BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra adalah hasil atau bentuk dari mengekspresikan pemikiran dan pengalaman
tertentu yang tidak selalu membahas tentang tulisan tetapi juga bisa dalam bentuk lisan.
Dalam sebuah kesusastraan terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari zaman ke
zaman dan dari setiap generasi memiliki masing-masing pemikiran yang megalami
perkembangan. Memahami makna karya sastra seringkali mudah dipahami dengan melihat
sejarah, karena sejarah merupakan analisa yang kuat dalam memahami pernyataan yang
berkenaan dengan makna
Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai teori historisisme baru (new
historicism) dan kajian kebudayaan (cultural materialism) pada kesusastraan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori Historisme Baru (New Historicism) pada kesusastraan?
2. Apa yang dimaksud dengan Kajian Budaya (Cultural Materialism) pada kesusastraan?
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan teori New Historicism pada kesusastraan
4. Mengetahui bagaimana tahapan analisis karya sastra berdasarkan teori New Historicism
BAB II
PEMBAHASAN
1. Historisme Baru (New Historicism) atau dalam bahasa Indonesia disebut “Sejarah
Baru” merupakan kajian kesusastraan dalam masa abad Renaissance yang menghubungkan
antara sastra dengan sejarah. Dalam kajian tersebut sastra sendiri tidak dapat terlepas dari
kekuatan bidang lain karena sastra dalam konteks ini memiliki sifat aktif, yaitu menjadi
penyebab terbentuknya satu keadaan dan realitas dengan bidang-bidang lain, seperti sosial,
ekonomi, dan politik. Pandangan New Historicism beranggapan bahwa sastra bukanlah
sesuatu yang otonom yang berdiri sendiri, pada tahun 1960-an di Inggris muncul istilah
Cultural Materialism yang dipelopori oleh Raymond Williams. Cultural Materialism atau
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “Kajian Kebudayaan” merupakan pandangan bahwa
kesusastraan ataupun teks-teks sastra tidak terlepas dari pendukung-pendukungnya, seperti
politik, ekonomi, dan lain-lain.
New Historicism mengandung dua hal yaitu 1) mengerti sastra melalui sejarah 2)
mengetahui budaya, sejarah, dan pemikiran melalui sastra. Sehingga New Historicism “tidak
mengadakan pemisahan” yaitu tidak membedakan teks sastra dan teks yang bukan sastra
karena baik sastra maupun bukan sastra merupakan suatu produk yang dihasilkan dari
zaman yang sama dan saling berhubungan. New Historicism menerapkan metode interteks
yaitu sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain dengan membaca teks secara paralel
(parallel reading). Kajian kebudayaan dalam pandang historicism diartikan sebagai wilayah
yang tarik-menarik, yakni kekuatan-kekuatan pendukung kebudayaan dalam praktik dan
nilai-nilai sehingga memberikan satu kesimpulan tentang model-model budaya, penilaian,
moralitas, dan sikap-sikap yang diidealkan.
2. Secara definitif sastra dan kebudayaan adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari
hubungan antara sastra dengan kebudayaan. Model hubungan yang akan di teliti dalam studi
kultur adalah berapa jauh relevensi sastra terhadap perkembangan kebudayaan. karena
sebagai multidisplin, studi kultur di bangun atas dasar kopetensi sastra dan kebudayaan.
namun, sebenarnya keduanya sudah memeiliki kajian metode dan teori tersendiri. Metode
dan teori bertujuan sebagai alat yang digunakkan untuk mencapai hasil yang maksimal
sesuai dengan penggunaan. Karena metode dan teori dikemas secara berbeda yang dapat
menjadi jembatan atara sastra dan kebudayaan. pada umumnya metode dan teori di
kembangkan secara meluas melalui teori – teori sastra murni. Teori postrukturalisme,
khususnya dekonstruksi sampai saat ini menjadi teori yang paling kuat dalam pengkajian
hubungan anatara sastra dengan kebudayaan. kelahiran postrukturalisme memberi warna
baru terhadap masalah – masalah yang ada di masyarakat.Selain teori postrukturalisme ,
Teroi sastra tentang feminisme juga menjadi salah satu aliran yang memberika dampak
terhadap perkembangan studi kultural.
Sastra dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat antar keduanya.
Maka dari itu semua pemersalahan masyarakat dalam sastra dan kebudanyaan tidak dapat
dengan mudah dilepaskan dengan kebudayaan yang melatarbelakangingya. Selain itu,
hubungan antar sastra dan kebudayaan adlah hubungan dialektik sebagaimna hubungan
sastra dan kebudayaan, maka kebudayaanlah yang lebih banyak menentukan keberadaan
sastra. Di lihat dari segi kritik sastra, studi kultar memiliki kiatan yang sangat erat, bahkan
tumpang tindih dengan sosiologi sastra. Kebudayaan dan sosiologi adalah dua jenis displin
yang sama – sama mempermasalahkan manusia dalam masyarakat. Dalam pengakajiannya
studi kultul tidaklah terbatas dalam pengkajiannya. Maka dari itu studi kultur dapat dengan
mudah menjalin hubungan antara kebudayaan tinggi dengan kebudayaan populer yang
selama ini terpisah secara dikotomis.
3. Stephen Greenblatt lahir di Boston pada tahun 1943, ayahnya seorang pengacara,
dan kakeknya merupakan imigran dari Lithuania. Selama 2 tahun Greenblatt mengikuti
kuliah Raymond Williams di Cambridge University, London untuk mengembangkan
minatnya pada sastra masa Renaissans. Pada tahun 1969-1997 ia mengajar di University of
California, kemudian pindah dan mengajar di Harvard University, kampus yang
memberinya gelar professor humaniora. Pada tahun 1982 secara terang Greenblatt
memperkenalkan gerakan yang bernama “New Historicism” yaitu sebuah gerakan yang
menolak aliran new critism, formalism, sekaligus historisisme lama di Amerika. New
Historicism Greenblatt mencakup berbagai macam pandangan dengan mengadopsi
pandangan pemikir lain, beberapa diantaranya yaitu Foucault, Jameson, Williams, Geertz,
dan lainnya.
4. Berbagai sumber mengemukakan tahap kerja teori new historicism yaitu sebagai
berikut:
- Hasil analisis disusun secara sistematis untuk menunjukkan makna karya sastra.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Setelah membuat rumusan masalah dan melakukan pembahasan kami dapat menyimpulkan
bahwa historisisme baru (new historicism) merupakan kajian kesusastraan dalam masa abad
Renaissance yang menghubungkan antara sastra dengan sejarah yang dipelopori oleh Stephen
Greenblatt. Pada tahun 1982 Greenblatt memperkenalkan gerakan yang bernama “New
Historicism” yaitu sebuah gerakan yang menolak aliran new critism, formalism, sekaligus
historisisme lama di Amerika. New Historicism Greenblatt mencakup berbagai macam pandangan
dengan mengadopsi pandangan pemikir lain, beberapa diantaranya yaitu Foucault, Jameson,
Williams, Geertz, dan lainnya. Sedangkan kajian kebudayaan (struktural materialism) merupakan
kajian kesusastraan yang menghubungkan sastra dengan kebudayaan. Kajian kebudayaan dalam
pandang historicism diartikan sebagai wilayah yang tarik-menarik, yakni kekuatan-kekuatan
pendukung kebudayaan dalam praktik dan nilai-nilai sehingga memberikan satu kesimpulan tentang
model-model budaya, penilaian, moralitas, dan sikap-sikap yang diidealkan.
Daftar Pustaka:
Rokhman, Muh Arif dkk. 2003. Sastra Interdisipliner: Menyandingkan Sastra dan Disiplin Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Qalam dan Forum Sastra Banding FIB UGM.
Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta: Jalasutra
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fathoni, Moh. 2013. Kritik Sastra Puitika Kultural Stephen Greenblatt: Metode dan Praktik
Analisis. "Stephen Greenblatt: Kehidupa dan Latar Pemikirannya". Volume 1. Nomor 2.
https://journal.ugm.ac.id/poetika/article/view/10411/7860
Artika, I Wayan. 2015. Pengajaran Sastra dengan Teori Historicism. "New Historicism". Volume
10. Nomor 20.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/8917/5756