Anda di halaman 1dari 6

“EKOKRITIK SASTRA”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia terdapat banyak sekali para sastrawan yang tumbuh dengan
pemikiran-pemikiran mereka terhadap karya sastra. Salah satunya mengenai
pemikiran mereka terhadap kajian tentang karya sastranya. Karya sastra yang
mereka tuangkan berdasarkan pengalaman tersendiri atau sudah terpengaruh
dengan keadaan lingkungan sekitar yang berupa alam.
Mereka mengibaratkan lingkungan alam sekitar tersebut merupakan hal
yang patut mereka buat kiasan untuk karya sastra nya. Mereka membuat
makna atau ungkapan yang bersinggungan langsung dengan alam. Akhirnya
muncullah sebuah teori baru yang disebut teori ekokritik sastra. Para
sastrawan akan mengubah dan menunjukkan kajian ataupun karya sastra
buatannya melalui pengungkapan kata-kata yang indah yang bersumber dari
alam contohnya pohon, lautan, gunung ataupun yang lainnya.
Para sastrawan yang menjadikan ekokritik sebagai sumber terbaru yang
akan menambah multifungsi teori sastra. Lingkungan sekitar manusia bisa
dieskpresikan melalui karya satra. Lingkungan alam yang indah ini ciptaan
Tuhan, yang mubazir jika terus diabaikan tanpa ada pengungkapan dari
manusia untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang bermakna dan menjadi
daya tarik tersendiri di kalangan penulis. Ekokritik muncul bersamaan dengan
hal tersebut yang mendasari pengaruh lingkungan terhadap karya sastra.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengertian dari ekokritik sastra?
2. Apa saja aspek kajian dari ekokritik sastra?
3. Siapa tokoh yang mempelopori ekokritik sastra?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari ekokritik sastra
2. Mengetahui aspek kajian dari ekokritik sastra
3. Mengetahui tokoh yang mempelopori munculnya ekokritik

1.4 MANFAAT
1. Membuka wawasan yang lebih luas mengenai ekokritik
2. Dapat mengapresiasi karya sastra dalam sudut pandang alam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekokritik

Istilah dari ekokritik berasal dari bahasa inggris ecocriticism yang merupakan
bentukan dari kata ecology dan criticism. Ekologi dapat diartikan sebagai kajian
ilmiah tentang pola hubungan-hubungan, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, dan
manusia terhadap satu sama lain dan terhadap lingkungan-lingkungannya.
Ekokritik adalah prespektif kajian yang berusaha menganalisis sastra dari sudut
pandang lingkungan yang mempresentasikan fenomena kultural, iklim, perubahan
lingkungan dalam sastra.
Konsep ekokritisme sastra adalah kemampuan untuk mengkritik wacana yang
ada, artefak budaya, bentuk dan genre, dan mengeksplorasi alternatif lingkungan
sastra. Materi pokok dalam pengkajian ekokritisme sastra, yaitu :
1.) Penelitian ekokritik dan pendagogi sastra dalam kaitannya dengan lingkungan
2.) Bagaimana prinsip-prinsip utama yang seharusnya diajarkan lewat sastra
terhadap lingkungan untuk menyelematkan bumi.
Ekokritik sastra cenderung menjadi pilar kritik sastra. kritik sastra tentu
berupaya memberikan evaluasi sastra. ekokritik sastra mempertimbangkan bagian
karya sastra secara evaluatif berbasis ekologis. Philips (2003:1) berpendapat
bahwa ekokritik sastra telah mencatat sampai sekarang tentang sikap hidup
manusia yang telalu saleh terhadap alam. Garrand (2004:8) juga menunjukkan
sifat interdisipliner ekokritik, yang menarik pada kajian sastra dan teori budaya,
filsafat, sosiologi, psikologi dan sejarah lingkungan.
Ekokritisme muncul pada abad 20 dan di awal dekade abad ke- 21.
Ekokritisme adalah salah satu dari beberapa perspektif baru teori pemahaman
sastra. orang yang pertama kali memunculkan istilah ekokritsme adalah Lawrence
Buel. Ekokritik memiliki beberapa sasaran, yang pertama sebagai studi budaya
hijau, yang kedua sebagai bentuk eko-puisi yang mengungkapkan harmoni alam,
dan yang ketiga sebagai kritik sastra yang bernuansa lingkungan.

2.2. Aspek Kajian Ekokritik

Aspek kajian ekologis karya sastra memang sudah terbuka luas. Banyak ragam
kajian yang dapat dimanfaatkan untuk membedah karya sastra. Dalam kaitannya
dengan kajian sastra , istilah ekologi dipakai dalam pengertian yang beragam.
Yang pertama ekologi dipakai sebagai konteks pembahasan yang berhubungan
dengan alam, dan yang kedua ekologi dipakai yang dinyatakan secara luas
meliputi budaya,ekologi sastra dansebagainya. Kajian ekologi sastra yang pertama
tergolong ekologi murni dan ragam kajian ekologi yang kedua ditinjau dari dua
ragam yaitu (1) kajian ekologo yang menekankan aspek alam sebagai inspirasi
penciptaan karya sastra. (2) kajian ekologi yang menekankan pembelaan atau
advokasi terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Kajian ekologi sastra dalam pengertian yang kedua tersebut popular sebagai
kajian ekokritik (ecocritic) (Glotfekry,1996:Phillips,2003; Garrard, 2004). Kajian
ekokritik sastra di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh para penulis skripsi dan
tesis. Dalam puisi pun bisa dilakukan ekokritik sastra. Kajian sastra juga
dilakukan oleh Carey(1998) yang terkenal dengan ekologi budaya terhadap
naskah-naskah yang berisi Perang Diponegoro. Kajian ekologi yang menekankan
terhadap alam sebagai inspirasi mulai marak dilakukan. Hal tersebut semakin
disadarinya karena beekaitan dengan karya sastra baik pada sastra lama ataupun
sastra modern yang dapat dilihat dan dipresentasikan karya ilmiah dalam
Konferensi Internasional Folklor Asia III yang kemudian dibukukan oleh
Endraswara dkk.(2013:12). Karya karyanya yang dimaksud salah satunya dari
Misnawati(2013) tentang ekopuitika Hiyang Wadian dalam Miya Padu Sapuluh
di Kabupaten Barito.
Dalam kajian ekokritik tersebut terdapat hal-hal yang menjadi fokus yang perlu di
ungkap untuk menangkap peran lingkungan sastra. Yang pertama mengenai
sastra Antropogenik. Sastra Antropogenik adalah karya sastra yang terfokus pada
karya yang menggambarkan kerusakan, kepunahan, kehancuran lingkungan akibat
ulah manusia. Manusia yang terpusat pada sastra antropogenik mempunyai daya
nafsu yang kuat untuk merusak alam. Maka seluk beluk mereka disoroti lewat
sastra. Itulah sebabnya diutamakan dalam ekokritik sastra yang menangkap karya
sastra sebagai pantulan lingkungan hidup manusia yang terkena dampak nafsu
jahat manusia.
Adapun sastra apokalitik adalah karya yang seolah-olah ada “ suara
Tuhan” atau setidaknya manusia sering mencuatkan kenabian dan getaran
malaikat untuk melukiskan lingkungan. Garis intinya yaitu apokalitik sastra yang
peduli dengan lingkungan sekitar. Retorika ekologis banyak muncul dalam sastra
perkotaan. Maksudnya, sastra apokalitik yang banyak mewarnai prespektif luas,
yang melukiskan konsep tata ruang yang indah. Singkatnya ekologi sastra adalah
langkah besar ke arah studi sastra baru yang disebut ekokritik satra yang
mengkaji mengenai antropogenik dan apokalitik sastra.
2.3. Tokoh Ekokritik Sastra
Dalam ekokritik terdapat tokoh-tokoh didalamnya, yaitu :
1. Greg Garrad, mengenalkan ekologi melalui berbagai artikel dan paper
dalam berbagai seminar sastra. Lalu terdapat pengkajian film The Day
After Tomorrow yang menjadi pelajaran ekologi sastra yang sangat
berharga, yang merefleksikan iklim ekologis. Dalam film itu, dilukiskan
bahwa perubahan iklim ke dalam beberapa hari dapat mempengaruhi
penampilan drama (film).
2. Raymond williams, menyebutkan bahwa perubahan iklim adalah kondisi
yang sangat khusus bagi otak manusia, bagi orang buta, orang yang tidak
memiliki indera lengkap, dan orang normal. Jika kondisi seperti itu
muncul dalam karya sastra, khususnya film, maka akan menjadi perhatian
pengkajian ekokritik.
3. Hypolete Taine, persoalan iklim yang pernah digagasnya sebagai aspek
yang berpengaruh pada kondisi sastra. Kondisi seperti itu banyak menarik
pengkajian ekokritisme sastra. Ekokritisme adalah pemahaman sastra yang
banyak memperhatikan aspek ekologis dalam karya sastra.
4. Neil Astley, menulis beberapa antologi tentang ‘ecopoetry’ dari berbagai
kualitas dan karakter yang beragam. Ketika menggunakan diksi “jari
bergoyang” yang dianggap dapat menghancurkan bumi dan bisa
membingungkan. Jari bergoyang memiliki makna simbolik dari keadaan
yang dapat menggoyahkan lingkungan.
5. Wordsworth, puisi kata-kata kosong karya nya yang melukiskan
pergeseran pusaran makna yang lebih berdenyut dan berirama diksinya.
Permainan kata ekologis akan menarik bagi pengkaji ekokritik
sastra,apabila tetap mengedepankan filosofi hidup yang mendasar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disikmpulkan bahwa ekokrtiki adalah suatu karya sastra yang
berhubungan dengan ilmu alam. Karena karya satra dan alam jika disatukan akan
membentuk sebuah harmoni. Di dalam aspek ekologi memiliki aspek kajiani.
Aspek kajian tersebut sudah terbuka luas untuk karya sastra. ekologi memiliki
manfaat yaitu ekologi dipakai sebagai konteks pembahasan yang berhubungan
dengan alam, dan yang kedua ekologi dipakai yang dinyatakan secara luas
meliputi budaya,ekologi sastra dansebagainya.erdapat beberapa hal peran
lingkungan sastra dalam kajian ekokrtik, yang pertama sastra antropogenik dan
sastra apokalitik. Ekokritik muncul bersamaan dengan pola pikir manusia yang
berubah mengenai pengkonsepan lingkungan yang akhirnya bisa dijadikan
sebagai bentuk karya yang indah.

3.2. Saran
Permasalahan ekologi yang ada pada sebuah karya sastra tidak hanya
membahas tentang alam. Tetapi ruang lingkup kajian dalam permasalahan
sosial dan lingkungan yang luas didalam suatu karya sastra. Oleh karena itu,
peneliti diharapkan untuk memberikan kontribusi yang baru, tidak lazim
dalam menginterpretasi permasalahan ekologi pada sebuah karya sastra ini.
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi.2016. Ekokritik Sastra Konsep, Teori, dan Terapan.


Yogyakarta: Morfalingua
Novita, Dewi.2016. Ekokritik Dalam Sastra Indonesia Kajian Sastra Yang
Memihak. Adabiyyat.15(1). 95-97
Siswo, Harsono.2003. Ekokritik: Kritik Sastra Berwawasan Lingkungan.
Neritik.32(1). 50-53

Anda mungkin juga menyukai