1964 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di internet) negeri kita hanya mampu
menjadi bangsa “penjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Disimpulkan betapa gagalnya dunia
pendidikan di negara kita ini yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenaga yang berkualitas yang
mampu bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7
kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas Negeri Padang
menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan membenahi dokumen tetulisnya saja”.
Menurutnya perubahan kurikulum di negara kita lebih menitikberatkan pada perubahan konsep
tertulisnya saja berupa buku-buku pelajaran dan silabus saja tanpa mau memperbaiki proses
pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh
kurikulum pendidikan kita.
1. Kurikulum 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran 1947.
Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada
saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan.
Ciri-ciri kurikulum 1947 :
Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain.
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-
garis besar pengajaran.
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain.
Kekurangan dari kurikulum 1947 :
Pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama
menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Pemerintah Indonesia kembali menyempurnakan sistem kurikulumnya. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964.
keinginan pemerintah Indonesia agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
· Ranah kognitif merupakan kemampuan pada segi keilmuan, ranah afektif merupakan
kemampuan pada segi sikap, dan psikomotorik merupakan kemampuan pada segi keterampilan,
dimana ketiganya merupakan faktor penting dalam pembentukan kepribadian manusia telah
menjadi prioritas dalam kurikulum ini..
· Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah akan memilki kegunaan dalam
kehidupan peserta didik.
· Kurikulum ini dipergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar dan belum mencakup sekolah
lanjutan dan perguruan tinggi.
· Dalam perjalanannya kurikulum ini terganggu oleh adanya manipol-usdek yang mengarahkan
pendidikan Indonesia untuk pembentukan manusia sosialis Indonesia dengan menomorduakan
kehidupan pribadi.
· Kurikulum ini belum terkikis dari upaya-upaya melestarikan tujuan penjajah yang jika
dibandingkan dengan cita-cita kemerdekaan sudah tidak relevan lagi.
4. Kurikulum 1968
Mata pelajaran yang dikolerasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas
demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas.
Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu
Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
Menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Kelebihan dari kurikulum 1968 :
Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat
dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 yang melatarbelakangi adalah pengaruh
konsep di bidang manajemen. Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan
istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
· Mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting.
· Posisi siswa ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan,hingga melaporkan.
7. Kurukulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada
pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan
muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus
diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode
tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
· Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/
substansi setiap mata pelajaran.
· Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
8. Kurikulum 2004
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
· Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
· Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
· Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir
sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai,
evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa.
· Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakandelapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan,
(4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun oleh dandilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan
atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi
daerahnya masing-masing.
Kelebihan dari kurikulum 2006 :
Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP .
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya,
penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan.
Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat
sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb.,
sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
A. Kelebihan:
b. mengemas mata pelajaran menjadi lebih maknawi dalam kehidupan sehari-hari dengan model
pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik.
Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif, guru sebagai fasilitator maupun motivator,
semua aspek kehidupan bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar
B. Kekurangan
a. Adanya kontradiksi, karena mau melahirkan manusia yang kreatif, kritis, inovatif, tapi penuh
materi yang normatif karena ada penambahan jam belajar agama
b. Kedua, berharap proses pembelajaran lebih leluasa tapi ada penambahan jam pelajaran.
c. Ketiga, kurikulum 2013 cocok untuk sekolah yang sudah maju dan gurunya punya semangat
belajar tinggi, masyarakat yang sudah terdidik, muridnya memiliki kemampuan dan fasilitas setara,
serta infrastruktur telekomunikasi dan transportasi sudah merata sehingga tidak menghambat
proses
d. Kekurangan lainnya terletak pada penggunaan Ujian Nasional (UN) sebagai evaluasi standar
proses pembelajaran siswa aktif.