c. A. Teeuw
Pendapat Teeuw mengenai lahirnya BAB III
Kesusastraan Indonesia Modern dapat kita
baca dalam bukunya Sastra Baru Indesia 1 SASTRA INDONESIA DALAM
(1980). Agak dekat dengan tahun yang PERIODE 1850-1933
diajukan Ajip Rosidi, Teuuw pun
Sastra Melayu Tionghoa
berpendapat bahwa kesusastraan Indonesia
Modern lahir sekitar tahun 1920. Alasan Di Indonesia sastra Melayu-Cina
Teeuw adalah : “Pada ketika itulah para tumbuh dan berkembang sebelum muncul
pemuda Indonesia untuk pertama kali sastra Indonesia modern akhir abad ke-19.
mulai menyatakan perasaan dan ide yang Nio Joe Lan menyebutnya dengan sastra
pada dasarnya berberda dengan perasaan Indonesia Tionghoa. Menurut Jakob
dan ide yang pada dasarnya berbedea Sumardjo dalam bukunya dari Khasanah
daripada perasaan dan ide yang terdapat Sastra Dunia (1985), jenis sastra ini
dalam masyarakat setempat yang diawali dengan terjemahanterjemahan.
tradisional dan mulai demikian dalam Jauh sebelum terbit roman-roman
bentuk-bentuk sastra yang pada pokoknya Balai Pustaka di Indonesia telah tumbuh
menyimpang dari bentuk-bentuk sastra dan berkembang sastra Melayu-Tionghoa.
Melayu, Jawa, dan sastra lainnya yang Kesusastraan Melayu-Tionghoa sudah ada
lebih tua, baik lisan maupun tulisan. sejak 1870, sedangkan kesusastraan
Indonesia modern baru muncul
d. Slamet Mulyana belakangan.
Slamet Mulyana melihat kelahiran
Kesusatraan Indonesia dari sudut lain. Setelah merdeka, Pramoedya
Beliau melihat dari sudut lahirnya sebuah Ananta Toer berulang kali menyebut masa
negara Indonesia adalah sebuah negara di perkembangan kesastraan Melayu
antara banyak negara di dunia. Bangasa Tionghoa sebagai masa asimilasi, masa
Indonesia merdeka tahun 1945. Pada masa transisi dari kesusastraan lama ke
itu lahirlah negara baru di muka bumi ini kesusastraan baru. Tahun 1971, C.W.
yang bebas dari penjahan Belanda, yaitu Watson menyebutnya pendahulu
negara Republik Indonesia. kesusastraan Indonesia modern. Tahun
1977, John B. Kwee menulis disertasi di
e. Sarjana Belanda Universitas Auckland tentang apa yang
Hooykass dan Drewes, dua peneliti disebutnya Kesastraan Melayu Tionghoa
Belanda menganggap bahwa Sastra (Chinese Malay Literature).
Indonesia merupakan kelanjutan dari Karya sastra para peranakan
Sastra Melayu (Meleise Literatur). Tionghoa berlatar masa 1870-1960. Karya
Perubahan “Het Maleis” menjadi “de Sastra Melayu Tionghoa menggambarkan
bahasa Indonesia” hanyalah perubahan dinamika yang terjadi semasa puncak Pax
Nederlandica (masa keemasan penjajahan koran atau surat kabar. Surat kabar mulai
Belanda) dan beberapa dekade awal menunjukkan peranannya dalam
kemerdekaan Indonesia. Dari sana kita menopang kehidupan sastra dengan
bisa merasakan bagaimana hidup di zaman banyak melahirkan penulis-penulis novel
itu dan bagaimana hubungan sosial yang dari kalangan wartawan. Ini bahkan dapat
terjadi di masyarakat pada masa kisah dilacak sejak terbitnya surat kabar pertama
tersebut ditulis. yang menggunakan bahasa Melayu dengan
tulisan latin, yakni Surat Kabar Bahasa
Hubungan interaksi sosial dalam Melaijoe tahun 1856 dan beberapa surat
masyarakat juga terbaca jelas. Seperti kabar lain sesudah itu yang memunculkan
karya-karya Thio Tjin Boen yang penulis-penulis Tionghoa. Penulis-penulis
mempunyai ciri khas penggambaran ini kemudian melahirkan sastra
masyarakat peranakan Tionghoa dalam MelayuTionghoa, baik berupa karya asli,
interaksi dengan etnis lain, seperti Jawa, saduran maupun terjemahan.
Sunda, Arab dan sebagainya. Ia bahkan
menyatakan konflik antara masyarakat Peran penting berkaitan dengan
totok yang menyebut dirinya singke’ perkembangan sastra surat kabar dilakukan
dengan golongan peranakan, karena tiga jurnalis yakni, F.H. Wiggers, H.
adanya sifat, kebiasaan dan pola pikir yang Kommer dan F. Pangemanan. Dua orang
berbeda. pertama dari golongan peranakan Eropa
dan yang terakhir kelahiran Menado.
Hubungan interaksi sosial dalam Ketiga orang ini yang mendorong dan
masyarakat juga terbaca jelas. Seperti mengarahkan penulisan-penulisan ceritera
karya-karya Thio Tjin Boen yang asli dengan latar belakang sejarah
mempunyai ciri khas penggambaran Indonesia. Mereka menulis dengan lancar
masyarakat peranakan Tionghoa dalam dalam Melayu pasar dan karya-karya
interaksi dengan etnis lain, seperti Jawa, mereka dapat diterima baik di kalangan
Sunda, Arab dan sebagainya. Ia bahkan Indo maupun Tionghoa peranakan. Tetapi
menyatakan konflik antara masyarakat di antara ketiga orang tersebut yang paling
totok yang menyebut dirinya singke’ produktif (menerbitkan tiga tulisan) adalah
dengan golongan peranakan, karena F.
adanya sifat, kebiasaan dan pola pikir yang
berbeda. Tidak lama berselang berdiri rumah
cetak VSTP yang menerbitkan suratkabar
Kisah-kisah dalam Karya Sastra Si Tetap. Pada awal tahun 1920-an dengan
Melayu-Tionghoa menggambarkan berdirinya PPPB, mereka mempunyai
pergulatan mencari identitas dan rumah percetakan sendiri dengan
pengakuan yang dialami etnis Tionghoa di menerbitkan organnya Doenia Merdeka
Indonesia. Tampak pula keragaman dalam pada tahun 1924 untuk menggantikan
masyarakat Tionghoa yang berorientasi ke organ sebelumnya, jurnal Pemimpin yang
tanah leluhur, memuja kolonialisme terbit sejak tahun 1921.
Belanda atau berusaha menjadi orang
Indonesia. Sebuah fakta lagi yang Dalam perspektif ini, barang
menguak betapa heterogennya masyarakat cetakan maupun surat kabar semata-mata
Tionghoa di Indonesia, dimana sering adalah sebuah "bentuk ekstrem" dari buku,
disamaratakan dengan stereotipe tertentu. buku yang dijual dalam skala massal,
meskipun popularitasnya hanya
Sastra Koran berlangsung sebentar. Pertumbuhan dan
peredaran surat kabar di Hindia pada tahun
Perkembangan Kesusastraan
1910-1920-an jauh ketinggalan
Indonesia tidak dapat lepas dari peranan
dibandingkan dengan di Eropa, karena
lambatnya perkembangan industri pendidikan Eropa, dan hanya pribumi yang
percetakan. Hal ini tentu berkaitan dengan dapat menghayati ilmu pengetahuan Eropa
ketidak-matangan tumbuhnya kapitalisme dapat ikut berpartisipasi dalam
di Hindia. Meskipun demikian, suratkabar "pembangunan" koloni. Hal lain yang juga
buku merupakan hal yang modern di sangat mendukung terseok-seoknya sistem
Hindia Belanda, sebab barang-barang pendidikan di Hindia Belanda adalah
cetakan tersebut menciptakan upacara pemisahan pendidikan sekolah
massal yang luar biasa, yang melibatkan berdasarkan ras.
sejumlah besar orang.
Balai Pustaka
Dari Max Havelaar ke Politik Etis
Perkembangan Kesuastraan
Perkembangan Kesusastraan Indonesia Mondern tidak bisa dipisahkan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dari keberadaan Balai Pustaka. Balai
masyarakat Indonesia dalam Pustaka sendiri pada awalnya adalah
perkembangan kesadaran sosial dan politik Komisi untuk Bacaan Sekolah Pribumi dan
bangsa Indonesia pada awal abad ke-20. Bacaan Rakyat atau Commissie voor de
Hal itu diperkuat oleh pendapat Bakrie Inlandsche School en Volksectuur yang
Siregar : didirikan pada tahun 1908. Komisi ini
dimaksudkan untuk memerangi “bacaan
“Dengan demikian, sastra Indonesia liar” yang banyak beredar pada awal abad
Indonesia modern dengan lahirnya ke-20.
kesadaranan nasional tersebut, yang
tercermin dalam hasil sastrawansastrawan Pengurusnya terdiri dari enam
dalam tingkatan dan tarap yang berbeda— orang dan diketuai oleh yang diketuai oleh
sesuai dengan masa dan lingkungannya Dr. G.A.J Hazeu ini, Advizeur voor
sebagai ternyata dalam kritik sosial dan Inlandshe Zaken. Setelah kedatangan
cita-cita politik yang dikemukakannya, Rinkes ke Hindia Belanda tahun 1910,
serta alat bahasa yang digunakannya.” maka pekerjaannya diambil alih olehnyaini
sejak 8 November 1910. Rinkes
Namun semua kebijaksaan politik sebelumnya telah aktif sebagai pegawai
ini, senantiasa dijalankan untuk bahasa di Kantoor voor Inlandsche Zaken.
kepentingan negeri induk. Politik Etis
dapat dikatakan demi kepentingan Mengingat didirikan bertujuan
komoditas, dalam pengertian pendidikan melegitiminasi kekuasan Belanda di
sebagai salah satu elemen politik etis tidak Indonesia, Balai Pustaka menerapkan
diterapkan untuk seluruh lapisan sejumlah syarat-syarat bagi naskah-naskah
masyarakat di seluruh Hindia--pendidikan yang akan diteritibkan. Dr. D.A.R. Rinkes,
di Hindia dilelang mahal. Politik Etis ini Kepala Balai Pustaka yang pertama,
merupakan momen dalam suatu critical mensyaratkan naskah-naskah tersebut
period ketika rakyat Hindia memasuki harus netral mengenai keagamaan,
dunia modern dan pemerintah berusaha memenuhi syarat budi pekerti,ketertiban,
memajukan rakyat bumiputra dan dan politik yang kemudian dikenal Nota
sekaligus menjinakkannya. Rinkes.
Inti konsep tersebut: bahwa Balai Pustaka didirikan untuk
pribumi akan ikut berpatisipasi dalam memberi bacaan kepada orang-orang yang
proses kemajuan Hindia di bawah pandai membaca, yang tamat sekolah
bimbingan orang Eropa, karena dari segi rendah dan yang lain-lain, disamping
peradaban orang Hindia jelas ketinggalan. untuk memberikan bacaan yang
Kemajuan ini sangat ditopang oleh membimbing mereka supaya jangan
terlampau tertarik kepada aliran-aliran B. Kekurangan
sosialisme atau nasionalisme yang lambat
a) Buku ini di lengkapi dengan
laun toh agak menentang pihan Belanda.
rangkuman tiap babnya sehingga
Sekalipun didirikan mulai tahun
1908, serta kemudian diperluas pada tahun pembaca agak sulit mendapatkan
1917, pekerjaan Balai Pustaka sebenarnya intisari dari tiap babnya.
barulah produktif sesudah tahun 1920- an.
Pada zaman itu Balai Pustaka b) Buku ini juga tidak di lengkapi
menghasilkan bermacam, buku, majalah dengan soal-soal evaluasi yang
dan alamnak. Buku-buku populer yang
terbit meliputi kesehatan, pertanian, dapt menguji kemampuan
perternakan, budi pekeri, sejarah, adat dan pembaca.
lain-lain.
Pada tahun 1930-an Balai Pustaka
KESIMPULAN
menjadi penerbit besar karena didukung
oleh kekuasaan pemerintah sehingga Buku ini sangat bermanfaat dan
mampu menyebar luaskan produksinya ke cocok buat seorang yang ingin
seluruh Nusantara. Pada periode ini mempelajari tentang sejarah sastra, buku
muncul sederetan nama pengarang beserta
yang berpedoman dengan kesastraan
hasil-hasil karya ciptanya. Mereka itu
adalah, Merari Siregar, Marah Rusli, sangatlah menopang mahasiswa sastra
Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, mempelajari buku ini. Terdapat banyak
Muhamamad Kasim, Suman Hs, sumber dan pembelajaran yang mudah
Adinegoro, Tulis Sutan Sati, Aman Datuk dipahami sangatlah menunjang dalam hal
Madjoindo, Muhamamad Yamin, Rustam pengetahuan dan keterampilan. Di dalam
Efendi, Yogi, dan lainlain. Umumnya buku ini terdapat inspirasi untuk
karangan mereka kecenderungan semangat
mahasiswa sastra lebih mendalami
pemberontakan pada kultur-etnis yang
sedang menghadapi akulturasi sehingga pembelajaran sejarag sastra Indonesia.
menimbulkan berbagai problem eksistensi.
DAFTAR PUSTAKA
Rosida Erowati, M. Hum; Ahmad Bahtiar,
PEMBAHASAN M. Hum. 2011. “SEJARAH
SASTRA INDONESIA.”
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN Universitas Islam Negeri.
A. Kelebihan
a) Dari segi cover buku sudah bagus
dan menarik perhatian pembaca.
b) Jenis dan ukuran tulisan sudah pas
rata kanan dan kiri buku ini sangat
rapi.
c) Bahasanya sudah menggunakan
bahasa indonesia yang baik.