Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JURNAL REVIEW

Teori dan Sejarah Sastra

DISUSUN OLEH:
NAMA : DJOGI HOT JONATHAN SIBURIAN
NIM : 2233111045
KELAS : PBSI REGULER A 2023
MATA KULIAH : TEORI DAN SEJARAH SASTRA
DOSEN P : Prof. Dr. ROSMAWATY, M. Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya
kepada kita semua. Terkhususnya atas berkatnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Critical Journal Review ini sehingga dapat disajikan kepada pembaca. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada beliau selaku dosen pengampu pada mata kuliah Teori dan Sejarah Sastra yang
telah memberikan tugas ini agar penulis mendapatkan berbagai informasi dan tetap menambah
pengalaman dalam literasi.
Penulis berharap melalui Critical Journal Review, jurnal utama dengan judul “Problematika Pada
Tataran Pembelajaran Sejarah Sastra”, jurnal pembanding 1 “Implementasi Pembelajaran Sejarah
Sastra Indonesia Berbasis Proyek di Masa Pandemi”, dan jurnal pembanding 2 “Wacana Romantisme
Dalam Sejarah Sastra Indonesia Periode Kolonial Belanda (1900-1942)” semoga dengan CJR ini
dapat menjadi referensi bacaan dan informasi bagi pembaca.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kedepannya dapat
lebih lagi menampilkan hasil yang lebih baik lagi.

Penulis,

November 2023

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3

C. TUJUAN........................................................................................................................3

BAB II IDENTITAS JURNAL................................................................................................4

A. JURNAL UTAMA........................................................................................................4

B. JURNAL PEMBANDING I.........................................................................................4

C. JURNAL PEMBANDING II........................................................................................4

BAB III BAGIAN JURNAL.....................................................................................................5

A. JURNAL UTAMA......................................................................................................5-8

B. JURNAL PEMBANDING I.....................................................................................9-12

C. JURNAL PEMBANDING II..................................................................................13-16

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................17

A. KESIMPULAN.............................................................................................................17

B. SARAN..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mursal Esten (Esten, 1978, hlm. 9) berpendapat bahwa Sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik
dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa
sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia. Tentunya sastra pasti
memiliki sejarah ataupun bagaimana sastra lahir dan berkembang. Sastra Indonesia memiliki sejarah
yang khas, karena mengingat Indonesia adalah negara yang dahulu pernah terjajah dan pada 17
Agustus 1945 telah merdeka. Banyak pergolakan dan masalah yang dihadapi Indonesia, namun
dengan demikan tidak menutup sastra lahir di Indonesia. Sastra lahir di Indonesia sebagai ekspresi
para pahlawan dengan karya-karya kritik tentang kebebasan dari penjajahan.
Sir Charles Firth berpendapat bahwa Sejarah merekam kehidupan manusia, perubahan yang terus
menerus, merekam ide-ide, dan merekam kondisi-kondisi material yang telah membantu atau
merintangi perkembangnnya. Maka dengan mengkaji sejarah sastra manusia dapat memahami dan
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada karya sastra. Sejarah sastra itu sendiri pasti
memiliki beberapa periodisasi untuk membagi sejarah sastra pada periode-periode yang memiliki ciri
khas. Menurut Nugroho didasarkan pada dua pembagian utama: sastra Melayu lama dan sastra
Indonesia modern. Bagian pertama ditengarai telah muncul sejak era 1850-an sampai kemunculan
sastrawan melayu baru. Kemudian, bagian kedua dipecah menjadi beberapa angkatan. Untuk Masa
Kebangkitan (1920—1945) terdiri atas Periode '20, Periode '33, dan Periode '42. Berikutnya, Masa
Perkembangan (1945—1950) adalah Periode '45 dan Periode '50. Namun, Nugroho tak memasukkan
periode '66—sebagaimana periodisasi ala H.B. Jassin—lantaran angkatan itu dicap sebagai sarang
sastrawan komunis dan kekirian. Padahal, dinamika sastra pada periode tersebut tengah hebat-
hebatnya. Terlebih pertentangan antara Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dengan Manifes
Kebudayaan yang sangat kompleks. Seperti halnya dalam karangan Dwi Susanto yang berjudul Lekra,
Lesbumi, Manifes Kebudayaan: Sejarah Sastra Indonesia Periode 1950-1965 (2018). Di sana
dijelaskan polemik sastra yang membungkus politik, konflik kepentingan, normalisasi kebudayaan,
ideologi, dan lain sebagainya.
Saat ini sangat diperlukan pembelajaran sejarah sastra, karena sejarah sastra dapat memilikiberbagai
perubahan karya dan ciri khas yang luarbiasa. Sebagai pelajar Indonesia yang tidak lepas dari sastra
bahwa setiap manusia pasti memiliki imajinasi dan ingin menikmati keindahan alam yaitu dasar dari
sastra yang dikemukakan oleh Abrams. Maka berbagai metode dapat diterapkan dalam pembeljaran
sejarah sastra ecara bertahap dan tidak terburu-buru. Masa digital saat ini menyebabkan turunnya
minat berkarya dan literasi di Indonesia yang akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa,
diperlukan solusi agar minat literasi dan pengetahuan akan sejarah sastra dapat memajukan Indonesia
melalui berlatih berfikir kritis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pembelajaran sejarah sastra pada masa pandemic covi-19?
2. Apa saja masalah dalam pembelajaran sastra?
3. Apa solusi pada masalah pembelajaran sejarah sastra?

C. TUJUAN
1. Untuk menganalisis bagaimana pembelajaran sejarah sastra pada masa pandemi covid-19.
2. Untuk menganalisa apa saja masalah dalam pembelajaran sastra.
3. Untuk mencari solusi pada masalah pembelajaran sejarah sastra.

3
BAB II
IDENTITAS JURNAL
A. JURNAL UTAMA
1. Judul : Problematika Pada Tataran Pembelajaran Sejarah Sastra

2. Pengarang : Irfan Juhari, Eponiah, Heri Isnaini

3. E-ISSN : 2964-982X

4. Volume : 1, No.2 Mei 2023

5. Penerbit : Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, Budaya, dan Sosial


Humaniora

6. Jumlah Halaman : 13

B. JURNAL PEMBANDING I
1. Judul : Implementasi Pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia Berbasis
Proyek di Masa Pandemi

2. Pengarang : Silvia Utami, Ahmad Bahtiar

3. E-ISSN : 2962-9810

4. Volume : 2, No. 1 Mei (2023)

5. Penerbit : VOKAL

6. Jumlah Halaman : 14

C. JURNAL PEMBANDING II
1. Judul : Wacana Romantisme Dalam Sejarah Sastra Indonesia Periode
Kolonial Belanda (1900-1942)

2. Pengarang : Dwi Susanto, Rianna Wati

3. ISSN : 2442-7632

4. Volume : 5, No. 1, April, 2019

5. Penerbit : KEMBARA

6. Jumlah Halaman : 13

4
BAB III
BAGIAN JURNAL
A. JURNAL UTAMA:
“Problematika Pada Tataran Pembelajaran Sejarah Sastra”
Pernyataan Bagian Uraian
1. Abstrack a. Halaman 1
b. Jumlah kata 139
c. Jumlah 5
Kalimat
d. Kata Kunci Problematika, Tataran Pembelajaran,
Sejarah Sastra.
e. Teori Pembelajaran sejarah sastra sendiri
merupakan pembelajaran mengenai
asal mula atau yang berhubungan dengan
masa lalu tentang sastra
f. Masalah Pembelajaran sastra dari waktu ke waktu
mengalami perubahan serta menambah
tataran kajian yang diterapkan, sehingga
menimbulkan berbagai problematika
dalam konteks pengajarannya terhadap
pendidikan baik formal maupun
non formal.
g. Tujuan Dengan demikian untuk mencari solusi
adanya telaah lektur, diantaranya
menjadikan sekolah sebagai lahan sastra,
pembelajaran yang inovatif dengan
perubahan-perubahan yang disesuaikan
dengan waktu berjalan, serta berbagai
pendekatan pembelajaran dalam konteks
nya menerapkan pengajaran sejarah
sastra.
2. Pendahuluan a. Halaman 1-5
b. Jumlah 11
Paragraf
c. Ide Pokok Paragraf 1: Pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses pemberian
pengetahuan dari
pengajar ke pelajar, dimana ada dua
konsep sebagai pembangun prosesnya
yaitu pengajar bisa di sebut sebagai
pendidik dan juga pelajar atau di sebut
juga sebagai peserta didik.

Paragraf 2: Sastra merupakan tonggak


perjalanan ungkapan pribadi manusia
yang didapatkan dari pengalaman,
pemikiran, gambaran perasaan yang di

5
proyeksikan dalam carut marut
kehidupan manusia yang bergejolak pada
tataran dunia dari waktu ke waktu.

Paragraf 3: Ada berbagai problematika


yang dihadapi sebagai eksistensi
pembelajaran dalam tataran sejarah
sastra baik formal maupun non formal.

Paragraf 4: Sejarah sastra yang


merupakan ilmu yang mempelajari
perkembangan sastra dari masa ke masa
dan dapat dikaji dengan menggunakan
prinsip-prinsip katya sastra.

Paragraf 5: Kurangnya kreativitas dan


inisiatif dalam pembelajaran sastra,
kurangnya
referensi yang cukup, daya dukung yang
minim serta rendahnya minat baca dari
peserta didik merupakan beberapa
problematika yang dihadapi dalam
pembelajaran tataran sejarah sastra ini.

Paragraf 6: Problematika yang


dipandang sebagai permasalahan
menuntut untuk mencari jalan keluar
sebagai jawabannya

Paragraf 7: Syukir (1983:65)


mengemukakan problematika adalah
suatu kesenjangan yang mana antara
harapan dan kenyataan yang diharapkan
dapat menyelesaikan atau dapat
diperlukan.

Paragraf 8: Problematika pembelajaran


adalah berbagai permasalahan yang
mengganggu, menghambat, mempersulit,
atau bahkan mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Paragraf 9: Sejarah Sastra menurut


Zulfanur Z. F dan Sayuti Kurnia ialah
ilmu yang
mempelajari perkembangan sejarah suatu
bangsa daerah, kebudayaan, jenis karya
sastra, dan lain-lain.

Paragraf 10: Sejarah sastra itu sendiri

6
membahas periode sastra, aliran-aliran
sastra, jenis-jenis sastra, dan pengarang-
pengarangnya.

Paragraf 11: Untuk mempelajari dan


menyelidiki sastra, sudah sepatutnyalah
kita memahami sejarah sastra dari awal
kelahiran hingga saat ini, yang di
dalamnya berupa tokoh-tokoh serta
berbagai peristiwa yang terjadi.
d. Kesimpulan Sejarah sastra perlu dikaji secara rinci,
untuk mencari indikator-indikator yang
berhubungan dengan sejarah sastra.
Indikator tersebut adalah priode, aliran-
aliran, jenis-jenis sastra dan pengarang-
pengarang nya. Dengan terkumpulnya
data dari sejarah sastra, pembelajaran
dapat dilakukan secara efektif untuk
mengatasi problematika dari
pembelajaran sastra yang terhabat akibat
kurangnya informasi yang akurat dan
lengkap.
3. Metode Penelitian a. Halaman 5
b. Isi kajian literatur dan deskriptif kualitatif
yaitu berdasarkan artikel, buku, serta
terbitan-terbitan lain yang berhubungan
dengan topik yang di angkat dan
dideskrisikan kembali dengan penjelasan
yang relevan dan di dukung dengan
berbagai sumber penelitian yang
seirama.
4. Pembahasan a. Halaman 12
b. Jumlah 19
Paragraf
c. Rumusan 1. Problematika pembelajaran ini
Masalah menjadi penyebab ketidak berhasilan
pembelajaran sastra di sekolah yaitu
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor guru, faktor siswa dan
sarana
2. Seorang guru bahasa dan sastra harus
mempunyai segudang pengetahuan dan
pengalaman sastra, dan referensi yang
memadai yang dapat digunakan sebagai
strateginya dalam mentransferkan ilmu
sastra kepada peserta didik
3. Rendahnya minat baca peserta didik
sehingga sulit untuk mengapresiasikan
hasil karya sastra. Kurangnya minat baca
peserta didik mempengaruhi dalam

7
pemahaman serta penggunaan gaya
bahasa yang sangat berpengaruh pada
pembelajaran sastra di sekolah.
4. Di sebagian daerah yang kurangnya
pengadaan sarana serta belum meratanya
kemajuan di bidang teknologi menjadi
permasalahan kurangnya wawasan dan
ilmu yang didapatkan oleh guru dan
peserta didik.
5. Hambatan yang paling utama dalam
pembelajaran sejarah sastra adalah
rendahnya
motivasi. Apabila tidak adanya moyivasi
yang kuat untuk mempelajarai sejarah
sastra maka tujuan utama yang ingin di
capai dalam pembelajaran sastra pun
sulit di gapai.

8
d. Teori 1. Menurut Djaali (2009:29)
mengemukakan bahwa problem atau
masalah adalah “suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan
kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan
suatu yang diharapkan dengan baik, agar
tercapai hasil yang maksimal”.

2. Syukir (1983:65) mengemukakan


problematika adalah suatu kesenjangan
yang
mana antara harapan dan kenyataan yang
diharapkan dapat menyelesaikan atau
dapat
diperlukan.

3. Sejarah Sastra menurut Zulfanur Z. F


dan Sayuti Kurnia ialah ilmu yang
mempelajari perkembangan sejarah suatu
bangsa daerah, kebudayaan, jenis karya
sastra, dan lain-lain.

4. (Todorov; 1985:61) mengatakan


bahwa tugas sejarah sastra adalah
meneliti berbagai jenis kategori sastra,
meneliti berbagai jenis karya sastra,
secara diakrinis dan sinkronis dan juga
menentukan kaidah keragaman peralihan
sastra dari waktu ke waktu berikutnya.

5. Menurut Taufik Ampera (2010: 61)


karya sastra menawarkan “sesuatu” yang
dapt memperkaya wawasan dan
memperhalus perasaan , artinya
mempelajari sastra
sangat penting untuk kehidupan. lain lagi
dengan a menurut Horace dalam Esti
Ismawati (2013: 3) sastra itu dulce et
utile indah dan bermakna. Sastra sebagai
sesuatu yang dipelajari atau sebagai
pengalaman kemanusiaan dapat
berfungsi sebagai bahan renungan dan
refleksi kehidupan karena bersifat
koekstensi dalam kehidupan.

6. Pendapat dari Kemendiknas (2011:


59) menyatakan bahwa pembelajaran
sastra sedikit diminati peserta didik
karena penyajian pembelajaran dari guru
yang belum bisa mengambil hati peserta
9
5. Kelebihan dan a. Kelebihan • Memberikan banyak solusi
Kekurangan beserta teori yang mendukung solusi
secara kongkret.
• Menggunakan Bahasa umum dan
memberikan terjemahan dari Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia.
• Penjelasan atas argumen
dikemukakan secara rinci.
b. Kekurangan • Terdapat penulisan kata yang
salah yaitu “dating” seharusnya “dating”.
• Walaupun dijelasakan secara
rinci terdapat beberapa kalimat yang
tidak berhubungan atau tidak memili
teori yang jelas.
6. Kesimpulan dan a. Kesimpulan Sejarah sastra perlu dikaji secara rinci,
Saran untuk mencari indikator-indikator yang
berhubungan dengan sejarah sastra.
Indikator tersebut adalah priode, aliran-
aliran, jenis-jenis sastra dan pengarang-
pengarang nya. Dengan terkumpulnya
data dari sejarah sastra, pembelajaran
dapat dilakukan secara efektif untuk
mengatasi problematika dari
pembelajaran sastra yang terhabat akibat
kurangnya informasi yang akurat dan
lengkap.

b. Saran indikator indikator dalam penyelesaian


masalah pembelajaran sastra haruslah
dilakukan dengan meningkatkan terlebih
dahulu kemampuan guru dan metode
belajar yang digunakan menyenangkan,
setelah itu menumbuhkan motivasi dan
minat belajar siswa agar pembelajarann
berjalan dengan lancer, dan yang terakhir
menyediakan fasilitas yang mendukung
pembelajaran saat era digital saat ini.

10
B. JURNAL PEMBANDING I:
“Implementasi Pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia Berbasis Proyek di Masa
Pandemi”
Pernyataan Bagian Uraian
1. Abstrack a. Halaman 1
b. Jumlah kata 161
c. Jumlah 5
Kalimat
d. Kata Kunci Sejarah sastra Indonesia, Pembelajaran
berbasis proyek
e. Teori Dalam mata kuliah ini, terdapat tiga
proyek kerja yang diterapkan, yakni:
(1) mahasiswa membuat infografis
secara berkelompok yang nantinya akan
dipresentasikan setiap pertemuan; (2)
mahasiswa membuat book chapter yang
nantinya di akhir semester dijadikan
sebuah buku; dan yang terakhir (3)
mahasiswa membuat sebuah publikasi
ilmiah berupa artikel jurnal yang
nantinya harus disubmit ke jurnal
nasional.
f. Masalah Menggali seberapa efektif metode ini
jika diimplementasikan dalam ruang
lingkup pembelajaran
g. Tujuan Untuk mendeskripsikan implementasi
pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia
berbasis proyek di masa pandemi.
f. Metode Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif-eksperimen
untuk dapat menggali seberapa efektif
metode ini jika diimplementasikan dalam
ruang lingkup pembelajaran.
2. Pendahuluan a. Halaman 1-3
b. Jumlah 8
Paragraf
c. Ide Pokok Paragraf 1: Di masa pandemi, dapat
dipastikan hampir semua mata kuliah
mengalami
hambatan serta kesulitan dalam proses
belajar-mengajar yang harus

11
dilaksanakan
dari rumah.

Paragraf 2: Pembelajaran mata kuliah


Sejarah Sastra Indonesia Modern
merupakan mata kuliah wajib yang harus
diajarkan kepada mahasiswa program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.

Paragraf 3: B. Rachmanto (1988)


mengungkapkan pendapat bahwasanya
dalam proses pengajaran, seorang
pengajar tidak boleh hanya berfokus dan
menitikberatkan pada pemahaman terkait
teori dan pengertian dari suatu
pengetahuan.

Paragraf 4: Dalam proses pengajaran di


masa pandemi, khususnya pembelajaran
pada mata kuliah Sejarah Sastra
Indonesia Modern, seorang dosen
sebenarnya sangat tidak
mudah untuk mencari dan memilih
metode pengajaran mana yang efektif
untuk
diterapkan dalam proses belajar-
mengajar yang diampunya.

Paragraf 5: Penelitian ini dilakukan


musabab pembelajaran Sejarah Sastra
Indonesia
dibandingkan mata kuliah sastra lainnya
belum sesuai diharapkan.

Paragraf 6: Al-Tabany (2017)


mengungkapkan bahwa pembelajaran
yang menggunakan metode proyek
adalah upaya pembelajaran yang
mengutamakan atau mementingkan
terciptanya suatu proses berpikir yang
baru.

Paragraf 7: Dalam proses


pengimplementasian metode
pembelajaran proyek ini pada
pembelajaran sejarah sastra, seorang
peserta didik diharuskan untuk lebih
kreatif dan lebih aktif.

12
Paragraf 8: Metode pembelajaran proyek
ini mampu membuat peserta didik
menjadi lebih berkembang dari pelbagai
aspek akademik.
d. Kesimpulan Dalam pengeimplikasian tugas proyek
diatas dituntut kerjasama antara guru
dengan siswa, dengan metode
pembelajaran guru yang kreatif dapat
membuat pembelajaran lebih menarik
dan memudahkan siswa untuk
memahami serta berfikir materi yang
diberikan guru. Siswa memiliki peran
untuk memberikan respon yang kreatif
juga artinya dalam pengerjaan tugas
siswa harus mencari berbagai referensi
agar tugas yang dikerjakan tidak buruk
dan tugas tersebut memiliki makna
dengan menarik.
3. Metode Penelitian a. Halaman 3-4
b. Isi Penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Yang mana
penelitian kuantitatif ini merupakan
sebuah penelitian yang diterapkan
dengan cara
mengkaji pemikiran yang bersifat ilmiah
secara mendalam. Penulis juga
memfokuskan penelitian kali ini pada
metode penelitian eksperimen yang mana
metode penelitian eksperimen ini
termasuk ke dalam ruang lingkup metode
penelitian kuantitatif.
4. Pembahasan a. Halaman 4-11
b. Jumlah 27
Paragraf
c. Rumusan 1. Pada pengimplementasian
Masalah pembelajaran tersebut, dosen pada mata
kuliah Sejarah Sastra Indonesia Modern
menerapkan metode pembelajaran
berbasis
proyek.

13
d. Teori 1. B. Rachmanto (1988) mengungkapkan
pendapat bahwasanya dalam proses
pengajaran, seorang pengajar tidak boleh
hanya berfokus dan menitikberatkan
pada pemahaman terkait teori dan
pengertian dari suatu pengetahuan.

2. Al-Tabany (2017) mengungkapkan


bahwa pembelajaran yang menggunakan
metode proyek adalah upaya
pembelajaran yang mengutamakan atau
mementingkan terciptanya suatu proses
berpikir yang baru.

3. Fraenkel dan Wallen (2009)


mengungkapkan bahwa eksperimen
adalah sebuah proses mencoba dengan
cara mencari dan pada akhirnya
mengkonfirmasi hadil pencarian
tersebut.

4. Gordon L Patzer (1996)


mengemukakan pendapat lain
bahwasanya isi yang paling pokok dari
penelitian eksperimen adalah sebuah
relasi antara sebab dan akibat atau
disebut dengan hubungan kausal.

5. Creawll mengungkapkan bahwa


sebuah penelitian eksperimen dipakai
apabila seorang peneliti atau penulis
kajian ilmiah ingin menegtahui dampak
atau daya yang didapat anatara variabel
independen (variable yang tidak terikat
atau bebas) dan dependen (variabel yang
bergantung atau terikat pada
suatu hal).

6. Krum (2013) dengan pendapatnya


mengungkapkan bahwa tujuan dari
dibuatnya infografis adalah sama dengan
tujuan dari berbicara di depan umum
(public speaking). Menurut Krum, tujuan
dari dibuatnya infografis dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu (1) untuk
memberi informasi; (2) untuk dapat
menghibur dan (3) untuk dapat
mempersuasi atau mengajak pembaca
atau audiensi agar membaca dan
mendapatkan informasi yang terdapat
dalam
14
5. Kelebihan dan a. Kelebihan • Memberikan banyak solusi
Kekurangan beserta proyek yang mendukung
pembelajaran secara kongkret.
• Menggunakan Bahasa umum dan
memberikan terjemahan dari Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia.
• Penjelasan atas argumen
dikemukakan secara rinci.
• Metode penelitian yang
digunakan sangat sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
b. Kekurangan • Walaupun dijelasakan secara
rinci terdapat beberapa kalimat yang
tidak berhubungan atau tidak memili
teori yang jelas.
• Penjelasan terlalu boros,
sehingga menyebabkan kebosanan saat
membaca jurnal tersebut.

6. Kesimpulan dan a. Kesimpulan Metode Proyek yang diterapkan dalam


Saran pembelajaran sejarah sastra pada mata
kuliah Sejarah Sastra Indonesia Modern
Semester 2 Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi metode pembelajaran yang
efektif
diterapkan pada masa pandemi. Keadaan
yang mengharuskan kegiatan belajar
mengajar di rumah membuat proses
pembelajaran menjadi terhambat.
Namun,
metode pembelajaran berbasis proyek
yang diterapkan ini menjadi sangat
efektif karena terbukti telah mampu
meningkatkan kualitas kinerja,
pemikiran kritis, kreativitas, dan
keaktifan mahasiswa.
b. Saran Sebagai mahasiswa kita harus lebih
kreatif dalam mengerjakan tugas
sehingga nilai yang kita terima sesuai
dengan kemampuan dan yang kita
lakukan. Makan mahasiswa harus
mencari berbagai informasi dan referensi
dalam mengerjakan tugas sehingga
kreatif dan bermutu.

15
C. JURNAL PEMBANDING II:
“Wacana Romantisme Dalam Sejarah Sastra Indonesia Periode Kolonial
Belanda (1900-1942)”

Pernyataan Bagian Uraian


1. Abstrack a. Halaman 1
b. Jumlah kata 125
c. Jumlah 9
Kalimat
d. Kata Kunci Estetika Romantisme, Sastra Indonesia,
Kuasa
e. Teori Sejarah sastra Indonesia didominasi oleh
wacana estetik romantik atau materialism
dan Teori yang digunakan adalah wacana
dan kuasa dari Foucault.
f. Masalah Masyarakat terjajah sesuai citra dirinya.
g. Tujuan Untuk melihat pembentukan dan
persebaran wacana estetika romantik
dalam sejarah sastra Indonesia
2. Pendahuluan a. Halaman 1-4
b. Jumlah 11
Paragraf
c. Ide Pokok Paragraf 1: Buku sejarah sastra Indonesia
memiliki kecenderungan yang memulai
kelahiran kesastraan Indonesia “modern”
dengan ditandai terbitan karya sastra dari
Balai Pustaka

Paragraf 2: Berbagai fakta itu merujuk


pada sebuah hipotesis bahwa sejarah
sastra Indonesia bias kolonialisme sebab
estetika yang dibangun adalah estetika
romantisme, yang dikenalkan oleh
kolonialisme Belanda.

Paragraf 3: Sementara itu, penelitian


terhadap sejarah sastra Indonesia telah
dilakukan diantaranya oleh (Sykorsky,
1980), yang memberikan uraian tentang
kelahiran genre sastra Indonesia melalui
bentuk asli karya sastra (cerita pernyaian

16
dan detektif). Semenatra itu, Salmon
(1981) memberikan perhatian pada sastra
peranakan Tionghoa, yang tidak pernah
dibicarakan dan cenderung dianggap
bukan “bagian dari sejarah sastra
Indonesia”.

Paragraf 4: Satu penelitian yang


signifikan dalam topik ini telah
dilakukan oleh Jones (2013). Penelitian
ini mengemukan tentang kebijakan
budaya selama abad ke-20 di Indonesia.

Paragraf 5: Berbagai penelitian itu belum


mengemukan wacana estetika yang
berkembang dalam penulisan sejarah
sastra Indonesia.

Paragraf 6: Berbagai alasan itu


menunjukkan bahwa wacana estetika
terhadap kelahiran kesastraan Indonesia
dan masa sesudahnya memiliki berbagai
ketimpangan dan usaha penyingkiran
atas keragaman estetika yang ada.

Paragraf 7: Berdasarkan alasan tersebut,


tulisan ini membongkar praktik
konstruksi wacana estetika, terutama
pada era 1900-1945.

Paragraf 8: Berbicara mengenai wacana


yang dihubungkan dengan kuasa dan
pengetahuan, Foucault (2012)
mengemukan tentang kesatuan wacana,
yakni segala sesuatu berhubungan
dengan wacana dan tidak ada titik
akhirnya.

Paragraf 9: Faruk (2012) mengemukan


bahwa wacana Foucault itu beranggapan
bahwa tiap masyarakat memiliki
produksi wacana yang dikontrol,
diseleksi, diorganisasi, dan distribusikan
melalui berbagai prosedur yang ada.

Paragraf 10: Lembaga kekuasaan yang


beragam merupakan sebuah kekuasaan
yang melindungi dan menciptakan
wacana.

17
Paragraf 11: Menurut Foucault (2008),
keberadaan wacana satu dengan yang
lain tidak terlepas dari kekuasaan.
Bahkan, antara satu wacana dengan
wacana yang lain meski bertentangan
memiliki satu kandungan kuasa yang
sama.
d. Kesimpulan Dengan pembatasan berkarya oleh
pemerintah colonial Belanda,
mengakibatkan para sastrawan Indonesia
hanya dapat mengekspresikan perasaan
merekan melalui karya bergenre
romantic. Walau demikian sastrawan
Indonesia tetap menerbitkan karya-karya
yang luar biasa dengan kritikan yang
tidak terlihat jelas
3. Metode Penelitian a. Halaman 3-4
b. Isi Penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Yang mana
penelitian kuantitatif ini merupakan
sebuah penelitian yang diterapkan
dengan cara
mengkaji pemikiran yang bersifat ilmiah
secara mendalam. Penulis juga
memfokuskan penelitian kali ini pada
metode penelitian eksperimen yang mana
metode penelitian eksperimen ini
termasuk ke dalam ruang lingkup metode
penelitian kuantitatif.
4. Pembahasan a. Halaman 4-11
b. Jumlah 27
Paragraf
c. Rumusan Masyarakat terjajah sesuai citra dirinya
Masalah dan terdapat pembatasan berkarya.

18
d. Teori 1. A Teuuw (Pokok dan Tokoh dalam
Kesastraan Indonesia Baru I, 1959 dan
Sastra Indonesia Modern I, 1980), Jakob
Soemardjo (Lintasan Sastra Indonesia
Modern I, 1992), Ajip Rosidi (Angkatan
dan Periodisasi Sedjarah Sastra
Indonesia, 1970), Bakri Siregar (Sejarah
Sastra Indonesia Modern, 1964), dan
lain-lain. Buku-buku tersebut
mengedepankan beberapa hal, pertama,
kelahiran sastra Indonesia modern
didasarkan pada tradisi Balai Pustaka.
Kedua, penulisan sejarah sastra
didasarkan pada perkembangan bentuk
karya, topik, dan pengarang. Ketiga,
sejarah sastra Indonesia umumnya
didasarkan pada periodisasi dari lembaga
kesastraan dan generasi pengarang.
Keempat, sejarah sastra Indonesia
mengesampingkan “ekspresi” kesastraan
yang berbeda dengan narasi yang
“dibangun”. Kelima, sebagai
konsekuensinya, penulisan sejarah
kesastraan Indonesia mengedepankan
narasi estetika tertentu dengan
menghilangkan estetika yang lain dan
cenderung bias kolonialisme.

2. Foucault (2012) mengemukan tentang


kesatuan wacana, yakni segala sesuatu
berhubungan dengan wacana dan tidak
ada titik akhirnya.

3. Faruk (2012) mengemukan bahwa


wacana Foucault itu beranggapan bahwa
tiap masyarakat memiliki produksi
wacana yang dikontrol, diseleksi,
diorganisasi, dan distribusikan melalui
berbagai prosedur yang ada.

4. Menurut Foucault (2008), keberadaan


wacana satu dengan yang lain tidak
terlepas dari kekuasaan. Bahkan, antara
satu wacana dengan wacana yang lain
meski bertentangan memiliki satu
kandungan kuasa yang sama.
Selanjutnya, modalitas penyampai dalam
wacana ini dapat berasal dari mana saja,
seperti siapa yang berbicara, situs-situs
institusional, dan posisi subjek yang

19
bertindak (Foucault, 2012).

5. Melalui konsep-konsep estetika


tertentu, seperti penggunaan bahasa dan
isi cerita, teks-teks di luar kanon atau
tradisi Balai Pustaka (kolonial)
dinyatakan sebagai teks atau bacaan
terlarang dan liar (Sulton, 2015)

6. Sebagai akibatnya, karya sastra atau


sastra yang dipandang sebagai bacaan
liar itu tidak akan pernah masuk kriteria
estetika. Selain itu, melalui serangkaian
pengetahuan romantisme dan perangkat
kolonial, dia akan tersingkirkan seperti
konsep kritik sosial dalam sastra di Era
Orde Baru (Sudewa, 2016).

7. Fakta serupa akan muncul dalam


kajian sastra yang ditulis oleh kelompok
kiri dalam sejarah sastra Indonesia
(Artika, 2016).

8. Sesungguhnya, fakta ini untuk


menghindari gagasan “pemberontakan”
dari kalangan Islam atas kekuasaan
kolonial (Effendi, 2012), (Aisyah, 2015)

9. Di era tahun 1990-an, ada sebuah


perlawanan atas wacana dominan,
misalnya kemunculan sastra
perdalamaan atau era tahun 1990-an
(Derks, 2004), sastra kontekstual, dan
sastra yang berbasis lokalitas.

10. Sastra ini dengan estetika perjuangan


dan recinanisasi (kembali pada ajaran
Khong Hucu) yang berisi perlawanan
terhadap konstruksi kolonial (Susanto,
2017)
5. Kelebihan dan a. Kelebihan • Memberikan banyak pendapat
Kekurangan beserta argumen yang mendukung
wacana secara kongkret.
• Menggunakan Bahasa umum dan
memberikan terjemahan dari Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia.
• Penjelasan atas argumen
dikemukakan secara rinci.
• Metode penelitian yang

20
digunakan sangat sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.

b. Kekurangan • Walaupun dijelasakan secara


rinci terdapat beberapa kalimat yang
tidak berhubungan atau tidak memili
teori yang jelas.
• Penjelasan terlalu boros,
sehingga menyebabkan kebosanan saat
membaca jurnal tersebut.
6. Kesimpulan dan a. Kesimpulan Formasi wacana atau geneaologi
Saran (sejarah) wacana estetika romantisme
dalam penulisan sejarah sastra Indonesia
menunjukkan bahwa kehadiran
romantisme membawa implikasi yang
bersifat politis, yakni sebagai sebuah
rangkaian untuk mengkokohkan kuasa
dan pengetahuan dunia Barat melalui
praktik kolonial. Hal ini digunakan untuk
mengkokohkan kekuasaan kolonial yang
beroperasi dengan cara membentuk
identitas masyarakat terjajah melalui
dunia kesastaraan. Dengan
memperkenalkan wacana estetika
romantisme dan materialisme Barat,
penjajahan atas pikiran dan jiwa manusia
dapat dilakukan melalui dunia
kesastraan, yang dipandang menjadi
kekuatan diskrusif terakhir dalam
masyarakat terjajah.
b. Saran Turunnya minat literasi anak muda saat
ini perlu ditingkatkan dengan metode
seminimal mungkin, dengan membaca
karya karya romantic yang menarik.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai mahasiswa kita harus memahami sejarah sastra Indonesia, dengan mempelajari sastra
Indonesia kita dapat mengaplikasikan cara atau metode dalam membuat sastra yang menarik dan
sesuai perkembangan zaman. Mahasiswa yang akan menjadi seorang guru hendaklah memiliki

21
kemampuan sastra dalm menerapkan metode pembelajaran yang kereatif agar peserta didik dapat
lebih mudah mengerti.
B. Saran
Mahasiswa perlu dan harus menimba ilmu sebanyak-banyak nya dari berbagai informasi untuk
melatih kemampuan berfikir. Mahasiswa juga harus mampu membedakan informasi fakta atau hoaks.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2015). Dinamika Umat Islam Indonesia pada Masa Kolonial Belanda (Tinjauan Historis).
Rihlah Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 2(01), 120-127.
Alisjabana, S. T. (1954). Menudju Masjarakat dan Kebudjaan Baru. Polemik Kebudjaan, cetakan
ketiga, Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP dan K.

22
Artika, I. W. (2016). Lima Cerpen Propaganda Lekra (1950—1965). Aksara, 28(2), 129-142.
Bassnett, S., & Trivedi, H. (2012). Postcolonial Translation: Theory and Practice: Routledge.
Bertrand, R. (2007). Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno
Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhanudin, J. (2014). The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the Intellectual Journey of
Snouck Hurgronje. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 52(1), 25-58.
Derks, W. (2004). Sastra Perdalaman: Pusat-Pusat Sastra Lokal dan Regional di Indonesia. In K. F. d.
T. Day (Ed.), Sastra Indonesia Modern Kritik Pascakolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Effendi, E. (2012). Politik Kolonial Belanda terhadap Islam di Indonesia dalam Perspesktif Sejarah
(Studi pemikiran Snouck Hurgronye). Jurnal Tapis, 8(1), 91-112.
Faruk. (2002). Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942. Yogyakarta: Gama Media.
Faruk. (2012). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Foucault, M. (2008). La Volonte de Savoir: Ingin Tahu Sejarah Seksualitas: Yayasan Obor Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai