DISUSUN OLEH:
NAMA : DJOGI HOT JONATHAN SIBURIAN
NIM : 2233111045
KELAS : PBSI REGULER A 2023
MATA KULIAH : TEORI DAN SEJARAH SASTRA
DOSEN P : Prof. Dr. ROSMAWATY, M. Pd.
Penulis,
November 2023
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3
C. TUJUAN........................................................................................................................3
A. JURNAL UTAMA........................................................................................................4
A. JURNAL UTAMA......................................................................................................5-8
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................17
B. SARAN..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mursal Esten (Esten, 1978, hlm. 9) berpendapat bahwa Sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik
dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa
sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia. Tentunya sastra pasti
memiliki sejarah ataupun bagaimana sastra lahir dan berkembang. Sastra Indonesia memiliki sejarah
yang khas, karena mengingat Indonesia adalah negara yang dahulu pernah terjajah dan pada 17
Agustus 1945 telah merdeka. Banyak pergolakan dan masalah yang dihadapi Indonesia, namun
dengan demikan tidak menutup sastra lahir di Indonesia. Sastra lahir di Indonesia sebagai ekspresi
para pahlawan dengan karya-karya kritik tentang kebebasan dari penjajahan.
Sir Charles Firth berpendapat bahwa Sejarah merekam kehidupan manusia, perubahan yang terus
menerus, merekam ide-ide, dan merekam kondisi-kondisi material yang telah membantu atau
merintangi perkembangnnya. Maka dengan mengkaji sejarah sastra manusia dapat memahami dan
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada karya sastra. Sejarah sastra itu sendiri pasti
memiliki beberapa periodisasi untuk membagi sejarah sastra pada periode-periode yang memiliki ciri
khas. Menurut Nugroho didasarkan pada dua pembagian utama: sastra Melayu lama dan sastra
Indonesia modern. Bagian pertama ditengarai telah muncul sejak era 1850-an sampai kemunculan
sastrawan melayu baru. Kemudian, bagian kedua dipecah menjadi beberapa angkatan. Untuk Masa
Kebangkitan (1920—1945) terdiri atas Periode '20, Periode '33, dan Periode '42. Berikutnya, Masa
Perkembangan (1945—1950) adalah Periode '45 dan Periode '50. Namun, Nugroho tak memasukkan
periode '66—sebagaimana periodisasi ala H.B. Jassin—lantaran angkatan itu dicap sebagai sarang
sastrawan komunis dan kekirian. Padahal, dinamika sastra pada periode tersebut tengah hebat-
hebatnya. Terlebih pertentangan antara Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dengan Manifes
Kebudayaan yang sangat kompleks. Seperti halnya dalam karangan Dwi Susanto yang berjudul Lekra,
Lesbumi, Manifes Kebudayaan: Sejarah Sastra Indonesia Periode 1950-1965 (2018). Di sana
dijelaskan polemik sastra yang membungkus politik, konflik kepentingan, normalisasi kebudayaan,
ideologi, dan lain sebagainya.
Saat ini sangat diperlukan pembelajaran sejarah sastra, karena sejarah sastra dapat memilikiberbagai
perubahan karya dan ciri khas yang luarbiasa. Sebagai pelajar Indonesia yang tidak lepas dari sastra
bahwa setiap manusia pasti memiliki imajinasi dan ingin menikmati keindahan alam yaitu dasar dari
sastra yang dikemukakan oleh Abrams. Maka berbagai metode dapat diterapkan dalam pembeljaran
sejarah sastra ecara bertahap dan tidak terburu-buru. Masa digital saat ini menyebabkan turunnya
minat berkarya dan literasi di Indonesia yang akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa,
diperlukan solusi agar minat literasi dan pengetahuan akan sejarah sastra dapat memajukan Indonesia
melalui berlatih berfikir kritis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pembelajaran sejarah sastra pada masa pandemic covi-19?
2. Apa saja masalah dalam pembelajaran sastra?
3. Apa solusi pada masalah pembelajaran sejarah sastra?
C. TUJUAN
1. Untuk menganalisis bagaimana pembelajaran sejarah sastra pada masa pandemi covid-19.
2. Untuk menganalisa apa saja masalah dalam pembelajaran sastra.
3. Untuk mencari solusi pada masalah pembelajaran sejarah sastra.
3
BAB II
IDENTITAS JURNAL
A. JURNAL UTAMA
1. Judul : Problematika Pada Tataran Pembelajaran Sejarah Sastra
3. E-ISSN : 2964-982X
6. Jumlah Halaman : 13
B. JURNAL PEMBANDING I
1. Judul : Implementasi Pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia Berbasis
Proyek di Masa Pandemi
3. E-ISSN : 2962-9810
5. Penerbit : VOKAL
6. Jumlah Halaman : 14
C. JURNAL PEMBANDING II
1. Judul : Wacana Romantisme Dalam Sejarah Sastra Indonesia Periode
Kolonial Belanda (1900-1942)
3. ISSN : 2442-7632
5. Penerbit : KEMBARA
6. Jumlah Halaman : 13
4
BAB III
BAGIAN JURNAL
A. JURNAL UTAMA:
“Problematika Pada Tataran Pembelajaran Sejarah Sastra”
Pernyataan Bagian Uraian
1. Abstrack a. Halaman 1
b. Jumlah kata 139
c. Jumlah 5
Kalimat
d. Kata Kunci Problematika, Tataran Pembelajaran,
Sejarah Sastra.
e. Teori Pembelajaran sejarah sastra sendiri
merupakan pembelajaran mengenai
asal mula atau yang berhubungan dengan
masa lalu tentang sastra
f. Masalah Pembelajaran sastra dari waktu ke waktu
mengalami perubahan serta menambah
tataran kajian yang diterapkan, sehingga
menimbulkan berbagai problematika
dalam konteks pengajarannya terhadap
pendidikan baik formal maupun
non formal.
g. Tujuan Dengan demikian untuk mencari solusi
adanya telaah lektur, diantaranya
menjadikan sekolah sebagai lahan sastra,
pembelajaran yang inovatif dengan
perubahan-perubahan yang disesuaikan
dengan waktu berjalan, serta berbagai
pendekatan pembelajaran dalam konteks
nya menerapkan pengajaran sejarah
sastra.
2. Pendahuluan a. Halaman 1-5
b. Jumlah 11
Paragraf
c. Ide Pokok Paragraf 1: Pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses pemberian
pengetahuan dari
pengajar ke pelajar, dimana ada dua
konsep sebagai pembangun prosesnya
yaitu pengajar bisa di sebut sebagai
pendidik dan juga pelajar atau di sebut
juga sebagai peserta didik.
5
proyeksikan dalam carut marut
kehidupan manusia yang bergejolak pada
tataran dunia dari waktu ke waktu.
6
membahas periode sastra, aliran-aliran
sastra, jenis-jenis sastra, dan pengarang-
pengarangnya.
7
pemahaman serta penggunaan gaya
bahasa yang sangat berpengaruh pada
pembelajaran sastra di sekolah.
4. Di sebagian daerah yang kurangnya
pengadaan sarana serta belum meratanya
kemajuan di bidang teknologi menjadi
permasalahan kurangnya wawasan dan
ilmu yang didapatkan oleh guru dan
peserta didik.
5. Hambatan yang paling utama dalam
pembelajaran sejarah sastra adalah
rendahnya
motivasi. Apabila tidak adanya moyivasi
yang kuat untuk mempelajarai sejarah
sastra maka tujuan utama yang ingin di
capai dalam pembelajaran sastra pun
sulit di gapai.
8
d. Teori 1. Menurut Djaali (2009:29)
mengemukakan bahwa problem atau
masalah adalah “suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan
kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan
suatu yang diharapkan dengan baik, agar
tercapai hasil yang maksimal”.
10
B. JURNAL PEMBANDING I:
“Implementasi Pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia Berbasis Proyek di Masa
Pandemi”
Pernyataan Bagian Uraian
1. Abstrack a. Halaman 1
b. Jumlah kata 161
c. Jumlah 5
Kalimat
d. Kata Kunci Sejarah sastra Indonesia, Pembelajaran
berbasis proyek
e. Teori Dalam mata kuliah ini, terdapat tiga
proyek kerja yang diterapkan, yakni:
(1) mahasiswa membuat infografis
secara berkelompok yang nantinya akan
dipresentasikan setiap pertemuan; (2)
mahasiswa membuat book chapter yang
nantinya di akhir semester dijadikan
sebuah buku; dan yang terakhir (3)
mahasiswa membuat sebuah publikasi
ilmiah berupa artikel jurnal yang
nantinya harus disubmit ke jurnal
nasional.
f. Masalah Menggali seberapa efektif metode ini
jika diimplementasikan dalam ruang
lingkup pembelajaran
g. Tujuan Untuk mendeskripsikan implementasi
pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia
berbasis proyek di masa pandemi.
f. Metode Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif-eksperimen
untuk dapat menggali seberapa efektif
metode ini jika diimplementasikan dalam
ruang lingkup pembelajaran.
2. Pendahuluan a. Halaman 1-3
b. Jumlah 8
Paragraf
c. Ide Pokok Paragraf 1: Di masa pandemi, dapat
dipastikan hampir semua mata kuliah
mengalami
hambatan serta kesulitan dalam proses
belajar-mengajar yang harus
11
dilaksanakan
dari rumah.
12
Paragraf 8: Metode pembelajaran proyek
ini mampu membuat peserta didik
menjadi lebih berkembang dari pelbagai
aspek akademik.
d. Kesimpulan Dalam pengeimplikasian tugas proyek
diatas dituntut kerjasama antara guru
dengan siswa, dengan metode
pembelajaran guru yang kreatif dapat
membuat pembelajaran lebih menarik
dan memudahkan siswa untuk
memahami serta berfikir materi yang
diberikan guru. Siswa memiliki peran
untuk memberikan respon yang kreatif
juga artinya dalam pengerjaan tugas
siswa harus mencari berbagai referensi
agar tugas yang dikerjakan tidak buruk
dan tugas tersebut memiliki makna
dengan menarik.
3. Metode Penelitian a. Halaman 3-4
b. Isi Penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Yang mana
penelitian kuantitatif ini merupakan
sebuah penelitian yang diterapkan
dengan cara
mengkaji pemikiran yang bersifat ilmiah
secara mendalam. Penulis juga
memfokuskan penelitian kali ini pada
metode penelitian eksperimen yang mana
metode penelitian eksperimen ini
termasuk ke dalam ruang lingkup metode
penelitian kuantitatif.
4. Pembahasan a. Halaman 4-11
b. Jumlah 27
Paragraf
c. Rumusan 1. Pada pengimplementasian
Masalah pembelajaran tersebut, dosen pada mata
kuliah Sejarah Sastra Indonesia Modern
menerapkan metode pembelajaran
berbasis
proyek.
13
d. Teori 1. B. Rachmanto (1988) mengungkapkan
pendapat bahwasanya dalam proses
pengajaran, seorang pengajar tidak boleh
hanya berfokus dan menitikberatkan
pada pemahaman terkait teori dan
pengertian dari suatu pengetahuan.
15
C. JURNAL PEMBANDING II:
“Wacana Romantisme Dalam Sejarah Sastra Indonesia Periode Kolonial
Belanda (1900-1942)”
16
dan detektif). Semenatra itu, Salmon
(1981) memberikan perhatian pada sastra
peranakan Tionghoa, yang tidak pernah
dibicarakan dan cenderung dianggap
bukan “bagian dari sejarah sastra
Indonesia”.
17
Paragraf 11: Menurut Foucault (2008),
keberadaan wacana satu dengan yang
lain tidak terlepas dari kekuasaan.
Bahkan, antara satu wacana dengan
wacana yang lain meski bertentangan
memiliki satu kandungan kuasa yang
sama.
d. Kesimpulan Dengan pembatasan berkarya oleh
pemerintah colonial Belanda,
mengakibatkan para sastrawan Indonesia
hanya dapat mengekspresikan perasaan
merekan melalui karya bergenre
romantic. Walau demikian sastrawan
Indonesia tetap menerbitkan karya-karya
yang luar biasa dengan kritikan yang
tidak terlihat jelas
3. Metode Penelitian a. Halaman 3-4
b. Isi Penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Yang mana
penelitian kuantitatif ini merupakan
sebuah penelitian yang diterapkan
dengan cara
mengkaji pemikiran yang bersifat ilmiah
secara mendalam. Penulis juga
memfokuskan penelitian kali ini pada
metode penelitian eksperimen yang mana
metode penelitian eksperimen ini
termasuk ke dalam ruang lingkup metode
penelitian kuantitatif.
4. Pembahasan a. Halaman 4-11
b. Jumlah 27
Paragraf
c. Rumusan Masyarakat terjajah sesuai citra dirinya
Masalah dan terdapat pembatasan berkarya.
18
d. Teori 1. A Teuuw (Pokok dan Tokoh dalam
Kesastraan Indonesia Baru I, 1959 dan
Sastra Indonesia Modern I, 1980), Jakob
Soemardjo (Lintasan Sastra Indonesia
Modern I, 1992), Ajip Rosidi (Angkatan
dan Periodisasi Sedjarah Sastra
Indonesia, 1970), Bakri Siregar (Sejarah
Sastra Indonesia Modern, 1964), dan
lain-lain. Buku-buku tersebut
mengedepankan beberapa hal, pertama,
kelahiran sastra Indonesia modern
didasarkan pada tradisi Balai Pustaka.
Kedua, penulisan sejarah sastra
didasarkan pada perkembangan bentuk
karya, topik, dan pengarang. Ketiga,
sejarah sastra Indonesia umumnya
didasarkan pada periodisasi dari lembaga
kesastraan dan generasi pengarang.
Keempat, sejarah sastra Indonesia
mengesampingkan “ekspresi” kesastraan
yang berbeda dengan narasi yang
“dibangun”. Kelima, sebagai
konsekuensinya, penulisan sejarah
kesastraan Indonesia mengedepankan
narasi estetika tertentu dengan
menghilangkan estetika yang lain dan
cenderung bias kolonialisme.
19
bertindak (Foucault, 2012).
20
digunakan sangat sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai mahasiswa kita harus memahami sejarah sastra Indonesia, dengan mempelajari sastra
Indonesia kita dapat mengaplikasikan cara atau metode dalam membuat sastra yang menarik dan
sesuai perkembangan zaman. Mahasiswa yang akan menjadi seorang guru hendaklah memiliki
21
kemampuan sastra dalm menerapkan metode pembelajaran yang kereatif agar peserta didik dapat
lebih mudah mengerti.
B. Saran
Mahasiswa perlu dan harus menimba ilmu sebanyak-banyak nya dari berbagai informasi untuk
melatih kemampuan berfikir. Mahasiswa juga harus mampu membedakan informasi fakta atau hoaks.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2015). Dinamika Umat Islam Indonesia pada Masa Kolonial Belanda (Tinjauan Historis).
Rihlah Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 2(01), 120-127.
Alisjabana, S. T. (1954). Menudju Masjarakat dan Kebudjaan Baru. Polemik Kebudjaan, cetakan
ketiga, Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP dan K.
22
Artika, I. W. (2016). Lima Cerpen Propaganda Lekra (1950—1965). Aksara, 28(2), 129-142.
Bassnett, S., & Trivedi, H. (2012). Postcolonial Translation: Theory and Practice: Routledge.
Bertrand, R. (2007). Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno
Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhanudin, J. (2014). The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the Intellectual Journey of
Snouck Hurgronje. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 52(1), 25-58.
Derks, W. (2004). Sastra Perdalaman: Pusat-Pusat Sastra Lokal dan Regional di Indonesia. In K. F. d.
T. Day (Ed.), Sastra Indonesia Modern Kritik Pascakolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Effendi, E. (2012). Politik Kolonial Belanda terhadap Islam di Indonesia dalam Perspesktif Sejarah
(Studi pemikiran Snouck Hurgronye). Jurnal Tapis, 8(1), 91-112.
Faruk. (2002). Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942. Yogyakarta: Gama Media.
Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Foucault, M. (2008). La Volonte de Savoir: Ingin Tahu Sejarah Seksualitas: Yayasan Obor Indonesia.
23