Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian sastra

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta sastra, yang berarti teks yang
mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas yang berarti instruksi atau ajaran dan
tra yang berarti alat atau sarana. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk
kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Banyak sekali para ahli yang mendefenisikan mengenai sastra, Mural Esten mengungkapkan
bahwa sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan sastra fakta sebagai manifestasi artistik dan
imajinatif kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai media dan memiliki efek
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Aristoteles mengungkapkan bahwa sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam
semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah
dan jauh dari dunia ide. Sastra sebagai kegiatan lainnya melaluia agama, ilmu pengetahuan, dan
filsafat.

Semi mengungkapkan bahwa sastra adalah suatu fenomena social. Karya sastra terkait
dengan pembaca dan segi kehidupan manusia yang diungkapkan di dalamnya. Karya sastra
sebagai fenomena social tidak hanya terletak pada segi penciptaannya tetapi pada hakikat karya
itu sendiri tetapi sebagai reaksi social seorang penulis terhadap fenomena social yang
dihadapinya mendorong ia menulis karya sastra. Oleh sebab itu, mempelajari karya sastra berarti
mempelajari suatu kehidupan social, mengkaji manusia, kehidupan, budaya, ideology,
perwatakan, bahkan menyangkut masalah-masalah lain yang lebih luas yang terkait dengan
kehidupan manusia.

Istilah dari sastra tersebut terus mengalami perkembangan. Kesusastraan tersebut tidak hanya
berupa dengan tulisan, namun tetapi kesusastraan juga ada yang berbentuk lisan. Karya semacam
itu dinamakan ialah dengan sastra lisan. Oleh sebab itu, sekarang yang dinamakan dengan
kesusastraan tersebut meliputi karya sastra lisan serta tertulis dengan ciri khasnya terdapat pada
suatu keindahan bahasanya

B. Sejarah singkat sastra Indonesia


Awal periode sastra berbentuk karya sastra yang kita lihat dan kita kenal dimulai dari
periode Pujangga Baru yang banyak dipengaruhi oleh sastra Eropa. Pengaruh itu sangat terasa
terutama pada karya-karya Chairil Anwar yang dianggap kontroversial pada waktu itu.
Kenyataan tersebut makin diperkuat akan pendek jarak waktu antara angkatan satu dengan
angkatan berikutnya. Misalnya ada Angkatan 1966 setelah Angkatan 1945. Sangat pendek,
hanya berjarak 11 tahun. Perkembangan sepesat ini hanya terjadi apabila sastrawan-sastrawan
Indonesia terpengaruh oleh perkembangan sastra dunia. Dengan demikian, pengertian sastra
Indonesia adalah bentuk pengungkapan gagasan, pikiran, dan pengucapan sastra orang
Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia, baik sastra itu dipengaruhi oleh sastra asing atau
tidak.

Perkembangan sastra indonesia dimulai pada abad ke-20 yang diawali oleh kehadiran karya-
karya dari pengarang Balai Pustaka. Adapun karya-karya yang lahir sebelum periode tersebut
digolongkan ke dalam sastra Melayu. Perkembangan sastra Indonesia secara garis besar terbagi
dalam angkatan-angkatan berikut.

1. Angkatan Balai Pustaka (tahun 1920-an)

Pada tahun 1908, kolonial Belanda  mendirikan Komisi Bacaan Rakyat (Commissie de
Volkslectur)  yang bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat Indonesia. Pada tahun
1917, nama komisi tersebut berubah menjadi /Balai Pustaka/. Dengan berdirinya penerbitan
tersebut telah mendorong para penulis Indonesia untuk berkarya. Nama-nama pengarang dan
karyanya pada periode awal ini adalah sebagai berikut.

a. Merari Siregar dengan karya Azab dan Sengsara


b. Marah Rusli dengan karya Siti Nurbaya
c. Abdul Musi dengan karya Salah Asuhan
d. Sutan Takdir Alisyahbana Tak Putus Dirundung Malang, dan lain-lain

Tema ceritapada periode ini berkisar pada peristiwa sosial, kehidupanadat-istiadat,


kehidupan beragama, dan peristiwa kehidupan masyarakat.Karya waktu itu cenderung berbentuk
roman.
2. Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)

Angkatan ini dipelopori oleh empat serangkai. Yaitu Sutan TakdirAlisyahbana, Armijn Pane,
Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.Karya sastra yang muncul sebagian besar berbentuk sajak,
cerpen, novel, roman, dan drama. Karya padaangkatan ini antara lain sebagai berikut.

a. Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana


b. Belenggu karya Armijn Pane
c. Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sura Iskandar, dan lain-lain

3. Angkatan 1945

Ciri khas karyasastra angkatan 45 lebih bebas, namun ditekankan pada isinya. Kalimat-
kalimatnya pendek dan tidak menggunakan bahasa yang klise.Isinya pun bersifat realisme.
Pengarang-pengarang yang terkenal pada masa ini antara lain Idrus,Chairil Anwar, Rosihan
Anwar, Usmar Ismail, dan lain-lain. Karya yang muncul antara lain Atheis, Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma, danlain-lain.

4. Angkatan 1966

Angkatan 66 diperkenalkan oleh HB Jassin dalam bukunya yang berjudulAngkatan 66.


Angkatan ini muncul berbarengan dengan adanya kekacauanpolitikakibat adanyapemberontakan
G-30S/PKI. Karya-karya yang diterbitkan antara lain sebagai berikut.

a. Pagar Kawat Berduri karya Toha Mochtar


b. Tirani karya Taufik Ismail
c. Hati yang Damai karya N.H. Dini
d. Malam Jahanam karya Motinggo Boesje, dan lain-lain.

5. Karya Sastra Kontemporer

Karya sastra kontemporer berawal padatahun 1970-an. Pada waktu itu situasi politik sudah
mereda. Situasisosial dan ekonomi mulai menunjukkan perbaikan sehingga berpengaruhbesar
terhadap perkembangan sektor-sektor kebudayaan. Kebebasan berekspresi mulai tumbuh dan
berkembang sehingga melahirkan berbagai gerakanpembaruan dalam bidang sastra Gerakan
pembaruan dalam bidang sastra ini terutama ditandai oleh munculnya puisi-puisi Sutardji
Calzoum Bachri yang mengutamakan bunyi daripada kekuatan maknakata. Sampai saat ini,
sastra Indonesia semakin berkembang denganlahirnya pengarang-pengarang muda dan karyanya.

C. Jenis-jenis sastra

1. Prosa, merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan menggunkan bahasa yang
bebas dan cenderung tidak terikat oleh irama, diksi, rima, kemerduan bunyi atau kaidah
serta pedoman kesusastraan lainnya. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenaya prosa bisa digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa dibagi
kedalam empat jenis yaitu prosa naratif, prosa deskiptif, prosa eksposisi, dan prosa
argumentatif.

2. Puisi, adalah sebuah karya sastra yang diuraikan menggunakan diksi atau kata-kata
pilihan, dicirikan dengan  pembahasan yang padat namun indah, biasanya karya puisi
secara tidak langsung dapat menimbulkan kecenderungan dari seseorang untuk
mempertajam kesadaranya melalui bahasa yang memiliki irama dan makna khusus.
Contoh dari puisi yaitu seperti sajak, pantun, balada.

3. Drama, adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas
dan panjang, serta disajikan menggunkan dialog atau monolog. drama ada dua
pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah atau drama yang dipentaskan.

D. Ciri-ciri sastra

Beberapa pendapat, kriteria dan pandangan serta cara seseorang membuat batasan sastra
telah dikemukakan. Menurut Luxembrug sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan
tertentu diberikan kepada sejumlah hasil seni tertentu dalam suatu lingkup kebudayaan. Oleh
sabab itu menetukan ciri-ciri sastra lebih urgen dari pada membuat defenisinya. Ciri-ciri sastra
antara lain, sebagai berikut:
1. Sastra bukanlah suatu komunikasi yang praktis yang maksudnya langsung diketahui,
tertangkap, dan terpahami manakala membaca atau mendengar sebuah komunikasi
seperti membaca buku-buku lainnya yang tidak tergolong sastra.

2. Karya sastra merupakan hasil kreativitas, bukan semata-mata imitative. Kreatif dalam
sastra berarti ciptaan, dari tidak ada menjadi ada. Baik bentuk maupun makna
merupakan kreasi.

3. Karya sastra bersifat imajinatif. Sastra bukan representasi kenyataan.

4. Karya sastra mempunyai otonomi. Karya sastra hanya patuh pada dirinya sendiri.

5. Karya sastra (yang bermutu) selalu memperlihatkan koherensi, semua unsurnya


fungsional, walaupun hanya sebuah titik.

6. Konvensasi suatu masyarakat amat menentukan yang mana karya yang disebut sastra
dan mana pula karya yang tidak disebut sastra.

7. Sastra tidak sekedar bahasa yang dituliskan atau diucapkan, ia tidak sekedar permainan
bahasa tetapi bahasa yang mengandung makna lebih.

8. Dalam penulisan karya sastranya dapat ditentukan dengan sendirinya, seperti novel,
kumpulan puisi, drama, dan lain-lain.

E. Fungsi sastra

Dalam menciptakan suatu karya sastra mempunyai fungsi yang bertujuan bagi para pembaca
serta juga pendengar. Fungsi karya sastra antara lain ialah sebagai berikut :

1. Fungsi rekreatif ialah sastra yang memberikan kesenengan atau juga hiburan bagi
pembacanya dan juga pendengarnya.
2. Fungsi didaktfi ialah sastra yang memberikan suatu wawasan pengetahuan tentang
seluk-beluk kehidupan manusia bagi pembaca dan juga pendengernya.
3. Fungsi estetis ialah suatu sastra yang mampu untuk memberikan keindahan pembaca
dan juga pendengarnya.
4. Fungsi moralitas ialah sastra yang memberikan pengetahuan bagi pembaca dan
pendengarnya tentang moral yang baik serta buruk.
5. Fungsi religius ialah suatu sastra yang menghadirkan karya yang didalamnya
mengandung terkandung ajaran agama yang diteladani oleh pembacanya dan
pendengarnya.

F. Pengarang

Kata pengarang memiliki arti pencipta. Dengan kata pencipta termasuk berbagai istilah yang
digunakan dengan pengertian pencipta seperti penulis, sastrawan, penyair, novelis, dramawan,
dan termasuk pencipta sastra lisan meskipun sering tidak dinyatakan (anonim). Penciptalah
yang mengekspresikan karya sastra. (pembaca). Suatu karya yang agung akan membangkitkan
emosi pembaca, membawa pembaca ke alam aktif karya sastra sehingga memancarkan
keinginan-keinginan untuk mendapatkan wawasan yang lebih banyak lagi. Karya yang dibuat
oleh pengarang akan mampu menambah wawasan masyarakat Beberapa pengarang besar di
Indonesia antara lain, Taufiq Ismail, Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Andrea Hirata,
dan lain sebagainya.

G. Keunggulan pengarang

Pengarang adalah orang yang pandai, orang memiliki filsuf dan dianggap sebagai filsafat
yang menguasai cara berpikir manusia pada suatu zaman. Setiap perkembangan awal
kesusastraan dunia selalu ditandai dengan munculnya orang-orang yang berpengaruh. Mereka
adalah tokoh masyarakat yang menjadi anutan. Misalnya: Albert Camus, Jean Paul Sartre,
Samuel Taylor, Athar, Muhammad Yamin, Sutan Takdir Aliyahbana, dan lain sebagainya.
Mereka adalah pujangga, tidak hanya sekedar sastrawan dalam pengertian muktahir yang hanya
menciptakan karya sastra. Pujangga lebih diartikan sebagai seorang filsuf dan pemimpin rohani
disamping sebagai seorang sastrawan.

Pengarang termasuk orang yang menguasai bahasa, mampu menciptakan kenyataan lewat
bahasa yang tidak sama dengan kenyataan sehari-hari. Walaupun tidak sama, kenyataan tersebut
adalah kenyataan yang hakiki, kenyataan yang tinggi nilainya sehingga orang dapat bercermin
pada kenyataan tersebut. Pengarang juga mampu menghidupkan kata yang telah mati. Ia mampu
menggunakan kata-kata tersebut dengan nuansa makna baru sehingga apa yang disampaikan
terasa sebagai sesuatu yang hidup.
Seorang pengarah adalah manusia yang peka dan kaya sekali terhadap bentuk-bentuk
pengungkapan. Ungkapan-ungkapan seorang jeniuslah yang sering mengejutkan dan sekaligus
menyenangkan serta menghibur. Ungkapan yang diutarakan pengarang akan menjadi kata
mutiara atau kata-kata bersayap dan mampu membuat orang merenung bahkan mendi ungkapan
sehari-hari yang tidak disadarkan lagi oleh masyarakat dari mana alasannya.

Kepekaan seorang pengarang sangatlah tinggi tentang persoalan kehidupan manusia.


Meraka mempunya wawasan kemanusiaan yang tinggi dan dalam. Pemikiran dan perasaannya
selalu lebih maju dari pada orang-orang yang tidak berbakat sebagai pengarang. Akan tetapi
kemajuan cara berpikir ini pulalah yang menyebabkan mereka sering kurang dipahami oleh
masyarakat, menyebabkan mereka sering dikucili dan diremehkan. Namun, seorang pengarang
besar walau dikucilkan pada akhirnya meraka akan diterima sebagai pembaharu.

Kesuperiotitasan pengarang inilah yang menyebabkan para kritikus tertarik untuk mendekati
karya sastra dari sudut penciptanya. Di samping kelebihan-kelebihan itu, tidak kebetulan pula
pendekatan ini muncul karena kegemaran penyair menciptakan puisi lirik sebagai sarana
pengungkapan perasaan dan pemikirannya.
DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki .2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan.Padang:UNP PRESS

https://www.gurupendidikan.co.id/sastra/ diakses 20 September 2019

https://asemmanis.wordpress.com/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/

diakses 20 September 2019

https://asemmanis.wordpress.com/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/

diakses 20 September 2019

https://www.pendidikanku.org/pengertian-sastra-ciri-ciri-sastra-dan.html diakses 20

September 2019
TEORI SASTRA

“ SASTRA DAN PENGARANG”

Dosen : Zulfikarni, S.Pd, M.Pd

Kelompok 4:

1. Aprilia Rossa
2. Atikah Rahmah Putri
3. Ayu Permata Sari
4. Dhea Septiana
5. Enia Litikal

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai