Anda di halaman 1dari 12

Teori dan Apresiasi Sastra Indonesia

Genre Sastra

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Sarip Hidayatullah
2. Endah Komalasari
3. Rohmatul Fikri

PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


UNIVERSITAS INDRPPRASTA PGRI

TB. Simatupang, Jl. Nangka Raya No.58 C, RW.5, Tj. Bar., Kec. Jagakarsa,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12530
A. Pengertian dan Hakikat Genre Sastra

Menikmati karya sastra tentu perlu pemahaman terkait dengan teori sastra yang
mendalam, mulai dari pemahaman tentang apa itu sastra sampai pendekatan-pendekatan
yang digunakan untuk mengupas karya sastra sehingga dapat memahami isi dari karya
tersebut. Sebelum membahas pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengupas
karya sastra, penting untuk mengetahui Genre/jenis karya sastra.

Genre berasal dari Bahasa Prancis yang memiliki arti jenis, ahli pertama dalam
menentukan teori genre yaitu Aristoteles dalam tulisannya Poetica. Aristoteles (Teuw,
1984: 109) mengungkapkan bahwa karya sastra berdasarkan ragam perwujudannya terdiri
atas 3 macam yaitu epik, lirik, dan drama. Istilah epik sekarang dikenal dengan prosa dan
lirik sekarang dikenal dengan sebutan puisi. Sementara istilah drama sampai saat ini masih
digunakan Menurut Warren dan Wellek (1995: 298) genre sastra bukanlah nama, karena
konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya sastra membentuk ciri karya tersebut.
Menurutnya, teori genre adalah suatu prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra
diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau
susunan sastra tertentu Lain dengan pendapat Aristoteles, Sumardjo dan Saini (1997:18)
membagi jenis sastra sebagai berikut.

Dilihat dari bagan di atas jenis sastra ada 2 yaitu imanjinatif dan non-imajinatif,
imajinatif terdiri atas Puisi, prosa fiksi, dan drama. Sementara non-imajinatif terdiri atas
esei, kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoar, catatan harian dan surat-surat.

Sastra imajinatif isinya bersifat khayalan, Bahasa yang digunakan adalah Bahasa
konotasi, dan memiliki unsur-unsur estetika. Sementara, sastra non-imajinatif isinya lebih
pada unsur faktual, Bahasa yang digunakan cenderung menggunakan Bahasa denotatif,
serta memenuhi nilai estetika.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa genre sastra ada tiga
yaitu Puisi, prosa, dan drama, pembagian tersebut didasari dari perbedaan fisik. Mengenali
ciri-ciri puisi, prosa, dan drama akan memudahkan dalam proses pemahaman terhadap isi
karya yang dibaca.

B. Genre Sastra

1. Puisi
a. Pengertian Puisi

Puisi merupakan karya sastra yang menggunakan gaya bahasa yang khas.
Penyusunan kata dalam puisi lebih padat namun memiliki makna yang luas, sehingga
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah ada istilah parafrase puisi yaitu
pengungkapan Kembali mengenai suatu konsep dengan cara lain tanpa mengubah
maknanya. Itu artinya Ketika akan mengupas sebuah puisi kita harus betul-betul
mampu memahami makna yang ada dalam setiap untaian kata yang tersusun.

Waluyo (2002:1) menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa
yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias (imajinatif). Sementara Aminuddin (2009:134) mengungkapkan kata
puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat” atau poeisis “pembuatan”. Puisi
diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran
suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Sejalan dengan pendapat tersebut
Hudson (dalam Aminuddin, 2009:134) mengungkapkan bahwa ″Puisi adalah salah satu
cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk
membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan
warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya″.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah
salah satu jenis sastra yang mengungkapkan perasaan seseorang dengan menggunakan
pemilihan diksi yang padat makna serta mengandung irama, rima, dan rita dalam
penyusunannya. Berdasrkan bentuknya puisi ada yang terikat atau dikenal dengan
istilah puisi lama dan ada puisi bebas atau dikenal dengan istilah puisi baru.

b. Jenis dan Ciri-ciri Puisi


Puisi terdiri atas puisi lama dan puisi modern. Puisi lama umumnya anonim
atau tidak diketahui penyairnya. Puisi lama memiliki ciri terikat pada beberapa kiteria,
seperti jumlah baris tiap bait, jumlah kata tiap baris, rima atau persamaan bunyi, dan
irama. Puisi lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain pantun, syair, talibun,
mantera, dan gurindam.

- Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam kepercayaan
animisme untuk dibacakan dalam acara atau ritual kebudayaan. Mantera
memiliki ciri yaitu menggunakan pemilihan kata dengan bunyi yang diusahakan
berulang, menggunakan kata-kata yang tidak umum dalam kehidupan sehari-
hari, dan menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis.
- Pantun memiliki ciri bersajak a b a b, dengan tiap baris terdiri atas empat baris,
dua baris sampiran dan dua baris isi.
- Talibun terdiri atas sampiran dan isi yang lebih dari empat, serta selalu genap,
seperti enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.
- Syair merupakan puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang
mengisahkan suatu hal.
- Gurindam terdiri atas dua baris, berirama sama a a. Baris pertama merupakan
sebab dan baris kedua merupakan akibat.

Puisi modern adalah bentuk puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah
baris, rima atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama. Puisi modern
atau puisi bebas muncul pada angkatan 45, yang dipelopri oleh Chairil Anwar. Puisi
modern tidak mengutamakan bentuk atau banyak baris dalam satu bait dan irama atau
persajakan, tetapi lebih mengutamakan pada isi puisi itu sendiri. Puisi modern
memiliki ciri sebagai berikut.

- Mempunyai unsur humanisme universal atau sudah terbuka untuk menerima


pengaruh dari segala penjuru dunia.
- Realis dan terimbas unsur naturalis
- Menyampaikan maksud dengan penghematan kata serta menghadirkan
perbandingan-perbandingan membayang dan berkesan.
- Menggunakan perbandingan visual secara jelas sampai pada bagian-bagian di
balik kenyataan.
- Menunjukan sinisme dan sarkasme terhadap kepincangan dalam masyarakat
akibat pergolakan.
- Menggunakan kata dalam percakapan sehari-hari
- Tidak mengutamakan tipografi bahkan tidak lagi memperhatikan bunyi (rima)
dalam baris dan baitnya.
- Unsur utama yang harus selalu diperhatikan dalam pembacaan puisi modern
adalah lafal, intonasi, dan ekspresi.

Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak


disampaikan, puisi dibedakan menjadi puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.

- Puisi naratif adalah puisi yang digunakan untuk menyampaikan suatu cerita.
Puisi ini dibedakan menjadi epik, romansa, dan balada.
- Epic atau epos adalah puisi naratif yang menceritakan kepahlawanan
tokoh. Contohnya puisi “Ramayana” yang menggambarkan kepahlawanan
Rama Wijaya dalam melawan Rahwana.
- Romansa menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan
tokoh kesatria yang penuh rintangan. Contohnya puisi yang mengisahkan
kisah cinta antara Damarwulan dengan Anjasmara dalam puisi
“Asmaradana”.
- Balada adalah ragam puisi yang menceritakan kehidupan manusia dengan
berbagai macam sifatnya, seperti pengasih, cemburu, dengki, takut, sedih,
ataupun riang. Contohnya puisi karya WS Rendra yang berjudul ” Balada
Terbunuhnya Atmo Karpo”.
- Puisi lirik adalah puisi yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan pribadi
penyair. Puisi ini dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.
- Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka penyair atau
aku lirik. Contohnya puisi karya Goenawan Mohamad (1974:9)
- Serenade merupakan puisi lirik yang bersuasana senang.
- Ode merupakan puisi lirik yang berisi pujian terhadap seseorang, pada
umumnya pahlawan. Contohnya puisi “Teratai” yang ditulis untuk Ki
Hajar Dewantara oleh Sanusi Pane.
- Puisi deskriptif adalah puisi yang mengemukakan tanggapan atau kesan penyair
terhadap suatu hal atau keadaan. Tanggapan atau kesan tersebut dapat berupa
kritik ataupun sindiran, sehingga disebut juga sebagai puisi ironi dan satire
(kritik)

c. Struktur Puisi
1) Struktur Fisik

Struktur fisik puisi adalah media untuk mengungkapkan makna yang hendak
disampaikan penyair. Struktur fisik meliputi hal-hal berikut.

- Diksi, adalah pilihan kata yang digunakan agar memiliki kesan indah dan dapat
menyampaikan maksud penyair.
- Pencitraan, adalah susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau
imajinasi. Hal ini membuat pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau
melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.
- Majas, adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkan dengan benda atau hal lain. Majas atau bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatik atau memiliki banyak makna.
- Rima, adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Persamaan bunyi memberikan
kesan merdu, indah, dan mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair.
Rima tersebut dapat berupa pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang
berurutan (aliterasi), persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonansi), dan
persamaan bunyi yang terdapat di setiap akhir baris.
- Ritma, berkaitan dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam
ritma mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalir
secara teratur dan berulang sehingga membentuk keindahan.
- Tipografi puisi berbentuk bait-bait yang bermula dari tepi kiri dan berakhir ke
tepi kanan baris.

2) Struktur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yaitu tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat.

Tema

Sebuah puisi tentunya memiliki tema yang melingkupi keseluruhan puisi.


Menurut Herman J. Waluyo (1987: 106) tema merupakan pokok atau subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa tema
merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh sebab itu, untuk menafsirkan tema
dalam sebuah puisi haruslah ditafsirkan secara utuh.

Perasaan
Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan dihayati
pembaca. Hal ini karena tema yang sama dapat dituturkan penyair secara berbeda dan
hasil puisi yang diciptakan pun berbeda.

Nada dan suasana

Nada dalam puisi disesuaikan dengan isi yang hendak disampaikan, baik itu
berupa nasihat, kritik, sindiran, ungkapan perasaan, atau hanya berupa cerita. Sering
kali puisi bernada santai seperti dalam puisi-puisi mbeling. Kemudian, suasana adalah
keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau psikologis yang
ditimbulkan terhadap pembaca. Nada dan suasana saling berhubungan karena nada
puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Misalnya, nada duka dapat
menimbulkan suasana iba bagi pembaca.

Amanat (pesan)

Kita dapat menelaah amanat dalam suatu puisi jika telah memahami tema, rasa,
dan nada pada puisi tersebut. Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap
pembaca atau pendengar puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan
berada di balik tema yang digunakan.

2. Prosa
a. Pengertian Prosaa

Prosa merupakan jenis karya sastra yang biasanya menggunakan makna


denotative walaupun terkadang ada sisipan kata kiasan namun itu berfungsi untuk
memperindah tulisan. Dalam KBBI dijelaskan bahwa prosa adalah karangan bebas
(tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa juga dibagi menjadi dua
bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama merupakan prosa bahasa indonesia
yang belum terpengaruhi budaya barat sementara prosa baru ialah prosa yang dikarang
bebas tanpa aturan apa pun. Prosa lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

b. Ciri-Ciri Prosa

Kita dapat mengenal suatu karya sastra dari karakteristiknya. Adapun ciri-ciri
prosa adalah sebagai berikut:

1) Bentuknya Bebas

Seperti yang dijelaskan pada pengertian prosa di atas, bentuk prosa tidak terikat
oleh baris, bait, suku kata, dan irama. Umumnya bentuk prosa adalah rangkaian
kalimat yang membentuk paragraf, misalnya dongeng, hikayat, dan lainnya. Prosa
dapat disajikan dalam bentuk tulisan maupun secara lisan.

2) Memiliki Tema

Setiap prosa pasti memiliki tema yang menjadi dasar dalam cerita dan
merupakan pokok bahasan di dalamnya.

3) Mengalami Perkembangan

Prosa selalu mengalami perkembangan karena dipengaruhi oleh perubahan yang


ada di masyarakat.

4) Terdapat Urutan Peristiwa

Biasanya di dalam prosa terdapat alur cerita yang menjelaskan urutan peristiwa.
Alur peristiwa tersebut ada yang berbentuk alur mundur, maju, atau campuran.

5) Terdapat Tokoh di Dalamnya

Seperti halnya karya sastra lain, di dalam prosa terdapat tokoh, baik itu manusia,
hewan, ataupun tumbuhan.

6) Memiliki Latar

Di dalam prosa terdapat latar pada masing-masing kejadian, baik itu latar tempat,
waktu, dan suasana.

7) Terdapat Amanat

Di dalam prosa mengandung amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca atau
pendengarnya sehingga dapat mempengaruhi mereka.

8) Pengaruh Bahasa Asing

Pada prosa bisa dipengaruhi oleh bahasa asing, misalnya bahasa Jepang, atau bisa juga
tidak terpengaruh.

9) Nama Pengarang/Anonim

Setiap prosa tentu ada yang mengarangnya. Namun, nama pengarang tidak selalu
dipublikasikan.

c. Jenis-Jenis Prosa

Secara umum prosa dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu prosa lama dan prosa
baru. Mengacu pada pengertian prosa, adapun jenis-jenis prosa adalah sebagai berikut:
1) Prosa Lama

Prosa lama adalah jenis prosa yang tidak atau belum dipengaruhi oleh kebudayaan luar
dan biasanya disajikan secara lisan. Beberapa yang termasuk dalam prosa lama adalah:

a) Hikayat

Bentuk prosa lama yang sifatnya fiktif yang mengisahkan tentang kehidupan peri,
dewi, pangeran, puteri, dan raja-raja yang mempunyai kekuatan gaib.

Contoh; Hikayat Hang Jebat, Hikayat Raja Bijak

b) Dongeng

Bentuk prosa lama yang berisi cerita khayalan masyarakat yang tidak jelas asal usulnya
baik tempat, tokoh atau waktunya. Contoh : Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas

c) Mitos (myth),

kepercayaan yang memuat cerita kisah-kisah gaib. Contoh; Ratu Pantai Selatan, Batu
Menangis, dan lain-lain.

d) Legenda,

cerita yang memeuat tentang asal-usul terjadinya suatu peristiwa atau tempat. Contoh;
Legenda Danau Toba, Legenda Tangkuban Perahu, dan lainnya.

e) Fabel,

Cerita yang memuati tokoh di dalamnya adalah binatang yang berprilaku seolah
manusia. Contoh; Si Kancil dan Buaya, dan lain-lain.

2) Prosa Baru

Prosa baru adalah jenis prosa yang telah mengalami perubahan akibat pengaruh
kebudayaan barat. Beberapa yang termasuk dalam prosa baru adalah:

a) Novel

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat cerita yang panjang mengenai kehidupan
tokoh di dalamnya, dan bersifat fiktif atau non-fiktif.

Contoh; Novel Laskar Pelangi, Ave Maria dan lainnya.

b) Cerpen

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah tokoh utamanya, konflik serta
penyelesaiannya yang ditulis secara ringkas dan padat.
Contoh; Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta, Robohnya Surau Kami oleh A. A.
Navis.

c) Roman

Bentuk prosa baru yang di dalamnya terdapat kisah hidup seseorang secara
menyeluruh, mulai dari lahir hingga meninggal.

Contoh; Layar Terkembang oleh Sultan Takdir Ali Syahbana, Biola Tak Berdawai oleh
Seno Gumira Adjidarma.

d) Riwayat

Jenis prosa baru berupa tulisan yang menceritakan mengenai kisah hidup seseorang
yang menginspirasi.

e) Kritik

Jenis prosa baru berupa tulisan dimana isinya merupakan tulisan yang memberi alasan
atau menilai hasil kerja orang lain.

f) Resensi

Jenis prosa baru berupa tulisan yang berisi rangkuman atau ulasan suatu karya (buku,
seni, film, musik, dan lainnya). Di dalam resensi berisi pendapat dari sudut pandang
penulis mengenai kelebihan dan kekurangan suatu karya.

g) Esai

Bentuk tulisan yang isinya adalah opini atau sudut pandang pribadi mengenai suatu hal
yang menjadi topik utama di dalam tulisan tersebut.

3. Drama
a. Pengertiaan Drama

Menurut etimologi, istilah drama berangkat dari bahasa Yunani yaitu “draomai”, yang
mana memiliki arti sebagai yang berbuat, berlaku, bertindak, dan beraksi. Berdasarkan
sejarah kata tersebut, teks drama dapat dipahami sebagai suatu perbuatan atau tindakan
yang ditulis dan selanjutnya digunakan dalam pementasan di sebuah panggung.

Drama merupakan jenis karya sastra dengan bentuk lakon. Penyajian drama berbeda
dari bentuk karya sastra lainnya yakni tersusun atas dialog dan narasi. Unsur-unsur dalam
drama terdiri atas tema, plot, penokohan, setting, dan amanat. Berdasarkan bentuk sastra
cakupannya drama dibagi menjadi 2 yaitu drama puisi dan drama prosa. Drama puisi
disusun dengan menggunakan unsur-unsur puisi sementara drama prosa disusun dengan
menggunakan bentuk prosa/lebih pada cerita yang gamblang.

b. Ciri-Ciri Teks Drama

Setelah mengetahui pengertian tentang teks, selanjutnya akan dijelaskan mengenai ciri-
ciri teks drama. Ciri-ciri pada teks drama dapat digunakan untuk menandai atau
membedakan teks ini dengan teks lainnya. Selain itu, ciri-ciri drama juga menjadi tanda
khusu pembeda dengan karya sastra lainnya. Berikut ini adalah ciri-ciri dari teks drama
yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:

 Teks drama memiliki cerita yang berbentuk dialog, baik yang dituturkan oleh
narator maupun tokoh.
 Seluruh dialog pada teks drama tidak menggunakan tanda petik.
 Teks drama memiliki beberapa petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh aktor
atau aktris yang memerankan tokoh-tokoh di dalam teks tersebut.
 Teks drama terletak di atas dialog atau di samping kiri dialog.
 Teks drama memuat banyak konflik dan aksi.
 Teks drama harus dilakonkan atau dipentaskan.
 Teks drama biasanya dapat dipentaskan dengan durasi kurang dari tiga jam
Daftar Pustaka

Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan (Pengantar, Teori, dan Sejarah). Bandung: Angkasa.

Eagleton, Terry. (2010). Teori Sastra: Sebuah Pengantar Komprehensif. (Edisi


Terjemahan Harfiah Widyawati dan Evy Setyarini). Yogyakarta: Jalasutra.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah mada

University Press.

Sayuti, Suminto A. 1998. Pengantar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: LP3S (Diktat).

Semi, Atar. (1988). Kritik Sastra. Bandung : Angkasa.

Teeuw. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka jaya.

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-drama/

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-prosa.html

https://www.academia.edu/20374505/MEMAPARKAN_GENRE_SASTRA

Anda mungkin juga menyukai