Anda di halaman 1dari 17

BAB 

I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan. Sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah
imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan
manusia. Oleh sebab itu sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan
yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dari  manusia untuk mengungkapkan eksistensinya.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa, jadi yang termasuk
dalam kategori sastra adalah: novel cerita/cerpen, syair, pantun, sandiwara /drama.
saya  mengambil topik ini agar dapat lebih mengetahui lagi apa yang dimaksud sastra  dan
agar pengetahuan kita tentang sastra lebih luas lagi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra
yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah
sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu,
tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa
pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah
sastra itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain.

Sejarah sastra Indonesia adalah bagian dari kajian ilmu sastra yang mempelajari
kesusastraan Indonesia, mulai munculnya kesusastraan Indonesia sampai dengan masa
perkembangannya. Munculnya sastra di Indonesia sebagai salah satu bukti perjuangan bangsa
Indonesia dalam kemerdekaan. Diawali dari berdirinya Boedi Oetomo hingga Kongres
Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Dalam Sumpah Pemuda juga disebutkan
bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa.

Berbicara tentang sejarah perkembangan sastra, tidak dapat dilepaskan dari


pembicaraan mengenai upaya menyusun periodisasi sejarah sastra sebagai salah satu kegiatan
dalam pengkajian sejarah sastra. Periodisasi sastra adalah penggolongan sastra berdasarkan
pembabakan waktu dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya. Sastra
Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, bahkan sebelum bahasa Indonesia diresmikan

1
pada tanggal 28 Oktober 1928. Sementara itu pondasi pendirian sastra Indonesia baru tegak
berdiri pada tahun 1920-an dengan munculnya Balai Poestaka.

Di dalam masyarakat khususnya masyarakat sastra, istilah angkatan dan periode amat
banyak digunakan. Akan tetapi, pengertian kedua istilah itu sering dicampuradukkan. Untuk
keseragaman periodisasi kiranya kedua istilah tersebut perlu diperjelas perbedaan
pengertiannya. Periode adalah sekadar kesatuan waktu dalam perkembangan sastra yang
dikuasai oleh suatu sistem norma tertentu ada kesatuan waktu yang memiliki sifat dan cara
pengucapan yang khas serta berbeda dengan masa sebelumnya.

1.2.   Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan karya sastra?
 Apa yang dimaksud sastra Indonesia modern?
 Apa ciri-ciri dari sastra Indonesia modern?
 Apa perbedaan yang mendasar antara sastra Indonesia klasik dengan sastra
Indonesia modern?
 Apa saja pembabakan sastra Indonesia klasik?
 Bagaimana periode sejarah perkembangan karya sastra dan pembagiannya?

1.3.   Tujuan
Agar pengetahuan tentang karya sastra semakin luas dan kita dapat mengetahui
tentang sejarah sastra Indonesia dan pembagian sastra.  Selain itu, kita juga dapat memahami
mengenai sastra Indonesia modern serta mengetahui pembabakan periode sastra Indonesia
Klasik.

1.4.   Manfaat
Dari hasil laporan penilitian kami, kita dapat memperoleh manfaat berupa pengetahuan
tentang karya sastra serta kita mengetahui sejarah sastra Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pengertian  Sastra


Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan,
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan adalah ekspresi
gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan
sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir
dari perasaan dan pemikirannya.
Dalam konteks kesenian, kesusastraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian
yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan
senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari, seni
lukis, dan sebagainya.
 Pengertian Sastra dari Segi Ilmu Sastra
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra,  yaitu ilmu sastra, teori sastra dan
karya sastra.
Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode
tertentu mengenai segala hal yang yang berhubungan dengan seni sastra.
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut  :
a.    Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hukum-
hukum, prinsip dasar, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.
b.    Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga
perkembangan yang terbaru.
c.    Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan
pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga telaah
sastra.
d.    Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata
nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memilki karya sastra.

3
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam
rangka memahami sastra kesuluruhan.

2.2 Batasan Definisi Sastra Indonesia Modern

            Kata modern pada sastra Indonesia modern dipergunakan tidak dalam pertentangan
kata klasik. Bahkan sebenarnya, istilah sastra Indonesia klasik sebagai pertentangan dengan
sastra Indonesia modern tidak ada. Kata modern dipergunakan sekadar menunjukkan betapa
intensifnya pengaruh Barat pada perkembangan dan kehidupan kesusastraan pada masa itu.
Sebelum berkembangnya sastra Indonesia modern kita mengenal sastra Melayu lama/ klasik
untuk membedakan dengan sastra Melayu modern yang berkembang di Malaysia.

            Ada beberapa pendapat mengenai apa yang disebut sastra Indonesia. Ada yang
berpendapat bahwa suatu karya sastra dapat dinamakan dan digolongkan ke dalam pengertian
sastra Indonesia apabila:

a. Ditulis buat pertama kalinya dalam bahasa Indonesia;


b. Masalah-masalah yang dikemukakan didalamnya haruslah masalah Indonesia;
c. Pengarangnya haruslah bangsa Indonesia (Soemawidagdo, 1966: 62).

Berdasarkan pendapat di atas, pengertian sastra Indonesia mencakup tiga unsur persyaratan,
yaitu bahasa, masalah yang dipersoalkan, dan pengarangnya. Ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa sastra Indonesia adalah “sastra yang aslinya ditulis dalam bahasa
Indonesia, mengingat sastra dan bahasa erat saling berjalin” (Enre, 1963: 10).

            Sastra Modern adalah karya sastra yang dibentuk oleh unsur intrinsik dan menggunakan
bahasa atau kata yang terpilih serta diksi yang tepat, mempunyai bahasa tuturan dan dialog
(dalam prosa dan drama) yang bertujuan untuk dibaca atau didengar orang lain agar mereka
mendapat hiburan dan nasihat.

2.3.   Ciri-Ciri Sastra Modern


1. Bentuk karya sastra baru berupa puisi bebas dan kontemporer, seperti cerpen,
novel, drama Indonesia.
2. Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa keseharian dan sering dimasuki
bahasa asing kreatif.

4
3. Tema yang diangkat seputar kemanusiaan, kemasyarakatan, kehidupan modern,
pergaulan remaja, dll.
4. Latar belakang penciptaan terpengaruh kesusastraan barat, budaya industri
modern, hak cipta pengarang individu.
5. Perkembangannya bersifat dinamis, melalui media cetak dan audiovisual.

2.4. Perbedaan Sastra Klasik dan Sastra Modern

1. Sastra Klasik
a. Puisi berbentuk terikat dan kaku
b. Prasa lama statis
c. Kraton sentris
d. Prosa hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo, atau dongeng
e. Pembaca dibawa ke alam khayal dan fantasi
f. Kemudian dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan arab
g. Cerita sering bersifat anonim ( pengarangnya tidak diketahui)

2. Sastra Modern
a. Puisi bersifat bebas, baik bentuk maupun isinya.
b. Prasa baru dinamis.
c. Masyarakat sentris.
d. Bentuknya roman, novel, cerpen, drama.
e. Berlandas pada dunia nyata, berdasarkan kenyataan dan kebenaran.
f. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan barat.
g. Diketahui siapa pengarangnya.

2.5. Pembabakan Sastra Indonesia Klasik


1. Sastra Lama (sastra kuna atau klasik) …. ± 1800

Sastra yang dihasilkan sebelum Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi dimasukkan
ke dalam suatu golongan yang dinamai Sastra Lama atau Sastra Kuna atau Sastra
Klasik. Orang tidak dapat memastikan sejak kapankah sastra lama mulai ada. Tetapi
mengingat bahwa suatu keindahan hanya mungkin dihasilkan manusia yang sudah
beradab, kiranya dapat ditentukan bahwa sastra lama mulai ada sejak permulaan
peradaban bangsa Indonesia.

5
Sastra lama memancarkan semangat Animisme atau Dinamisme, Hinduisme
dan  Islamisme. Kepercayaan atau agama yang baru tidak berhasil melenyapkan
pengaruh kepercayaan atau agama yang mendahuluinya, sehingga kebudayaan yang
baru selalu mengandung unsur-unsur kebudayaan yang terdahulu. Hal itu  nyata jika
kita perhatikan kehidupan masyarakat pada zaman sekarang. Pengaruh Animisme atau
Dinamisme yang sudah amat tua itu hingga kini masih tetap terasa dalam kehidupan
masyarakan modern.

Ketiga jenis semangat tersebut itulah yang menyebabkan sastra lama terbagi atas
tiga periode, yakni: (a) sastra masa purba, (b) sastra masa hindu, dan (c) sastra masa
islam.  

A.  Sastra masa purba (…..± 500)

Sastra masa purba ialah sastra yang tumbuh dan berkembang sejak zaman
nenek moyang bangsa Indonesia yang mendiami tanah air Indonesia mulai beradab
sampai kedatangan bangsa hindu. Bentuk pemakaian sastra pada masa purba
berupa sastra lisan, karena waktu itu orang belum mengenal tulisan.

Sastra masa purba memancarkan semangat Animisme dan Dinamisme. Hasil


karya sastra masa purba pada permulaanya tidak dipakai orang untuk menghibur
diri, tetapi dipergunakan sebagai medium untuk berhubungan dengan roh-roh
nenek moyang yang menurut anggapan masyrakat pada masa itu bersarang di
mana-mana. Contohnya : dongeng tentang pohon gadung dan jagung, cerita
tentang pak pander, dsb.

B.  Sastra masa hindu (± 500 - ± 1450)

Kira-kira tahun 500 di Indonesia sudah mulai kelihatan adanya sastra tertulis.
Orang sudah mulai mengenal tulisan setelah bangsa hindu datang ke Indonesia.
Tetapi perlu kiranya diingat bahwa orang yang mengenal tulisan pada waktu itu
tidak banyak jumlahnya, yakni hanya kalangan atas, misalnya raja-raja, pendeta-
pendeta dan sebagian kecil yang tahu. Sedangkan orang-orang kebanyakan yang
lain lebih besar jumlahnya masih belum mengenal tulisan.

6
Bangsa Hindu yang mula-mula datang ke Indonesia semata-mata untuk
berdagang, ternyata dapat menanamkan kebudayaannya hingga dalam sekali pada
masyarakat Indonesia. Sistem feodalisme yang dibawanya kemari makin
bertambah kuat kedudukannya. Sejak itulah kebudayaan berpusat pada keraton,
sehingga sudah barang tertentu sastranya pun bersifat istana sentries. Sastra hindu
pada masa itu mendapat tempat utama.

Perlu kiranya di ingat pula bahwa walaupun pada masa itu boleh dikatakan
sudah ada sastra tertulis, namun sastra tersebut hanya didapati orang pada prasasti-
prasasti (batu tertulis) peninggalan raja-raja, misalnya prasasti-prasasti yang
terdapat di Kutai, di Jawa Barat dekat Citarum, dan lain sebagainya.

Sastra tertulis yang berupa buku-buku hanyalah yang berasal dari sastra Hindu.
Dalam masyarakat melayu, cerita-cerita yang berasal dari buku-buku tersebut telah
berabad-abad lamanya hidup dan menjadi milik masyarakat. Jalan ceritanya sudah
banyak yang mengalami perubahan, lebih-lebih mengenai para pelakunya,
sedangkan isinya sering disesuaikan dengan keadaan di tanah Melayu. Contoh :
Hikayat pandawa lima, Balakanda, Ayodyakanda.

C. Sastra Masa Islam (± 1450 - ± 1800)

Sastra Islam ialah sastra Indonesia yang sudah kena pengaruh agama islam
setelah agama itu masuk ke Indonesia. Agama islam masuk ke Indonesia,
sedangkan penyebarnya adalah orang-orang Gujarat. Itulah pula sebabnya mengapa
dalam sastra yang bercorak islam sering masih terasa adanya pengaruh persi.

Sistem feodalisme masih tetap bertahan, hanya sekarang yang memegang


peranan dalam sastra bukan lagi raja-raja Indonesia-Hindu, melainkan Indonesia-
Islam dengan menampilkan pahlawan-pahlawan islam, serta penjelasan mengenai
peraturan-peraturan dalam agama islam.

Sifat satra indonesia pun pada waktu itu berubah menjadi ke arab-araban.
Orang-orang melayu bahkan menganggap Huruf Arab sebagai huruf mereka
sendiri, yakni yang dinamai Huruf Arab Melayu atau Huruf Jawi. Atas dasar itu
pula maka tidak sedikit buku-buku sastra Indonesia pada waktu itu yang memakai

7
tulisan Jawi. Contoh: Cerita Tun Muhammad atau Tun Seri Lanang, Cerita
Hamzah  Fansuri, Cerita Syamsuddin Al Sumatrani.

2.6. Periodisasi Sastra di Indonesia


Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu
Angkatan Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan
Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan
1980-1990an, angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
a. Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian karya sastra di Indonesia
yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi
oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik
dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera
dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting
berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang
pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari
istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang
paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil,
serta Nuruddin ar-Raniri.

Karya sastra pujangga lama :


SEJARAH SYAIR

Sejarah Melayu (Malay Annals)  Syair Bidasari


 Syair Ken Tambuhan
 Syair Raja Mambang Jauhari
HIKAYAT

Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah

b.   Sastra Melayu Lama


Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942, yang
berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti
"Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan

8
masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih
dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

Karya Sastra Melayu Lama:


 Kapten Flamberger (terjemahan)
 Rocamblo (terjemahan)
 Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe

c.   Angkatan Balai Pustaka


Di ikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu. Angkatan Balai Pusataka
merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh
penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di
Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari
bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka
menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa
Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak,
dan bahasa Madura.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka :
Merari Siregar Marah Roesli
Azab dan Sengsara (1920) Siti Nurbaya (1920)
Binasa kerna Gadis Priangan (1931) La Hami (1924)
Cinta dan Hawa Nafsu

d.   Pujangga Baru


Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya
sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga
Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah

9
zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para
kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang.
Penulis Dan Karya Sastra Pujangga baru :
Sutan Takdir Alisjahbana  :
 Dian Tak Kunjung Padam(1932)
 Tebaran Mega –kumpulan sajak (1935)
 Layar Terkembang (1936)
 Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)

e.   Angkatan 1945


Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya
sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya
Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-
puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul
"Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan
'45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis
dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis Dan karya Sastra Angkatan 1945
 Chairil Anwar
 Kerikil Tajam (1949)
 Deru Campur Debu (1949)

f.    Angkatan 1950-1960-an


Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan
puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra
lainnya, Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang
bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-
sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan

10
sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis Dan Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an
Toto Sudarto Bachtiar
 Etsa sajak-sajak (1956)
 Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)

g.   Angkatan 1966-1970-an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar
Lubis Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra
beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat
banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo
Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus
sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Penulis dan Karya Sastra 1966-1970-an :
Taufik Ismail Leon Agusta
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Monumen Safari (1966)
Tirani dan Benteng Catatan Putih (1975)
Buku Tamu Musim Perjuangan Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
Sajak Ladang Jagung Hukla (1979)
Kenalkan
Saya Hewan
Puisi-puisi Langit

h.   Angkatan 1980-1990-an


Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut
yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai
majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade
1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra,

11
Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky
Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani,
dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol
pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku
Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang
menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di
mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur. Mira W dan
Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis
yang menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak
belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa
abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan
idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an :
Ahmadun Yosi Y.B Mangunwijaya Darman Moenir Budi Darma
Herfanda
Ladang Hijau (1980) Burung-burung Bako (1983) Olenka (1983)
Manyar (1981)
Sajak Penari (1990) - Dendang (1988) Rafilus (1988)
Sebelum Tertawa
Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen
Kekalahan (1997)
 Sembahyang
Rumputan (1997)

i.    Angkatan Reformasi


Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ
Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul
wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai
dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-
politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi.

12
Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi
sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang
terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya
sastra  puisi, cerpen, dan novel  pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh
dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi
Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online:
duniasastra.com - nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik
mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi :
Widji Thukul
 Puisi Pelo
 Darman
 Ayu Utami  Seno Gumira Ajidarma
o Saman (1998) o Atas Nama Malam
o Larung (2001) o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai

 Dewi Lestari  Habiburrahman El Shirazy


o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan o Ayat-Ayat Cinta (2004)
Bintang Jatuh (2001) o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Supernova 2.1: Akar (2002) o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Supernova 2.2: Petir (2004) o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
 Raudal Tanjung Banua
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
o Ziarah bagi yang Hidup (2004)
o Parang Tak Berulu (2005)  Andrea Hirata
o Gugusan Mata Ibu (2005) o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)

13
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
o Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas

j.    Angkatan 2000-an


Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun
tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada
tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku
tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada
tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan
Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-
an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang
muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

BAB III

14
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan.Dari makna asalnya dulu,sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia ,seperti catatan ilmu
pengetahuan , kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebaginya
Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hukum-hukum,
prinsip dasar, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra. Sejarah sastra yaitu
ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
Adapun Ciri-Ciri Sastra Indonesia Modern:

1. Bentuk karya sastra baru berupa puisi bebas dan kontemporer, seperti cerpen, novel,
dram Indonesia.
2. Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa keseharian dan sering dimasuki bahasa
asing kreatif.
3. Tema yang diangkat seputar kemanusiaan, kemasyarakatan, kehidupan modern,
pergaulan remaja,dll.
4. Latar belakang penciptaan terpengaruh kesusastraan barat, Budaya industri modern,
hak cipta pengarang individu.
5. Perkembangannya bersifat dinamis, melalui media cetak dan audiovisual.
6. Pembabakan Periode Sastra Indonesia Klasik terbagi atas :

1.      Sastra masa purba (…..± 500)

2.      Sastra masa hindu (± 500 - ± 1450)

3.      Sastra masa Islam (± 1450 - ± 1800)

Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa angkatan :


a.    Angkatan Pujangga Lama
b.    Angkatan Sastra Melayu Lama
c.    Angkatan Balai Pustaka
d.    Angkatan Pujangga Baru
e.    Angkatan 1945
f.    Angkatan 1950-1960-an

15
g.   Angkatan 1966-1970-an
h.   Angkatan 1980-1990an
i.    Angkatan Reformasi
j.    Angkatan 2000-an

3.2.   Saran           .
1.    Hendaknya dilakukan pembinaan untuk siswa – siswa yang berpotensi dan berminat
dalam pembuatan karya tulis,
2.    Sebaiknya siswa harus mengetahui tentang perkembangan sastra di Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

 https://sadlyasharisaid.blogspot.com/p/makalah-sejarah-sastra-indonesia.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/sastra
 http://scribd.com
 http://donietapol.blogspot.co.id/2010/12/perbedaan-antara-sastra-lama-baru-dan.html
 http://azisworld.blogspot.co.id/2012/02/periodisasi-sastra.html
 https://sastra100km.wordpress.com/2014/04/30/masa-permulaan-sastra-indonesia-
modern/
 Erowati, Rosida. 2011. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
 http://andrinovansyah.blogspot.com/2017/03/makalah-pengantar-kesusastraan.html

17

Anda mungkin juga menyukai