Anda di halaman 1dari 9

SASTRA SEBAGAI PRODUK BUDAYA DAN SOSIAL

1. Karya sastra adalah gejala sosial dan kultural, suatu gejala yang terjangkau oleh indra
manusia, contohnya muatan peristiwa incest (dalam datangnya dan perginya-AA
Navis). Pendeta yang punya anak (dalam scarlet letter), serta slelet sang kyai M.H
Ainun Najib .
– Diproduksi oleh manusia dalam masyarakat tertentu di dunia dan dalam sebuah
ketaatan beragama (puritan)
– Dikonsumsi oleh manusia yang berlatar belakang di dunia →dalam komunikasi
tertentu dan dalam masyarakat tertentu (certain siciety) → masy. Puritan, yang
taat beragama.
1. Relasinya dengan yang masuk dalam karya sastra itu harus diperlakukan sebagai
produk manusia → karya sastra,tidak semata-mata dimaknai sebagai produk begitu
saja melainkan adalah produk manusia sebagai suatu bangunan tertentu yang berasal
dari realitas dari konteks tertentu, diciptakan dan dikonsumsi oleh tipe orang tertentu
pada masyarakat dalam tanggapanya terhadap pengalaman yang khusus juga dalam
dunianya.
2. Relasi antara karya sastra dan masyarakat adalah berbalasan → ini tidak hanya
menjadi sebab tetapi juga menjadi akibat.
3. Relasi antara karya sastra dan masyarakat → datangnya dan perginya dengan
masyarakat dipandang sebagai realita sosial → sehingga disebut CERMIN
MASYARAKAT.
4. Dalam perspektif sosiologi sastra, karya sastra harus lebih lagi merefleksikan realitas
kehidupan. Karya sastra mempunyai peran untuk membangun masyarakat, pada sisi
lain masyarakat berperan kuat dalam memproduksi karya sastra.
5. Pendekatan sosiologi harus berada dalam relasi yang dapat dikenali dalam masyarakat
sebagai suatu plihan dari kehidupan.
6. Karya sastra merupakan suatu objek estetika
7. Tek sastra hanya dapat hidup kalau dibaca dan dikaji, ini harus dipelajari melalui
pembacaan → TEKS + READER (PEMBACA)
8. Hasil pembacaan adalah peristiwa sehari-hari (pada umumnya)
9. Sifat suatu teks alamiah adalah memberi makna apa saja tergantung kita yang
membaca. Kita bukan teksnya, kita adalah pemberi makna terhadap apa yang kita
pahami.
10. Ini tentu saja menjembatani apa saja melalui teks terbaca : puisi dengan konvensi
cinta, keagamaan, dan konsep alalmiah.

SASTRA SEBAGAI SUATU SISTEM


1. Sastra : sistem yang terangkat dari perspektif terhadap produk manusia oleh
masyarakat diberi nama karya sastra.
2. Ciptaan sastra : satu wujud karya seni yang bermediumkan bahasa.
3. Proses produksi dan konsumsi dengan imajinasi.
4. Karya sastra
a. Seni → Indah (estetika) → Harmoni.
b. Medium → bahasa ( secondary modelling system)
1. Kelahiran karya sastra diantarkan oleh manusia ( author / writer) yang hidup dengan
universe, dengan latar sosial budaya, → vision du monde (pandangan terhadap dunia)
bagi kehidupannya.
a. Manusia : ‘produsen’ dan ‘konsumen’,
b. Masyarakat dengan berbahagai hal yang hidup di dalamnya,
c. Bangunan ( construct ) struktur seni.
d. Bahasa.
1. Karya sastra : tanggapan pengarang terhadap fenomena yang ada dalam masyarakat,
sebagai altenatif solusinya.

Pendahuluan
Kritik sastra Marxis didasarkan pada teori politik dan ekonomi filsuf
berkebangsaan Jerman, Karl Marx. Pada karya The German Ideology and The
Communist Manifesto (Ideologi Jerman dan Manifesto Komunisme), yang ditulis
bersama Frederich Engels, Marx menawarkan suatu model historis di mana
kondisi-kondisi politik dan ekonomi mempengaruhi kondisi-kondisi sosial. Marx
dan Engels menanggapi ketimpangan sosial yang terjadi karena perkembangan
Kapitalisme. Secara khusus, teori-teori mereka terbentuk untuk menganalisa
bagaimana fungsi masyarakat di dalam keadaan revolusi dan perubahan yang
konstan (terus-menerus).

Perspektif Materialis pada Sejarah


Marx dan Engels menggunakan teori dialektika Hegel yang menyatakan bahwa sejarah
berlangsung melalui resolusi atas pertentangan di dalam beberapa aspek realitas tertentu dan
keduanya mengedepankan deskripsi para materialis tentang sejarah yang berpusat pada
pergolakan dan penekanan pada masyarakat. Karena masyarakat membentuk model-model
produksi yang rumit, mengakibatkan peningkatan stratifikasi dan ketegangan yang terjadi dan
menyebabkan perubahan di dalam masyarakat. Contohnya ialah penggunaan mesin-mesin
berat ke dalam sistem ekonomi feodal telah menyebabkan timbulnya struktur sosial dan
pergerakan ke arah Kapitalisme.
Dasar dan bentuk superstruktur
Di dalam dialektika sejarah Marx terdapat gagasan yang menyatakan bahwa kehidupan sosial
individu dipengaruhi kekuatan politik dan ekonomi. Marx menulis, “bukan kesadaran
manusia yang membentuk realita, tetapi, sebaliknya, realitas sosial yang membentuk
kesadaran.” Secara sederhana, kelas sosial seseorang terlahir berdasarkan sudut pandangnya.
Marx, kemudian, memperluas konsep determinasi tersebut sebagai konsep sentral Marxisme
—yaitu sistem dasar dan superstruktur. Sistem dasar adalah sistem ekonomi dimana
superstruktur berada; aktivitas cultural—termasuk filsafat dan literatur—adalah bagian
superstruktur. Pada kritik Marxis, sistem dasar ekonomi masyarakat membentuk atau
mempengaruhi kecenderungan dan corak literatur; ini merupakan relasi antara pengaruh
sistem dasar dan superstruktur yang keduanya merupakan inti kritik Marxis.
Ideologi
Menurut Marx, karena superstruktur ditentukan oleh nilai dasar, maka bisa dipastikan ia
menyokong ideologi-ideologi nilai dasar tersebut. Ideologi-ideologi adalah beberapa ide,
gagasan dan kecenderungan yang merubah dan didapat individu melalui kehidupan
bermasyarakat. Ia menampilkan nilai-nilai dan gagasan dominan sebagai sistem kepercayaan
masyarakat secara keseluruhan, dan juga mencegah individu memandang bagaimana
sebenarnya fungsi masyarakat. Literatur, sebagai produk budaya, adalah suatu bentuk
ideologi, yang memperkuat kekuasaan kelas atas. Sebagai contoh, pada abad ke-18, literatur
telah digunakan oleh sekelompok golongan berbahasa Inggris kelas atas untuk menunjukkan
dan memperlihatkan sistem nilai dominan kepada golongan yang lebih rendah.
Georg Lukacs dan Realis Sosial
Ada banyak perbedaan pendapat antarkritikus sastra Marxist berkaitan dengan hubungan
antara ideologi dan literatur. Karena sejak adanya karya Marx, teoritikus dan Realis sosial
Soviet/Rusia, Georg Lukacs, dan Louis Althusser secara berangsur-angsur telah
memodifikasi atau memperluas konsep awal Marx. Realis sosial Soviet percaya bahwa
ideologi sebagai bagian superstruktural (bangunan struktural), harus sesuai dan berlandaskan
pada nilai dasar ekonomi masyarakat. Menurut mereka, literatur haruslah secara jelas
mencerminkan nilai dasar ekonomi sebab ia tidak akan berfungsi ketika bernaung di luar nilai
dasar yang sudah jelas atau model superstruktural. Sebagaimana realis sosial dan kritikus
Georg Lukacs yang merasakan bahwa hanya format fiksi realistis yang secara artistik dan
politis lebih sah dan valid. Tetapi Lukacs dan para realis sosial memiliki perspektif yang
terbatas. Mereka tidak sadar telah menyimpang keluar dengan karya mereka termasuk
pembacaan literal tentang sistem nilai dan bentuk superstruktural.
