Pengertian Puisi
Berdasarkan pengertiannya, puisi dapat dikatakan sebagai salah satu
genre sastra yang menggunakan kata-kata yang estetis dan berirama.
Penggunaan kata-kata indah ini bertujuan untuk membangun makna
yang berbeda atau menggantikan makna asli sebuah kata.
Pada materi puisi Bahasa Indonesia kelas 10, disebutkan bahwa
puisi merupakan ungkapan hati atau pemikiran penyair mengenai
berbagai hal dalam kehidupan ke dalam susunan kata-kata yang padat
dan penuh makna.
B. Ciri-Ciri Puisi
Puisi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan
prosa dan drama.
Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur.
Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun,
khususnya pada puisi lama.
Puisi bersifat simetris.
Puisi memiliki makna konotatif.
Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra).
C. Unsur-Unsur Puisi
Pada materi puisi Bahasa Indonesia kelas 10 ini, kamu juga perlu
mengetahui tentang apa saja yang menjadi unsur pada puisi, sebagai
berikut:
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat
dan diamati secara langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri
dari:
Tipografi atau bentuk format puisi
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris,
batas tepi kertas kanan, kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan
jenis huruf yang digunakan oleh penyairnya. Tipografi ini
berpengaruh terhadap pemaknaan dari isi puisi.
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh
penyair dalam puisinya, yang dimaksudkan untuk
mendapatkan efek sesuai dengan keinginan penyair tersebut.
Diksi ini sangat berpengaruh dengan makna yang ingin
disampaikan penyair dalam puisinya.
Majas
Majas merupakan pemakaian bahasa dengan melukiskan
sesuatu dengan konotasi khusus sehingga arti sebuah kata
dapat memiliki banyak makna.
Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk
kepada suatu benda atau hal yang berwujud, dapat diraba,
dilihat, didengar, dan dicium. Kata konkret dalam puisi
biasanya merangsang imaji pembaca dan berkaitan dengan
lambang atau kiasan. Contoh kata konkret adalah laut, sawah,
pantai, meja, uang, rumah, mobil, dan lain sebagainya.
Pengulangan kata
Atau ungkapan yang menentukan tinggi dan rendah,
panjang dan pendek, keras dan lemahnya bunyi yang sangat
berpengaruh dan menonjol dalam pembacaan puisi.
Rasa (Feeling)
Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok
permasalahan dalam puisinya. Rasa biasanya dipengaruhi latar
belakang sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar
belakang pendidikan, jenis kelamin, kelas sosial, agama,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengetahuan, serta
pengalaman sosiologis dan psikologis seorang penyair akan
mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.
Jenis-Jenis Puisi
Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan
terikat pada beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Bersifat anonim karena merupakan puisi rakyat,
Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut, dan
Terikat aturan-aturan yang mengatur jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata, maupun rima
Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat larik
dengan rima berakhiran ab-ab. Pantun juga biasa disebut
sebagai bahasa sindiran. Pantun dibedakan berdasarkan
jenisnya, yaitu pantun anak, pantun teka-teki, pantun orang
tua, pantun remaja, dan pantun teka-teki.
Seloka
Seloka merupakan pantun berkait yang berasal dari Melayu
Klasik. Seloka biasanya berisi mengenai pepatah.
Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait
yang tiap baitnya terdiri dari dua baris kalimat dengan rima
yang sama. Gurindam ini biasanya mengandung amanat atau
nasihat.
Karmina
Karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti
prosa dan lebih pendek dari pantun. Karmina sering disebut
juga sebagai pantun kilat karena bentuknya yang sangat
pendek.
Talibun
Talibun merupakan puisi lama berupa pantun yang
memiliki lebih dari empat baris dengan rima abc-abc.
Syair
Syair merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris
berakhiran serupa. Syair umumnya mengisahkan sebuah cerita
yang di dalamnya terkandung amanat dari penyairnya.
Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan
puisi lama, baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi
baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Nama penyairnya jelas atau diketahui,
Memiliki bentuk rapi dan simetris,
Memiliki gaya bahasa yang dinamis,
Memiliki persajakan akhir yang teratur,
Sebagian besar puisi baru memiliki empat seuntai,
Setiap barisnya terdiri dari sebuah gatra atau kesatuan
sintaksis,
Setiap gatra terdiri dari empat sampai lima suku kata, dan
Banyak menggunakan pola pantun dan syair, sekalipun ada
juga yang menggunakan pola puisi lama lainnya.
Balada
Balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai
cerita rakyat yang mengharukan. Balada biasanya berbentuk
dialog atau disajikan dalam bentuk nyanyian.
Ode
Ode merupakan puisi larik mengenai sanjungan terhadap
orang yang berjasa. Ode dibaca dalam nada yang agung dan
memiliki tema yang serius. Biasanya ode ditujukan pada orang
tua, pahlawan, dan tokoh-tokoh besar.
Romansa
Romansa merupakan puisi cerita yang mengungkapkan
luapan perasaan cinta kasih. Pusi romansa ini menimbulkan
efek romantis saat dibacakan.
Epigram
Epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan
dalam menjalani hidup. Epigram sendiri memiliki arti unsur
pengajaran, nasihat, menuntun ke arah kebenaran yang
dijadikan pedoman hidup.
Elegi
Elegi merupakan syair atau nyanyian berupa ratapan dan
ungkapan duka cita, terutama pada peristiwa kematian. Satir
Satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang
disampaikan dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.
Distikon
Distikon meripakan puisi yang masing-masing baitnya
terdiri dari dua baris atau dua seuntai.
Terzina
Terzina merupakan puisi yang masing-masing baitnya
terdiri dari tiga baris atau tiga seuntai.
Kuatren
Kuatren merupakan puisi yang masing-masing baitnya
terdiri dari empat baris atau empat seuntai.
Kuint
Kuint merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri
dari lima baris atau lima seuntai.
Sekstet
Sekstet merupakan merupakan puisi yang masing-masing
baitnya terdiri dari enam baris atau enam seuntai.
Septima
Septima merupakan puisi yang masing-masing baitnya
terdiri dari tujuh baris atau tujuh seuntai.
Oktaf atau Stanza
Oktaf atau stanza adalah merupakan puisi yang masing-
masing baitnya terdiri dari delapan baris atau delapan seuntai.
Soneta
Soneta merupakan puisi yang terdiri dari 14 baris yang
dibagi menjadi dua bagian. Dua bait pertama dalam soneta
memiliki empat baris, sementara dua bait kedua masing-
masing memiliki tiga baris. Soneta ini merupakan jenis puisi
baru yang paling terkenal karena paling susah dibuat dan
membuat para penyair tertantang untuk membuatnya
Puisi Kontemporer
Sesuai dengan namanya, puisi kontemporer merupakan jenis
puisi yang berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman dan selalu berusaha keluar dari ikatan konvensional
penulisan puisi lama maupun baru.
Puisi kontemporer juga biasanya menggunakan kata-kata yang
tidak terlalu memperhatikan kesantunan berbahasa, seperti
menggunakan katakata yang kasar, ejekan, atau lainnya. Dalam
puisi kontemporer juga pemakaian kata-kata simbolik atau lambang
intuisi, irama, gaya bahasa, dan lain sebagainya dianggap tidak
terlalu penting lagi. Puisi kontemporer juga bisa berarti puisi yang
ditulis dalam kurun waktu terakhir.
Puisi kontemporer dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Puisi Mbeling
Puisi mbeling merupakan puisi yang tidak mengikuti aturan
umum atau ketentuan dalam puisi lama maupun baru. Penyair
puisi mbeling biasanya tidak tidak perlu memilih-milih kata
lagi karena dasar dari puisi ini adalah bermain-main.
Ciri utama dari puisi mbeling adalah kuatnya unsur kelakar,
sehingga penyair memanfaatkan seluruh unsur puisi berupa
rima, irama, diksi, bunyi, dan tipografi untuk mengejar efek
kelakar tanpa ada maksud tersirat atau disembunyikan.
Puisi Mantra
Puisi mantra merupakan puisi yang mengambil sifat-sifat
dari mantra. Penyair Indonesia yang memperkenalkan jenis
puisi ini adalah Sutardji Calzoum Bachri. Ciri-ciri puisi mantra
ini adalah sebagai berikut:
Puisi Konkret
Puisi konkret merupakan puisi yang lebih mengutamakan
bentuk grafis berupa tata wajah sehingga menyerupai gambar
tertentu dan tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai
medianya. Dalam puisi konkret biasanya terdapat lambang-
lambang yang diwujudkan dengan benda atau gambar-gambar
sebagai ungkapan ekspresi penyairnya. Dalam penulisannya,
puisi konkret perlu memperhatikan beberapa unsur berikut: