Ada 3 orang berada dalam sebuah kereta api di Inggris. Saat mendekati stasiun
Wemberly, salah satu dari mereka berkata, apakah ini Wemberly? bukan jawab
penumpang kedua, ini kamis. Kemudian penumpang ketiga berkata, Oh, ayo kita minum.
Listening (mendengar) sebagai komponen utama dalam pembelajaran bahasa pada awalnya di
mulai pada tahun 1970an oleh James Asher (1977) tentang Total Physiscal Response (TPR)
(lihat bab 2). Pada TPR peran pemahaman sangat penting sebagaimana pelajar diberikan
kuantitas bahasa yang banyak untuk didengar sebelum mereka didorong untuk merespon
secara lisan. Sama halnya dengan Natural Approaach (Pendekatan Alami) (lihat bab 2) yang
merekomendasikan pentingnya silent period saat dimana pelajar dibolehkan untuk
mendengar tanpa merasa dipaksa menghadapai ketakutan untuk berbicara sebelum mereka
benar-benar siap untuk melakukannya.
Beberapa pendekatan merupakan perkembangan dari variasi penelitian tentang
pembelajaran yang menunjukkan bukti pentingnya input (masukan) pada penguasaan bahasa
kedua (lihat PLLT, bab 10). Sebagai contoh, Stephen Krashen (1985), meminjam pandangan
dari penguasaan bahasa pertama, yang menekankan pada pentingnya input yang dapat
dipahami, atau resepsi aural bahasa yang masih sedikit diluar kemampuan pelajar. Di waktu
yang sama, para peneliti juga menekankan betapa krusial proses mental yang dibawa untuk
mendukung pelajar mengubah masukan (input) menjadi asupan (intake), atau yang sudah
tersimpan menjadi kompetensi yang dimilki pelajar. Dengan kata lain, anda bisa saja
diberikan input dengan jumlah yang banyak, namun yang dihitung adalah seberapa banyak
informasi linguistik yang anda peroleh baik secara sadar maupun tidak, lewat strategi kognitif
daya ingat, feedback, dan interaksi. Seperti yang kita lihat, perubahan dari input ke intake
sangatlah krusial menimbang peran listening (mendengar) dalam mempelajari bahasa. Ketika
anda memikirkan peranan dari teknik listening (mendengar) di kelas, pada akhirnya anda
akan bertanya sendiri apa yang sudah siswa dapat dari susunan aktivitas listening.
Segala isu berikut mendorong para guru untuk memikirkan beberapa pertanyaan
spesifik tentang pemahaman mendengar:
Listening bukanlah jalur satu arah. Listening bukan hanya proses penerimaan simbol audio
dari satu arah. Satu aspeklangkah pertamadalam pemahaman listening adalah proses
psikomotor pada saat menerima gelombang suara melalui telinga dan dipancarkan oleh saraf
impuls menuju otak. Tapi hal ini hanyalah awal dari proses interaktif yang dilakukan oleh
otak pada impuls, yang dibawa untuk mendukung sejumlah perbedaan pada mekanisme
kognitif dan afektif.
Berikut ini adalah 8 proses yang terlibat dalam pemahaman (diadaptasi dari Clark &
Clark 1977 dan Richards 1983). Semua proses ini bisa terjadi secara serempak dan begitu
cepat. Waktu neurologi harus dilihat dalam mikrodetik.
1. Proses pendengar yang kita sebut dengan raw speech dan menangkap sebuah
image dalam short-term memori. Image ini terdiri dari unsur-unsur (frasa, klausa,
penanda kekompakan, intonasi, dan pola penekanan) dari sebuah ujaran.
2. Pendengar menentukan tipe ujaran yang sedang di proses (sebagai contoh, sebuah
percakapan, pidato, siaran radio) dan mewarnai hasil penafsiran dari pesan yang
diterima dengan tepat.
