Anda di halaman 1dari 10

PERIODESASI PUJANGGA BARU

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Sejarah Sastra Indonesia
yang Diampu oleh Drs. Laura M.Hum

OLEH :
Maratus Solichah 13010115120040
Afwan Naufal Fanani 13010115120041
Dewi Umi Kulsum 13010115130064

JURUSAN BAHASA & SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Periodesasi Pujangga Baru.”

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata pelajaran Kekenian masyarakat Indonesia di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada:

1. Ibu Laura M.Hum selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia.

2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Sejarah Sastra Indonesia

3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.

4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Periodesasi Pujangga Baru,” yang
tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Semarang, 03 September 2016

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan masalah
1.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pujangga Baru sebagai Nama Majalah dan Angkatan dalam Sastra Indonesia
Menurut J.S. Badudu (1984 : 47), Pujangga baru adalah nama majalah sastra dan kebudayaan
yang terbit antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang (1942)
setelah tentara Jepang berkuasa di Indonesia. Adapun pengasuhnya antara lain Sutan Takdir
Alisjahbana, Armein Pane , Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Jadi Pujangga Baru bukanlah suatu
konsepsi ataupun aliran. Namun demikian, orang-orang atau para pengarang yang hasil karyanya
pernah dimuat dalam majalah itu, dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru dan
mengarah kedepan. Hanya untuk memudahkan ingatan adanya angkatan baru itulah maka dipakai
istilah Angkatan Pujangga Baru, yang tak lain adalah orang-orang yang tulisan-tulisannya pernah
dimuat didalam majalah tersebut. Pujangga baru sebagai nama majalah bukanlah satu – satunya
majalah yang ada di tanah air. Sebelumnya sudah ada majalah-majalah seperti Sri Pustaka, Panji
Pustaka,Timbul dan banyak lagi yang lainnya.
Pujangga Baru pembawa suara dan semangat baru, cita-cita,konsepsi dan pikiran-pikiran
unruk memajukan sastra Indonesia. Di awal terbitnya majalah ini menggunakan sub titel “ majalah
kesusastraan dan bahasa serta kebudayaan umum”. Penerbitan pada tahun kedua subtitlenya diubah
menjadi “ pembawa semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan, dan sosiaal masyarakat
umum”. Pada tahun ketiga, subtitlenya adalah “ pembimbing semangat baru yang dinamis untuk
membentuk kebudayaan baru,kehidupan persatuan Indonesia. Majalah itu diterbitkan oleh Pustaka
Rakyat, suatu badan yang memang mempunyai perhatian terhadap masalah-masalah kesenian. Tetapi
seperti telah disinggung diatas, pada zaman pendudukan Jepang majalah Pujangga Baru ini dilarang
oleh pemerintah Jepang dengan alasan karena kebarat-baratan. Namun setelah Indonesia merdeka,
majalah ini diterbitkan lagi (hidup 1948 s/d 1953), dengan pemimpin Redaksi Sutan Takdir
Alisjahbana dan beberapa tokoh-tokoh angkatan 45 seperti Asrul Sani, Rivai Apin dan S. Rukiah.
Mengingat masa hidup Pujangga Baru ( I ) itu antara tahun 1933 sampai dengan zaman Jepang , maka
diperkirakan para penyumbang karangan itu paling tidak kelahiran tahun 1915-an dan sebelumnya.
Dengan demikian, boleh dikatan generasi Pujangga Baru adalah generasi lama.
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis. Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, dkk.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane dan Rustam Effendi.

2.2 Karakteristik Pujangga Baru


Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki
keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka
mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam
memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima pengaruh secara
eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun
Armyn Pane. Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir
Hamzah dan sejumlah pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini,
maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra. Para pengarang dan penyair
yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada
hal-hal yang bersifat nasional dan universal.
Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur
estetik dan ciri ekstra estetik.
a. Ciri Struktur Estetik
1. Bentuknya teratur rapi, simetris.
2. Mempunyai persajakan akhir.
3. Banyak menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
4. Sebagai besar puisi empat seuntai.
5. Tiap-tiap barisnya terdiri atas dua periodus dan terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaktis)
6. Tiap gatranya pada umumnya terdiri atas dua kata.
7. Pilihan katanya menggunakan “kata-kata Pujangga” atau “bahasa nan indah”.
8. Gaya ekpresinya beraliran romantik.
9. Gaya sajak Pujangga Baru diafan atau polos, tidak mempergunakan kata-kata kiasan yang bermakna
ganda, kata-katanya serebral, hubungan kalimat kalimatnya jelas.
b. Ciri Struktur EkstraEstetik
A. Masalahnya bersangkut-paut dengan kehidupan masyarakat kota, seperti
masalah percintaan, masalah individu manusia, dan sebagainya.
B. Ide nasionalisme dan cita-cita kebangsaan banyak mengisi sajak-sajak Pujangga Baru.
C. Ide keagamaan menonjol.
D. Curahan perasaan atau curahan jiwa tampak kuat : kegembiraan, kesedihan, kekecewaan, dan
sebgainya.
E. Sifat didaktis masih tampak kuat.
Dilihat kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik maka dapat diuraikan secara umum
karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau
modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada karya
Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Berkembang” dan lain-lainnya.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalam
karyanya Asmara Hadi yan berjudul “ Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang
berjudul “Pengaruh Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang
tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa
kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-
indah, tetapi sering terasa berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda.
2.3 Sumbangan Sastra Pujangga Baru dalam Perkembangan Sastra Indonesia
Problema terpenting yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru adalah terbitnya kritik dan
esai-esai tentang problemik kebudayaan, pendidikan, kesenian dan sastra. Dalam bidang kebudayaan
dan pendidikan terjadi perdebatan yang cukup panjang antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Dr.
Sutomo. Dr. Sutomo dan Sanusi Pane menolak konsepsi kebudayaan yang disampaikan Sutan Takdir
Alisyahbana. Di bidang kesusastraan Syahrir menyatakan sastra Indonesia harus diberikan penilaian
kepadanya. Kritik dan esai-esai kebudayaan yang di muat dalam majalah Pujangga Baru dikumpulkan
oleh Achdiat Kartamiharja dan diterbitkan pada tahun 1949 dengan judul “ Polemik Kebudayaan “.
Sehubungan dengan penerbitan sastra dalam majalah Pujangga Baru, maka dapat
dikemukakan beberapa sumbangan dibidang sastra sebagai berikut:
1. Sumbangan terpenting adalah penyair-penyair Pujangga Baru telah mengadakan pembaharuan di
bidang puisi, baik dalam bentuk maupun isinya.
2. Sumbangan kedua, karangan roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan pengarang, dimana
ceritanya sudah mulai dpersoalkan kehidupan modren.
3. Sumbangan ketiga, karangan cerita pendek sudah menghiasi kesusastraan Indonesia. Misalnya,
karya Sunan H. S yang berjudul “ Kawan Bergelut”.
4. Sumbangan keempat, munculnya kritik dan esai-esai kebudayaan. Para penulis telah berani
mengemukakan pendapatnya, bagaimana kebudayaan Indobesia di masa akan dating. Bagaimana
seharusnya kita bersikap terhadap tradisi dan pembaharuan di lain pihak.
5. Sumbangan kelima, yang tidak kalah pentingnya munculnya kritik dan esei
tentang kesusastraan Indonesia. Kritik muncul sesudah terbitnya nover “Belenggu”. Jadi hasil cipta
sastra bukan lagi sekedar bahan bacaan, tetapi sastra sudah merupakan bagian dari kehidupan.
6. Sumbangan yang tidak boleh kita lupakan, sastra dalam bentuk drama cukup banyak juga dihasilkan
pengarang-pengarang muda. Tema-tema ceritanya diambil dari peristiwa sejarah kebesaran bangsa
Indonesia pada masa lampau. Misalnya : Airlangga, Sandhyakalaning Majapahit dan ada juga
temanya diambil dari persoalan-persoalan pada zaman Pujangga Baru.

2.4 Sastrawan-satrawati angkatan pujangga baru


1. Sutan Takdir Alisyahbana
a. Tempat tanggal lahir : Kelahiran natal, sumatra utara. 11 februari 1908, meninggal dijakarta 17 juli
1986.
b. Pendidikan : Tamat HKS, sekolah tinggi kehakiman sehingga mendapat gelas (S.H) belajar ilmu
bahasa umum (kesusastraan) kebudayaan Asia dan Filsafat pada sekolah tinggi kesusastraan.
c. pengalaman : Menjadi guru di Palembang, bekerja di Balai Pustaka sebagai kepala pengarang, dan
menjadi guru brsar di Universitas Nasional Jakarta.
d. Hasil karyanya: 1. Tak Putus Dirundung Malang ( Roman bertendens)
2. Dian Yang Tak Kunjung Padam (roman adat)
3. Anak Perawan Di Sarang Penyamu ( roman bertandens)
4. Tabaran Mega ( kumpulan puisi)
5. Layar Terkembang (roman bertandens)
6. puisi lama dan puisi baru dari perjuangan dan pertumbuhan bahasa

2. Amir Hamzah
a. Tempat tanggal lahir : Langkat Sumatra Timur, 28 Februari 1911, kemenakan dan menantu dari
Sultan Langkat.
b. Pendidikan : H.I.S di Tanjung Pura, Mulo di Medan sekolah tinggi kehakiman hanya sampai
kandidat. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang taat beragama islam dan banyak mendapat
kesempatan mempelajari kesusastraan melayu lama.
c. Pengalaman : Ia salah seorang pendiri dan pemimpin Pujangga Baru.
d. sebagai Sastrawan : penguasaan bahasanya sangat baik, ia mendapat julukan reja penyair dan
tergolong pujangga religius islam karena hasil karyanya bernafaskan ketuhanan islam.
e. Hasil karyanya : 1. Nyanyi Sunyi (kumpulan puisi)
2. Buah Rindu (kumpulan puisi)
3. Setanggi Timur (sanjak terjemahan)
4. Bhagawad Gita ( terjemahan)
3. Sanusi Pane
a. Tempat Tanggal Lahir : Dilahirkan dimuara sipongi sumatra utara, 14 November 1905.
b. Pendidikan : Sekolah Guru- Gunung sari Jakarta dan tamat pada tahun 1925. Beliau pernah ke India
untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu.
c. Pengalaman : Pernah meminpin surat kabar kebangunan di Jakarta. Kemudian menjadi kepala
bidang pengarang Balai Pustaka sejak tahun 1941. Dalam zaman pendudukan jepang menjadi pegawai
tinggi pusat kebudayaan.
d. Sebagai Sastrawan : Dalam karangan Sanusi Pane kelihatan 3 pengaruh : barat, India dan Jawa.
Pengaruh Barat kelihatan benar dalam puspa mega . ia melukis alam memakai soneta. Dalam
pancaran cinta dan madah kelana dari lakon-lakonnya kelihatn pengaruh India. Ia condong ke mistik
hindu. Pengaruh jawa terang benar pada pilihan isi sandiwaranya. Pada Sanusi Pane berbagai-bagai
pengaruh itu tiada menjadi bulat padu, sering kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain
menurut kekuatan aliran sekitarnya.
e. Hasil Karyanya : 1. Pancaran Cinta (prosa berirama)
2. Puspa Mega (kumpulan sajak)
3. Kertajaya ( sandiwara klasik)
4. Sandyakalaning majapahit (sandiwara klasik)
5. Manusia Baru ( sandiwara modern)
6. Arilangga (sandiwara)
7. Manusia Baru ( drama)
8. madah kalana (kumpulan sajak)
4. Armijn Pane
a. Tempat tanggal lahir : dilahirkan dimuara sipongi, 18 agustus 1908, meninggal dijakarta 11 februari
1970.
b. Pendidikan : Sekolah dokter Stovia Jakarta kemudian ke sekolah dokter NIAS di Surabaya dan
tidak tamat. Kemudian pindah ke AMS bagian A/1 di Solo dan tamat pada tahun 1931.
c. Pengalaman : Bekerja di perusahaan surat kabar di Jakarta dan Surabaya. Menjadi guru bahasa dan
sejarah di Kediri dan Jakarta. Sejak tahun 1936 bekerja di Balai Pustaka . selanjutnya bekerja di pusat
kebudayaan Jakarta, sebagai pemimpin majalah “kebudayaan Timur”.
5. A. Yan engelbert tatengkeng, dilahirkan disangihe, sulawesi 19 Oktober 1907, meninggal
dimakasar, 16 maret 1968. Ia terkenal dengan kumpulan sajaknya Rindu Dendam, kebanyakan
puisinya bernfaskan religius kristiani.
6. Selasih/Sariamin, dilahirkan disumatra barat,31 juli 1909. dia tersohor dengan roman sosialnya
Pengaruh Keadaan dan Kalau Tak Untung.
7. Gusti Nyoman Anak Agung Panji Tisna, termasuk keturunan raja dibali. Lahir disingraja, 8 februari
1908, meninggal disingaraja 1976, terkenal dengan roman-romannya Sukreni Gadis Bali, I Swasta
Setahuin Di Bedahulu dan karya-karyanya yang lain.
8. Hanidah/Fatimah Hasan Delais, dilahirkan dibangka, 8 juni 1914, meninggal pada tahun 1953,
terkenal dengan novel sosialnya berjudul Kehilangan Mestika.
9. E. Suaman Hs (hasibuan). Dilahirkan dibengkalis 1905, meninggal dipekanbaru 8 mei 1999,
termasyhur dengan karya-karya novelnya: Percobaan Setia, Kasih Tak Terlerai dan masih banyak
karyanya yang lain.
10. F. Marius Damis Dayoh, lahir di airmadidi, manahasa 1909, meninggal dibanding 18 Mei 1975. Ia
menulis Sejarah Pahlawan Minahasa, peperangan orang minahasa dendan orang spanyol (1931) dan
sebagainya.
11. G.Saadah Alim, lhir dipadang, 9 Juni 1897, meninggal dijakarta18 Agustus 1968. Karya-karyanya:
Drama Pembalasannya (1940); Terjemahan Novel Angin Timur Dan Angin Barat, Marga Tidak
Tegak Sendiri, Zulaika Menyingsingkan Lengan Bajunya.
Selain diatas ada lagi sastrawan yang berkarya pada tahun pujangga baru tidak digolongkan
sebagai sastrawan angkatan pujangga baru karena mereka mengorbit lewat jalur lain serta punya
konsep yang berbeda dengan pujangga baru, mereka dikenal sebagai pengarang dan penyair islam.
Mereka yang dimaksud yaitu :
1. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), lahir dimaninjau, sumatra barat, 16 Februari1908.
Meninggal dijakarta 24 Juli 1981, terkenal dengan karya sastra romantiknya, bahasanya indah
mendayu-dayu, cerita-ceritanya melankolis penuh dengan linangan air mata. HAMKA adalah
sastrawan dari kalangan agama yang menaikkan citra kepengarangan.
2. Muhammad Ali Hasymi, lahir diseulemium, aceh 28 Maret 1914, meninggal di banda aceh 18
Januari 1998. Terkenal dengan sanjaknya yang berjudul Menyesal.dan masih banyak karya-karya
lainnya.
3. Samadi, dilahirkan dimaninjau, sumatra barat 18 November 1918 hilang dalam peristiwa PPRI
1957-1958o ,terkenal dengan sanjaknya Senandung Hidup.
4. Rifai Ali, lahir dipadang panjang, sumatra barat 24afril 1909, terkenal dengan kumpulan puisinya
Kata Hati (1941), Tuhan Ada (1968).
5. Matumona (Hasbullah Parinduri), lahir dimedan 21 Juni 1940, meninggal dijakarta 8 Juli1987. Ia
pernah menjadi wartawan Pewarta Deli, Panji Pustaka, Selecta, merupakan pendiri koran Pejuang
Rakyat.Mutumona adalah pemimpin sandiwara Ratu Timur (Zaman Belanda), Cahaya Timur dan
Dewi Muda (Zaman Jepang).

2.5 Kumpulan Karya-karya yang terkenal pada Periodesasi Pujangga Baru


1. Anak perawan di sarang penyamun ( roman S. Takdir Alisjahbana)
2. Andang Teruna (roman sutomo Djauhar Arifin)
3. Bebasari (drama bersajak Rustam Effendi)
4. Belenggu ( roman Armijn pane)
5. Buah Rindu ( kumpulan sajak Amir Hamzah)
6. Dian Yang tak kunjung padam (roman S. Takdir Alisjahbana )
7. Jinak-jinak Merpati (drama Armijn pane)
8. Kertajaya ( drama sanusi pane)
9. Layar Terkembang (roman S. Takdir Alisjahbana)
10. Madah Kelana (kumpulan sajak sanusi pane)
11. Nyanyi Sunyi ( kumpulan sajak Amir Hamzah)
12. Percikan Permenungan (kumpulan sajak Rustam Effendi)
13. Puspa Mega (kumpulan sajak sanusi pane)
14. Rindu Dendam ( kumpulan sajak J.E. Tetengkeng )
15. Tembaran Mega ( kumpulan sajak S. Takdir Alisjahbana)

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai