Anda di halaman 1dari 9

Sastra dan Bahasa Indonesia Sebagai Alternatif Berekspresidan

Mengembangkan Potensi Diri

Disusun Oleh : Yohanes gesu

Kelas : XII bahasa

SMAK FRATERAN NDAO ENDE


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat serta karunia-Nya akhirnya
karya tulis ilmiah Sastra dan Bahasa Indonesia Sebagai Alternatif Berekspresi dan Mengembangkan
Potensi Diri dapat diselesaikan.

Karya tulis ilmiah ini membahas definisi sastra dan bahasa Indonesia, jenis-jenis sastra
Indonesia serta sastra dan bahasa Indonesia sebagai alternatif berekspresi dan mengembangkan
potensi diri. Karya tulis ini juga menekankan pada perkembangan sastra Indonesia yang bersifat
dinamis.

Adapun maksud dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran bahasa Indonesia.

Selama penulisan karya tulis ini, penulis mengalami kesulitan yaitu waktu dan referensi buku
yang terbatas. Waktu mengerjakan karya tulis ini hanya satu minggu sementara referensi buku
bersumber dari internet.

Sehubungan dengan tersusunnya karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, khususnya keluarga. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
keluarga yang telah berpartisipasi.

Karya tulis ilmiah ini disadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar pada penulisan yang akan datang, penulis bisa
membuat karya tulis ilmiah yang lebih baik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAr

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Secara garis
besar, sastra berarti bahasa yang indah atau tertata dengan baik dan gaya penyajiannya menarik
sehingga berkesan di hati pembaca. Adapun sastra Indonesia terdiri atas sastra lama seperti hikayat,
pantun, syair, gurindam dan sastra baru atau modern seperti puisi, novel, cerpen dan sebagainya.
Sastra memiliki fungsi yaitu rekreatif atau hiburan dan didaktif.

Sementara itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dan bahasa per-satuan Indonesia. Bahasa
Indonesia pertama kali diperkenalkan pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bahasa
Indonesia adalah manifestasi per-satuan (unity) bangsa Indonesia sehingga memiliki peran yang
sangat penting sebagai alat komunikasi pada masyarakat multikultural di Indonesia.

Dalam perkembangannya, sastra dan bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dari masyarakat
khususnya generasi muda. Generasi muda menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan tidak perlu
untuk dipelajari lebih lanjut. Sementara itu, apabila seseorang mendengar kata atau hal yang
berhubungan dengan sastra maka stereotip yang muncul berupa lawas, konvensional, dan
membosankan. Padahal, stereotip itu tidaklah benar karena sastra bersifat dinamis, berubah-ubah
menuruti perkembangan zaman. Sama halnya dengan bahasa Indonesia, kebanyakan orang
menganggap bahasa Indonesia itu mudah sehingga mereka meremehkan bangsa Indonesia. Padahal,
dalam pembuatan karya tulis seperti makalah, terdapat kesalahan-kesalahan fonologi, morfologi,
dan sintaksis.

Nyatanya, sastra dan bahasa Indonesia tidak semudah apa yang kita pikir-kan. Sastra dan bahasa
Indonesia mengasah kemampuan penalaran, sumber pengetahuan maupun melatih daya kreativitas
kita. Selain itu, kita dilatih untuk menganalisis dan melakukan sintesis terhadap suatu sastra.
Pengalaman dan pe-rasaan yang pernah kita alami bisa kita ungkapkan ke dalam bentuk sastra.
Sementara itu, keterampilan mempresentasikan suatu karya dengan baik dan benar bisa membantu
kita dalam berpendapat sehingga sastra dan bahasa Indonesia bisa dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam berekspresi dan mengembangkan potensi diri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahannya adalah :

1. Bagaimana perkembangan sastra dan bahasa Indonesia di Indonesia ?

2. Apakah sastra dan bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengekspresikan
dan mengembangkan potensi generasi muda ?

3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk berekspresi dan mengembangkan potensi diri
terhadap sastra dan bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengubah stereotip negatif generasi muda terhadap sastra dan bahasa Indonesia yang
akan mengarah pada tumbuhnya rasa bangga dan kecintaan terhadap sastra dan bahasa Indonesia.

2. Untuk berbagi pengetahuan tentang sastra dan bahasa Indonesia.

3. Untuk menjelaskan perkembangan sastra dan bahasa Indonesia sejak awal kemerdekaan
Indonesia.

4. Untuk menjelaskan bahwa sastra dan bahasa Indonesia bisa dijadikan sebagai alternatif
berekspresi dan mengembangkan potensi diri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Perkembangan Sastra dan Bahasa Indonesia

Berdasarkan asal usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu susastra. Su
berarti bagus atau indah, sedangkan sastra ber-arti buku, tulisan atau huruf. Berdasarkan kedua kata
tersebut, susastra di-artikan sebagai tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian mengalami per-
kembangan. Sastra adalah salah satu unsur kebudayaan dan sarana ekspresi estetis yang
mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan budaya serta meng-gambarkan kekayaan batiniah bangsa.

Sastra sebagai hasil karya manusia memiliki fungsi rekreatif dan didaktif. Fungsi rekreatif maksudnya
dengan membaca karya sastra, seseorang akan memperoleh kesenangan atau hiburan. Sedangkan
fungsi didaktif maksudnya dengan membaca karya sastra, seseorang akan mem-peroleh wawasan
pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia. Seseorang juga dapat memperoleh pelajaran
berupa nilai-nilai kebenaran dan kebaikan didalamnya.

Secara umum, sastra dibagi menjadi dua, yaitu sastra lama dan sastra baru atau modern. Sastra lama
disebut pula sastra klasik yang berkembang sebelum masuknya pengaruh barat ke Indonesia,
sedangkan sastra baru berkembang setelah adanya pengaruh barat ke Indonesia. Adapun perbedaan
yang signifikan ditunjukkan dalam tabel di bawah ini !

 Aspek pembeda
 Sastra lama
 Sastra baru

 Isi cerita
Nasihat, hal-hal gaib, kerajaan, dewa-dewa, pahlawan, tokoh-tokoh mulia
Kehidupan sehari-hari, seperti percintaan, agama, pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain

 Kata yang digunakan


Alkisah, sahibul hikayat,syahdan,menurut empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
Menggunakan bahasa sehari-hari dan bahasa yang baku
 Perantara

Kebanyakan lisan , tulisan dan lisan

 Jenis-jenis

Mantra, hikayat, syair, pantun, gurindam, dan lain-lain

Puisi, drama, novel, dan lain-lain

Eksistensi sastra telah lama ada di Indonesia, bahkan sebelum masuknya pengaruh barat di
Indonesia. Namun perkembangan sastra yang signifikan diawali sejak awal kemerdekaan Indonesia
yang diawali pada zaman rezim Soekarno. Pada zaman itu, sastrawan diarahkan untuk men-ciptakan
sastra revolusioner, yaitu sastra yang menggambarkan dinamika, dialektika dan romantikanya
revolusi di Indonesia pada saat itu.

Dinamika, sastra kita harus memiliki hakikat gerak dari masyarakat dan manusia Indonesia secara
revolusioner. Dialektika, sastra kita harus menggambarkan perjuangan dan pertentangan antara
masyarakat lama dengan masyarakat baru serta harus menggambarkan watak-watak perjuangan
revolusioner sebagai wakil sejarah dan golongan pendiri masyarakat baru, khususnya sokogurunya,
buruh dan petani yaitu mereka yang paling ber-kepentingan dan yakin akan mutlaknya sosialisme
sebagai sistem yang akan datang. Romantika, sastra harus melahirkan gagasan pahlawan baru,
meng-gantikan pahlawan lama, yaitu menggantikan pahlawan feodal dan borjuis (Situmorang 1965 :
11-12).

Pada masa rezim Soeharto, kepentingan penguasa yang egois di-wujudkan dalam bentuk pencekalan
terhadap sastrawan baik dalam mem-presentasikan maupun menyiarkan karyanya di hadapan
umum. Contohnya, kumpulan sajak Potret Pembangunan dalam Puisi (1980) sulit diperoleh di tanah
air. Beberapa penyair dan dramawan tertentu dicekal sehingga mereka tidak dapat mengumumkan
hasil-hasil karyanya. Demikian pula karya-karya Pramudya Ananta Toer tidak diizinkan untuk beredar
karena dianggap meng-ungkapkan ideologi.

Salah satu wujud reaksi terhadap kebijakan Soekarno adalah di-deklarasikannya Manifes
Kebudayaan tahun 1963, sedangkan reaksi terhadap kebijakan Soeharto dideklarasikannya
Pernyataan Mei 1995. Reaksi tersebut didasari oleh kebijakan pemerintah yang melarang penerbitan
pers dan per-tunjukan kesenian. Media cetak dan pergelaran seni dianggap memberi kritik terhadap
kebijakan pemerintah dan kekotoran akhlak oknum petinggi pemerintah. Pada akhirnya, memasuki
era reformasi, para sastrawan bisa menghirup udara kebebasan untuk berkreasi dan berekspresi.

Sementara itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan di Indonesia. Bahasa Indonesia sudah
berkedudukan sebagai bahasa persatuan selama 87 tahun, sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928. Selama kurun waktu tersebut, bahasa Indonesia mengalami per-tumbuhan
dan perkembangan yang fluktuatif. Di samping sebagai bahasa negara sejak Proklamasi
Kemerdekaan pada tahun 1945. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana
komunikasi resmi, sarana pendukung kebudayaan nasional, serta sarana pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi dunia telah
mengakibatkan interferensi bahasa di Indonesia. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Indonesia
di Indonesia. Dewasa ini, bahasa Indonesia telah mengalami pergeseran nilai-nilai fundamentalnya.
Ragam bahasa gaul dan alay telah mengambil bagian pada tubuh bahasa Indonesia. Tidak hanya
dalam komunikasi langsung, ragam bahasa gaul dan alay telah memasuki kesusastraan di Indonesia,
seperti pada cerpen, drama, novel, dan sebagainya.

Untuk menghadapi tuntutan dan tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut, maka pada masa kini serta masa yang akan datang, mutu bahasa Indonesia perlu
dikembangkan. Untuk itu, bahan bacaan yang berhubungan dengan pengetahuan bahasa Indonesia
perlu di-kembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan pemberdayaan manusia Indonesia.

Selanjutnya, perlu adanya kesadaran berbahasa Indonesia. Kesadaran berbahasa itu adalah modal
penting dalam mewujudkan sikap berbahasa yang positif yang selanjutnya akan memperkokoh
fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri dan pendukung nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Untuk itu, penggunaan bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa persatuan maupun sebagai bahasa
negara, perlu dibina lebih lanjut untuk menghadapi tantangan bahasa asing, terutama bahasa Inggris
maupun ragam bahasa gaul dan alay yang penggunaannya makin meluas di Indonesia.

Dengan melihat pentingnya sastra dan bahasa Indonesia, kita bisa memanfaatkan hal tersebut untuk
berekspresi dan mengembangkan potensi diri kita. Berekspresi adalah mengungkapkan secara
langsung dengan lisan atau tidak langaung dengan tindakan atau proses menyatakan hal yang ingin
disampaikan. Berekspresi dapat dituangkan ke dalam bentuk sastra, seperti puisi, novel, cerpen, dan
sebagainya.

Sementara itu, potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun
telah terwujud yang dimiliki oleh seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan
secara maksimal. Secara umum, potensi diri dapat diklasifikasikan antara lain (1) kemampuan dasar,
seperti tingkat intelegensi, logika dan daya tangkap, (2) etos kerja seperti ketekunan, ketelitian,
efisiensi kerja, dan daya tahan terhadap tekanan, dan (3) kepribadian yaitu pola menyeluruh semua
ke-mampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun
sosial yang ditata dalam cara yang khas.

Berekspresi dan mengembangkan potensi diri adalah dua hal yang dapat dilakukan pada sastra dan
bahasa Indonesia. Sebenarnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam berekspresi dan
mengembangkan potensi diri. Namun, penulis pada makalah ini lebih menekankan pada peran sastra
dan bahasa Indonesia.

B. Sastra dan Bahasa Indonesia Sebagai Alternatif Berekspresi dan Mengembangkan Potensi Diri

Sastra dan bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian khusus. Sastra sebagai produk budaya
Indonesia perlu dilestarikan agar eksistensinya tidak hilang. Sastra lama yang mengandung petuah
amanah dapat kita ambil nilai-nilai positifnya untuk kehidupan kita. Sementara itu, sastra modern
seperti puisi, novel, dan drama perlu kita tingkatkan kualitasnya.
Di samping itu, bahasa Indonesia sebagai atribut kenegaraan perlu di-perkukuh kedudukan dan
maknanya di tengah kehidupan global dan hubungan internasional yang terus berubah. Dengan kata
lain, bahasa me-nunjukkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan internasional.
Pada hemat saya, bahasa Indonesia merupakan simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia di
tengah perubahan dunia yang ber-potensi mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah negara
dan bangsa.

Sastra dan bahasa Indonesia dapat kita jadikan sebagai alternatif dalam berekspresi dan
mengembangkan potensi diri. Hal ini karena kita di-berikan kebebasan dalam mengungkapkan ide
atau gagasan, pendapat, aspirasi, tuntutan, maupun keinginan menyangkut berbagai macam urusan,
baik urusan individual, masyarakat, bangsa, lingkungan hidup, alam sekitar, maupun urusan agama.
Selain itu, kita bisa menggunakan waktu luang dengan kegiatan positif. Daripada kita mengisi waktu
luang dengan hal-hal negatif, lebih baik kita mengarang puisi, menulis novel, maupun melakonkan
sebuah drama. Selain kita dengan bebas mengekspresikan diri, kita juga akan mengembangkan
potensi diri kita. Berikut ini beberapa kegiatan yang bisa di-lakukan dalam berekspresi dan
mengembangkan potensi diri yaitu :

Pertama, mengimplementasikan nilai-nilai kehidupan yang terdapat pada karya sastra. Nilai-nilai
yang terkandung pada karya sastra khususnya pada karya klasik, mengandung pelajaran hidup yang
sangat berharga. Sebagai contoh, perhatikan penggalan “Gurindam Dua Belas” berikut !

Jika hendak mengenal orang berbangsa

Lihat kepada budi dan bahasa

(Gurindam Dua Belas, Pasal V bait 1)

Hendak ramai

Murahkan perangai

(Gurindam Dua Belas, Pasal XI bait 6)

Pada penggalan “Gurindam Dua Belas” di atas, pasal 5 bait pertama menjelaskan tentang ukuran
pribadi seseorang yang bisa dilihat dari budi dan bahasa. Jika budi dan bahasa yang ditunjukkan baik,
maka orang tersebut dapat dinilai memiliki kepribadian yang baik. Sementara itu, pasal 11 bait
keenam menjelaskan bahwa seseorang yang baik sikapnya seperti ramah, mudah bergaul dan
berperilaku sopan akan disukai masyarakat. Menurut hemat saya, penggalan “Gurindam Dua Belas”
di atas membuktikan peran sastra dalam mengembangkan potensi diri kita. Hal ini karena potensi
yang berkaitan dengan kepribadian diri akan tumbuh dengan baik apabila kita menerapkan nilai-nilai
kehidupan pada sastra.

Kedua, berkreasilah di atas kertas. Ungkapan tersebut sangat cocok bagi kita yang ingin menciptakan
suatu karya sastra, seperti menulis cerpen, puisi, pantun, novel, dan sebagainya. Di atas kertas kita
bisa menuangkan pemikiran atau ide cemerlang kita, perasaan yang dialami ataupun imajinasi. Kita
dapat dengan bebas berekspresi. Namun, bebas berekspresi bukan berarti kita mengesampingkan
mutunya, tetapi kita justru harus meningkatkan mutu dari suatu karya sastra itu. Dengan
menonjolkan unsur estetika dan pesan yang ingin disampaikan, kita mampu menciptakan karya
sastra yang berkualitas.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sastra adalah salah satu unsur kebudayaan dan sarana ekspresi estetis yang mencerminkan nilai-nilai
kehidupan dan budaya serta meng-gambarkan kekayaan batiniah bangsa. Sementara itu, bahasa
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai