Anda di halaman 1dari 10

MATERI BAB 4 PUISI

1. Pengertian Puisi
Puisi merupakan ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya, seperti irama, mantra,
rima, baris, dan bait. Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi, imajinasi, ide,
pemikiran, irama, nada, susunan kata, kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan perasaan. Puisi
adalah ungkapan yang memperhitungkan aspek-aspek bunyi di dalamnya, serta berupa
pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair dari kehidupan individu dan
sosialnya. Puisi diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga dapat membangkitkan
pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Auden (1978: 3) mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan
yang bercampur-baur. Puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh
makna. Menurut Herman J. Waluyo (1987) puisi merupakan bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan
mengonsentrasikan struktur.
2. Jenis dan Ciri-ciri Puisi
Puisi terdiri atas puisi lama dan puisi modern. Puisi lama umumnya anonim atau
tidak diketahui penyairnya. Puisi lama memiliki ciri terikat pada beberapa kiteria, seperti
jumlah baris tiap bait, jumlah kata tiap baris, rima atau persamaan bunyi, dan irama. Puisi
lama dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain pantun, syair, talibun, mantera,
dan gurindam.
a. Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam kepercayaan animisme
untuk dibacakan dalam acara atau ritual kebudayaan. Mantera memiliki ciri yaitu
menggunakan pemilihan kata dengan bunyi yang diusahakan berulang, menggunakan
kata-kata yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari, dan menimbulkan efek bunyi
yang bersifat magis.
b. Pantun memiliki ciri bersajak a b a b, dengan tiap baris terdiri atas empat baris, dua baris
sampiran dan dua baris isi.
c. Talibun terdiri atas sampiran dan isi yang lebih dari empat, serta selalu genap, seperti
enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.
d. Syair merupakan puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang mengisahkan
suatu hal.
e. Gurindam terdiri atas dua baris, berirama sama a a. Baris pertama merupakan sebab dan
baris kedua merupakan akibat.
Puisi modern adalah bentuk puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris,
rima atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama. Puisi modern atau
puisi bebas muncul pada angkatan 45, yang dipelopri oleh Chairil Anwar. Puisi modern
tidak mengutamakan bentuk atau banyak baris dalam satu bait dan irama atau persajakan,
tetapi lebih mengutamakan pada isi puisi itu sendiri. Puisi modern memiliki ciri sebagai
berikut.
 Mempunyai unsur humanisme universal atau sudah terbuka untuk menerima
pengaruh dari segala penjuru dunia.
 Realis dan terimbas unsur naturalis
 Menyampaikan maksud dengan penghematan kata serta menghadirkan perbandingan-
perbandingan membayang dan berkesan.
 Menggunakan perbandingan visual secara jelas sampai pada bagian-bagian di balik
kenyataan.
 Menunjukan sinisme dan sarkasme terhadap kepincangan dalam masyarakat akibat
pergolakan.
 Menggunakan kata dalam percakapan sehari-hari
 Tidak mengutamakan tipografi bahkan tidak lagi memperhatikan bunyi (rima) dalam
baris dan baitnya.
 Unsur utama yang harus selalu diperhatikan dalam pembacaan puisi modern adalah
lafal, intonasi, dan ekspresi.
Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak
disampaikan, puisi dibedakan menjadi puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.
Puisi naratif adalah puisi yang digunakan untuk menyampaikan suatu cerita. Puisi ini
dibedakan menjadi epik, romansa, dan balada.
 Epic atau epos adalah puisi naratif yang menceritakan kepahlawanan tokoh.
Contohnya puisi “Ramayana” yang menggambarkan kepahlawanan Rama Wijaya
dalam melawan Rahwana.
 Romansa menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan tokoh
kesatria yang penuh rintangan. Contohnya puisi yang mengisahkan kisah cinta
antara Damarwulan dengan Anjasmara dalam puisi “Asmaradana”.
 Balada adalah ragam puisi yang menceritakan kehidupan manusia dengan
berbagai macam sifatnya, seperti pengasih, cemburu, dengki, takut, sedih, ataupun
riang. Contohnya puisi karya WS Rendra yang berjudul ” Balada Terbunuhnya
Atmo Karpo”.
 Puisi lirik adalah puisi yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan pribadi
penyair. Puisi ini dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.
 Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka penyair atau aku
lirik. Contohnya puisi karya Goenawan Mohamad (1974:9)
 Serenade merupakan puisi lirik yang bersuasana senang.
 Ode merupakan puisi lirik yang berisi pujian terhadap seseorang, pada umumnya
pahlawan. Contohnya puisi “Teratai” yang ditulis untuk Ki Hajar Dewantara oleh
Sanusi Pane.
Puisi deskriptif adalah puisi yang mengemukakan tanggapan atau kesan penyair
terhadap suatu hal atau keadaan. Tanggapan atau kesan tersebut dapat berupa kritik
ataupun sindiran, sehingga disebut juga sebagai puisi ironi dan satire (kritik)
Berdasarkan penggunaan kata (diksi) dan macam bahasanya, ada yang disebut
puisi mbeling dan puisi multilingualisme. Mbeling dalam kosa kata bahasa Jawa
bermakna nakal, sukar diatur, dan suka memberontak. Dasar lahirnya puisi ini merurut
salah satu tokohnya, yaitu Remy Silado, adalah pernyataan akan apa adanya. Kemudian,
puisi multilingualisme menggunakan berbagai macam bahasa sebagai sarana
ekspresinya.
Berdasarkan wujud visualnya, ada yang disebut puisi tipografi dan puisi konkret.
Puisi tipografi tampak pada puisi “Tragedi Winka & Shihka” karya Sutardji Calzoum
Bachri yang berbentuk zigzag. Kemudian, puisi konkret tidak menggunakan kata-kata
hanya berupa gambar, seperti gambar kotak sembilan karya Danarto.
3. Struktur Puisi
Struktur karya sastra puisi mencakup struktur fisik dan struktur batin.
1) Struktur Fisik
Struktur fisik puisi adalah media untuk mengungkapkan makna yang hendak
disampaikan penyair. Struktur fisik meliputi hal-hal berikut.
 Diksi, adalah pilihan kata yang digunakan agar memiliki kesan indah dan dapat
menyampaikan maksud penyair.
 Pencitraan, adalah susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau
imajinasi. Hal ini membuat pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat
sesuatu yang diungkapkan penyair.
 Majas, adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkan dengan benda atau hal lain. Majas atau bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatik atau memiliki banyak makna.
 Rima, adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Persamaan bunyi memberikan
kesan merdu, indah, dan mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair.
Rima tersebut dapat berupa pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang
berurutan (aliterasi), persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonansi), dan
persamaan bunyi yang terdapat di setiap akhir baris.
 Ritme, berkaitan dengan rima, bunyi, kata, frasa, dan kalimat pada puisi. Dalam
ritme mucul bunyi tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalir
secara teratur dan berulang sehingga membentuk keindahan.
 Tipografi puisi berbentuk bait-bait yang bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi
kanan baris.
2) Struktur Batin
Ada empat unsur batin puisi, yaitu tema, perasaan, nada atau sikap, dan amanat.
 Tema
Sebuah puisi tentunya memiliki tema yang melingkupi keseluruhan puisi.
Menurut Herman J. Waluyo (1987: 106) tema merupakan pokok atau subject-
matter yang dikemukakan oleh penyair. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa
tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi. Oleh sebab itu, untuk
menafsirkan tema dalam sebuah puisi haruslah ditafsirkan secara utuh.
 Perasaan
Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan dihayati
pembaca. Hal ini karena tema yang sama dapat dituturkan penyair secara berbeda
dan hasil puisi yang diciptakan pun berbeda.
 Nada dan suasana
Nada dalam puisi disesuaikan dengan isi yang hendak disampaikan, baik
itu berupa nasihat, kritik, sindiran, ungkapan perasaan, atau hanya berupa cerita.
Sering kali puisi bernada santai seperti dalam puisi-puisi mbeling. Kemudian,
suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau
psikologis yang ditimbulkan terhadap pembaca. Nada dan suasana saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.
Misalnya, nada duka dapat menimbulkan suasana iba bagi pembaca.
 Amanat (pesan)
Kita dapat menelaah amanat dalam suatu puisi jika telah memahami tema,
rasa, dan nada pada puisi tersebut. Amanat atau pesan merupakan kesan yang
ditangkap pembaca atau pendengar puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang
disusun dan berada di balik tema yang digunakan.
4. Cara Membuat puisi
Menulis merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menulis puisi adalah sebagai berikut.
a) Menentukan jenis puisi yang hendak dibuat.
b) Menentukan tema dan pesan yang hendak disampaikan.
c) Mengembangkan tema menjadi kalimat berdasarkan hasil imajinasi.
d) Menuangkan ide dalam uraian kata-kata yang sesuai kaidah puisi.

Contoh Puisi
Berikut merupakan salah satu contoh puisi modern karya Kurnia Efendi. Puisi ini
termasuk ke dalam kategori puisi modern karena tidak terikat pada aturan jumlah
baris, rima atau ikatan lain yang umumnya digunakan dalam puisi lama.
Nyanyian Ibu

Nyanyian ibu dimulai sejak membayangkan kita


akan lahir. Telah direncanakan jauh-jauh hari
sebuah tempat lahir yang baik, popok yang bersih
bantal yang nyaman, selimut yang hangat, dan
dan doa yang khusyuk untuk kita

Nyanyian ibu terdengar lebih syahdu ketika


kita tiba di dunia. Mengantar tidur, mengembara
ke negeri impian yang lembut
Nyanyian ibu menyusup ke paru-paru
sebagai nafas yang panjang tak terkira
Masuk ke jantung, menggerakan darah
ke seluruh tubuh

Nyanyian ibu memanggil kita dari tempat bermain


yang jauh. Terdengar di meja makan menjelang
sekolah. Dan berupa bisik-bisik ketika ayah marah
Nyanyian ibu dilemparkan jauh-jauh ketika kita
telah punya nyanyian lain di luar rumah, di plaza
mewah, di gelap diskotik, di dunia baru yang asing

Suatu saat nyanyian ibu kita harap-harap kembali


Tanpa perasaan malu. Ketika sebagian besar hati
telah menjadi Malin Kundang.

Makna keseluruhan puisi tersebut mengambarkan bagaimana kasih sayang seorang ibu
dari anaknya masih di dalam kandungan hingga menjadi dewasa. Dijelaskan bahwa saat kecil
anak tersebut diasuh dengan penuh kasih sayang, dicukupi segala kebutuhannya, dan selalu ada
di saat anaknya butuh. Namun seiring berjalannya waktu, anaknya pun tumbuh dewasa. Anaknya
mulai mengenal dunia luar yang asing, menemukan kebahagian dan dunianya, sehinga ia mulai
melupakan kasih sayang ibunya. Akan tetapi, suatu saat ia akan kembali membutuhkan kasih
sayang ibunya, sebab tak ada yang dapat menggantikan kasih sayang seorang ibu.

5. KAIDAH KEBAHASAAN PUISI


1) Macam-macam Majas
Mengenai macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar,
yaitu majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut ini
ulasannya.
 Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan
atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan,
pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan
menjumpai beberapa subjenisnya.
a) Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap
layaknya manusia. Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai
kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.
b) Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh: Pegawai tersebut merupakan
tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan
ungkapan bagi orang yang setia dan dipercaya.
c) Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama
dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.Contoh:
Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki
wajah yang sangat mirip.
d) Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir
tidak masuk akal. Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut
dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
e) Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan
padanan yang lebih halus. Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang
diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
f) Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada
benda umum. Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua.
Aqua di sini merujuk pada air mineral.
g) Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak,
bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua
objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan
ungkapan. Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
h) Alegori
Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan. Contoh: Suami
adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda
yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
i) Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan
sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa
yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah
benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yakni
gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian
benda atau situasi.Contoh: Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang
hidung Reni belum juga kelihatan. Totem pro Parte: Indonesia berhasil
menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
j) Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup
lainnya dalam ungkapan. Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak
merpati.
 Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam
kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni
sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes
merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang
sebenarnya adalah yang sebaliknya. Contoh: Selamat datang ke gubuk
kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang
berkebalikannya. Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku
merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan. Contoh: Film
tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya.
Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang
berada di perbatasan.
 Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk
menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi
tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur
yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung. Contoh: Suaramu keras
sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
3. Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar. Contoh: Kamu hanya sampah
masyarakat tahu!
 Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan
pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun
kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan
tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat. Contoh: Dia
pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu
dijawab. Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok
turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi. Contoh: Bayi,
anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki
asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan
sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun
seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang
sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya
ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di
bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas:
Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah
kondisi atau ujaran.Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan
bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.

Anda mungkin juga menyukai