
golongan lelaki agar terpelihara daripada maksiat.

2. Apresiasi Pantun Nasihat

25

Melirik depan terasa bosan


Menengok belakang terasa susah
Ikatkan hati gengamkan tangan
Untuk membangun hari yang cerah

A. Strukturnya :

Satu bait terdiri atas empat baris

Baris pertama Melirik depan terasa bosan merupakan sampiran

Baris kedua Menengok belakang terasa susah merupakan sampiran

Baris ketiga Ikatkan hati gengamkan tangan merupakan isi

Baris keempat Untuk membangun hari yang cerah merupakan isi

Terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata

Berpola a-b-a-b, dalam pantun ini yaitu An-Ah-An-Ah

Berdasarkan strukturnya termasuk ke dalam jenis pantun seloka

Berdasarkan jenisnya termasuk ke dalam jenis pantun nasihat

B. Kaidahnya :

Diksi
Dalam pantun ini pemilihan kata yang digunakan adalah
bermakna denotatif atau sebenarnya terlihat dan maknakonotatif atau
tidak sebenarnya. Pada baris baris pertama Melirik depan terasa
bosan, baris kedua Menengok belakang terasa susah, dan baris
keempat Untuk membangun hari yang cerah bermakna denotative,
sedangnkan pada baris ketiga Ikatkan hati Gengamkan tangan
bermakna konotatif. Kata ikatkan di dalam kalimat ini bukan
mengartikan mengikat satu per satu hati kita tapi berarti menyatukan
tekad yang kuat di dalam hati kita bersama.

26

Pencitraan/Imaji
Dalam pantun ini pencitraan/imaji yang digunakan adalah
pencitraan penglihatan dilihat dari baris pertama Melirik depan terasa
bosan. Citraan penglihatan ini mampu memberikan rangsangan
kepada indra penglihatan si pendengar sehingga hal-hal yang tidak
terlihat menjadi seolah-olah terlihat dari kalimat Melirik depan.

Makna Kias
Dalam pantun ini terdapat satu makna kias yaitu pada baris tiga
pada kata Ikatkan hati.

Irama
Dalam pantun ini irama yang digunakan adalah sedang. Cara
membacanya dipenggal menjadi dua bagian yang sama. Misalnya pada
baris kedua Menengok belakang terasa susah dibacanya dipenggal
jadi dua menjadi Menengok belakang/terasa susah.

C. Amanat
Dari pantun nasihat ini, dapat diambil beberapa pesan yaitu kita
harus mempunyai tekad yang kuat untuk menghadapi hari esok dan
menyatukan tekad yang kuat dengan usaha nyata bersama.

27

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu.
Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama
yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu
sangat terikat pada aturan tertentu.
Adapun aturan-aturan yang mengikat tersebut, yaitu jumlah kata
dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan (rima), yaitu
pengulangan bunyi yang berselang, irama, yaitu alunan yang tercipta oleh
kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi, banyak suku kata tiap
baris. Puisi lama menjadi sangat khas karena ciri-ciri tersebut,
menghasilkan banyak unsur intrinsic dalam puisi yang tersirat dan
memerlukan pemahaman yang ekstra
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa khususnya yang duduk di jurusan
Bahasa Indonesia harus memiliki pengetahuan yang baik tentang bahasa
yang dalam hal ini mengenai puisi lama. Hal itu tentu saja akan terwujud
apabila kita rajin membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis
wawasan kita akan berkembang dan akan semakin matang.

28

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Imani
Balai Pustaka. 2008. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka
Djoko Pradopo, Rachmat. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008
Juhara, Erwan, dkk. 2005. Cendikia Berbahasa. Bandung. PT Setia Purna Linves.
Pradopo, R.D. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008
Suryanto, Alex dan Agus Haryanto.2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Tangerang: ESIS.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 2007
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm.113
Anonim,

Pengertian

Majas

dan

Macam-macamnya.di

akses

dari

http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2272708-pengertian-majasdan-macam-macamnya/ pada tanggal 20 November 2016


Anonim, puisi dan drama

diakses dari http://www.abdularief78.blogspot.com

/search/label/pendidikan diakses pada 20 November 2016

29

Anda mungkin juga menyukai