Anda di halaman 1dari 26

ANTOLOGI PUISI ALBUM SAJAK-SAJAK KARYA A.

MUSTOFA BISRI
DALAM KAJIAN STILISTIKA
1
Hasna, 2Desi Ratnasari
Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Nanahasna075@gmail.com, deshyecy1408@gmail.com
Abstrak
Melalui media puisi manusia bisa mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan keinginan yang sedang dirasakan. Bahasa menjadi bagian
penting dalam puisi. Perbedaan ciri khas penyair menyebabkan
perbedaan ciri khas puisi yang di hasilkan. Penggunaan bahasa dalam
puisi disusun sebaik mungkin menggunakan diksi dan tata bahasa yang
menarik. Hal inilah yang menyebabkan puisi menjadi indah. Untuk
mengetahui ciri khas bahasa penyaiar dalam karya sastra mengunakan
sebuah tinjauan yang disebut stilistika. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif karena menggunakan data deskripsi berupa kata-
kata tertulis. Data penelitian ini adalah kumpulan puisi album sajak-
sajak karya A. Mustofa Bisri. Prosedur pengumpulan data
menggunakan langkah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, dan transformasi data yang muncul. Panyajian data
yang sudah diklasifikasi secara sistematis sesuai dengan satuan-satuan
yang diperlukan untuk menganalisis.
Kata kunci: stilistika, antologi puisi, album sajak-sajak A. Mustofa
Bisri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji
dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-
unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari
bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula
puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada
beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut
kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke
waktu puisi selalu ditulis dan dibaca orang. Meskipun demikian, orang
tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui
dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.  
Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk Mendeskripsikan
diksi  pada puisi album sajak-sajak karya A. Mustofa Bisri.
Mengungkapkan makna yang dapat diinterprestasi dalam album sajak-
sajak karya A. Mustofa Bisri. Sedangkan manfaatnya adalah penelitian
gaya bahasa ini untuk menyumbangkan pandangan bagi
pengembangan ilmu sastra, khususnya dalam lapangan stilistika.
Dengan menunjukan corak gaya bahasa yang meliputi aspek bahasa,
diharapkan penelitian ini dapat menyumbangkan gagasan penulisan
stilistika Indonesia khususnya stilistika sastra.
Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut
menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra, bahkan
seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya.
Dewasa ini, penelitian yang berhubungan dengan gaya bahasa begitu
merebak di kalangan masyarakat bahasa. Hal ini ditunjang dengan
beberapa buku yang membicarakan gaya bahasa meskipun bukan
semata-mata meneliti karya sastra dari aspek kegayabahasaannya
ataupun penelitian gaya bahasa itu bersifat umum, dalam arti, bukan
penelitian gaya bahasa sastra secara khusus. Diantara yang dimaksud
itu ialah Diksi dan Gaya Bahasa (1984) karya Gorys Keraf, Ragam
Bahasa Indonesia (Tanpa Tahun) tulisan Slametmuljana dan
Simorangkir Simandjuntak, dan Pengkajian Puisi (1987, cet. I; 1990
cet. II)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah
“Bagaimana Antologi puisi album sajak-sajak karya A. Mustofa Bisri
dalam kajian stilistika ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang penulis ambil “Untuk mengetahui
Antologi puisi album sajak-sajak karya A. Mustofa Bisri dalam kajian
stilistika

D. Manfaat
Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui manfaat
dalam mempelajari Antologi puisi album sajak-sajak karya A. Mustofa
Bisri dalam kajian stilistika
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sastra
1. Pengertian Sastra
Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang
disajikan melalui perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta
benar-benar citraan dari perkemangan zaman yang terjadi pada
masyarakat. Di dalam karya sastra sering kita jumpai berbagai kisah yang
menggambarkan kehidupan sosial masyarakat seperti politik, ekonomi
sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu, meskipun dikatakan karya
fiksi, sebuah karya sastra tidak serta-merta murni sebuah hayalan dan
imajinasi. Akan tetapi, sebuah karya sastra lahir melalui tempaan
pengalaman penulisnya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sastra adalah
karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan biasa lainnya, memiliki
berbagai ciri keunggulan, keaslian, keartistikan, keindahan, isi dan
ungkapan. Karya sastra sendiri merupakan karangan yang memiliki nilai
kebaikan berupa tulisan dengan bahasa yang indah penuh estetika. Sastra
sendiri juga memberikan pengetahuan dan wawasan umum mengenai
manusia, sosial, intelek, dengan gaya yang khas dan unik. Di mana
pembaca sastra dapat menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan
pengalamanan dan wawasannya, Semua kembali ke pembaca dan
penikmat.(Cakiel, 2018)

Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan


dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya
faktor yang menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan
bahasa sebagai medianya. Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu
bersinggungan dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada yang
bersifat estetik saja. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan
sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat
diungkapkan dalam karya sastra.(Unknown, 2015)
Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada
pembacanya. Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-
ketegangan (suspense). Dalam ketegangan itulah diperoleh kenikmatan
estetis yang aktif. Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara
total dengan apa yang dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah kemungkinan
besar muncul kenikmatan estetis. Menurut Luxemburg dkk (1989) sastra
juga bermanfaat secara rohaniah. Dengan membaca sastra, kita
memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial,
maupun intelektual dengan cara yang khusus.

2. Jenis-Jenis Sastra
a. Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak.
Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan
gerak gerik para pemain (akting) dipanggung. Percakapan dan
gerak gerik itu memeragakan cerita yang ditulis dalam naskah.
Dengan demikian penonton dapat langsumg mengikuti dan
menikmati cerita tanpa membayangkan.
Drama dalam masyarakat mempunyai dua arti, yaitu drama
dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Drama dalam arti luas
adalah semua bentuk tontonan yamg mengandung cerita yang
dipertunjukan di depan orang banyak. Drama dalam arti sempit
adalah kisah hidup manusiadalam masyarakat yang diproyeksikan
ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak
berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata
musik, tata rias, dan tata busana. (Wiyanto, 2002)

b. Prosa
Prosa merupakan karangan bebas yang mengekpresikan
pengalaman batin pengarang mengenai masalah kehidupan dalam
bentuk dan isis yang harmonis yang menimbulkan kesan ekstetis.
Bentuk merupakan alat yang dipakai pengarang untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaaanya. Seperti bahasa dan
gaya. Bahasa ynag menimbulkan kesan ekstetis , bentuk disebut
juga tehnik sastra. Isi merupakan segala yang hendak diungkapkan
pengarang berupa pemikiran, ide-ide, cita-cita, tafsiran, peristiwa-
peristiwa kehidupan dan lain-lain. (Ramadhanti, 2018)

c. Puisi
Puisi merupakan suatu bentuk dalam karya sastra yang
berasal dari hasil suatu perasaan yang di ungkapankan oleh penyair
dengan bahasa yang menggunakan irama, rima, matra, bait dan
penyusunan lirik yang berisi makna.
Puisi diklasifikasikan menurut masa penciptaannya oleh
penyair. Menurut Pradopo (2003:25) puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara
imajinatif disusundengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa penkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ada
dua golongan puisi yang secara umum acap kali digunakan sebagai
metode penentuan jenis puisi. Puisi lama dan puisi baru merupakan
dua jenis puisi yang dikategorikan dari masa pembuatannya serta
struktur teknisnya. ada satu jenis puisi lain yaitu puisi kontemporer
yang menjadi golongan bentuk puisi paling bebas saat ini.
1. Puisi lama
Puisi lama yaitu puisi yang secara fisik masih terikat oleh
aturan penciptaan. Beberapa jenis sajak yeng termasuk puisi
lama antara lain:
a). Mantra
Mantra yaitu sebuah kata atau ucapan-ucapan pada
masa lampau yang diyakini mempunyai kekuatan
gaib. kebanyakan mantra diungkapkan oleh seseorang yang
diyakini oleh golongan masyarakat tertentu untuk
digunakan sebagai media penyembuhan penyakit dan
semacamnya.
b). Pantun
Pantun (baca : jenis jenis pantun) yaitu bentuk puisi
lama yang memiliki sajak a-b-a-b , setiap baris berisi 8 -12
suku kata. Dua baris awal pada pantun merupakan sampiran
(pengantar), sedangkan dua baris selanjutnya disebut isi.
Setiap bait berisi empat baris.
c). Karmina
Karmina yaitu bentuk pantun yang sangat pendek.
Karmina selalu disebut sebagai pantun kilat. Terdiri atas
dua larik, yang pada larik pertama disebut sampiran,
sedangkan larik kedua disebut isi.
d). Seloka
Seloka merupakan bentuk pantun yang saling
berkesinambungan. Seloka merupakan bagian dari puisi
Melayu Klasik yang berisis nasihat. lazimnya seloka ditulis
dalam dua atau empat baris, terkadang juga ditulis dalam
enam baris. Seloka tergolong dalam puisi bebas.
e). Gurindam
Gurindam merupakan bentuk puisi lama yang
memiliki ciri-ciri didalamnya ada bait yang terdiri dari dua
baris, memiliki sajak a-a-a-a. Gurindam banyak memuat
nasihat kehidupan. Oleh sebab itu, pada masa lampau
masyarakat Melayu khususnya selalu menggunakan
gurindam sebagai media menasihati generasi penerusnya.
2. Puisi baru
Puisi baru yaitu puisi yang tidak lagi memiliki keterikatan
terhadap kaidah penulisan seperti puisi lama. Dapat dikatakan
puisi baru mempunyai teknik penulisan yang bebas, baik pada
baris, suku kata, maupun rima. Beberapa jenis sajak yang
termasuk dalam puisi baru diantaranya yakni
a). Balada
Balada yakni puisi baru yang menggambarkan stori,
terdiri dari 3 bait, dengan masing-masing 8 larik, berima a-
b-a-b-b-c-c-b kemudian beralih rima a-b-a-b-b-c-b-c.
b). Himne
Himne yaitu puisi baru yang dimanfaatkan untuk
memuji Tuhan, pahlawan atau tanah air.

d). Ode
Ode merupakan bentuk puisi baru yang berupa
apresiasi kepada seseorang yang berjasa. Pembawaan
bahasa yang dipilih dalam penulisan Ode yaitutipe
pembawaan bahasa yang anggun dan sopan karena
ditujukan untuk memuji.
e). Epigram
Epigram yakni jenis puisi baru yang didalamnya
memuat ajaran hidup.
f). Romansa
Romansa yaitu jenis puisi baru yang diciptakan oleh
penyair dan berisikan kisah cinta atau perasaan penyair
tentang cinta.(“Pengertian Puisi dan Jenis-jenisnya,” t.t.)

B. Stilistika
Secara umum lapangan kajian stilistika adalah pemakaian bahasa,
sehingga dapat dilihat bahasa yang digunakan dalam suatu karya sastra.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stilistika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya bahasa, pilihan kata, dan
penggunaan bahasa. Stilistika Menurut Ratna (2009:167) adalah ilmu yang
berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih
mengacu pada gaya bahasa. Dalam bidang bahasa dan sastra stilistika
berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan
efek tertentu yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan.

Hal ini berarti stilistika adalah studi gaya yang menyarankan


bentuk suatu ilmu pengetahuan atau paling sedikit studi yang metodis.
Kajian stilistika berpangkal pada bentuk ekspresi, bentuk bahasa kias dan
aspek bunyi. Akan tetapi, istilah stilistika secara umum dikenal sebagai
studi pemakaian bahasa dalam karya sastra. Adapun alasan penggunaan
bahasa dalam karya sastra karena bahasa mampu menghadirkan kekayaan
makna, mampu menimbulkan misteri yang tidak ada habisnya, mampu
menimbulkan efek emotif bagi pembaca atau pendengarnya, citraan serta
suasana tertentu. Pengungkapan hal tersebut dilakukan oleh pengarang
untuk menunjukkan sifat kreativitasnya serta pengungkapan gagasan
tersebut bersifat individual, personal yang tidak dapat ditiru dan selalu ada
pembaharuan. (hadi susanto, 2016)

Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik


Menurut Sudjiman (1995:13) style gaya bahasa mencakup diksi (pilihan
kata atau leksikal), struktur kalimat, majas, dan citraan, pola, rima, matra
yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra.
1. Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang
penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih
kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama
memiliki kedudukan yang sesuai dan indah..
2. Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan
objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan
setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran
angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-
angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau
imaji.
3. Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan
tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh
pengarang. Tarigan (2011:32) mengungkapkan salah satu cara
membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah
menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan
suatu pengertian secara menyeluruh.
4. Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan
bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara
(2011:73) terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan,
yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme,
paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya
kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi,
simile, sarkasme, dan sebagainya.
5. Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan
pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-
bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan
rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan
variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak
yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan (2011:35)
mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas
makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah
turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan
bunyi.
C. Kerangka Pikir

SASTRA

PROSA DRAMA PUISI

LAMA BARU

ALBUM SAJAK-SAJAK
A. MUSTOFA BISRI

STILISTIKA
(SUDJIMAN 1995:13)

DIKSI CITRAAN KATA KONKRET BAHASA FIGURATIF RIMA/RITMA

TEMUAN
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah dengan
pendekatan kualitatif. Saryono (2010), mendefinisikan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan
melalui pendekatan kuantitatif.
Lebih lanjut Sugiyono (2011), mengemukakan metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
B. Data Dan Sumber Data
1. Data
Data pada penelitian ini menggunakan teori Stilistika Sudjiman
(1995:13). Teori stilistika sastra menurut Sudjiman menyatakan bahwa
style gaya bahasa mencakup diksi (pilihan kata atau leksikal), struktur
kalimat, majas, dan citraan, pola, rima, matra yang digunakan seorang
sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan Album Sajak-Sajak
karya A. Mustofa Bisri terdiri dari 600 halaman, tebal buku 20 x 14
cm, dan diterbitkan oleh Mata Air Publishing, Surabaya. Pada antologi
puisi ini diambil dari lima puisi.
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini


menggunakan tehnik membaca, memilah data, mencatat, mengidentifikasi
dan memantapkan kebenaran data untuk kemudian digunakan sebagai
bahan analisis mengidentifikasi dan memantapkan kebenaran data untuk
kemudian digunakan sebagai bahan analisis. Membaca berulang-ulang
puisi-puisi yang di jadikan bahan utama objek penelitian, menentukan
puisi-puisi untuk dijadikan objek penelitian.

D. Tehnik Analisis Data


Data yang ditemukan kemudian dianalisis menggunakan teory
Sudjiman yaitu mencakup gaya bahasa diksi (pilihan kata atau leksikal),
struktur kalimat, majas, dan citraan, pola, rima, matra.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Struktur Puisi dalam Album Sajak-Sajak A. Mustofa Bisri
a. Struktur Puisi “BISMILLAH”
“BISMILLAH”

Bismillah
Bismillah
BismiLlahir RahmaanirRahiem
Yang pertama kusebut ketika bergerak
Yang pertama kusebut ketika menapak
Yang pertama kusebut ketika membaca
Yang pertama kusebut ketika menulis
Yang pertama kusebut ketika Bekerja ……..

(Album Sajak-Sajak A.Mustofa Bisri 2008:1)

b. Struktur Fisik Puisi “BISMILLAH”

1) Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh


penyair untuk mewakili apa yang dipikirkannnya sebagai
media ekspresi dalam puisi. A Mustofa Bisri mengingatkan
kepada kita setiap melakukan tidak lupa membaca “Basmalah”
Pemilihan kata yang tercetak tebal di atas pemilihan kata yang
sangat tepat; dengan membaca Basmalah, kalbuku, pikiranku,
telingaku, mataku, sekelilingku, diriku, semua mendapat
pancaran rahmat dari Allah SWT.
2) Pengimajinasian Citraan

Imaji atau daya bayang merupakan kata atau


susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi sesorang, seperti bayangan terhadap suatu penglihatan,
pendengaran pemciuman, dan perasaan.

3) Kata Konkrit

Kata konkret kata-kata yang digunakan oleh penyair


untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

Berdasarkan hasil analisis puisi “Bismillah”, A.


Mustofa Bisri mengemukakan, bahwa kata Bismillah disebut
sebanyak tiga kalai perupakan perhatian atau kita disuruh fokus
pada kata tersebut. Kata bergerak, menapak, membaca ,
menulis dan bekerja merupakan kata yang dikonkretkan untuk
memperjelas makna. Seadangkan kata kalbuku, pikiranku,
telingaku, mataku, sekelilingku, dan diriku, kata kokret yang
saling mendukung.

4) Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan


penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

5) Verisifikasi meliputi ritma, rima dan mentrum

Ritma dikenal sebagai irama atau wirama,


merupakan perulangan bunyi, pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
musikalitas atau orkestrasi. Metrum sama dengan mantra.

6) Tipografi

Tipografi merupakan ukiran bentuk ialah susunan


lariklarik atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam
tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-
kata suatu puisi. Yang tertonjol adalah aspek visualnya.
Berdasarkan hasil analisis puisi “Bismillah”ukiran bentuk puisi
di atas bentuknya seperti botol. A. Mustofa Bisri dibentuk
seperti itu dikandung maksud Botol ini merupakan tempat, jadi
dimanapun kita berada kata Basmalah, yang pertama kita
ucapkan. Lebih lanjut penyair dalam menuliskan puisi selalu
simetris, adanya keseimbangan (balance), ini menunjukkan
dalam hidup ini harus ada keseimbanagan antara
hamblumminallah dan hamblumminannas.

c. Struktur Batin Puisi “BISMILLAH”

1) Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-


matter yang dikemukaan oleh penyair. Pokok pikiran atau
pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam diri penyair,
sehingga menjadi landasan utama penciptaannya Berdasarkan
hasil analisis Puisi “Bismillah” karya A. Mustofa Bisri, puisi-
puisi ciptaannya mengangkat tematema religi khusunya Islam.
Ini sesuai dengan latar belakang beliau yang dari pesantren
juga seorang mubaligh.
2) Perasaan

Dalam menciptakan puisi, perasaan penyair ikut


diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk
mengungkapkan tema yang sama penyair yang satu dengan
perasaan penyair yang lainnya, sehingga hasil puisi yang
diciptakan berbeda pula. Berdasarkan hasil penelitian puisi
“Bismillah” A. Mustofa Bisri mengungkapkan perasaannya
pada puisi tersebut setiap mengawali suatu pekerjaan harus
tenang dan mohon perlindungan pada Allah.

3) Nada

Nada merupakan sikap penyair kepada pembaca.


Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui,
mengejek, menyindir, atau bisa pula hanya bersikap lugas,
hendak menceritakan sesuatu kepada pembaca. Berdasarkan
hasil analisis Puisi “Bismillah” A. Mustofa Bisri berusaha
memberikan nasihat, agar dalam melakukan kegiatan yang
pertama selalu membaca Basmalah agar mendapatkan berkah.
Penyair di sini bersifat menggurui.

4) Suasana

Berdasarkan hasil analisis Puisi “Bismillah”A.


Mustofa Bisri, menyatakan suasana nampak hidup, ini dapat
dibuktikan dengan kata menyinari kalbuku, pikiranku,
telingaku, mataku, sekelilingku, diriku, memncarkan
rahmatmu. seakan puisi tersebut hidup.

5) Amanat

Amanat merupakan hal yang mendorong penyair


untuk menciptakan puisinya. Berdasarkan hasil analisi Puisi
“Bismillah”A. Mustofa Bisri, Amanat puisi “Bismillah”
memulai sesuatu pekerjaan dengan membaca basmalah. Mulai
dengan bergerak, menapak, membaca, menulis, bekerja dan
kalbu, pikiran, telinga dapat sinaran cahaya dari Allah.
2. Struktur Puisi dalam Album Sajak-Sajak A. Mustofa Bisri
a. Struktur Puisi “Orang Kecil Orang Besar”
“Orang Kecil Orang Besar”

Ayahnya berkata :
Anakku,
Kau sudah pernah menjadi anak kecil
Janganlah kau nanti menjadi orang kecil
Orang kecil-kecil perannya
Kecil perolehannya, tambah si Ibu
Ya, lanjut ayahnya
Orang kecil sangat kecil baginya
Anak kecil masih mending bagiannya
Anak kecil masih mendingan
Regek Ayahnya dan Ibu berganti-ganti menasehati:
Ingat jangan sampai jadi orang kecil
Orang kecil jika iklas diperas
Jika diam ditikam
Jika protes dikentes
Jika usil dibedil
Orang kecil jika hidup di persoalkan
Jika mati di persoalkannya didegarkan
Suaranya diperhitungkan
Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Suaranya tak suara
Lebih baik jadilah orang besar
Bagiannya selalu besar
Orang kecil jujur dibilang tolol
Orang besar tolol dibilang jujur
Orang kecil berani dikata kurangajar
Orang besar kurangajar dikata berani
Orang kecil mempertahankan hak
Disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak
Disebut pendekar

b. Struktur Fisik Puisi “Orang kecil orang besar”


1) Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh


penyair untuk mewakili apa yang dipikirkannnya sebagai
media ekspresi dalam puisi. A Mustofa Bisri dalam karnyanya
yang megatakan “orang kecil orang besar” kita di ajarkan untuk
selalu mendengar nasehat orang tua karna orang tua tidak ingin
melihat kita menjadi orang kecil karna menjadi orang kecil kita
hidup dipersoalkan. Oleh karena itu pesan dari puisi tersebut
kita di ajarkan untuk selalu berusaha dan kerja keras untuk
menjadi orang besar kelak.

2) Pengimajinasian Citraan

Imaji atau daya bayang merupakan kata atau


susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
sesorang, seperti bayangan terhadap suatu penglihatan,
pendengaran pemciuman, dan perasaan. Disini kita harus bisa
melihat peluang yang besar untuk menjadi orang-orsng sukses.

3) Kata Konkrit

Kata konkrit kata-kata yang digunakan oleh penyair


untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

Berdasarkan hasil analisis puisi “Orang kecil orang


besar”, A. Mustofa Bisri mengemukakan bahwa kata “orang
kecil orang besar” yang selalu orangtua katakan kepada kita
yaitu jangan pernah mau jadi orang kecil jangan seperti ayah
dan ibu, karna jika orang kecil jujur dibilang tolol, orang besar
tolol dibilang jujur.
4) Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan


penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.
Contoh kalimat yang ada di dalam puisi “orang kecil orang
besar” yang arti maknanya yaitu orang besar jujur tak jujur
makmur, benar tak benar dibenarkan, lalim tak lalim dibiarkan.

5) Tipografi

Tipografi merupakan ukiran bentuk ialah susunan


lariklarik atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam
tipografi ialah penggunaan huruf-huruf untuk menuliskan kata-
kata suatu puisi. Yang tertonjol adalah aspek visualnya.
Berdasarkan hasil analisis puisi “Orang Kecil Orang Besar”
ukiran bentuk puisi di atas selalu membuat kita untuk mengigat
nasehat orangtua kita dimana pun kita berada. Seperti halnya
kita sedang menuntut ilmu di tanah perantaun dan kita jauh dari
orangtua kita maka kita harus selalu mengigat nasehat orangtua
kita karna tanpa orangtua yang menyemangati dan yang
menasehati kita kita tidak akan bisa menjadi orang besar.

c. Struktur Batin Puisi “Orang Kecil Orang Besar”

1) Tema

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-


matter yang dikemukaan oleh penyair. Pokok pikiran atau
pokok persoalan begitu kuat mendesak dalam diri penyair,
sehingga menjadi landasan utama penciptaannya. Berdasarkan
hasil analisis Puisi “Orang Kecil Orang Besar” karya A.
Mustofa Bisri, puisi-puisi ciptaannya mengangkat tema-tema
religi khusunya Islam. Ini sesuai dengan latar belakang beliau
yang dari pesantren juga seorang mubaligh.

2) Perasaan

Dalam menciptakan puisi, perasaan penyair ikut


diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk
mengungkapkan tema yang sama penyair yang satu dengan
perasaan penyair yang lainnya, sehingga hasil puisi yang
diciptakan berbeda pula. Berdasarkan hasil penelitian puisi
“Orang Kecil Orang Besar” A. Mustofa Bisri mengungkapkan
perasaannya pada puisi tersebut setiap mengawali suatu
pekerjaan harus tenang dan mohon perlindungan pada Allah.

3) Nada

Nada merupakan sikap penyair kepada pembaca.


Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui,
mengejek, menyindir, atau bisa pula hanya bersikap lugas,
hendak menceritakan sesuatu kepada pembaca. Berdasarkan
hasil analisis Puisi “Orang Kecil Orang Besar” A. Mustofa
Bisri berusaha memberikan nasihat, dan dimana pun kita
berada kita harus selalu mengigat nasehat orangtua. Penyair di
sini bersifat menggurui.

4) Suasana

Berdasarkan hasil analisis Puisi “Orang Kecil Orang


Besar” A. Mustofa Bisri, menyatakan suasana nampak hidup,
ini dapat dibuktikan dengan kata menyinari kalbuku, pikiranku,
telingaku, mataku, sekelilingku, diriku, memancarkan
rahmatmu. seakan puisi tersebut hidup.
5) Amanat

Amanat merupakan hal yang mendorong penyair


untuk menciptakan puisinya. Berdasarkan hasil analisi Puisi
“Orang Kecil Orang Besar”A. Mustofa Bisri, Amanat puisi
“Orang Kecil Orang Besar” jika kamu ingin dihargai jadilah
orang besar, jika kamu tidak ingin dikatakan tolol dan
kurangajar maka jadilah orang besar.
B. Pembahasan
Penelitian ini dimulai dengan membaca buku Album Sajak-sajak
karya A. Mustofa Bisri. Pada puisi yang berjudul “Bismillah”, dalam puisi
ini berkalimatkan Bismillah yang dicantumkan berupa majas repetisi itu
merupakan hal yang pertama yang melakukan ketika menapak, membaca,
menulis, bekerja. Majas simploke juga menjelaskan bahwa cahaya Alla,
menyinari pikiran, telinga, dan mataku ini semua menjelaskan bahwa
segalanya tunduk kepada Allah, Sang pencipta alam, Sang maha
penyayang. “Bismillah”, dari kata Bismillahirrohmanirrohim yang artinya
dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
mempunyai makna bahwa setiap akan melakukan pekerjaan atau memulai
sesuatu yang baik kita dianjurkan membaca Basmalah. Perbuatan yang
diawali dengan membaca Basmalah akan membawa berkah.

Dan pada Album Sajak-sajak karya A. Mustofa Bisri, pada puisi


yang berjudul “Orang Kecil Orang Besar” pada kutipan puisi diatas
terdapat kata memperdengarkan regekan suaranya tak suara yang
merupakan pencitraan pendengar dengan maksud menggabarkan bahwa
orang miskin digambarkan dengan orang kecil dan orang kanya
digambarkan dengan orang besar. Sehingga besar kemungkinan, puisi
akan dimaknai sebagai suatu dorongan untuk seseorang menjadi kaya.
Namun, menurut saya, kita harus memaknai dengan jeli, makna metafora
yang sesungguhnya.
Jika dibaca dan direnungkan dengan lebih dalam lagi sebenarnya
puisi ini ingin menggambarkan dorongan. Saya memaknainya sebagai
dorongan untuk terus bergerak. Jangan tinggal dan jangan mau bertahan
menjadi orang kecil. Orang besar menurut saya tidak selalu harus menjadi
orang kaya. Tapi bisa jadi orang besar disimbolkan untuk menjelaskan
orang yang memiliki pemikiran besar. Orang-orang yang mau bangkit dari
keterpurukan. Semoga puisi ini cukup mampu menjadi cambukan kepada
kami untuk mau bangkit menjadi orang besar dan pemikir besar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis telah uraikan
pada BAB IV mengenai puisi karya A. Mustofa Bisri yang mengajarkan
tentang keagamaan atau tidak lepas dari tuntutan-tuntutan agama islam.
Jika dilihat dari Tujuan penelitian ini untuk mengkaji aspek majas dan
pemaknaan puisi Album Sajak-sajak A. Musthofa Bisri melalui
pendekatan stilistika kegiatan ini dilakukan dengan langkah: (1)
mendeskripsikan latar social budaya A Musthofa Bisri, (2)
Mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin Album Sajak-sajak A.
Musthofa Bisri, (3) Mendeskripsikan penamaan puisi Album Sajak-sajak
A. Musthofa Bisri, (4) Mendeskripsikan implementasi Album Sajak-sajak
A. Musthofa Bisri. Menurut Rahmanto (dalam Pradopo,1998:12.4)
kriteria pembelajaran sastra dengan tepat meliputi tiga aspek yang harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh yaitu, (1) Aspek Bahasa, (2) Aspek
Kematangan Jiwa (Psikologi), (3) Aspek latar belakang kebudayaan.
Bahasa yang digunakan pengarang harus disesuaikan dengan
perkembangan bahasa siswa.

B. Saran
Penelitian ini merupakan penelitian karya satra yang yang
menggunakan pendekatan stilistika dalam menganalisis data. Guru bahasa
Indonesia dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai reverensi dalam
pembelajaran sastra khususnya puisi yang berkait dengan majas. Selain itu
dalam kumpulan puisi-puisi karya A. Mustofa Bisri kaya akan nilai-nilai
religi sehingga sangat tepat untuk mengajarkan karakter.
Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
reverensi diri untuk memperkaya nilai-nilai religi dalam kehidupan. Bagi
penelitian lain, hasil penelitian ini sangat terbatas cakupannya yaitu hanya
dibahas dari kajian stilistika.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Amal dan Harifin H. (2018). Representasi Generasi Pada Novel Taman
sunyi sekala karya Aida Vyas. Retrieved juli 16, 2019, from
http://osf.io/preprints/inarxiv/yq523.
XCakiel, H. (2018, November 1). Sastra : Pengertian, Fungsi dan Contoh
Macam Jenis. Diambil 8 April 2019, dari Jagad.id website:
https://jagad.id/definisi-sastra/
hadi susanto. (2016, Januari 25). Kajian Stilistika. Diambil 23 April 2019, dari
Wong Kapetakan’s Blog website: https://bagawanabiyasa.wordpress.com/
2016/01/25/kajian-stilistika/
Pengertian Puisi dan Jenis-jenisnya. (t.t.). Diambil 18 April 2019, dari Komunitas
Bukalapak website: https://komunitas.bukalapak.com/news/83545-
pengertian-puisi-dan-jenis-jenisnya
Ramadhanti, D. (2018). Buku Ajar Apresiasi Prosa Indonesia. Deepublish.
Unknown. (2015, Maret 14). Semua Tentang Sastra: Pengertian Sastra (Pengertian
umum, para ahli, dan dari saya sendiri. Diambil 8 April 2019, dari Semua
Tentang Sastra website:
http://sastrawanslatompaso2.blogspot.com/2015/03/pengertian-sastra-
pengertian-umum-para.html
Wiyanto, A. (2002). Terampil bermain drama. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai