PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui sastra tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan
kita. Semenjak kita masih balita, kita telah mengenal yang namanya sastra
yaitu berupa dongeng-dongeng yang diceritakan oleh orang tua ataupun kakak-
kakak kita. Seiring berjalannya waktu sastra pun semakin kita kenal dan tidak
hanya berupa dongeng, melainkan bentuk sastra lainnya seperti puisi, cerpen,
novel ataupun film yang bisa digolongkan pada jenis karya sastra puisi, prosa,
dan drama.
Kita sebagai mahasiswa apalagi jurusan bahasa dan sastra Indonesia
tentunya telah banyak karya sastra yang telah kita baca ataupun kita buat
sendiri. Namun dalam membaca teks karya sastra, kita masih berpandangan
satu arah dengan mengikuti pendapat atau simpulan yang telah
dikonvensionalkan serta cepat menyimpulkan pemaknaan cerita dengan hanya
membaca dan mentelaah teks secara umum saja.
Kita pada saat ini telah berada pada masa postmodernisasi, pandangan-
pandangan seperti diatas tidak diinginkan dalam sastra. Pada masa ini kita
dituntut untuk lebih kritis dalam membaca karya sastra, sehingga muncullah
metode-metode pembacaan teks seperti dekonstruksi.
Dekonstruksi menolak pandangan bahwa bahasa memiliki makna yang
pasti, tertentu, dan konstan, sebagaimana halnya pandangan strukturalisme
klasik. Tidak ada ungakapn atau bentuk-bentuk kebahasaan yang bermkana
tertentu dan pasti. Hal ini yang menjadikan paham dekonstruksi sebagai
poststrukturalisme.
Dengan menggunakan metode dekonstruksi dalam membaca teks
diharapkan kita bisa melihat fakta-fakta lain dalam teks karya sastra. Sehingga
tidak ada kemutlakan dalam memaknai karya sastra dan menghilangkan
iii
anggapan-anggapan yang absolut serta menemukan hal-hal baru yang pada
awalnya terabaikan.
B. Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
a. Pengertian sejarah sastra
b. Pengertian studi sastra
c. Hubungan sejarah sastra dan studi sastra yang lain
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
Agar mengetahui hubungan sejarah sastra dan studi sastra yang lain
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sastra
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang
ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu
bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah
sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra
adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan
perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra
itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan
lain-lain.
Dalam Pengantar Ilmu Sastara (Luxemburg, 1982: 200-212) dijelaskan
bahwa dalam sejarah sastra dibahas periode-periode kesusastraan, aliran-aliran,
jenis-jenis, pengarang-pengarang, dan juga reaksi pembaca. Semua itu dapat
dihubungkan dengan perkembangan di luar bidang sastra seperti, sosial dan
filsafat. Jadi, sejarah sastra meliputi penulisan perkembangan sastra dalam
arussejarah dan di dalam konteksnya. Perhatian para ahli sastra di Eropa
terhadap sejarah sastra muncul pada abad ke-19, berawal dari perhatian
ilmuwan pada zaman Romantuik yang menghubungkan segala sesuatu dengan
masa lampau suatu bangsa. Adapun dasarnya adalah filsafat positivisme yang
bertolak pada prinsip kausalitas, yaitu segala sesuatu dapat diterangkan bila
sebabnya dapat dilacak kembali. Dalam hal sastra, sebuah karya sastra dapat
diterangkan atau ditelaah secara tuntas apabila diketahui asal-usulnya yang
bersumber pada riwayat hidup pengarang dan zaman yang melingkunginya.
Tokoh yang berpengaruh besar terhadap pandangan tersebut adalah
Hypolite Taine (1828-181893). Pandangannya menegaskan bahwa seorang
pengarang dipengaruhi oleh ras, lingkungan, dan momen atau saat. Ras ialah
apa yang diwarisi manusia dalam jiwa dan raganya, lingkungan meliputi
keadaan alam dan sosial, sedangkan momen ialah situasi sosio-pulitik pada
zaman tertentu. Apabila ketiga fakta itu diketahui dengan baik maka
iii
dimungkinkan simpulan mengenai iklim suatu kebudayaan yang melahirkan
seorang pengarang beserta karyanya.
Ahli sejarah sastra Jerman, Wilhelm Scherer (1841-1886) mempergunakan
tiga faktor penentu, yaitu das Ererbte (warisan), das Erlebte (pengalaman), dan
das Erlernte (hasil proses belajar). Penerapannya menuntut kerja sama yang
erat antara ahli fisiologi, psikologi, linguistic, dan sejarah kebudayaan. Dia
menegaskan bahwa seorang penulis sejarah sastra harus mampu menyelami
seluruh kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani, dalam kebertautan
yang kausal.
iii
berpikir dan bekerja keras. Sementara itu, kebudayaan Timur pun memiliki
keunggulan, yaitu mengutamakan kehidupan rohani, karena kehidupan jasmani
telah dimanjakan oleh alam yang serba memberikan kemudahan. Oleh karena
itu, kebudayaan Indonesia baru dapat dibentuk dengan mempertemukan
semangat intelektualitas Barat dengan semangat Kerohanian Timur.
Poerbatjaraka berpendapat bahwa sambungan kesejarahan itu sudah ada
dan tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, diperlukan penyelidikan tentang
jalannya sejarah sehingga orang dapat menengok ke belakang sebagai landasan
melihat keadaan zaman yang bersangkutan dan selanjutnya mengatur hari-hari
yang akan datang.
Hingga sekarang sejarah sastara Indonesia telah berlangsung relative
panjagn dengan perkembangan yang terbilang pesat dan dinamik sehingga
dapat ditulis secara panjang lebar. Hal itu dapat dipandang sebagai tantangan
besar ahli sastra Indonesia.akan tetapi, pada kenyataannya buku-buku sejarah
sastra Indonesia masihrelatif sangat sedikit dibandingkan dengan buku-buku
kritik, esai, dan apresiasi sastra. Sejumlah buku sejarah sastra Indonesia
tercata secara kronologis sebagai berikut:
1. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru oleh A.Teeuw
(1952),
2. Sejarah sastra Indonesia oleh Bakri Siregar (1964),
3. Kesusastraan Baru Indoneisa oleh Zuber Usman (1964),
4. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia oleh Ajip Rosidi (1969),
5. Modern Indonesia Literature I-II oleh A.Teeuw (1979),
6. Sastra Baru Indonesia oleh A.Teeuw (1980),
7. Sari Kesusastaraan Indonesia oleh J.S. Badudu (1981),
8. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern oleh Pamusuk Eneste (1988),
9. Lintasan Sejarah Sastra Indonesia 1 oleh Jakob Sumardjo (1992), dan
10. Sejarah Sastar Indonesia Modern oleh Sarwadi (2004).
iii
C. Studi Sastra
Menurut Rene Wellek dan Austin (1993:37-46) dalam wilayah sastra perlu
terlebih dahuluditarik perbedaan antara sastra di satu pihak dengan teori sastra,
kritik sastra, dan sejarahsastra di pihak lain. Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik sastra,dan sejarah sastra merupakan
cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori,kriteria yang
dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra.
Sedangkanstudi terhadap karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah sastra.
Ketiganya berkaitan eratsekali. Tidak mungkin kita menyusun teori sastra
tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah
sastraJan van Luxemburg dalam Yusuf (2009:2) menggunakan istilah ilmu
sastra.
Ilmu sastraadalah ilmu yang mempelajari teks-teks sastra secara sistematis
sesuai dengan fungsinya didalam masyarakat. Tugas ilmu sastra adalah
meneliti dan merumuskan sastra secara umumdan sistematis. Teori sastra
merumuskan kaidah-kaidah dan konvensi-konvensi kesusastraan umum
Darma dalam Purba (2010:5) sastra sebagai salah satu bidang ilmu
berbeda dengan ilmu lainya. Perbedaanya pada perhatian, pada penghayatan,
bukan pada kognisi, “obyek ilmu sastara adalah kehidupan manusia yang
sudah terabstraksikan dalam karya sastra”Yusuf(2009:3-4) cabang studi sastra
dalam studi sastra ada tiga cabang, yaitu teori sastra,kritik sastra, dan sejarah
sastra. Teori sastra adalah kaidah-kaidah untuk diterapkan dalamanalisis karya
sastra. Kritik sastra adalah penerapan kaidah-kaidah tertentu dalam analisis
iii
sini tugas kritik sastra adalah menilai bobot kesastraan suatu cipta sastra, dan
selanjutnya karya tersebut ditempatkan dalam kerangka sejarah sastra.
Sebaliknya kritik sastra pun memerlukan hasil pengkajian sejarah sastra.
Dengan bantuan sejarah sastra, maka kritik atau suatu cipta sastra tidak
mungkin dari konteks sejarah terciptanya suatu karya tertentu.
]\Hubungan kedua cabang ilmu sastra ini sangat jelas. Usaha kritik sastra
tidak akan berhasil tanpa dilandasi oleh dasar-dasar pengetahuan tentang teori
sastra. Jika seseorang akan mengadakan suatu telaah (kritik) terhadap novel,
terlabih dahulu ia harus memiliki dasar pegetahuan tentang apa yang disebut
novel dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya, seperti tema, latar,
perwatakan, dll. Dapat dikatakan bahwa teori sastra merupakan modal bagi
pelaksanaan kritik sastra.
iii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang
ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu
bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah
sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra
adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan
perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra
itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan
lain-lain.
Menurut Rene Wellek dan Austin (1993:37-46) dalam wilayah sastra perlu
terlebih dahuluditarik perbedaan antara sastra di satu pihak dengan teori sastra,
kritik sastra, dan sejarahsastra di pihak lain. Sastra adalah suatu kegiatan
kreatif. Sedangkan teori sastra, kritik sastra,dan sejarah sastra merupakan
cabang ilmu sastra. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori,kriteria yang
dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra.
Sedangkanstudi terhadap karya konkret disebut kritik sastra dan sejarah sastra.
Ketiganya berkaitan eratsekali. Tidak mungkin kita menyusun teori sastra
tanpa kritik sastra dan teori sastra, kritik sastra tanpa teori sastra dan sejarah
sastraJan van Luxemburg dalam Yusuf (2009:2) menggunakan istilah ilmu
sastra.
B. Saran
Penulis menyarankan pembaca untuk tidak merasa puas terhadap makalah
hubungan sejarah sastra dan studi sastra yang lain,penulis sajikan ini dan tetap
mencari sumber lain tentang sejarah sastra dan studi sastra yang lain untuk
menambah wawasan pembaca, karna tidak semua tentang sejarah sastra yang
bisa penulis rangkum dalam makalah ini.
iii
DAFTAR PUSTAKA
http://adiyel.multiply.com/journal/item/3/SASTRA_dan_PSIKOLOGI
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/21/analisis-frustrasi-tokoh-utama-novel-
nayla-karya-djenar-maesa-ayu-sebuah-kajian-psikologis/
http://www.scribd.com/doc/30559067/Psiko-Analisis-Jung
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
http://www.kanisiusmedia.com/resensi_detail.php?idresensi=37
http://bermenschool.wordpress.com/2009/03/27/psikoanalisis-dan-sastra/
iii
DAFTAR ISI
iii
MAKALAH
SEJARAH SASTRA
DISUSUN
KELOMPOK I
iii
KATA PENGANTAR
Meski dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini kami berusaha dengan
sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk dapat memenuhi harapan dari pembaca yang budiman.
Oleh sebab itu kami selalu mengharapkan kritik berserta saran-saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas selanjutnya. Akhirnya kami berharap
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
iii