1) H.B Jassin menjelaskan bahwa puisi merupakan suatu karya sastra yang
diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-
pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.
3) James Reeves menjelaskan bahwa puisi merupakan ungkapan bahasa yang penuh
dan kaya akan daya pikat.
B. Ciri-Ciri Puisi
Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan
drama.
Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada puisi
lama.
(Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna konotasi adalah tautan
pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata. Makna konotatif digunakan untuk memperindah suatu kalimat ungkapan pada
sebuah kata. Kata ini biasanya mengandung makna kiasan atau bukan kata sebenarnya.
Contoh: Mutia merupakan anak emas dalam keluarganya. 'Anak emas' bermakna anak
yang paling disayang).
(Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian diksi adalah pilihan
kata yang tepat dan sesuai untuk mengungkapkan suatu gagasan atau ide. Kiasan atau
disebut juga gaya bahasa, merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa dalam bentuk
perbandingan atau perumpamaan).
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas tepi kertas kanan,
kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf yang digunakan oleh penyairnya.
Tipografi ini berpengaruh terhadap pemaknaan dari isi puisi.
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya, yang
dimaksudkan untuk mendapatkan efek sesuai dengan keinginan penyair tersebut.
Diksi ini sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan penyair dalam
puisinya.
Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan
pengalaman indrawi pembaca saat membaca puisi, sehingga pembaca dapat seolah-
olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami hal-hal yang terdapat dalam
sebuah puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji penglihatan (visual),
imaji pendengaran atau suara (auditif), dan imaji sentuh atau perabaan (taktil).
Majas
(metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,
antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks).
Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk kepada suatu benda atau
hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar, dan dicium. Kata konkret dalam
puisi biasanya merangsang imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang atau kiasan.
Contoh kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah, mobil, dan lain
sebagainya. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan oleh penyair dalam
puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau irama terdiri dari:
1) Pengulangan kata
Atau ungkapan yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras
dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan menonjol dalam pembacaan
puisi.
Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan tiruan bunyi suara
tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti asonansi, aliterasi, persamaan awal,
persamaan akhir, sajak berparuh, sajak penuh, sajak berselang, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya.
Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang tersirat, berupa makna
yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para pembaca. Tema atau makna dalam
puisi berkaitan dengan hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik kata,
baris, bait, maupun bentuk sebuah puisi memiliki makna tertentu yang ingin
disampaikan oleh penyairnya.
Tema/makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisinya.
Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung (makna puisi
dapat ditemukan setelah membaca dan menafsirkannya)
Nada (Tone)
Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya, yang berkaitan dengan
tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
Rasa (Feeling)
Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan dalam puisinya. Rasa
biasanya dipengaruhi latar belakang sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar
belakang pendidikan, jenis kelamin, kelas sosial, agama, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengetahuan, serta pengalaman sosiologis dan psikologis seorang
penyair akan mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi
lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Amanat atau tujuan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam
puisinya kepada para pembaca.
D. Jenis-Jenis Puisi
Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan terikat pada
beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Terikat aturan-aturan yang mengatur jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata, maupun rima.
Lebih jelasnya, aturan yang mengikat puisi lama adalah sebagai berikut:
Contoh:
2. Pantun
Pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat baris. Setiap
barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Bari di dalam pantun terbagi menjadi
sampiran dan isi. Sampiran berada di baris pertama dan baris kedua, sedangkan
isi berada di baris ketiga dan baris keempat. Pola sajak pada pantun adalah a-b-a-
b. Pantun memperhatikan penggunaan rima. Kalimat pertama dan kalimat ketiga
mempunyai bunyi akhir yang sama. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki
bunyi akhir yang sama.
3. Seloka
4. Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait yang tiap baitnya
terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Baris pertama membahas
tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua
memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.
Gurindam ini biasanya mengandung amanat atau nasihat.
Contoh:
5. Karmina
Karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti prosa dan lebih pendek
dari pantun. Karmina sering disebut juga sebagai pantun kilat karena bentuknya
yang sangat pendek.
Contoh:
6. Talibun
Talibun adalah pantun yang memiliki susunan genap antara enam hingga sepuluh
baris. Pada talibun, tiap bait dibagi menjadi sampiran dan isi. Pembagian baris
sampiran dan baris isi ditentukan oleh jumlah baris keseluruhan yang kemudian
dibagi menjadi dua.Talibun umumnya digunakan dalam acara berbalas pantun
sebagai pengganti pantun empat larik seuntai. Penggunaan talibun di dalam acara
berbalas pantun memudahkan pengungkapan gagasan dalam bentuk dialog.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
7. Syair
Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan
syair mengutamakan penggunaan irama dan cerita. Tiap bait pada syair terdiri
atas empat baris. Setiap baris memiliki jumlah suku kata antara 8-12 suku kata.
Contoh:
Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan puisi lama,
baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi baru memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Banyak menggunakan pola pantun dan syair, sekalipun ada juga yang
menggunakan pola puisi lama lainnya
2. Balada
Balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai cerita rakyat yang
mengharukan. Balada biasanya berbentuk dialog atau disajikan dalam bentuk
nyanyian.
3. Ode
Ode adalah sajak lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda,
peristiwa yang dimuliakan, dan sebagainya.Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
4. Romansa
5. Epigram
Epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan dalam menjalani hidup.
Epigram sendiri memiliki arti unsur pengajaran, nasihat, menuntun ke arah
kebenaran yang dijadikan pedoman hidup.
6. Elergi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.
7. Satir
Satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang disampaikan
dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.
8. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer merupakan jenis puisi yang berusaha menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman dan selalu berusaha keluar dari ikatan konvensional
penulisan puisi lama maupun baru.
o Puisi Mbeling
Puisi mbeling merupakan puisi yang tidak mengikuti aturan umum atau
ketentuan dalam puisi lama maupun baru. Penyair puisi mbeling biasanya tidak
tidak perlu memilih-milih kata lagi karena dasar dari puisi ini adalah bermain-
main.
o Puisi Mantra
Puisi mantra merupakan puisi yang mengambil sifat-sifat dari mantra. Penyair
Indonesia yang memperkenalkan jenis puisi ini adalah Sutardji Calzoum Bachri.
Ciri-ciri puisi mantra ini adalah sebagai berikut:
o Puisi Konkret
Puisi konkret merupakan puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis berupa
tata wajah sehingga menyerupai gambar tertentu dan tidak sepenuhnya
menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam puisi konkret biasanya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
2. Gerak tubuh/gesture
3. Lafal/artikulasi
Lafal merupakan kejelasan dalam pengucapan setiap kata dan huruf. Setiap
vokal atau konsonan yang terdapat dalam setiap kata dalam puisi yang
dibacakan harus jelas dan tepat.
4. Tekanan
Tekanan terkait pemberian nada khusus pada suatu kata, misalnya keras atau
lunaknya suara dalam mengucapkan suatu kata. Pada kata-kata yang ingin
kalian tegaskan maknanya dapat diucapkan dengan nada yang lebih keras
dibandingkan dengan kata lainnya.
Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada pada kalimat atau naik turunnya
lagu kalimat. Pengaturan intonasi juga dapat menghasilkan jenis kalimat yang
berbeda.
F. Peranan Puisi
Media komunikasi
Puisi merupakan salah satu media komunikasi karena memiliki pengirim pesan,
medium, dan penerima pesan. Pesan berupa pengalaman yang hendak disampaikan
oleh penyair sebagai pengirim pesan. Medium yang digunakan adalah bahasa dan
penerimanya adalah pembaca. Komunikasi di dalam puisi tidak hanya berupa data
objektif, tetapi juga data subjektif. Data ini berupa sikap, perasaan, dan imajinasi
dari pembicara.
Puisi tidak hanya menyampaikan perasaan penulisnya, tetapi juga sebagai produk
dari proses penciptaan yang kreatif. Penciptaan puisi melibatkan strategi, analisis,
seleksi, dan sintesis. Kegiatan berpikir kreatif ini dilakukan melalui pemilihan kata
dan peringkasan bahasa. Kata-kata di dalam puisi dipilih secara hati-hati sehingga
dibaca dengan makna yang indah serta menyampaikan pesan dari penyair secara
tepat dan mewakili banyak pengertian. Selain itu, pola bunyi pada puisi juga
memiliki keindahan yang disesuaikan dengan selera penulisnya.
Puisi dalam pembelajaran sastra memiliki nilai guna apabila dapat memberikan
hiburan dan manfaat. Manfaat puisi dalam pembelajaran sastra ialah pemberian
nilai-nilia yang berkaitan dengan tujuan hidup manusia. Selain itu, kebermanfaatan
puisi juga diperoleh dari segi pemerolehan pengetahuan dari berbagai teori hasil
pengembangan dalam penelitian jenis sastra.
Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Djoko Damono