Hal ini sangat meragukan bahwa Marx dan Engels menggunakan pendekatan deterministik
pada literatur. Di dalam karya mereka, literatur bukanlah melulu suatu refleksi pasif dari
dasar-dasar ekonomi. Meskipun mereka mengakui literatur tidak bisa merubah sistem dan
masyarakat dengan sendirinya, mereka menganggap bahwa literatur dapat menjadi unsur
aktif dalam beberapa perubahan.
Antonio Gramsci
Teoritikus Italia, Antonio Gramsci dengan konsep hegemoninya, mempertimbangkan untuk
melakukan pembacaan yang fleksibel pada model sistem dasar dan superstruktur. Gramsci
percaya bahwa ideologi tidak dapat menjelaskan tingkatan manusia di dalam menerima nilai-
nilai dominan. Dia juga menyadari, dengan kritisi Marxis lainnya bahwa model sistem dasar
dan superstruktur sangalah kaku untuk meliputi produk-produk budaya yang tidak
menggunakan nilai-nilai dominan.
Sejalan dengan hal tersebut, gagasan hegemoni Gramsci adalah suatu kelanjutan konsep di
balik ideologi. Hegemoni adalah sejenis penipuan di mana individu melupakan keinginannya
sendiri dan menerima nilai-nilai dominan sebagai pikiran mereka. Sebagai contoh bahwa
pada realitas sosial pikiran mereka telah dikonstruksi adalah seseorang berpikir bahwa belajar
di perguruan tinggi adalah hal yang benar dan langkah penting dalam kehidupan. Kemudian
literatur, mungkin akan dipandang sebagai sesuatu yang menguatkan nilai-nilai dominan dan
adakalanya mempertanyakannya. Sebagai contoh, para penulis perempuan tentang fiksi
sentimentil pada abad ke-19 menggunakan konvensi naratif tertentu untuk menguatkan nilai-
nilai dominan, sementara penulis seperti Jane Austen menggunakan konvensi yang sama
untuk mengikis nilai-nilai dominan serupa.
Louis Althusser
Teoritikus Perancis, Louis Althusser mempertimbangkan hubungan antara literatur dan
ideologi. Baginya, hal ini juga meliputi pemahaman tentang hegemoni. Althusser menyatakan
bahwa ideologi dan hegemoni—seperti halnya literatur—memperlihatkan suatu versi
konstruksi realitas, di mana tidak merefleksikan kondisi aktual kehidupan. Jadi, literatur
disamping tidak hanya menggambarkan ideologi, namun juga dapat direduksi menjadi bagian
dari ideologi. Literatur mungkin dapat diposisikan di dalam ideologi, tetapi juga terdapat
jarak antarkeduanya. Hal sedemikian dengan membiarkan pembaca itu untuk memperoleh
suatu kesadaran ideologis di mana ia disandarkan. Sebagai contoh, sebuah novel boleh
menampilkan dunia dengan segala cara untuk mendukung ideologi- ideologi dominan. Dan
sebagai karya fiksi, ia juga harus menampilkan ideologi tersebut. Jadi, sekali lagi, meskipun
literatur tidak dapat menrubah masyarakat, ia dapat menjadi bagian dari suatu perubahan.
Konsep Sentral Marxis
Walaupun para kritisi Marxis telah menafsirkan Teori Marx dalam cara berbeda, sebagai
Marxis mereka akhirnya tetap kembali pada beberapa konsep sentral Marx: gagasan tentang
keadaan sosial mempengaruhi kesadaran, dan sistem dasar atau bentuk superstruktur.
contohnya, Kritikus Inggris, Raymond Williams menggunakan beberapa istilah sebagai
budaya peninggalan dan budaya berkembang untuk merubah sistem dasar atau bentuk
superstruktur, bukan mempertanyakannya. Sepintas, istilah-istilah seperti hegemoni, yang
bukan bagian dari Teori Marx, digunakan kritikus untuk memenuhi aplikasi Konsep Marxis
yang lebih besar.

Marxisme dan Literatur


Kritik sastra Marxis lebih cenderung pada tekanan-tekanan dan kontradiksi di dalam karya
sastra. Hal Ini sesuai sebab Marxisme pada awalnya dirumuskan untuk menganalisa suatu
tekanan dan pertentangan di dalam masyarakat. Kritik sastra Marxis juga memandang
literatur sangat dekat terhubung dengan kekuatan sosial dan analisa mereka atas literatur yang
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan sosial paling besar. Sejak Marxisme sebagai
sistem kepercayan yang dapat digunakan untuk analisa masyarakat pada tingkat level paling
besar dan terperinci, Kritik sastra Marxis sejatinya adalah bagian dari upaya dan usaha besar
untuk membongkar bagian dalm masyarakat.
Marxisme dan Teori Lain
Kritik sastra Marxis dapat dianggap sebagai reaksi pada teori-teori rigid para New Critics
(Kritisi Baru). Tidak seperti mereka, yang memandang teks sebagai kesatuan yang utuh,
Marxis secara umum memusatkan pada tensi (ketegangan) yang tak terpecahkan dalam karya
literatur.
Walaupun kritik Marxis sama-sama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kritik Strukturalis
dan kritik post-strukturalis, ia sangatlah berbeda di dalam penolakan untuk memisahkan
literatur dan bahasa dari masyarakat. Kritik Marxis adalah materialis, karena itu ia lebih
umum dengan teori yang berpusat pada bagaimana fungsi literatur di dalam sosial, politik dan
strukutr ekonomi dibandingkan dengan teori yang hanya bertumpu pada teks. Kritik Marxis
mempunyai pengaruh besar pada feminisme, historisisme baru, dan cultural studies (studi
kultural).
Sebagai sistem yang mencari sebab di bawah permukaan masyarakat, kritik Marxis
mempunyai kesamaan secara umum dengan kritik psikoanalisa. Faktanya, adalah
kemungkinan untuk membuat perbandingan tajam antara corak Dasar dan Superstruktur
Marxis dan pemikiran Freudian tentang ketidaksadaran dan kesadaran.
Referensi
Eagleton, Terry. Marxism and Literary Criticism. London: Metheun Books, 1976.
Selden, Ramden. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory. Lexington: University
Press of Kentucky, 1985.
Williams, Raymond. Marxism and Literatur. Oxford: Oxford University Press, 1977.

Bacaan lebih lanjut


Baxandall, et al. Marx and Engels on Literatur and Art. New York: International General,
1973.
Meski Marx dan Engels tidak menfokuskann diri pada literatur di dalam teori dasar mereka,
mereka sangat tertarik dan yang dipengaruhi oleh literatur. Buku ini mengumpulkan sebagian
tulisan mereka dan pendapat tentang literatur.
Craig, David, ed. Marxists on Literatur. Harmondsworth: Penguin, 1975.
Buku ini adalah koleksi esei oleh berbagai Kritikus Marxist. Ia menawarkan berbagai
pendekatan literatur dari perspektif Marxist.
Eagleton, Terry. Criticism and Ideology. London: New Left Books, 1976.
Meski secara spesifik bukan tentang kritik berkaitan kesusasteraan Marxist, buku ini
menawarkan deskripsi dari banyak teori kontemporer dari Perspektif Marxist.
Eagleton, Terry. Marxism and Literary Criticism. London: Methuen, 1976.
Buku ini adalah pengenalan yang sangat jelas terhadap aplikasi teori Marx pada studi
literatur.
Forgacs, David. “Marxist Literary Theories.” Modern Literary Theory, eds. Jefferson and
Robey. London: Batsford, 1986.
Buku ini menguraikan berbagai jenis teori kesusasteraan; dan bab tentang Teori Marxist
adalah pengenalan yang cukup bagus.
Williams, Raymond. Marxism and Literatur. Oxford: Oxford University Press, 1977.
Dalam buku ini, Williams mencoba memodifikasi konsep dasar Marxisme untuk
memungkinkan pembacaan lebih rumit pada literatur.
Kerja Upahan dan Kapital
Karl Marx (1847)

BAB III
Kapital terdiri dari segala macam bahan-bahan mentah, perkakas-perkakas kerja dan bahan-
bahan keperluan hidup yang digunakan untuk menghasilkan bahan mentah yang baru,
perkakas kerja baru dan bahan-bahan keperluan hidup yang baru. Semua bagian susunan dari
kapital ini adalah ciptaan kerja, barang hasil-barang hasil kerja, kerja yang telah diakumulasi.
Kerja yang telah diakumulasi yang menjadi alat untuk produksi baru adalah kapital.
Demikian kata para ahli ekonomi.
Apakah seorang budak Negro itu? Seorang dari jenis bangsa yang hitam. Penjelasan yang
satu sama dengan yang lainnya.
Seorang Negro adalah seorang Negro. Hanya dalam hubungan-hubungan tertentu ia menjadi
budak. Mesin-pemintal kapas adalah mesin untuk memintal kapas. Hanya dalam hubungan-
hubungan tertentu ia menjadi kapital. Lepas dari hubungan-hubungan ini ia bukan kapital
sebagaimana juga emas itu sendiri bukanlah uang atau gula bukan harga gula.
Dalam produksi, manusia bukan saja mempengaruhi alam tetapi juga manusia sesamanya.
Mereka berproduksi, mereka memasuki perhubungan dan pertalian timbal-balik yang
tertentu, dan hanya didalam perhubungan dan pertalian kemasyarakatan inilah dilakukan
pengaruh mereka atas alam, dilakukan produksi.
Hubungan-hubungan kemasjarakatan ini, yang dimasuki oleh penghasil-penghasil satu sama
lain, di dalam mereka menukarkan kegiatan-kegiatan mereka dan ikut serta dalam seluruh
aktivitas produksi, sudah tentu akan berubah-ubah menurut watak alat-alat produksi. Dengan
pendapatan suatu alat perang baru, senjata api, maka seluruh organisasi intern massa terpaksa
harus diubah; relasi-relasi yang di dalamnya orang-orang dapat menjadi suatu massa dan
bertindak sebagai suatu massa diubah dan relasi-relasi berbagai massa satu sama lain sudah
berubah juga.
Jadi hubungan-hubungan kemasyarakatan yang di dalamnya orang masing-masing
berporoduksi, hubungan-hubungan produksi sosial, berubah, diubah dengan perubahan dan
perkembangan alat-alat produksi material, tenaga-tenaga produktif. Hubungan-hubungan
produksi dalam keseluruhannya merupakan apa yang dinamakan hubungan-hubungan
sosial, masyarakat dan khususnya, suatu masyarakat pada tingkat tertentu perkembangan
sejarah, suatu masyarakat dengan watak khusus yang mencirikan. Masyarakat kuno,
masyarakat feodal, masyarakat borjuis, adalah keseluruhan hubungan produksi semacam ini,
yang masing-masingnya bersamaan waktu itu juga menandakan suatu tingkat khusus
perkembangan dalam sejarah umat manusia.
Kapital adalah juga suatu hubungan produksi sosial. Ia adalah suatu hubungan produksi
borjuis, suatu hubungan produksi darimasyarakat borjuis. Bukankah bahan-bahan keperluan
hidup,perkakas-perkakas kerja, bahan-bahan mentah yang menjadikankapital itu diproduksi
dan diakumulasi dalam syarat sosial tertentu,di dalam hubungan-hubungan sosial tertentu?
Bukankah merekadigunakan untuk produksi baru di dalam syarat-syarat socialtertentu, di
dalam hubungan-hubungan sosial tertentu? Danbukankah justru watak sosial yang tertentu ini
yang mengubahbarang hasil-barang hasil yang digunakan untuk produksi baru itu menjadi
kapital?
Kapital terdiri, tidak hanya dari bahan-bahan keperluan hidup, perkakas-perkakas kerja dan
bahan-bahan mentah, tidak hanya dari barang hasil-barang hasil meterial; ia terdiri sebanyak
itu juga dari nilai-nilai tukar. Semua barang hasil yang menjadikannya itu adalah barang-
dagangan. Oleh karena itu, kapital tidak hanya jumlah dari barang hasil material; ia adalah
jumlah dari barang dagangan-barang dagangan, dari nilai-nilai tukar, dari besaran-besaran
sosial.
Kapital tetap sama, biar kita ganti wol dengan kapas, gandum dengan beras atau kereta-api
dengan kapal-uap, asal saja kapas, beras, kapal-uap–tubuh kapital–mempunjai nilai-tukar
yang sama, harga yang sama dengan wol, gandum, kereta-api, yang tadinya menjelmakan
kapital itu.
Tubuh kapital dapat berubah terus-menerus sedangkan kapital itu tidak mengalami perubahan
sedikitpun.
Tetapi, sedang semua kapital adalah jumlah dari barang dagangan-barang dagangan, yaitu,
dari nilai-nilai tukar, namun tidak setiap jumlah dari barang dagangan-barang dagangan, dari
nilai-nilai tukar, adalah kapital.
Setiap jumlah nilai-nilai tukar adalah suatu nilai-tukar. Setiap nilai tukar sendiri adalah
jumlah dari nilai-nilai tukar. Umpamanya rumah yang seharga 1000 mark adalah nilai-tukar
1000 mark. Sehelai kertas yang seharga satu pfennig adalah jumlah dari nila-nilai tukar 100
seperatus pfennig. Barang hasil-barang hasil yang dapat ditukar dengan barang hasil-barang
hasil lain ialah barang dagangan. Perbandingan tertentu dalam mana mereka dapat ditukar
merupakan nilai-tukarnya atau, dinyatakan dengan uang, harganya. Banyaknya barang hasil-
barang hasil ini tak dapat mengubah apapun dalam sifat bahwa barang-barang itu menjadi
barang-dagangan atau merupakan suatu nilai-tukar atau mempunyai harga tertentu. Biar
sebatang pohon itu besar atau kecil ia adalah sebatang pohon. Biar kita menukar besi dengan
barang hasil lain per ons atau per sentenar, apakah ini menimbulkan perbedaan wataknya
sebagai barang-dagangan, sebagai nilai-tukar? Ia adalah barang-dagangan yang nilainya lebih
besar atau lebih kecil, yang harganya lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada
kuantitasnya.
Maka, bagaimanakah, sejumlah barang-dagangan, sejumlah nilai tukar, menjadi kapital?
Dengan memelihara dan melipatgandakan diri sebagai kekuatan kemasyarakatan yang berdiri
sendiri, yaitu, sebagai suatu kekuatandari sebagian dari masyarakat, dengan jalan
penukarannya dengan tenagakerja yang langsung, yang hidup. Adanya suatu klas yang
tidakmemiliki apa-apa kecuali kesanggupannya untuk bekerja adalahsyarat pendahuluan yang
diperlukan bagi kapital.
Hanyalah penguasaan atas kerja yang langsung, yang hidup, oleh kerja yang telah
diakumulasi, yang lampau, yang telah diperbendakan itulah mengubah kerja yang sudah
diakumulasi menjadi kapital.
Kapital bukannya terdiri dari hal bahwa kerja yang telah diakumulasi itu mengabdi kepada
kerja hidup sebagai alat untuk produksi baru. Ia terdiri dari hal bahwa kerja hidup mengabdi
kepada kerja yang sudah diakumulasi sebagai alat untuk mempertahankan dan
melipatgandakan nilai-tukar kerja yang diakumulasi.
Apakah yang terjadi dalam pertukaran antara kapitalis dan buruh upahan?
Buruh menerima bahan-bahan keperluan hidup sebagai penukar tenaga kerjanya, tetapi si
kapitalis menerima, sebagai penukar bahan-bahan keperluan hidupnya, kerja, aktivitas
produktif buruh, daya-cipta yang dengan itu buruh tidak hanja mengganti apa yang
dipakainya tetapi memberikan kepada kerja yang sudah diakumulasi suatu nilai yang lebih
besar ketimbang yang dimilikinya dulu. Buruh menerima dari si kapitalis sebagian dari
bahan-bahan keperluan hidup yang sudah tersedia. Apa gunanya bahan-bahan keperluan
hidup ini baginya? Untuk konsumsi segera. Akan tetapi, selekas bahan keperluan hidup itu
sudah saya pakai, bahan-bahan itu lenyap selama-lamanya dari saya, kecuali jika saya
menggunakan waktu selama saya dapat hidup dengan bahan itu untuk menghasilkan bahan-
bahan keperluan hidup yang baru, agar selama konsumsi itu menciptakan nilai-nilai baru
dengan kerja saya sebagai ganti nilai-nilai yang lenyap dalam konsumsi. Tetapi justru tenaga
reproduksi yang mulia ini yang diserahkan oleh buruh kepada kapitalis sebagai penukar
bahan-bahan keperluan hidup yang diterimanya. Oleh karenanya, ia telah kehilangan tenaga
itu bagi dirinya.
Marilah kita ambil suatu contoh: seorang tani-penyewa memberikan buruh-hariannya lima
pence sehari. Untuk lima pence ini buruh bekerja sepanjang hari diladang petani dan dengan
begitu menjamin si petani mendapat penghasilan sebesar sepuluh pence. Petani tidak hanya
mendapat ganti nilai yang harus diberikannya kepada buruh-harian; dia menggadaikan nilai
itu. Oleh karena itu, ia telah menggunakan, telah memakai, lima pence yang telah
diberikannya kepada buruh secara yang berubah, yang produktif. Ia telah membeli dengan
lima pence justru kerja dan tenaga buruh itu yang menghasilkan hasil pertanian yang nilainya
dua lipat dan membuat sepuluh pence dari lima. Buruh-harian, pada pihak lain, menerima
sebagai ganti tenaga-produktifnya, jang hasil-kerjanya telah diberikannya kepada petani, lima
pence yang ditukarkannya dengan bahan-bahan keperluan hidup dan bahan-bahan ini
dihabiskannya cepat atau lambat. Oleh karena itu, lima pence ini, telah dipakai secara dua,
reproduktif buat kapital, karena mereka telah ditukar dengan tenagakerja[2] yang
menghasilkan sepuluh pence, dan tidak produktif buat buruh, karena lima pence itu telah
ditukar dengan bahan-bahan keperluan hidup yang lenyap untuk selama-lamanya dan yang
nilainya hanya dapat didapatkannya kembali dengan mengulangi pertukaran yang sama
dengan petani. Jadi kapital bersyaratkan pada kerja-upahan; kerja-upahan bersyaratkan
pada kapital. Mereka dengan timbal-balik mensyaratkan hidupnya satu sama lain; mereka
dengan timbal-balik melahirkan satu sama lain.
Apakah buruh dalam pabrik kapas hanya menghasilkan tekstil katun? Tidak, dia
menghasilkan kapital. Ia menghasilkan nilainilai yang digunakan lagi untuk memerintah
kerjanya dan dengan jalan itu menciptakan nilai-nilai baru.
Kapital hanya dapat bertambah dengan menukarkan dirinya dengan tenagakerja, dengan
menghidupkan kerja-upahan. Tenaga kerja buruh-upahan hanya dapat ditukar dengan kapital
dengan jalan menambah kapital, dengan memperkokoh kekuasaan yang memperbudak dia.
Karenanya, bertambahnya kapital adalah bertambahnya proletariat, yaitu bertambahnya
klas buruh.
Karena itu, kepentingan si kapitalis dan kepentingan buruh, adalah satu dan sama, demikian
dinyatakan oleh burjuasi dan ahli ekonomi mereka. Memang! Buruh binasa jika kapital tidak
mempekerjakannya. Kapital binasa jika ia tidak menghisap tenaga kerja, dan untuk
menghisap itu, ia mesti membelinya. Makin cepat kapital yang ditujukan untuk produksi,
yaitu kapital produktif, bertambah, makin makmur karenanya, industri, makin banyak
borjuasi memperkaya dirinya dan makin baik jalan perusahaannya, maka makin banyak kaum
buruh yang diperlukan kaum kapitalis, makin mahal kaum buruh menjual dirinya sendiri.
Oleh karena itu, syarat perlu untuk keadaan buruh yang agak baik ialah pertumbuhan kapital
produktif yang secepat-cepatnya.
Tetapi apa pertumbuhan kapital produktif itu? Pertumbuhan kekuasaan kerja yang telah
diakumulasi atas kerja hidup. Pertumbuhan penguasaan borjuasi atas kelas buruh. Jika kerja
upahan menghasilkan kekayaan orang lain yang menguasai dirinya, kekuasaan yang
bermusuhan dengan dirinya, kapital, maka alatalat pekerjaan, yaitu, bahan-bahan keperluan
hidup, mengalir kembali kepadanya dari kekuasaan yang bermusuhan ini, dengan syarat
bahwa ia membuat dirinya sekali lagi menjadi sebagian dari kapital, menjadi tuas yang
melempar kapital kembali ke dalam suatu gerakan pertumbuhan yang dipercepat.
Mengatakan bahwa kepentingan kapital dan kepentingan buruh adalah satu dan sama,
hanya berarti mengatakan bahwa kapital dan kerja-upahan adalah dua segi dari hubungan
yang satu dan sama. Yang satu mensyaratkan yang lain tepat sebagaimana lintah-darat dan
pemboros saling mensyaratkan satu sama lain.
Selama buruh-upahan adalah buruh-upahan maka nasibnya tergantung pada kapital. Itu
adalah kesamaan kepentingan yang banyak dipuji-puji antara buruh dan kapital.

Catatan:
[2] Istilah “tenagakerja” tidak ditambahkan di sini oleh Engels, tetapi sudah ada didalam teks
yang diterbitkan oleh Marx dalam Neue Rheinische Zeitung.

Anda mungkin juga menyukai