Anda di halaman 1dari 3

Genre Sastra

Shinta Rosiana

Menikmati karya sastra tentu perlu pemahaman terkait dengan teori sastra yang
mendalam, mulai dari pemahaman tentang apa itu sastra sampai pendekatan-pendekatan yang
digunakan untuk mengupas karya sastra sehingga dapat memahami isi dari karya tersebut.
Sebelum membahas pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengupas karya sastra,
penting untuk mengetahui Genre/jenis karya sastra.

Genre berasal dari Bahasa Prancis yang memiliki arti jenis, ahli pertama dalam
menentukan teori genre yaitu Aristoteles dalam tulisannya Poetica. Aristoteles (Teuw, 1984:
109) mengungkapkan bahwa karya sastra berdasarkan ragam perwujudannya terdiri atas 3
macam yaitu epik, lirik, dan drama. Istilah epik sekarang dikenal dengan prosa dan lirik
sekarang dikenal dengan sebutan puisi. Sementara istilah drama sampai saat ini masih
digunakan. Lain dengan pendapat Aristoteles, Sumardjo dan Saini (1997:18) membagi jenis
sastra sebagai berikut.

Dilihat dari bagan di atas jenis sastra ada 2 yaitu imanjinatif dan non-imajinatif,
imajinatif terdiri atas Puisi, prosa fiksi, dan drama. Sementara non-imajinatif terdiri atas esei,
kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoar, catatan harian dan surat-surat.

Sastra imajinatif isinya bersifat khayalan, Bahasa yang digunakan adalah Bahasa
konotasi, dan memiliki unsur-unsur estetika. Sementara, sastra non-imajinatif isinya lebih
pada unsur faktual, Bahasa yang digunakan cenderung menggunakan Bahasa denotatif, serta
memenuhi nilai estetika.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa genre sastra ada tiga
yaitu Puisi, prosa, dan drama, pembagian tersebut didasari dari perbedaan fisik. Mengenali
ciri-ciri puisi, prosa, dan drama akan memudahkan dalam proses pemahaman terhadap isi
karya yang dibaca. Berikut penjelasan ketiga jenis sastra tersebut.
1. Puisi

Puisi merupakan karya sastra yang menggunakan gaya bahasa yang khas.
Penyusunan kata dalam puisi lebih padat namun memiliki makna yang luas, sehingga
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah ada istilah parafrase puisi yaitu
pengungkapan Kembali mengenai suatu konsep dengan cara lain tanpa mengubah
maknanya. Itu artinya Ketika akan mengupas sebuah puisi kita harus betul-betul mampu
memahami makna yang ada dalam setiap untaian kata yang tersusun.

Waluyo (2002:1) menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa
yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias (imajinatif). Sementara Aminuddin (2009:134) mengungkapkan kata puisi
berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat” atau poeisis “pembuatan”. Puisi diartikan
“membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah
menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-
suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Sejalan dengan pendapat tersebut Hudson
(dalam Aminuddin, 2009:134) mengungkapkan bahwa ″Puisi adalah salah satu cabang
sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi
dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan pelukisnya″.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah
salah satu jenis sastra yang mengungkapkan perasaan seseorang dengan menggunakan
pemilihan diksi yang padat makna serta mengandung irama, rima, dan rita dalam
penyusunannya. Berdasrkan bentuknya puisi ada yang terikat atau dikenal dengan istilah
puisi lama dan ada puisi bebas atau dikenal dengan istilah puisi baru.

Jenis puisi lama yaitu pantun, syair, gurindam, seloka, talibun, karmina, dan
lainnya. Sementara puisi baru yaitu balada, himne, romansa, ode, dan lainnya.

2. Prosa

Prosa merupakan jenis karya sastra yang biasanya menggunakan makna


denotative walaupun terkadang ada sisipan kata kiasan namun itu berfungsi untuk
memperindah tulisan. Dalam KBBI dijelaskan bahwa prosa adalah karangan bebas (tidak
terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa juga dibagi menjadi dua bagian,yaitu
prosa lama dan prosa baru, prosa lama merupakan prosa bahasa indonesia yang belum
terpengaruhi budaya barat sementara prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa
aturan apa pun. Prosa lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Bersifat Statis
2) Diferensiasi sedikit
3) Bersifat tradisional
4) Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)
5) Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
6) Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
7) Sifatnya fantasis/khayal
Prosa baru merupakan karangan yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra
atau budaya Barat. Prosa lama sebagian dari strukturalnya sudah terpengaruhi oleh
budaya-budaya asing. Contoh prosa baru yaitu roman, novel, cerpen, Riwayat, kritik,
resensi, dan esai.
3. Drama

Drama merupakan jenis karya sastra dengan bentuk lakon. Penyajian drama
berbeda dari bentuk karya sastra lainnya yakni tersusun atas dialog dan narasi. Unsur-
unsur dalam drama terdiri atas tema, alur, tokoh, latar, dan amanat. Berdasarkan
bentuk sastra cakapannya drama dibagi menjadi 2 yaitu drama puisi dan drama prosa.
Drama puisi disusun dengan menggunakan unsur-unsur puisi sementara drama prosa
disusun dengan menggunakan bentuk prosa/lebih pada cerita yang gamblang.

Daftar Pustaka
Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan (Pengantar, Teori, dan Sejarah). Bandung: Angkasa.
Eagleton, Terry. (2010). Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. (Edisi Terjemahan
Harfiah Widyawati dan Evy Setyarini). Yogyakarta: Jalasutra.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah mada
University Press.
Sayuti, Suminto A. 1998. Pengantar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: LP3S (Diktat).
Semi, Atar. (1988). Kritik Sastra. Bandung : Angkasa.
Teeuw. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka jaya.

Anda mungkin juga menyukai