Anda di halaman 1dari 4

TEORI SASTRA :

HISTORISISME BARU DAN KAJIAN KEBUDAYAAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra adalah hasil atau bentuk dari mengekspresikan pemikiran dan pengalaman
tertentu yang tidak selalu membahas tentang tulisan tetapi juga bisa dalam bentuk lisan.
Dalam sebuah kesusastraan terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari zaman ke
zaman dan dari setiap generasi memiliki masing-masing pemikiran yang megalami
perkembangan. Memahami makna karya sastra seringkali mudah dipahami dengan melihat
sejarah, karena sejarah merupakan analisa yang kuat dalam memahami pernyataan yang
berkenaan dengan makna

. Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan


membentuk suatu kelompok yang di dalamnya terdapat sistem yang berlaku. Dengan adanya
sistem membuat para masyarakat menyesuaikan keadaaan dengan sistem yang ada. maka
dari itu terbentuklah suatu kebudayaan di dalamnya. kebudayaaan adalah suatu yang
terwujud dari cara hidup sekelompok masyarakat yang sudah terjadi secara turun menurun.
Kebudayaan yang ada sangat luas tidak hanya dilihat dari gedung bersejarah ataupun
keseniaan saja. Banyak unsur yang membentuk budaya salah satunya adalah bahasa. bahasa
sebagai alat komunikasi antar kelompok. Dari bahasalah karya sastra dapat mewujudkan ide
penulisnya.

Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai teori historisisme baru (new
historicism) dan kajian kebudayaan (cultural materialism) pada kesusastraan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori Historisme Baru (New Historicism) pada kesusastraan?

2. Apa yang dimaksud dengan Kajian Budaya (Cultural Materialism) pada kesusastraan?

3. Siapakah pelopor terjadinya New Historicism?

4. Bagaimana tahapan analisis karya sastra berdasarkan teori New Historocism?


C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan teori New Historicism pada kesusastraan

2. Mengetahui apa yang dimaksud Kajian Budaya (Cultural Materialism) pada


kesusastraan
3. Mengetahui siapakah yang menjadi pelopor munculnya New Historicism

4. Mengetahui bagaimana tahapan analisis karya sastra berdasarkan teori New Historicism

BAB II
PEMBAHASAN

1. Historisme Baru (New Historicism) atau dalam bahasa Indonesia disebut “Sejarah
Baru” merupakan kajian kesusastraan dalam masa abad Renaissance yang menghubungkan
antara sastra dengan sejarah. Dalam kajian tersebut sastra sendiri tidak dapat terlepas dari
kekuatan bidang lain karena sastra dalam konteks ini memiliki sifat aktif, yaitu menjadi
penyebab terbentuknya satu keadaan dan realitas dengan bidang-bidang lain, seperti sosial,
ekonomi, dan politik. Pandangan New Historicism beranggapan bahwa sastra bukanlah
sesuatu yang otonom yang berdiri sendiri, pada tahun 1960-an di Inggris muncul istilah
Cultural Materialism yang dipelopori oleh Raymond Williams. Cultural Materialism atau
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “Kajian Kebudayaan” merupakan pandangan bahwa
kesusastraan ataupun teks-teks sastra tidak terlepas dari pendukung-pendukungnya, seperti
politik, ekonomi, dan lain-lain.

New Historicism mengandung dua hal yaitu 1) mengerti sastra melalui sejarah 2)
mengetahui budaya, sejarah, dan pemikiran melalui sastra. Sehingga New Historicism “tidak
mengadakan pemisahan” yaitu tidak membedakan teks sastra dan teks yang bukan sastra
karena baik sastra maupun bukan sastra merupakan suatu produk yang dihasilkan dari
zaman yang sama dan saling berhubungan. New Historicism menerapkan metode interteks
yaitu sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain dengan membaca teks secara paralel
(parallel reading). Kajian kebudayaan dalam pandang historicism diartikan sebagai wilayah
yang tarik-menarik, yakni kekuatan-kekuatan pendukung kebudayaan dalam praktik dan
nilai-nilai sehingga memberikan satu kesimpulan tentang model-model budaya, penilaian,
moralitas, dan sikap-sikap yang diidealkan.

2. Secara definitif sastra dan kebudayaan adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari
hubungan antara sastra dengan kebudayaan. Model hubungan yang akan di teliti dalam studi
kultur adalah berapa jauh relevensi sastra terhadap perkembangan kebudayaan. karena
sebagai multidisplin, studi kultur di bangun atas dasar kopetensi sastra dan kebudayaan.
namun, sebenarnya keduanya sudah memeiliki kajian metode dan teori tersendiri. Metode
dan teori bertujuan sebagai alat yang digunakkan untuk mencapai hasil yang maksimal
sesuai dengan penggunaan. Karena metode dan teori dikemas secara berbeda yang dapat
menjadi jembatan atara sastra dan kebudayaan. pada umumnya metode dan teori di
kembangkan secara meluas melalui teori – teori sastra murni. Teori postrukturalisme,
khususnya dekonstruksi sampai saat ini menjadi teori yang paling kuat dalam pengkajian
hubungan anatara sastra dengan kebudayaan. kelahiran postrukturalisme memberi warna
baru terhadap masalah – masalah yang ada di masyarakat.Selain teori postrukturalisme ,
Teroi sastra tentang feminisme juga menjadi salah satu aliran yang memberika dampak
terhadap perkembangan studi kultural.
Sastra dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat antar keduanya.
Maka dari itu semua pemersalahan masyarakat dalam sastra dan kebudanyaan tidak dapat
dengan mudah dilepaskan dengan kebudayaan yang melatarbelakangingya. Selain itu,
hubungan antar sastra dan kebudayaan adlah hubungan dialektik sebagaimna hubungan
sastra dan kebudayaan, maka kebudayaanlah yang lebih banyak menentukan keberadaan
sastra. Di lihat dari segi kritik sastra, studi kultar memiliki kiatan yang sangat erat, bahkan
tumpang tindih dengan sosiologi sastra. Kebudayaan dan sosiologi adalah dua jenis displin
yang sama – sama mempermasalahkan manusia dalam masyarakat. Dalam pengakajiannya
studi kultul tidaklah terbatas dalam pengkajiannya. Maka dari itu studi kultur dapat dengan
mudah menjalin hubungan antara kebudayaan tinggi dengan kebudayaan populer yang
selama ini terpisah secara dikotomis.

3. Stephen Greenblatt lahir di Boston pada tahun 1943, ayahnya seorang pengacara,
dan kakeknya merupakan imigran dari Lithuania. Selama 2 tahun Greenblatt mengikuti
kuliah Raymond Williams di Cambridge University, London untuk mengembangkan
minatnya pada sastra masa Renaissans. Pada tahun 1969-1997 ia mengajar di University of
California, kemudian pindah dan mengajar di Harvard University, kampus yang
memberinya gelar professor humaniora. Pada tahun 1982 secara terang Greenblatt
memperkenalkan gerakan yang bernama “New Historicism” yaitu sebuah gerakan yang
menolak aliran new critism, formalism, sekaligus historisisme lama di Amerika. New
Historicism Greenblatt mencakup berbagai macam pandangan dengan mengadopsi
pandangan pemikir lain, beberapa diantaranya yaitu Foucault, Jameson, Williams, Geertz,
dan lainnya.

Tulisan-tulisan Greenblatt yang tersebar di berbagai jurnal dan buku lebih


mengedepankan praktik analisis dari pada konsep teori, kemudian oleh para pengikut new
historicism dijadikan sebagai contoh model kritik sastranya. Greenblatt mengakui bahwa
historicism tidak pernah dirumuskan sebagai suatu proposisi teoretik yang sudah selesai
(Greenblatt, 2000:1) Tulisan-tulisan Greenblatt pada tahun 1980an diterbikan oleh Genre,
dan Representation yang kemudian dianggap sebagai media yang menjadi corong gerakan
new historisisme. Selain itu, artikel-artikel Greenblatt juga dimuat ulang, diterjemahkan, dan
dijadikan antologi dalam beragam tema. Hal ini memungkinkan ketersebaran gagasan
Greenblatt dalam dunia pemikiran dan ia dijadikan sebagai pemuka dalam gerakan new
historisisme. Greenblatt berpendapat bahwa sastra harus dipahami berdasarkan keyakinan
kolektif, praktik sosial, dan wacana budaya yang berlaku ketika karya sastra tersebut ditulis.

4. Berbagai sumber mengemukakan tahap kerja teori new historicism yaitu sebagai
berikut:

- Memilih karya sastra yang akan dikaji

- Mempelajari sejarah masyarakat ketika karya sastra tersebut diterbitkan

- Membaca karya sastra untuk menemukan isu dominan/penting yang diungkapkan


didalamnya
- Mempelajari teks non sastra yang berasal dari periode sejarah yang sama dengan karya
sastra untuk menemukan relevansi (hubungan-hubungan paralel) anatara sastra dan teks
non sastra, dan

- Hasil analisis disusun secara sistematis untuk menunjukkan makna karya sastra.

BAB III
PENUTUP

Simpulan:

Setelah membuat rumusan masalah dan melakukan pembahasan kami dapat menyimpulkan
bahwa historisisme baru (new historicism) merupakan kajian kesusastraan dalam masa abad
Renaissance yang menghubungkan antara sastra dengan sejarah yang dipelopori oleh Stephen
Greenblatt. Pada tahun 1982 Greenblatt memperkenalkan gerakan yang bernama “New
Historicism” yaitu sebuah gerakan yang menolak aliran new critism, formalism, sekaligus
historisisme lama di Amerika. New Historicism Greenblatt mencakup berbagai macam pandangan
dengan mengadopsi pandangan pemikir lain, beberapa diantaranya yaitu Foucault, Jameson,
Williams, Geertz, dan lainnya. Sedangkan kajian kebudayaan (struktural materialism) merupakan
kajian kesusastraan yang menghubungkan sastra dengan kebudayaan. Kajian kebudayaan dalam
pandang historicism diartikan sebagai wilayah yang tarik-menarik, yakni kekuatan-kekuatan
pendukung kebudayaan dalam praktik dan nilai-nilai sehingga memberikan satu kesimpulan tentang
model-model budaya, penilaian, moralitas, dan sikap-sikap yang diidealkan.

Daftar Pustaka:

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Caps Publishing

Rokhman, Muh Arif dkk. 2003. Sastra Interdisipliner: Menyandingkan Sastra dan Disiplin Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Qalam dan Forum Sastra Banding FIB UGM.

Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta: Jalasutra

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fathoni, Moh. 2013. Kritik Sastra Puitika Kultural Stephen Greenblatt: Metode dan Praktik
Analisis. "Stephen Greenblatt: Kehidupa dan Latar Pemikirannya". Volume 1. Nomor 2.
https://journal.ugm.ac.id/poetika/article/view/10411/7860

Artika, I Wayan. 2015. Pengajaran Sastra dengan Teori Historicism. "New Historicism". Volume
10. Nomor 20.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/8917/5756

Anda mungkin juga menyukai