Anda di halaman 1dari 13

Berkarya dan Berekspresi Melalui Puisi

A. Pengertian dan Definisi Para Ahli


Berdasarkan pengertiannya, puisi dapat dikatakan sebagai salah satu genre sastra yang
menggunakan kata-kata yang estetis dan berirama. Penggunaan kata-kata indah ini
bertujuan untuk membangun makna yang berbeda atau menggantikan makna asli
sebuah kata.

Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

1) H.B Jassin menjelaskan bahwa puisi merupakan suatu karya sastra yang
diucapkan dengan sebuah perasaan yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-
pikiran dan sebuah tanggapan-tanggapan.

2) Samuel Taylor Coleridge menjelaskan bahwa puisi adalah kata-kata terindah


dalam susunan terindah.

3) James Reeves menjelaskan bahwa puisi merupakan ungkapan bahasa yang penuh
dan kaya akan daya pikat.

B. Ciri-Ciri Puisi
 Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan
drama.

 Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur.

 Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada puisi
lama.

 Puisi memiliki makna konotatif.

(Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna konotasi adalah tautan
pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah
kata. Makna konotatif digunakan untuk memperindah suatu kalimat ungkapan pada
sebuah kata. Kata ini biasanya mengandung makna kiasan atau bukan kata sebenarnya.
Contoh: Mutia merupakan anak emas dalam keluarganya. 'Anak emas' bermakna anak
yang paling disayang).

 Diksi yang digunakan lebih indah dan memiliki unsur kiasan.

(Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian diksi adalah pilihan
kata yang tepat dan sesuai untuk mengungkapkan suatu gagasan atau ide. Kiasan atau
disebut juga gaya bahasa, merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa dalam bentuk
perbandingan atau perumpamaan).

 Diksi tergantung dari rima persajakan agar menghasilkan irama indah.


 Puisi memiliki bait-bait yang terdiri dari beberapa baris.

 Tidak terlalu memperhatikan tokoh dan alur.

 Seringkali menggunakan majas.

C. Unsur – Unsur Puisi

Struktur Fisik Puisi


Struktur fisik puisi merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat dan diamati secara
langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri dari:

 Tipografi atau bentuk format puisi

Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas tepi kertas kanan,
kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf yang digunakan oleh penyairnya.
Tipografi ini berpengaruh terhadap pemaknaan dari isi puisi.

 Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya, yang
dimaksudkan untuk mendapatkan efek sesuai dengan keinginan penyair tersebut.
Diksi ini sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan penyair dalam
puisinya.

 Imaji atau Citraan

Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan
pengalaman indrawi pembaca saat membaca puisi, sehingga pembaca dapat seolah-
olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami hal-hal yang terdapat dalam
sebuah puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji penglihatan (visual),
imaji pendengaran atau suara (auditif), dan imaji sentuh atau perabaan (taktil).

 Majas

Majas merupakan pemakaian bahasa dengan melukiskan sesuatu dengan konotasi


khusus sehingga arti sebuah kata dapat memiliki banyak makna.

(metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,
antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks).

 Kata Konkret

Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk kepada suatu benda atau
hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar, dan dicium. Kata konkret dalam
puisi biasanya merangsang imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang atau kiasan.
Contoh kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah, mobil, dan lain
sebagainya. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.

 Rima atau Irama

Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan oleh penyair dalam
puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau irama terdiri dari:

1) Pengulangan kata

Atau ungkapan yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras
dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan menonjol dalam pembacaan
puisi.

2) Onomatope atau tiruan bunyi

Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan tiruan bunyi suara
tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti asonansi, aliterasi, persamaan awal,
persamaan akhir, sajak berparuh, sajak penuh, sajak berselang, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya.

Struktur Batin Puisi


Struktur batin puisi merupakan unsur pembangun puisi yang tidak terlihat mata.
Struktur batin puisi terdiri dari:

 Tema atau Makna (Sense)

Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang tersirat, berupa makna
yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para pembaca. Tema atau makna dalam
puisi berkaitan dengan hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik kata,
baris, bait, maupun bentuk sebuah puisi memiliki makna tertentu yang ingin
disampaikan oleh penyairnya.

Tema/makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisinya.
Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung (makna puisi
dapat ditemukan setelah membaca dan menafsirkannya)

 Nada (Tone)

Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya, yang berkaitan dengan
tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
 Rasa (Feeling)

Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan dalam puisinya. Rasa
biasanya dipengaruhi latar belakang sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar
belakang pendidikan, jenis kelamin, kelas sosial, agama, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengetahuan, serta pengalaman sosiologis dan psikologis seorang
penyair akan mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.

Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi
lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

 Amanat atau Tujuan (Intention)

Amanat atau tujuan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam
puisinya kepada para pembaca.

D. Jenis-Jenis Puisi

Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan terikat pada
beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Bersifat anonim karena merupakan puisi rakyat

 Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut

 Terikat aturan-aturan yang mengatur jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata, maupun rima.

Lebih jelasnya, aturan yang mengikat puisi lama adalah sebagai berikut:

 Jumlah kata dalam satu baris

 Jumlah baris dalam satu bait

 Jumlah suku kata dalam tiap baris

 Persajakan atau rima, dan irama

Jenis - Jenis Puisi Lama


1. Mantra

Mantra merupakan ucapan kata-kata yang dipercaya dapat mendatangkan


kekuatan magis, yang biasanya diucapkan pada acara tertentu. Penggunaan
utama dari mantra adalah untuk mencegah terjadinya bencana. Misalnya adalah
mantra yang diucapkan untuk menolak ataupun untuk mendatangkan hujan.

Contoh:

Assalamu’alaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu

Aku membawa sadap gading

Akan membasuh mukamu

2. Pantun

Pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat baris. Setiap
barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Bari di dalam pantun terbagi menjadi
sampiran dan isi. Sampiran berada di baris pertama dan baris kedua, sedangkan
isi berada di baris ketiga dan baris keempat. Pola sajak pada pantun adalah a-b-a-
b. Pantun memperhatikan penggunaan rima. Kalimat pertama dan kalimat ketiga
mempunyai bunyi akhir yang sama. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki
bunyi akhir yang sama.

Contoh pantun nasihat:

Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam peti

Kalau ada kataku yang salah

Jangan dimasukkan ke dalam hati

3. Seloka

Seloka adalah pantun yang mempunyai beberapa bait saling sambung-


menyambung. Nama lain dari seloka adalah pantun berkait atau pantun berantai.
Baris pertama dan ketiga pada bait kedua menggunakan isi yang sama dengan
baris kedua dan keempat dari bait pertama. Pola ini digunakan secara terus-
menerus pada bait berikutnya. Kata "seloka" merupakan kata
serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu sloka. Seloka merupakan salah satu jenis
puisi Melayu klasik yang berisikan pepatah atau perumpamaan. Pesan yang
disampaikan di dalam seloka dapat berupa candaan, sindiran atau ejekan. Seloka
umumnya ditulis dalam bentuk pantun atau syair dengan empat baris. Selain itu,
ada juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh:

Lurus jalan ke Payakumbuh,

Kayu jati bertimbal jalan.

Di mana hati tak kan rusuh,

Ibu mati bapak berjalan.

4. Gurindam

Gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait yang tiap baitnya
terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Baris pertama membahas
tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua
memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.
Gurindam ini biasanya mengandung amanat atau nasihat.

Contoh:

Kurang pikir kurang siasat (a)

Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)

Bagai rumah tiada bertiang (b)

5. Karmina

Karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti prosa dan lebih pendek
dari pantun. Karmina sering disebut juga sebagai pantun kilat karena bentuknya
yang sangat pendek.

Contoh:

Dahulu parang sekarang besi (a)

Dahulu sayang sekarang benci (a)

6. Talibun

Talibun adalah pantun yang memiliki susunan genap antara enam hingga sepuluh
baris. Pada talibun, tiap bait dibagi menjadi sampiran dan isi. Pembagian baris
sampiran dan baris isi ditentukan oleh jumlah baris keseluruhan yang kemudian
dibagi menjadi dua.Talibun umumnya digunakan dalam acara berbalas pantun
sebagai pengganti pantun empat larik seuntai. Penggunaan talibun di dalam acara
berbalas pantun memudahkan pengungkapan gagasan dalam bentuk dialog.

Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak pun beli sampiran

Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan

Ibu cari sanak pun cari isi

Induk semang cari dahulu

7. Syair

Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan
syair mengutamakan penggunaan irama dan cerita. Tiap bait pada syair terdiri
atas empat baris. Setiap baris memiliki jumlah suku kata antara 8-12 suku kata.

Contoh:

Pada zaman dahulu kala (a)

Tersebutlah sebuah cerita (a)

Sebuah negeri yang aman sentosa (a)

Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan puisi lama,
baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi baru memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

 Nama penyairnya jelas atau diketahui

 Memiliki bentuk rapi dan simetris

 Memiliki gaya bahasa yang dinamis

 Memiliki persajakan akhir yang teratur

 Sebagian besar puisi baru memiliki empat seuntai

 Setiap barisnya terdiri dari sebuah gatra atau kesatuan sintaksis

 Setiap gatra terdiri dari empat sampai lima suku kata

 Banyak menggunakan pola pantun dan syair, sekalipun ada juga yang
menggunakan pola puisi lama lainnya

Jenis – Jenis Puisi Baru


1. Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya
adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan,
tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian
himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan,
berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan)
yang bernapaskan ketuhanan.

2. Balada

Balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai cerita rakyat yang
mengharukan. Balada biasanya berbentuk dialog atau disajikan dalam bentuk
nyanyian.

3. Ode

Ode adalah sajak lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda,
peristiwa yang dimuliakan, dan sebagainya.Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

4. Romansa

Romansa merupakan puisi cerita yang mengungkapkan luapan perasaan cinta


kasih. Pusi romansa ini menimbulkan efek romantis saat dibacakan.

5. Epigram

Epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan dalam menjalani hidup.
Epigram sendiri memiliki arti unsur pengajaran, nasihat, menuntun ke arah
kebenaran yang dijadikan pedoman hidup.

6. Elergi

Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.

7. Satir

Satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang disampaikan
dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.

8. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer merupakan jenis puisi yang berusaha menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman dan selalu berusaha keluar dari ikatan konvensional
penulisan puisi lama maupun baru.

Puisi kontemporer juga biasanya menggunakan kata-kata yang tidak terlalu


memperhatikan kesantunan berbahasa, seperti menggunakan kata-kata yang
kasar, ejekan, atau lainnya. Dalam puisi kontemporer juga pemakaian kata-kata
simbolik atau lambang intuisi, irama, gaya bahasa, dan lain sebagainya dianggap
tidak terlalu penting lagi. Puisi kontemporer juga bisa berarti puisi yang ditulis
dalam kurun waktu terakhir.

Puisi kontemporer dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

o Puisi Mbeling

Puisi mbeling merupakan puisi yang tidak mengikuti aturan umum atau
ketentuan dalam puisi lama maupun baru. Penyair puisi mbeling biasanya tidak
tidak perlu memilih-milih kata lagi karena dasar dari puisi ini adalah bermain-
main.

Puisi mbeling biasanya digunakan untuk menyampaikan kritik sosial terhadap


sistem pemerintahan dan sistem perekonomian, serta digunakan sebagai ejekan
kepada para penyair yang bersikap terlalu serius atau sungguh-sungguh dalam
berpuisi. Oleh karena itulah, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling sebagai puisi
yang mengejek puisi.

o Puisi Mantra

Puisi mantra merupakan puisi yang mengambil sifat-sifat dari mantra. Penyair
Indonesia yang memperkenalkan jenis puisi ini adalah Sutardji Calzoum Bachri.
Ciri-ciri puisi mantra ini adalah sebagai berikut:

 Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri,

 Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami, melainkan


sebagai sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan efek atau akibat
tertentu, dan

 Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran yang terletak


pada perintah.

o Puisi Konkret

Puisi konkret merupakan puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis berupa
tata wajah sehingga menyerupai gambar tertentu dan tidak sepenuhnya
menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam puisi konkret biasanya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.

E. Metode dan Teknik Pembacaan Puisi


1. Ekspresi/mimik wajah

Ekspresi atau mimik wajah merupakan bentuk dan pengaturan tampilan


wajah sesuai dengan isi dan nada puisi yang dibacakan. Ekspresi wajah yang
ditampilkan saat membacakan puisi tentu harus sesuai dengan makna yang
terkandung dalam puisi tersebut. Sebagai contoh, puisi yang bermakna sedih
tentu harus diwujudkan dengan ekspresi wajah yang tampak sedih.

2. Gerak tubuh/gesture

“Gerak tubuh merupakan bagaimana bagian-bagian tubuh bergeser atau


bergerak sesuai dengan penjiwaan dan pemaknaan terhadap isi puisi yang
dibaca. Gerak tubuh meliputi gerakan seluruh anggota tubuh: kaki, tangan,
badan, dan kepala.

3. Lafal/artikulasi

Lafal merupakan kejelasan dalam pengucapan setiap kata dan huruf. Setiap
vokal atau konsonan yang terdapat dalam setiap kata dalam puisi yang
dibacakan harus jelas dan tepat.

4. Tekanan

Tekanan terkait pemberian nada khusus pada suatu kata, misalnya keras atau
lunaknya suara dalam mengucapkan suatu kata. Pada kata-kata yang ingin
kalian tegaskan maknanya dapat diucapkan dengan nada yang lebih keras
dibandingkan dengan kata lainnya.

5. Jeda dan tempo

Jeda merupakan pemberhentian singkat/sesaat pada suatu kata atau baris


dalam pembacaan puisi. Pengaturan jeda yang baik dapat memudahkan
memahami makna puisi yang dibacakan. Karena itu, pengaturan jeda setiap
kata, baris, dan bait dalam pembacaan puisi penting untuk diperhatikan
dengan cermat. Sebagai contoh, kalian sebaiknya tidak memotong kalimat
pada bagian susunan kata yang memiliki satu pengertian. Hal tersebut akan
membuat makna puisi yang dibacakan menjadi bias dan janggal bagi
pendengar. Selain jeda, penghentian cepat-lambatnya tempo juga
memengaruhi isi suatu kalimat. Tempo memberikan alunan irama pembacaan
puisi. Kalimat- kalimat puisi yang dialunkan akan terasa merdu jika
pemberian temponya diperhatikan dengan baik.
6. Intonasi

Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada pada kalimat atau naik turunnya
lagu kalimat. Pengaturan intonasi juga dapat menghasilkan jenis kalimat yang
berbeda.

F. Peranan Puisi
 Media komunikasi

Puisi merupakan salah satu media komunikasi karena memiliki pengirim pesan,
medium, dan penerima pesan. Pesan berupa pengalaman yang hendak disampaikan
oleh penyair sebagai pengirim pesan. Medium yang digunakan adalah bahasa dan
penerimanya adalah pembaca. Komunikasi di dalam puisi tidak hanya berupa data
objektif, tetapi juga data subjektif. Data ini berupa sikap, perasaan, dan imajinasi
dari pembicara.

 Meningkatkan proses berpikir kreatif

Puisi tidak hanya menyampaikan perasaan penulisnya, tetapi juga sebagai produk
dari proses penciptaan yang kreatif. Penciptaan puisi melibatkan strategi, analisis,
seleksi, dan sintesis. Kegiatan berpikir kreatif ini dilakukan melalui pemilihan kata
dan peringkasan bahasa. Kata-kata di dalam puisi dipilih secara hati-hati sehingga
dibaca dengan makna yang indah serta menyampaikan pesan dari penyair secara
tepat dan mewakili banyak pengertian. Selain itu, pola bunyi pada puisi juga
memiliki keindahan yang disesuaikan dengan selera penulisnya.

 Meningkatkan keterampilan berbahasa

Puisi dapat digunakan untuk pembelajaran sastra yang dapat meningkatkan


keterampilan berbahasa. Keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis
dapat dilakukan melalui puisi. Keterampilan membaca dilakukan dengan pembacaan
puisi. Keterampilan menyimak dapat dilatih dengan cara mendengarkan puisi yang
dibacakan melalui rekaman. Sementara itu, keterampilan berbicara dapat terlatih
dengan ikut serta dalam bermain drama. Sedangkan, keterampilan menulis dilatih
dengan kegiatan diskusi sastra yang hasilnya dapat dituliskan dalam bentuk esai
ataupun puisi.

 Menunjang pembentukan watak

Puisi dalam pembelajaran sastra memiliki nilai guna apabila dapat memberikan
hiburan dan manfaat. Manfaat puisi dalam pembelajaran sastra ialah pemberian
nilai-nilia yang berkaitan dengan tujuan hidup manusia. Selain itu, kebermanfaatan
puisi juga diperoleh dari segi pemerolehan pengetahuan dari berbagai teori hasil
pengembangan dalam penelitian jenis sastra.
Hujan Bulan Juni
Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Wahai semesta. Izinkan mega bumantaramu menjadi pijakan-pijakan yang akan


mengantarkan kami untuk melangitkan impian.
Pada akhirnya, semesta tidak pernah menjatuhkan asa. Hanya saja, manusia yang
terkadang lupa caranya untuk kembali mengangkasa. Dan lagi, seperti yang sudah
berkali-kali kisah ini temui: jangan pernah membunuh mimpi.
-MaFiKiBi Society.
Semangat…

Anda mungkin juga menyukai