Semester : Satu/Kelas B
Nim : 200621100067
Kelas : 1B
1. Sejarah sastra dan ilmu sastra memiliki hubungan yang sangat erat. Karena
sejarah sastra merupakan salah satu bagian dari ilmu sastra. Ilmu sastra
mencakup teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra. Ketiga bagian dari ilmu
sastra ini juga memiliki hubungan keterkaitan atau hubungan saling timbal balik
antar masing-masing bagian, baik antara teori sastra dan kritik sastra, teori sastra
dan sejarah sastra, dan kritik sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra sendiri
merupakan bagian dari ilmu sastra yang mempelajari tentang proses
perkembangan sastra dari masa ke masa. Dengan sejarah sastra kita dapat
mengetahui perjalanan-perjalanan sastra dari awal kemunculan sastra hingga
sekarang. Karena dalam sejarah sastra kita dapat mempelajari banyak sekali hal,
diantaranya ciri-ciri sastra yang ada pada masa tertentu atau masa yang sedang
di bahas, para sastrawan yang mengisi perkembangan sastra di masa tersebut,
karya-karya sastra apa saja yang telah dihasilkan oleh sastrawan pada masa
tersebut, peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada masa tersebut, lalu
bagaimana proses perjuangan para sastrawan dalam memperjuangkan karya-
karya sastra nya dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang, dan
puncak dari kesuksesan perkembangan sastra di masa tersebut. Sejarah sastra
menggunakan kriteria ekstrinsik dalam mengkaji sastra yaitu hal-hal yang
berasal dari luar sastra. Diantaranya seperti, mengidentifikasikan peristiwa-
peristiwa kehidupan politik, dan sosial budaya beserta pengaruhnya terhadap
karya sastra. Sejarah sastra memiliki ruang lingkup yang cukup luas, seperti
adanya sejarah sastra suatu daerah, sejarah sastra dari suatu bangsa, dan sejarah
sastra dari suatu kesatuan kebudayaan. Jadi sejarah sastra tidak hanya membahas
sejarah sastra dari satu sudut pandang saja. Kita sebagai generasi bangsa yang
baik, wajib bagi kita untuk mempelajari sejarah sastra sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap budaya bangsa dan
meningkatkan rasa cinta tanah air. Tidak hanya itu, kita juga dapat
meningkatkan sikap kita dalam menghargai sejarah sastra yang ada sebagai bukti
perkembangan sastra di Indonesia. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa
sejarah sastra memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu sastra.
2. Sastra mayor merupakan sebuah karya sastra yang ditulis dalam bahasa
Indonesia (cakupannya luas, yaitu dalam skala nasional). Sedangkan Sastra
minor atau sastra subkultur merupakan sebuah karya sastra yang ditulis dalam
bahasa daerah. Dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa sastra mayor
memiliki cakupan yang lebih luas dari sastra minor. Karena sastra minor di tulis
dengan bahasa-bahasa suatu daerah, seperti Jawa, Madura, Bugis dan lain-lain.
Biasanya tulisan-tulisan dari pengarang berkelas, baik itu nasional maupun
internasional akan digolongkan ke dalam sastra mayor. Karena melihat sastra
mayorlah yang memiliki cakupan yang luas. Seperti karya dari Ajib Rosidi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti Jepang, Inggris, Rusia, Belanda
dan lain-lain, banyak yang menggolongkan karya-karya dari Ajib Rosidi
tersebut ke dalam sastra mayor. Namun berbeda halnya dengan karya sastra
yang ditulis menggunakan bahasa daerah atau lokal akan lebih sering
digolongkan kedalam kategori sastra minor, meskipun karya itu merupakan
suatu karya sastra yang berbobot. Banyak sekali yang memandang sastra mayor
memiliki level yang lebih tinggi daripada sastra minor. Karena perbedaan
cakupan kebahasaannya tadi. Namun pada kenyataanya setiap karya sastra pasti
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Jika difikir secara logis
jika anggapan seperti ini terus dirawat akan merugikan salah satu pihak,
misalnya akan berdampak pada menurunnya semangat para sastrawan dari sastra
minor. Dan pastinya jika sastra minor ini terus dikembangkan akan melahirkan
sastra-sastra besar nantinya.
Sastra nusantara merupakan sebuah karya sastra yang ditulis oleh para
sastrawan dengan menggunakan bahasa-bahasa yang masuk kedalam rumpun
bahasa negara Indonesia, baik nasional maupun regional. Jadi karya sastra
nusantara tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia saja melainkan
menggunakan bahasa-bahasa dari berbagai etnik atau daerah yang ada di
Indonesia. Sastra nusantara juga tidak hanya dalam bentuk karya tulis saja,
melainkan karya lisan juga. Karya sastra nusantara juga digunakan sebagai
sarana identitas dari masing-masing wilayahnya. Nusantara sendiri
diidentifikasikan sebagai kawasan yang terdiri dari berbagai pulau yang menjadi
wilayah negara Republik Indonesia. Ada beberapa pengertian mengenai
nusantara, diantaranya
KBBI = Seluruh wilayah kepulauan Indonesia
Gadjah Mada = Wilayah yang meliputi negara Malaysia dan Singapura
Konsep Linguistik = Yang mengacu berdasarkan letak geografisnya,
yaitu terletak di 4 benua ( Australia, Asia, Amerika, dan Afrika)
Dengan menjaga dan mengembangkan karya-karya sastra nusantara, itu
merupakan salah satu bentuk sikap upaya untuk tetap menjaga persatuan
Indonesia dari kemajemukan bangsa Indonesia yang ada.
3. Sejarah lahirnya sastra Indonesia memiliki kaitan erat dengan sejarah lahirnya
bangsa Indonesia. Lahirnya sastra Indonesia sering sekali di kait-kait kan dengan
lahirnya bangsa Indonesia sendiri. Bagi negara yang tidak pernah dijajah
diperkirakan kesusasteraannya lahir bersamaan dengan lahirnya negara tersebut.
Lalu bagi negara yang pernah dijajah seperti negara Indonesia diperkirakan
kesusastraannya lahir bersamaan dengan diresmikannya atau lahirnya bahasa
dari negara tersebut. Namun kembali lagi, pada dasarnya belum ada yang
mengetahui secara pasti tentang kapan awal mula lahirnya sastra itu sendiri.
Semua pendapat tidak bisa disalahkan atau pun dibenarkan secara langsung,
harus ada tindak lanjut dari pendapat-pendapat tersebut, pendapat-pendapat yang
berdasarkan pada sejarah-sejarah yang ada, dan dengan alasan yang logis akan
dapat diterima oleh khalayak luas. Seperti yang kita ketahui bahwa negara
Indonesia merupakan negara bekas penjajahan. Dahulu sebelum bahasa
Indonesia diresmikan, mayoritas penduduknya menggunakan bahasa melayu
sebagai alat komunikasi, khususnya para pedagang dan masyarakat yang tinggal
di daerah pesisir. Banyak orang yang mengira jika bahasa melayu merupakan
bahasa yang berasal dari negara Malaysia. Namun jika kita menilik pada sejarah,
bahasa melayu merupakan bahasa yang berasal dari negara Indonesia, tepatnya
dari pulau Sumatera.
Pada tanggal 28 oktober 1928 bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa
persatuan Indonesia, yang bersamaan dengan diikrarkannya butir-butir dari
sumpah pemuda. Dalam salah satu butir ikrar sumpah pemuda, telah menetapkan
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, yakni
dalam butir “kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”, sejak saat itu bahasa Indonesia resmi digunakan sebagai
bahasa persatuan. Lantas bagaimana dengan sejarah kelahiran sastra Indonesia ?,
sudah dikemukakan bahwasanya sastra Indonesia lahir bersamaan dengan
diresmikannya bahasa Indonesia yakni pada tanggal 28 oktober 1928. Namun
ada beberapa pendapat pada ahli mengenai sejarah lahirnya sastra Indonesia,
diantaranya :
Umar Yunus, beliau berpendapat bahwa sastra Indonesia lahir bersamaan
dengan lahirnya bahasa Indonesia yaitu pada tanggal 28 oktober 1928
Ajip Rosidi, beliau berpendapat bahwa sastra Indonesia lahir pada tahun
1920/1921 atau 1922 dengan kesadaran bangsa sebagai patokan
A. Teew, beliau berpendapat bahwa sastra Indonesia dilahirkan pada
tahun 1920 karena adanya Novel Mirari Siregar yang berjudul Azab dan
Sengsara yang diterbitkan pada tahun 1920.
4. Beralihnya fungsi balai pustaka sebagai lembaga sensor terhadap karya-karya
yang akan diterbitkan oleh balai pustaka akan memberikan dampak tentunya.
Balai pustaka yang berfungsi untuk menetapkan status edar dari karya-karya
sastra yang akan diedarkan. Secara garis besar dampaknya adalah sebagai awal
perkembangan sastra di Indonesia. Beralihnya fungsi balai pustaka tersebut juga
memberikan dampak dimasanya kala itu, diantaranya para pengarang karya
sastra dimasa itu mendapatkan keleluasan untuk menghasilkan karangan atas
ekspresi jiwanya sendiri, tidak ada aturan-aturan yang membatasi imajinasinya
dalam berkarya. Mengingat dimasa sebelum balai pustaka beralih fungsi sebagai
lembaga sensor yang masih dibawah pimpinan kolonial Belanda, para pengarang
tidak bisa mengekspresikan imajinasi karya-karyanya secara lebih luas, karena
ada aturan-aturan khusus karya sastra yang bisa diterbitkan di balai pustaka.
Diantaranya di dalam karya sastra tersebut tidak boleh ada unsur-unsur yang
mengandung gerakan perjuangan. Dengan keleluasan tersebut, masyarakat bisa
membaca karangan bangsa sendiri. Memang pemerintahan Belanda mendirikan
balai pustaka sebagai wadah bacaan rakyat. Namun mereka tidak memberikan
bacaan itu hanya semata-mata begitu saja. Mereka memberikan bacaan yang
didalamnya mengandung wawasan tentang politik pemerintahan penjajah.
Mereka bertujuan agar rakyat Indonesia tidak sadar bahwasanya dirinya sedang
dijajah. Segala usaha yang dilakukan oleh Belanda tidak akan lepas dari
kepentingan politik pemerintahannya sendiri pastinya. Disini terlihat sekali jika
masyarakat Indonesia dimasa itu hidup di bawah pengaruh pemerintahan
Belanda. Namun pada kenyataannya di masa itu, seiring dengan banyaknya
sekolah yang di buka oleh pemerintahan Belanda, yang ditujukan kepada para
pribumi yang nantinya akan dijadikan pegawai-pegawai rendah oleh kolonial,
masyarakat Indonesia mulai pandai membaca dan menulis. Kemudian salah satu
dampak dari beralihnya fungsi balai pustaka yang lain adalah masyarakat
Indonesia akan memperoleh banyak pengetahuan, khususnya tentang karang
mengarang karya sastra. Karena tidak sedikit masyarakat yang berkecimpung
dalam balai pustaka. Mereka belajar banyak dari sekitar lingkungan tersebut.
Dengan begitu mereka sedikit demi sedikit mendapatkan pengetahuan dan bisa
menambah wawasan mereka terhadap karangan karya sastra. Dalam hal ini
mereka akan mengalami kemajuan tentunya. Lalu dampak selanjutnya yakni
para masyarakat mendapatkan kesempatan untuk menyebarluaskan karya-
karyanya, seperti cerita rakyat, dengan adanya cerita rakyat yang disebarluaskan
maka akan semakin banyak pasang mata masyarakat Indonesia yang akan
membacanya. Dengan itu, pengalaman-pengalaman jiwa dan inspirasi mereka
dalam berkarya akan mulai tumbuh. Semua ini akan memberikan dorongan bagi
perkembangan sastra di Indonesia.