3. Pendengar menyimpulkan tujuan dari pembicara berdasarkan tipe ujaran, konteks, dan
isi. Sebagai contoh, seseorang menentukan apakah pembicara tersebut ingin
meyakinkan seseorang, bertanya atau bersenda gurau, menerima, menolak, memberi
informasi ,dan lain-lain. Maka dari itu fungsi dari pesan tadi akan bisa disimpulkan.
4. Pendengar menggali kembali latar belakang informasi (atau skemata; lihat bab 18
untuk informasi lebih jelas tentang topik ini) yang relevan untuk konteks dan topik.
Pengalaman dan pengetahuan sepanjang hidup digunakan untuk melakukan asosiasi
kognitif dalam hal untuk memberikan penafsiran yang masuk akal dari pesan.
5. Pendengar menentukan arti harafiah dari sebuah ucapan. Proses ini melibatkan satu
penafsiran semantik pada permukaan yang diterima oleh telinga. Dalam beberapa
contoh, makna literal dan sebenarnya bisa cocok (lihat item6). Sebagai contoh, jika
seorang siswa masuk ke dalam kantormu pada saat kamu sedang sibuk memberikan
nilai dan dia memiliki pertanyaan yang harus kamu jawab, kemudian dia berkata,
Apakah anda punya waktu? (apakah Anda ada waktu sekarang untuk menjawab
pertanyaan Saya ?) makna harafiahnya tepat. Bagaimanapun juga, proses ini mungkin
akan membutuhkan peran yang luas ketika makna harafiah tidak relevan dengan
pesannya, misal dalam kiasan atau bahasa idiom. Contoh lainnya, jika seseorang
yang tidak kamu kenal duduk di sebelahmu dalam sebuah bis dan setelah dia diam
dalam beberapa waktu dan kemudian dia berkata, Anda punya waktu ? respon tepat
yang kamu berikan adalah bukan berkata iya atau tidak, melainkan ini jam setengah
9. Pelajar bahasa kedua harus mempelajari ke bawah permukaan agar dapat
menginterpretasikan bahasa tadi dengan benar.
6. Pendengar menentukan maksud dari ujaran. Seseorang di dalam bis berniat untuk
mencari tau pukul berapa saat ini, meskipun arti pertanyaan yang sebenarnya tidak
secara langsung di sampaikan dalam pesan tersebut. Seberapa sering kesalahpahaman
asumsi yang dibuat oleh pendengar mengenai maksud dari si pembicara ? kunci dari
komunikasi bagi manusia adalah kemampuan untuk mencocokkan makna yang
diterima dengan makna yang dimaksudkan.
7. Pendengar menentukan apakah suatu informasi harus dipertahankan dalam ingatan
jangka pendek atau ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendekdalam beberapa
detikadalah konteks yang tepat ketika meminta tanggapan lisan cepat dari
pendengar. Ingatan jangka panjang biasanya ketika anda memproses infomasi dalam
suatu perkuliahan.
8. Pendengar menghapus bentuk pesan asli yang diterima. Kata-kata, frasa, dan kalimat-
kalimat secara cepat dapat dilupakandipangkasdalam 99% ujaran. Kamu tidak
perlu mempertahankan jenis kognitif ini kekacauan. Sebagai gantinya, informasi
penting, dapat diterima secara konseptual (lihat item 7 di atas), lihat juga PLLT, bab
4)
Sebelumnya harus jelas bahwa pemahaman dalam listening adalah suatu
proses interaktif. Setelah penerimaan awal suara, kita melakukan paling tidak 7
operasi utama terhadap gelombang suara. Dalam pengaturan percakapan, interaksi
lanjutan terjadi segera setelah tahap mendengar ketika pendengar berubah menjadi
pembicara dan merespon beberapa hal. Semua proses ini sangat penting untuk diingat
ketika mengajar. Semua proses ini relevan dengan tujuan mendengar siswa, dengan
faktor yang bisa menyebabkan sulitnya pemrosesan ucapan, dengan keseluruhan
prinsip mendengar yang efektif, dan dengan pilihan yang telah kamu buat berkaitan
dengan tekhnik apa yang digunakan dan kapan prinsip ini digunakan di dalam kelas.
TIPE BAHASA LISAN
Dalam monolog, ketika seorang pembicara menggunakan bahasa lisan untuk durasi
tertentu, seperti dalam pidato, perkuliahan, membaca, penyiaran berita, pendengar harus
memproses sepanjang ujaran tanpa gangguan. Arus ujaran akan tetap berlangsung walaupun
pendengar sudah paham atau belum. Monolog yang terencana dan tidak terencana sangat
berbeda struktur wacananya. Percakapan monolog terencana (seperti pidato dan materi
penulisan lainnya) pada umumnya mengakibatkan sedikit pemborosan dan oleh karena itu
secara relatif sulit untuk dipahami. Monolog tidak terencana (sebagai contoh, pengajaran
tanpa persiapan, cerita panjang dalam percakapan) memperlihatkan lebih banyak lagi
pemborosan, yang mana memudahkan pemahaman, tapi dengan lebih banyaknya variable
yang digunakan bisa jadi menolong atau malah mengaburkan pemahaman.
Dialog melibatkan dua atau lebih pembicara dan dapat dibagi menjadi dua macam
interaksi yaitu yang dapat meningkatkan hubungan sosial (interpersonal) dan tujuan lainnya
adalah untuk menyatakan rencana atau informasi faktual (transaksional). Dalam setiap
interaksi, partisipan mungkin dapat berbagi pengetahuan dengan baik (latar belakang
informasi, skemata); oleh karena itu, keakraban dengan teman bicara akan menghasilkan
percakapan dengan lebih banyak asumsi, implikasi dan maksud yang tersembunyi di setiap
kalimat. Dalam percakapan di antara beberapa partisipan yang kurang akrab antara satu
dengan yang lainnya, referensi dan makna percakapan harus lebih eksplisit, kesalahpahaman
akan lebih mudah terjadi.
Dialog juga bisa dibagi menjadi dialog ketika pendengar merupakan partisipan dalam
percakapan dan dialog ketika pendengarnya hanyalah seorang penguping. Dalam kedua
kasus ini, deskripsi percakapan di atas dapat diterapkan, tetapi perbedaan utamanya berada
pada si pendengar, seperti di dalam monolog, tidak dapat ikut campur atau paling tidak
berpartisipasi secara vokal terhadap maksud dari percakapan.
Ingatlah bahwa dalam setiap kasus percakapan, kategori kategori ini tidak dapat
terpisahkan satu sama lain, sebaliknya setiap dikotomi, menghadirkan rangkaian
kemungkinan-kemungkinan. Sebagai contoh, dalam percakapan sosial sehari-hari bisa berisi
berbagai elemen dari dialog transaksional, dan sebaliknya. Sama halnya dengan partisipan
yang sudah familiar atau saling kenal, mungkin hanya akan membagikan sedikit
pengetahuan umum pada topik tertentu.
Ketika kamu memikirkan desain pembelajaran dan tekhnik yang akan digunkaan
untuk mengajar kemampuan listening, atau yang memiliki komponen listening di dalamnya,
sejumlah karakteristik dari bahasa lisan juga harus dipertimbangkan. Pelajar bahasa kedua
harus memberikan perhatian lebih pada beberapa faktor tersebut karena mereka secara kuat
mempengaruhi pemrosesan ujaran, dan bahkan dapat menghambat pemahaman jika mereka
tidak diikutkan. Dengan kata lain, mereka dapat membuat proses listening menjadi sulit. 8
karakteristik bahasa lisan di bawah ini diadaptasi dari beberapa sumber (Dunkel, 1991;
Richard 1983; Ur 1984).
1. Pengelompokan
Dalam bahasa tertulis kita dibiasakan untuk melihat kalimat sebagai suatu unit dasar
yang terorganisir. Dalam bahasa lisan, dikarenakan terbatasnya ingatan dan
kecenderungan untuk mengelompokan, kita membagi ujaran ke dalam kelompok kata
yang kecil. Klausa adalah unsur umum, akan tetapi frasa di dalam klausa dapat lebih
mudah dipertahankan dalam pemahaman. Oleh karena itu, di dalam megajar
pemahaman listening, anda harus membantu siswa anda untuk mempelajari kelompok
kata; terkadang pelajar bahasa kedua mencoba untuk mengingat unsur yang terlalu
panjang (keseluruhan kalimat atau beberapa kalimat), mereka akan bergumam errr
ketika mencoba untuk mengingat setiap kata dari ujaran
2. Pemborosan Kata
Bahasa lisan mempunyai banyak pemborosan, tidak seperti bahasa tertulis
kebanyakan. Ketika anda berada pada sebuah percakapan, anda harus memperhatikan
pengulangan frase, repetisi, elaborasi, dan penyisipan maksud Saya dan Kamu
tahu. Pemborosan seperti itu membantu pendengar untuk memproses suatu maksud
dengan memberikan waktu lebih dan informasi ekstra. Pelajar dapat melatih diri
mereka sendiri belajar dari pemborosan yang dilakukan dengan menyadari bahwa
tidak semua kalimat atau frase baru perlu berisikan informasi yang baru dan dengan
melihat sinyal dari pemborosan. Perhatikan kutipan percakapan di bawah ini.
Amos : Hai, Andy, apa kabar ?
Andy : baik, Amos. Bagaimana akhir pekanmu?
Amos : Buruk, maksud saya yang terburuk dari yang bisa kamu bayangkan. Kau tau
maksudku ?
Amos : Ya, saya pernah merasakannya. Apa yang terjadi ?
Andy : Kau mungkin tidak akan percaya ini, tapi aku dan pacarkukau tau Rachel ?
Saya rasa kamu pernah melihatnya di pestaku, Aku dan dia dalam perjalanan
menuju Rayes, kau tahu kan, di daerah Marin? Jadi kami berkendara sambil
membicarakan bisnis kami, kamu tahulah, waktu orang ini dengan mobilnya,
kamu tahulah, seperti Bronco, mendekati sampai sekitar tiga kaki di belakang
kami dan semacam mengikuti kami disepanjang jalan pegunungan yang gila
dan kamu tahu seperti apa mereka. Jadi dia semacam ingin mengeluarkanku
dari jalan, dan aku hanya bisa tetap berkonsentrasi. Lalu ...
Anda dapat dengan mudah menemukan beberapa pemborosan kata yang Amos
ceritakan tentang pengalamannya yang heboh. Pelajar bisa jadi bingung pada awalnya,
akan tetapi dengan beberapa latihan, mereka akan menyadari keuntungkan dari
pemborosan kata tadi yang memberikan waktu lebih untuk memproses informasi.
4. Variable Penampilan
Dalam bahasa lisan, kecuali pada wacana terencana (pidato, pengajaran, dll),
Keraguan, permulaan yang salah, jeda, dan perbaikan adalah hal yang biasa.
Pendengar asli telah dibiasakan dari umur yang begitu muda untuk meniadakan
beberapa variable penampilan, dimana mereka dapat dengan mudah ikut campur
dengan pelajar bahasa kedua. Bayangkan anda mendengar kutipan kata demi kata di
bawah ini mengenai seorang olahragawan tentang permainannya.
Tapi,uh,, -- Aku jugatentu saja akan seperti ini jika kamu sedang bermain
dengan baikjika kamu bermain dengan baik maka kamu akan bekerja sangat keras
di permainanmu. Kamu akan tegang dan mudah untuk berkonsentrasi. Kamu tau jika
sedang bermain baik dan kau tau . . . dengan sebuah kesempatan maka segalanya akan
lebih mudah, lebih mudah untukuntuk bisa berada disana dandan mulai . . . kamu
tidak perlu memikirkannya. Maksudku itu akan terjadi otomatis.
Bentuk tertulis seperti ini terlihat seperti omong kosong, tapi inilah salah satu
bentuk bahasa yang kita dengar dan proses sepanjang waktu. Pelajar harus melatih
diri mereka sendiri untuk mendengar maksud pada variable tampilan yang kacau.
Percakapan sehari-hari oleh pembicara asli pada umumnya berisi bentuk
bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Beberapa bentuk ini merupakan contoh
ketidaksesuaian tampilan sederhana. Sebagai contoh, Kami singgah di sebuah kota
kecil dimana tidak ada hotel sama sekali di sana kalimat ini dengan sangat mudah
dapat diperbaiki oleh diri sendiri bagi pembicara asli. Kata yang tidak sesuai dengan
EYD lainnya muncul dari logat yang berbeda (Aku tidak mendapat tidak ada rasa
hormat) dimana pelajar bahasa kedua akan mendengarnya cepat atau lambat.
5. Bahasa Kolokium
Pelajar yang telah memenuhi standar Bahasa Inggris tertulis dan/atau buku
pelajaran kadang-kadang bahasa akan mengejutkan dan susah untuk mendapatkan
kesepakatan dengan bahasa kolokium. Idiom, bahasa sehari-hari, pemborosan kata,
dan berbagi ilmu kebudayaan akan secara nyata berada pada point yang sama pada
suatu percakapan. Kolokium dapat muncul baik pada percakapan monolog atau
dialog.
6. Laju Penyampaian
Pada hakikatnya semua pelajar bahasa pada awalnya berfikir bahwa pembicara asli
berbicara terlalu cepat! Seperti yang dikatakan oleh Jack Richards (1983), jumlah dan
panjangnya jeda yang digunakan oleh seorang pembicara adalah sangat krusial untuk
dipahami daripada kecepatan saja. Meskipun demikian, pelajar secepatnya harus
dapat memahami bahasa yang disampaikan pada laju kecepatan yang bervariasi,
waktu, dan penyampaian yang disertai beberapa jeda. Tidak seperti reading, dimana
seseorang dapat berhenti dan membaca kembali apa yang telah dibaca sebelumnya, di
dalam listening pendengar mungkin tidak selalu mendapatkan kesempatan untuk
menghentikan si pembicara. Sebagai gantinya, aliran percakapan akan selalu berjalan.
8. Interaksi
Sasaran pelajar bahasa secara ekslusif adalah untuk menguasai beberapa kemampuan
spesial seperti memonitor penyiaran radio atau memberikan pelajaran, interaksi akan
bermain peran yang sangat besar dalam memahami listening. Percakapan adalah
subjek khusus untuk semua peraturan dalam berinteraksi, seperti: negosiasi,
klarifikasi, memberikan sinyal, mengambil alih, mengajukan topik, pemeliharaan, dan
keputusan, (lihat bab 9 dari PLLT). Jadi, untuk belajar mendengar kita juga harus
belajar untuk merespon dan melanjutkan rantai listening dan tanggapan. Teknik di
dalam kelas yang terdiri dari beberapa komponen mendengar harus memiliki poin
sama yang meliputi intruksi listening alami dua arah. Siswa harus memahami bahwa
pendengar yang baik (didalam percakapan) adalah perespon yang baik. Mereka tahu
bagaimana untuk bernegosiasi tentang suatu maksud (untuk memberikan umpan balik,
bertanya untuk klarifikasi, dan mempertahankan sebuah topik) sehingga proses
memahami dapat dilengkapi dibandingkan dengan membatalkan interaksi yang tidak
memadai.
Seperti pepatah orang China abad ke empat yang berkata dengan jelas:
Jack Richards (1983), dalam artikelnya yang berjudul mengajar kemampuan listening,
memberikan sebuah pemahaman taksonomi mengenai kemampuan aural yang terlibat
dalam wacana percakapan. Beberapa daftar sangat berguna dalam membantumu
memecahkan apa yang siswamu butuhkan untuk tampil pada saat mereka
memperoleh strategi efektif listening. Melalui daftar kemampuan mikro, kamu akan
mendapatkan gagasan yang baik tentang tekhnik apa yang harus diulas dalam bidang
pemahaman listening. Rencanakan tekhnik yang spesifik atau modul listening, seperti
daftar yang membantumu untuk fokus pada konsep sasaran yang jelas. Di dalam
evaluasi listening, kemampuan mikro ini dapat dijadikan kriteria uji. Tabel 16.1
merupakan contoh daftar, diadaptasi dari Richards dan sumber lainnya.
Sangat penting untuk mencatat ke 17 kemampuan mikro yang diaplikasikan
pada wacana percakapan ini. sedikit bentuk interaktif pada wacana, seperti mendengar
pada dialog monolog seperti ajaran akademik, meliputi lebih banyak lagi kemampuan
mikro. Siswa akademik harus dapat menampilkan hal-hal seperti mengidentifikasi
struktur pengajaran, membuang apa yang mungkin tidak relevan atau yang ganjil,
mendeteksi kemungkinan pembicara yang menyimpang, secara kritis mengevaluasi
pernyataan pembicara, dan mengembangkan maksud (sebagai contoh, melalui
catatan) atau menguasai isi dari pelajaran.
1. Reaktif
Kadang-kadang kamu menginginkan seorang pelajar mendengar bentuk kalimat
sederhana dengan tujuan agar mereka dapat mengucapkannya kembali kepada
kamu. Meskipun bentuk penampilan listening ini hanya membutuhkan sedikit
proses yang bermakna, namun hal ini mungkin masuk akal dilakukan, walau
berupa kelas kecil yang komunikatif. Peran pelajar hanyalah sebagai tape
perekam (Nunan 1991b: 18) hal ini sangat terbatas karena pendengar tidak
mengembangkan maksud. Satu-satunya peran dari listening reaktif yang dapat
dimainkan pada kelas interaktif adalah paduan singkat atau latihan secara
individual yang terfokus pada pengucapan kata.
2. Intensif
Satu-satunya tujuan dari tekhnik adalah fokus pada komponen (fonem, kata,
intonasi, pemuat mata pelajaran, dll) pelajaran yang dipehitungkan agar menjadi
intensifatau lawan dari ekstensifdalam kebutuhannya dimana siswa memilih
elemen tertentu dari bahasa lisan. Hal ini meliputi kemampuan atas-bawah (lihat
hal. 260) yang penting pada semua level kepandaian. Contoh dari penampilan
listening intensive adalah:
4. Selektif
Dalam percakapan yang panjang pada sebuah monolog yang berduari 2 menit atau
lebih lama, tugas dari siswa adalah untuk tidak memproses apapun yang dikatakan
didalam percakapan itu, akan tetapi meneliti material secara selektif pada
informasi tertentu. Tujuan dari pernampilan ini adalah untuk tidak melihat makna
percakapan yang luas, melainkan dapat mencari informasi penting dalam
informasi yang berpotensi kacau. Beberapa aktifitas membutuhkan area kebebasan
(lihat PLLT, bab 5) dalam diri pelajar. Selektif listening berbeda dengan intensif
listening dalam hal pelajaran, intensif learning mempunyai durasi yang panjang.
Contoh:
Pidato
Siaran media
Cerita dan anekdot
Percakapan dimana pelajar adalah si penguping
Nama-nama orang
Tanggal
Fakta dan kejadian tertentu
Lokasi, situasi, konteks, dll
Ide pokok atau kesimpulan
5. Ekstensif
Jenis penampilan ini tidak seperti proses intensif (item 2) seperti yang
digambarkan di atas, tujuan jenis adalah untuk mengembangkan atas-kebawah,
pemahaman global dari bahasa lisan. Penampilan ekstensif dapat mencakup
listening pelajaran yang lama, untuk mendengar percakapan dan memberikan
pesan pemahaman atau tujuan. Ektensif listening membutuhkan siswa untuk
meminta skill interaktif lainnya (sebagai contoh, menulis catatan, atau diskusi)
untuk pemahaman penuh.
6. Interaktif
Terakhir, penampilan listening yang mencakup kelima tipe di atas dimana siswa
secara aktif berpartisipasi pada diskusi, debat, percakapan, bermain peran,
pasangan kelompok dan grup kelompok. Semua penampilan listening di atas
secara rumit harus diintegrasikan dengan kemampuan speaking (berbicara) (dan
kemungkinan lainnya) dalam pemberian autentik dan membawa pembicaraan
yang berubah-ubah.
Pentingnya pemahaman listening dalam belajar bahasa sekarang sedikit jelas. Ketika
kita berpindah untuk melihat kemampuan berbicara, selalu ingat hubngan persembahan
antara ke empat bentuk kemampuan meskipun kamu hanya fokus pada satu spesifik area.
Table 16.2 Tekhnik Mengajar Pemahaman Listening ( di adaptasi dari Peterson 1991: 114-
121)
Mendengar pola susunan kalimat dengan intonasi naik atau turun. Berikan centang
pada bagian kolom 1 (naik) atau kolom 2 (turun), berdasarkan pada pola yang kamu
dengar.
Latihan Top-Down
6. Tujuan: Membedakan Reaksi Emosional
Mendengar sebuah rangkaian ungkapan. Berikan centang pada kolom yang
mendeskripsikan reaksi emosional yang kamu dengar: ketertarikan, kesenangan,
terkejut, atau tidak senang.
8. Mengenali Topik
- Mendengar sebuah dialog dan menentukan dimanakan percakapan tersebut terjadi.
Lingkari lokasi yang tepat berdasarkan 3 item pilihan ganda.
- Mendengar sebuah percakapan dan lihatlah gambar kartu ucapan . Tentukan kartu
ucapan mana yang telah dikirim. Tulis ucapan pada kartu yang sesuai.
- Mendengar sebuah percakapan dan menentukan apa yang sedang orang bicarakan.
Pilihlah gambar yang sesuai dengan topik.
Latihan Interaktif
9. Tujuan: Membuat sebuah Jaringan Semantik dari Perkumpulan Kata
Mendengar sebuah kata dan hubungkan semua kaitan kata yang ada ke dalam fikiran.
10. Tujuan: Mengenali sebuah Kata Lazim dan Hubungkan Kata Tersebut pada Sebuah
Kategori
Mendengar beberapa kalimat daftar belanja dan cocokkan tiap kata ke toko yang
menjualnya
Latihan Top-Down
17. Tujuan: Menganalisis Sturktur Percakapan untuk Saran Strategi Efektif Listening
Mendegar 6 iklan pada radio dengan perhatian fokus pada musik, pengulangan kata
kunci, dan jumlah pembicara. Bicarakan efek dari tekhnik ini yang didapatkan oleh
pendengar.
23. Tujuan: Mengenal Tata Bahasa yang Hilang pada Percakapan Sehari-Hari
- Dengarkan sebuah rangkaian pertanyaan singkat dimana kata kerja bantu atau
subjeknya telah dihilangkan. Gunakan pengetahuan tata bahasa untuk mengisi
bagian yang hilang: (Apakah kamu) mendapatkan tambahan?
- Dengarkan sebuah rangkaian pertanyaan yang mengurangi kata kerja bantu
beserta subjeknya dan identifikasi kata kerja yang hilang (does it/is it) dengan
memeriksa bentuk dari kata kerja seutuhnya. Contoh: Zit come with anything
else? Zit datang tepat waktu?
28. Tujuan: Menggunakan Data Sesoris Yang tidak Lengkap dan Informasi Latar
Belakang Budaya untuk Mengembangkan Sebuah Pemahaman Lengkap dari Sebuah
Teks.
- Dengarkan satu sisi percakapan dalam telefon. Tentukan kemungkinan topik yang
digunakan pada percakapan tersebut dan buatlah judul yang tepat.
- Dengarkan percakapan awal antara 2 orang dan jawablah pertanyaan tentang
jumlah peserta, umur mereka, jenis kelamin, dan peran sosialnya. Perkirakan
waktu percakapan tersebut, lokasi, suhu, musim dan topiknya. Pilihlah antara
beberapa pernyataan yang mungkin akan terjadi berikutnya.
Untuk Pendengar Level Lanjut
Latihan Bottom-Up
29. Tujuan: Gunakan Ciri Penekanan Kalimat dan Bunyi untuk Informasi Penting untuk
di Catat
Dengarkan sejumlah kalimat dan tambahan isi kata, yang dibaca dengan banyak
penekanan. Tulis isi kata tersebut sebagai catatan.
30. Tujuan: Sadar Akan Ciri Level Kalimat pada Teks Pelajaran
Mendengar segmen pelajaran ketika membaca transkrip dari materi pelajaran.
Perhatikan kata yang tidak lengkap, jeda, dan pengisi lisan.
32. Tujuan: Sadar akan Penanda Leksikal dan Suprasegemntal Untuk Pendefinisian
- Bacalah daftar isyarat leksikal yang memberikan sinyal sebuah definisi;
dengarkan sinyal tujuan dari pembicara, seperti pertanyaan retorika; mendengar
pola intonasi khusus dan jeda pola yang digunakan appositive.
- Mendengarkan Segmen Pembelajaran Singkat yang berisi istilah-istilah baru
beserta definisinya didalam konteks. Gunakan pengetahuan leksikal dan isyarat
intonasi untk mengidentifikasi arti dari kata tersebut.
35. Tujuan: Gunakan Transkrip Pembelajaran untuk Memprediksi Muatan pada Sesi
Selanjutnya
Bacalah sebuah transkrip pembelajaran. Berhenti membaca pada jeda poin dan
prediksilah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian bacakan hasil prediksimu.
38. Tujuan: Menentukan Ide Pokok dari Sesi Pembelajaran dengan Menganalisis Detil
Sesi Tersebut.
Dengarkan sebuah sesi pembelajaran dan catatlah detil penting. Kemudian hubungkan
detil tersebut dalam sebuah pemahaman ide pokok pada sesi tersebut. Pilihlah daftar
pengendalian ide.
39. Tujuan: Membuat Kesimpulan dengan Mengidentifikasi Ide pada Level Kalimat yang
Memandumu pada Pernyataan Evaluatif.
Dengarkan sebuah pernyataan dan catatlah kata-kata penting. Indikasikan pengertian
lebih lanjut yang dapat di simpulkan dari pernyataan tersebut. Indikasikan kata di
dalam pernyataan aslinya. Indikasikan kata pada pernyataan asli yang memberikan
kesimpulan isyarat.
40. Tujuan: Gunakan Pengetahuan pada Teks dan Muatan Pembelajaran untuk Mengisi
Informasi yang Hilang
41. Tujuan: Menggunakan Pengetahuan pada Teks dan Muatan Pembelajaran untuk
Menemukan Penyataan yang Salah dari pengajar dan Memberikan Ide Apa yang
Pengajar Maksud untuk di Katakan.
Dengarkan sebuah segmen pembelajaran yang berisi istilah salah. Tulislah istilah
yang salah tersebut dan istilah yang seharusnya digunakan oleh pengajar. Terakhir,
indikasi kan isyarat apa yang dapat membantukmu menemukan pernyataan yang salah
itu.