Anda di halaman 1dari 2

Sastra Budaya Indonesia

Nama : Ardian Firmansyah


Kelas : 2A
1205030042

Sastra Pasca Reformasi/Populer: Kilas Balik Sastra Pasca Reformasi.

Apabila menyoal terkait sastra dapat dikatakan bahwasannya sekarang ini sastra tidak
lagi begitu di perhatikan, dikarenakan masyarakat sekarang lebih cenderung memilih teknologi
zaman sekarang yang lebih modern mereka anggap keren. Sehingga meninggalkan sebuah karya
yang bersifat 'kuno' padahal jika hal yang bersifat 'kuno' itu jika diperbaharui akan menjadi hal
yang 'keren'. Hal yang bersifat 'kuno' itu yang ditinggalkan oleh masyarakat saat ini adalah
sastra. Tetapi sebelum membahasnya lebih dalam lagi kita pahami terlebih dahulu pengertian
dari Sastra, menurut pendapat saya sastra itu adalah sebuah seni untuk menampilkan bahasa
lewat kata dan kalimat. Jadi ketika sebuah kata dan kalimat yang dapat dipahami arti dari bahasa
yang terungkap dan memiliki nilai keindahan maka itu bisa disebut sastra, itu menurut saya.
Apabila menurut para ahli sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang
dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop
Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa sastra
adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Menurut KBBI, Sastra Populer merupakan
karya sastra yang dianggap populer yang baru dikenal setelah zaman post modernism, pada
sekitar tahun 1970an, dan lebih cenderung menggunakan bahasa sehari-hari dikalangan remaja.
Pada tahun itu juga bermunculan bacaan-bacaan yang dianggap populer seperti karya Abdullah
Harahap (yang terkenal, misalnya Musim Cinta Telah Berlalu), Eddy D. Iskandar (Cowok
Komersil, Gita Cinta dari SMA, Sok Nyentrik, Cewek Komersil), Teguh Esha (Ali Topan Anak
Jalan), La Rose (Ditelan Kenyataan), Ike Soepomo (Kabut Sutra Ungu, Kembang Padang
Kelabu), Marga T. (Karmila), Ashadi Siregar (Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu,
Frustasi Puncak Gunung). Yudhistira (Arjuna Mencari Cinta), dan sebagainya.) Rekaman ini
menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan
kepada orang lain. Pada dasarnya, sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena sastra dapat
memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan
dalam bentuk fiksi. Sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini
adalah jenis hiburan intelektual dan spiritual. Sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman
untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan
yang bernilai seni.

Essay ini akan membahas mengenai “Kilas Balik Sastra Pasca Reformasi atau populer.
Pengertian Sastra populer adalah yang ditulis untuk massa, yaitu sastra yang tidak menantang
pola pikir pembaca umum dan mudah dipahami serta berhubungan. Sastra populer ada hanya
untuk menghibur dan bukan untuk mengajar atau mengarahkan pembaca ke banyak penyelidikan
filosofis atau mengganggu apa yang sudah mereka ketahui tentang dunia. Dalam perjalanan
sastra Indonesia, periode pasca reformasi Merupakan masa paling Semarak dan luar biasa. kini
karya karya sastra terbaik seperti berdesakan dengan tema dan pengucapan yang beraneka
ragam. faktor utama yang memungkinkan sastra Indonesia berkembang seperti itu, tentu saja
disebabkan oleh perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pemerintahan. Kehidupan pers
yang terkesan serba bebas serba boleh ikut mendorong terjadinya perkembangan itu. Maka,
kehidupan sastra Indonesia seperti berada dalam pentas terbuka. Di sana, Para pemain seolah
olah boleh berbuat melakukan apa saja.

Adapun Ciri-ciri sastra populer adalah sebagai berikut:

 Tidak terlalu serius.


 Banyak dikritik.
 Komersial.
 Situational.
 Kontemporer.
 Over fictional.

Dibandingkan puisi novel dan drama cerpen Indonesia pada pertama pasca reformasi mengalami
booming. cerpen telah sampai pada jati dirinya. ia tak lagi sebagai selingan di hari Minggu. Kini,
cerpenis dipandang sebagai professi yang tak lebih rendah dari novelis atau punyair. cerpenis
tadi diperlakukan sebagai orang yang sedang belajar menulis novel.

Anda mungkin juga menyukai