Anda di halaman 1dari 23

Mengajar Mendengar

Ada 3 orang berada dalam sebuah kereta api di Inggris. Saat mendekati stasiun
Wemberly, salah satu dari mereka berkata, apakah ini Wemberly? bukan jawab
penumpang kedua, ini kamis. Kemudian penumpang ketiga berkata, Oh, ayo kita minum.

Pentingya listening (mendengar) dalam mempelajari bahasa tidaklah dibesar-


besarkan. Melalui resepsi, kita dapat menginternalisasi informasi linguistik tanpa perlu
menghasilkan bahasa. Pada saat di dalam kelas, siswa lebih cenderung mendengar (listening)
dibandingkan dengan berbicara (speaking). Kemampuan mendengar (listening) secara
universal lebih besar jika dibandingkan kemampuan berbicara (speaking). Kemudian, tidak
mengherankan jika tahun-tahun belakangan ini profesi pengajar bahasa diberikan penekanan
untuk lebih memahami listening ?.

Pemahaman listening tidak selalu menarik perhatian para pendidik untuk


mempelajarinya lebih dalam dari yang sekarang. Mungkin saja manusia memiliki
kecenderungan alami dalam melihat speaking (berbicara) sebagai index utama dalam
keahlian berbahasa. Sebagai contoh, pertanyaan yang biasanya kita gunakan, Kamu bisa
bicara bahasa Jepang? kita tidak bermaksud untuk mengabaikan pemahaman pada saat
mengucapkan pertanyaan tersebut, melainkan ketika kita berfikir tentang mempelajari bahasa
asing, hal pertama yang kita fikirkan adalah speaking (berbicara). Pada dekade 1950an dan
1960an, metode dalam mengajar bahasa lebih disibukkan dengan mengajar bahasa lisan, dan
di dalam kelas dapat kita dengar siswa melatih berbicara lisan mereka. Tidak jarang para
siswa berlatih mengucapkan frasa yang mereka belum pahami!.

Pemahaman Listening (Mendengar) dalam Penelitian Pedagogis

Listening (mendengar) sebagai komponen utama dalam pembelajaran bahasa pada awalnya di
mulai pada tahun 1970an oleh James Asher (1977) tentang Total Physiscal Response (TPR)
(lihat bab 2). Pada TPR peran pemahaman sangat penting sebagaimana pelajar diberikan
kuantitas bahasa yang banyak untuk didengar sebelum mereka didorong untuk merespon
secara lisan. Sama halnya dengan Natural Approaach (Pendekatan Alami) (lihat bab 2) yang
merekomendasikan pentingnya silent period saat dimana pelajar dibolehkan untuk
mendengar tanpa merasa dipaksa menghadapai ketakutan untuk berbicara sebelum mereka
benar-benar siap untuk melakukannya.
Beberapa pendekatan merupakan perkembangan dari variasi penelitian tentang
pembelajaran yang menunjukkan bukti pentingnya input (masukan) pada penguasaan bahasa
kedua (lihat PLLT, bab 10). Sebagai contoh, Stephen Krashen (1985), meminjam pandangan
dari penguasaan bahasa pertama, yang menekankan pada pentingnya input yang dapat
dipahami, atau resepsi aural bahasa yang masih sedikit diluar kemampuan pelajar. Di waktu
yang sama, para peneliti juga menekankan betapa krusial proses mental yang dibawa untuk
mendukung pelajar mengubah masukan (input) menjadi asupan (intake), atau yang sudah
tersimpan menjadi kompetensi yang dimilki pelajar. Dengan kata lain, anda bisa saja
diberikan input dengan jumlah yang banyak, namun yang dihitung adalah seberapa banyak
informasi linguistik yang anda peroleh baik secara sadar maupun tidak, lewat strategi kognitif
daya ingat, feedback, dan interaksi. Seperti yang kita lihat, perubahan dari input ke intake
sangatlah krusial menimbang peran listening (mendengar) dalam mempelajari bahasa. Ketika
anda memikirkan peranan dari teknik listening (mendengar) di kelas, pada akhirnya anda
akan bertanya sendiri apa yang sudah siswa dapat dari susunan aktivitas listening.

Penelitian pedagogical berikutnya tentang pemahaman listening meciptaka perbaikan


signifikan dalam proses listening. Beberapa penelitian melihat dampak dari sejumlah
karakteristik kontekstual yang berbeda-beda dan bagaimana mereka mempengaruhi
kecepatan dan efisiensi pemrosesan bahasa aural. Rubin (1994) mengidentifikasi 5 faktor:
teks, teman bicara, tugas, pendengar, dan karakteristik proses. Dalam setiap kasus, elemen
penting dalam proses listening telah diidentifikasi. Sebagai contoh, karakteristik kecakapan
pendengar, ingatan, perhatian, pengaruh, umur, jenis kelamin, latar belakang skemata, dan
bahkan ketidakmampuan bahasa pertama semua itu mempengaruhi proses listening (pp 206-
10). Bahkan belakangan ini, perhatian mendalam telah dicurahkan pada pengajaran berbasis
strategi untuk pemahaman listening (Mendelsohn 1998). Beberapa penelitian setuju bahwa
listening, khususnya pada konteks akademik dan profesional, merupakan skill kemampuan
tertinggi yang membutuhkan perhatian dari pendengar sebagai daya strategi untuk
mengungkap makna dari teks.

Segala isu berikut mendorong para guru untuk memikirkan beberapa pertanyaan
spesifik tentang pemahaman mendengar:

Apa yang pendengar lakukan ketika mereka mendengar?


Apa faktor yang mempengaruhi listening yang baik ?
Apa saja karakteristik dari real-life listening (nyata/ sehari-hari)?
Apa saja hal yang di dengar oleh pendengar ?
Apa saja prinsip untuk mendisain teknik mendengar ?
Bagaimana teknhik mendengar bisa menjadi interaktif ?
Apa saja tekhnik umum yang digunakan untuk mengajar listening ?

Sebuah Model Interaktif pada Pemahaman Listening

Listening bukanlah jalur satu arah. Listening bukan hanya proses penerimaan simbol audio
dari satu arah. Satu aspeklangkah pertamadalam pemahaman listening adalah proses
psikomotor pada saat menerima gelombang suara melalui telinga dan dipancarkan oleh saraf
impuls menuju otak. Tapi hal ini hanyalah awal dari proses interaktif yang dilakukan oleh
otak pada impuls, yang dibawa untuk mendukung sejumlah perbedaan pada mekanisme
kognitif dan afektif.

Berikut ini adalah 8 proses yang terlibat dalam pemahaman (diadaptasi dari Clark &
Clark 1977 dan Richards 1983). Semua proses ini bisa terjadi secara serempak dan begitu
cepat. Waktu neurologi harus dilihat dalam mikrodetik.

1. Proses pendengar yang kita sebut dengan raw speech dan menangkap sebuah
image dalam short-term memori. Image ini terdiri dari unsur-unsur (frasa, klausa,
penanda kekompakan, intonasi, dan pola penekanan) dari sebuah ujaran.
2. Pendengar menentukan tipe ujaran yang sedang di proses (sebagai contoh, sebuah
percakapan, pidato, siaran radio) dan mewarnai hasil penafsiran dari pesan yang
diterima dengan tepat.
3. Pendengar menyimpulkan tujuan dari pembicara berdasarkan tipe ujaran, konteks, dan
isi. Sebagai contoh, seseorang menentukan apakah pembicara tersebut ingin
meyakinkan seseorang, bertanya atau bersenda gurau, menerima, menolak, memberi
informasi ,dan lain-lain. Maka dari itu fungsi dari pesan tadi akan bisa disimpulkan.
4. Pendengar menggali kembali latar belakang informasi (atau skemata; lihat bab 18
untuk informasi lebih jelas tentang topik ini) yang relevan untuk konteks dan topik.
Pengalaman dan pengetahuan sepanjang hidup digunakan untuk melakukan asosiasi
kognitif dalam hal untuk memberikan penafsiran yang masuk akal dari pesan.
5. Pendengar menentukan arti harafiah dari sebuah ucapan. Proses ini melibatkan satu
penafsiran semantik pada permukaan yang diterima oleh telinga. Dalam beberapa
contoh, makna literal dan sebenarnya bisa cocok (lihat item6). Sebagai contoh, jika
seorang siswa masuk ke dalam kantormu pada saat kamu sedang sibuk memberikan
nilai dan dia memiliki pertanyaan yang harus kamu jawab, kemudian dia berkata,
Apakah anda punya waktu? (apakah Anda ada waktu sekarang untuk menjawab
pertanyaan Saya ?) makna harafiahnya tepat. Bagaimanapun juga, proses ini mungkin
akan membutuhkan peran yang luas ketika makna harafiah tidak relevan dengan
pesannya, misal dalam kiasan atau bahasa idiom. Contoh lainnya, jika seseorang
yang tidak kamu kenal duduk di sebelahmu dalam sebuah bis dan setelah dia diam
dalam beberapa waktu dan kemudian dia berkata, Anda punya waktu ? respon tepat
yang kamu berikan adalah bukan berkata iya atau tidak, melainkan ini jam setengah
9. Pelajar bahasa kedua harus mempelajari ke bawah permukaan agar dapat
menginterpretasikan bahasa tadi dengan benar.
6. Pendengar menentukan maksud dari ujaran. Seseorang di dalam bis berniat untuk
mencari tau pukul berapa saat ini, meskipun arti pertanyaan yang sebenarnya tidak
secara langsung di sampaikan dalam pesan tersebut. Seberapa sering kesalahpahaman
asumsi yang dibuat oleh pendengar mengenai maksud dari si pembicara ? kunci dari
komunikasi bagi manusia adalah kemampuan untuk mencocokkan makna yang
diterima dengan makna yang dimaksudkan.
7. Pendengar menentukan apakah suatu informasi harus dipertahankan dalam ingatan
jangka pendek atau ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendekdalam beberapa
detikadalah konteks yang tepat ketika meminta tanggapan lisan cepat dari
pendengar. Ingatan jangka panjang biasanya ketika anda memproses infomasi dalam
suatu perkuliahan.
8. Pendengar menghapus bentuk pesan asli yang diterima. Kata-kata, frasa, dan kalimat-
kalimat secara cepat dapat dilupakandipangkasdalam 99% ujaran. Kamu tidak
perlu mempertahankan jenis kognitif ini kekacauan. Sebagai gantinya, informasi
penting, dapat diterima secara konseptual (lihat item 7 di atas), lihat juga PLLT, bab
4)
Sebelumnya harus jelas bahwa pemahaman dalam listening adalah suatu
proses interaktif. Setelah penerimaan awal suara, kita melakukan paling tidak 7
operasi utama terhadap gelombang suara. Dalam pengaturan percakapan, interaksi
lanjutan terjadi segera setelah tahap mendengar ketika pendengar berubah menjadi
pembicara dan merespon beberapa hal. Semua proses ini sangat penting untuk diingat
ketika mengajar. Semua proses ini relevan dengan tujuan mendengar siswa, dengan
faktor yang bisa menyebabkan sulitnya pemrosesan ucapan, dengan keseluruhan
prinsip mendengar yang efektif, dan dengan pilihan yang telah kamu buat berkaitan
dengan tekhnik apa yang digunakan dan kapan prinsip ini digunakan di dalam kelas.
TIPE BAHASA LISAN

Kebanyakan dari kekuatan pengajaran bahasa dikhususkan pada pengajaran bagaimana


menguasai percakapan bahasa Inggris. Akan tetapi, banyaknya bentuk bahasa lisan lainnya
juga penting untuk disertakan ke dalam mata pelajaran bahasa, khususnya dalam mengajar
pemahaman listening. Sesuai dengan rancangan pembelajaran atau kurikulum, klasifikasi dari
tipe bahasa lisan yang ditunjukkan pada figur 16.1 dapat memungkinkan anda melihat
gambaran besar dari pengajaran pemahaman aural yang diperlukan.

Dalam monolog, ketika seorang pembicara menggunakan bahasa lisan untuk durasi
tertentu, seperti dalam pidato, perkuliahan, membaca, penyiaran berita, pendengar harus
memproses sepanjang ujaran tanpa gangguan. Arus ujaran akan tetap berlangsung walaupun
pendengar sudah paham atau belum. Monolog yang terencana dan tidak terencana sangat
berbeda struktur wacananya. Percakapan monolog terencana (seperti pidato dan materi
penulisan lainnya) pada umumnya mengakibatkan sedikit pemborosan dan oleh karena itu
secara relatif sulit untuk dipahami. Monolog tidak terencana (sebagai contoh, pengajaran
tanpa persiapan, cerita panjang dalam percakapan) memperlihatkan lebih banyak lagi
pemborosan, yang mana memudahkan pemahaman, tapi dengan lebih banyaknya variable
yang digunakan bisa jadi menolong atau malah mengaburkan pemahaman.

Dialog melibatkan dua atau lebih pembicara dan dapat dibagi menjadi dua macam
interaksi yaitu yang dapat meningkatkan hubungan sosial (interpersonal) dan tujuan lainnya
adalah untuk menyatakan rencana atau informasi faktual (transaksional). Dalam setiap
interaksi, partisipan mungkin dapat berbagi pengetahuan dengan baik (latar belakang
informasi, skemata); oleh karena itu, keakraban dengan teman bicara akan menghasilkan
percakapan dengan lebih banyak asumsi, implikasi dan maksud yang tersembunyi di setiap
kalimat. Dalam percakapan di antara beberapa partisipan yang kurang akrab antara satu
dengan yang lainnya, referensi dan makna percakapan harus lebih eksplisit, kesalahpahaman
akan lebih mudah terjadi.

Dialog juga bisa dibagi menjadi dialog ketika pendengar merupakan partisipan dalam
percakapan dan dialog ketika pendengarnya hanyalah seorang penguping. Dalam kedua
kasus ini, deskripsi percakapan di atas dapat diterapkan, tetapi perbedaan utamanya berada
pada si pendengar, seperti di dalam monolog, tidak dapat ikut campur atau paling tidak
berpartisipasi secara vokal terhadap maksud dari percakapan.
Ingatlah bahwa dalam setiap kasus percakapan, kategori kategori ini tidak dapat
terpisahkan satu sama lain, sebaliknya setiap dikotomi, menghadirkan rangkaian
kemungkinan-kemungkinan. Sebagai contoh, dalam percakapan sosial sehari-hari bisa berisi
berbagai elemen dari dialog transaksional, dan sebaliknya. Sama halnya dengan partisipan
yang sudah familiar atau saling kenal, mungkin hanya akan membagikan sedikit
pengetahuan umum pada topik tertentu.

APA YANG MEMBUAT LISTENING MENJADI SULIT ?

Ketika kamu memikirkan desain pembelajaran dan tekhnik yang akan digunkaan
untuk mengajar kemampuan listening, atau yang memiliki komponen listening di dalamnya,
sejumlah karakteristik dari bahasa lisan juga harus dipertimbangkan. Pelajar bahasa kedua
harus memberikan perhatian lebih pada beberapa faktor tersebut karena mereka secara kuat
mempengaruhi pemrosesan ujaran, dan bahkan dapat menghambat pemahaman jika mereka
tidak diikutkan. Dengan kata lain, mereka dapat membuat proses listening menjadi sulit. 8
karakteristik bahasa lisan di bawah ini diadaptasi dari beberapa sumber (Dunkel, 1991;
Richard 1983; Ur 1984).

1. Pengelompokan
Dalam bahasa tertulis kita dibiasakan untuk melihat kalimat sebagai suatu unit dasar
yang terorganisir. Dalam bahasa lisan, dikarenakan terbatasnya ingatan dan
kecenderungan untuk mengelompokan, kita membagi ujaran ke dalam kelompok kata
yang kecil. Klausa adalah unsur umum, akan tetapi frasa di dalam klausa dapat lebih
mudah dipertahankan dalam pemahaman. Oleh karena itu, di dalam megajar
pemahaman listening, anda harus membantu siswa anda untuk mempelajari kelompok
kata; terkadang pelajar bahasa kedua mencoba untuk mengingat unsur yang terlalu
panjang (keseluruhan kalimat atau beberapa kalimat), mereka akan bergumam errr
ketika mencoba untuk mengingat setiap kata dari ujaran

2. Pemborosan Kata
Bahasa lisan mempunyai banyak pemborosan, tidak seperti bahasa tertulis
kebanyakan. Ketika anda berada pada sebuah percakapan, anda harus memperhatikan
pengulangan frase, repetisi, elaborasi, dan penyisipan maksud Saya dan Kamu
tahu. Pemborosan seperti itu membantu pendengar untuk memproses suatu maksud
dengan memberikan waktu lebih dan informasi ekstra. Pelajar dapat melatih diri
mereka sendiri belajar dari pemborosan yang dilakukan dengan menyadari bahwa
tidak semua kalimat atau frase baru perlu berisikan informasi yang baru dan dengan
melihat sinyal dari pemborosan. Perhatikan kutipan percakapan di bawah ini.
Amos : Hai, Andy, apa kabar ?
Andy : baik, Amos. Bagaimana akhir pekanmu?
Amos : Buruk, maksud saya yang terburuk dari yang bisa kamu bayangkan. Kau tau
maksudku ?
Amos : Ya, saya pernah merasakannya. Apa yang terjadi ?
Andy : Kau mungkin tidak akan percaya ini, tapi aku dan pacarkukau tau Rachel ?
Saya rasa kamu pernah melihatnya di pestaku, Aku dan dia dalam perjalanan
menuju Rayes, kau tahu kan, di daerah Marin? Jadi kami berkendara sambil
membicarakan bisnis kami, kamu tahulah, waktu orang ini dengan mobilnya,
kamu tahulah, seperti Bronco, mendekati sampai sekitar tiga kaki di belakang
kami dan semacam mengikuti kami disepanjang jalan pegunungan yang gila
dan kamu tahu seperti apa mereka. Jadi dia semacam ingin mengeluarkanku
dari jalan, dan aku hanya bisa tetap berkonsentrasi. Lalu ...

Anda dapat dengan mudah menemukan beberapa pemborosan kata yang Amos
ceritakan tentang pengalamannya yang heboh. Pelajar bisa jadi bingung pada awalnya,
akan tetapi dengan beberapa latihan, mereka akan menyadari keuntungkan dari
pemborosan kata tadi yang memberikan waktu lebih untuk memproses informasi.

3. Pengurangan Bentuk Kata


Meski bahasa lisan mungkin berisi pemborosan kata, bahasa lisan juga kadang
mempunyai banyak pengurangan bentuk kata. Pengurangannya bisa secara fonologi
(Djeetyet? untuk Apakah Kamu sudah makan?), morfologi ( singkatan seperti
Ill) sintaktis (bentuk eliptikal seperti Kapan Kamu akan kembali? besok,
mungkin.), atau pragmatis (telefon berbunyi di dalam sebuah rumah, seorang anak
menjawab dan berteriak, Ibu! Telefon!) pengurangan kata ini agak sulit, khususnya
untuk para pelajar yang pada awalnya sudah belajar kalimat bahasa Inggris yang
semuprna.

4. Variable Penampilan
Dalam bahasa lisan, kecuali pada wacana terencana (pidato, pengajaran, dll),
Keraguan, permulaan yang salah, jeda, dan perbaikan adalah hal yang biasa.
Pendengar asli telah dibiasakan dari umur yang begitu muda untuk meniadakan
beberapa variable penampilan, dimana mereka dapat dengan mudah ikut campur
dengan pelajar bahasa kedua. Bayangkan anda mendengar kutipan kata demi kata di
bawah ini mengenai seorang olahragawan tentang permainannya.
Tapi,uh,, -- Aku jugatentu saja akan seperti ini jika kamu sedang bermain
dengan baikjika kamu bermain dengan baik maka kamu akan bekerja sangat keras
di permainanmu. Kamu akan tegang dan mudah untuk berkonsentrasi. Kamu tau jika
sedang bermain baik dan kau tau . . . dengan sebuah kesempatan maka segalanya akan
lebih mudah, lebih mudah untukuntuk bisa berada disana dandan mulai . . . kamu
tidak perlu memikirkannya. Maksudku itu akan terjadi otomatis.

Bentuk tertulis seperti ini terlihat seperti omong kosong, tapi inilah salah satu
bentuk bahasa yang kita dengar dan proses sepanjang waktu. Pelajar harus melatih
diri mereka sendiri untuk mendengar maksud pada variable tampilan yang kacau.
Percakapan sehari-hari oleh pembicara asli pada umumnya berisi bentuk
bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Beberapa bentuk ini merupakan contoh
ketidaksesuaian tampilan sederhana. Sebagai contoh, Kami singgah di sebuah kota
kecil dimana tidak ada hotel sama sekali di sana kalimat ini dengan sangat mudah
dapat diperbaiki oleh diri sendiri bagi pembicara asli. Kata yang tidak sesuai dengan
EYD lainnya muncul dari logat yang berbeda (Aku tidak mendapat tidak ada rasa
hormat) dimana pelajar bahasa kedua akan mendengarnya cepat atau lambat.

5. Bahasa Kolokium
Pelajar yang telah memenuhi standar Bahasa Inggris tertulis dan/atau buku
pelajaran kadang-kadang bahasa akan mengejutkan dan susah untuk mendapatkan
kesepakatan dengan bahasa kolokium. Idiom, bahasa sehari-hari, pemborosan kata,
dan berbagi ilmu kebudayaan akan secara nyata berada pada point yang sama pada
suatu percakapan. Kolokium dapat muncul baik pada percakapan monolog atau
dialog.

6. Laju Penyampaian
Pada hakikatnya semua pelajar bahasa pada awalnya berfikir bahwa pembicara asli
berbicara terlalu cepat! Seperti yang dikatakan oleh Jack Richards (1983), jumlah dan
panjangnya jeda yang digunakan oleh seorang pembicara adalah sangat krusial untuk
dipahami daripada kecepatan saja. Meskipun demikian, pelajar secepatnya harus
dapat memahami bahasa yang disampaikan pada laju kecepatan yang bervariasi,
waktu, dan penyampaian yang disertai beberapa jeda. Tidak seperti reading, dimana
seseorang dapat berhenti dan membaca kembali apa yang telah dibaca sebelumnya, di
dalam listening pendengar mungkin tidak selalu mendapatkan kesempatan untuk
menghentikan si pembicara. Sebagai gantinya, aliran percakapan akan selalu berjalan.

7. Penekanan, Irama, dan Intonasi


Ciri prosodik dari Bahasa Inggris sangat penting untuk dipahami. Karena bahasa
Inggris adalah bahasa waktunya menjadi gila, percakapan bahasa Inggris dapat
menjadi sebuah teror bagi beberapa pelajar sebagai mulut yang penuh dengan suku
kata yang menumpahkan beberapa point penenkanan. Kalimat PREsiden TERtarik
dalam MENghapuskan laRANgan dengan empat penekanan dari 18 suku kata,
secara teori membawa jumlah yang sama pada ucapan seperti Orang mati
mengenakan kain wol kotak-kotak. Dan juga, pola intonasi sangat penting (lihat bab
17) ini tidak hanya mengartikan elemen secara langsung seperti pertanyaan,
pernyataan, dan penekanan tapi juga untuk memahami lebih makna sulit seperti
sarkasme, rasa sayang, hinaan, permohonan, pujian, dll.

8. Interaksi
Sasaran pelajar bahasa secara ekslusif adalah untuk menguasai beberapa kemampuan
spesial seperti memonitor penyiaran radio atau memberikan pelajaran, interaksi akan
bermain peran yang sangat besar dalam memahami listening. Percakapan adalah
subjek khusus untuk semua peraturan dalam berinteraksi, seperti: negosiasi,
klarifikasi, memberikan sinyal, mengambil alih, mengajukan topik, pemeliharaan, dan
keputusan, (lihat bab 9 dari PLLT). Jadi, untuk belajar mendengar kita juga harus
belajar untuk merespon dan melanjutkan rantai listening dan tanggapan. Teknik di
dalam kelas yang terdiri dari beberapa komponen mendengar harus memiliki poin
sama yang meliputi intruksi listening alami dua arah. Siswa harus memahami bahwa
pendengar yang baik (didalam percakapan) adalah perespon yang baik. Mereka tahu
bagaimana untuk bernegosiasi tentang suatu maksud (untuk memberikan umpan balik,
bertanya untuk klarifikasi, dan mempertahankan sebuah topik) sehingga proses
memahami dapat dilengkapi dibandingkan dengan membatalkan interaksi yang tidak
memadai.
Seperti pepatah orang China abad ke empat yang berkata dengan jelas:

Jangan biarkan sebuah kata membatasi kalimatnya


Jangan pula biarkan sebuah kalimat menghalangi maksudnya
Melainkan gunakan pikiranmu dalam memaknai maksud tersebut sebagai
orang lain;
Itulah yang dimaksud dengan memahami.
KEMAMPUAN MIKRO DALAM MEMAHAMI LISTENING

Jack Richards (1983), dalam artikelnya yang berjudul mengajar kemampuan listening,
memberikan sebuah pemahaman taksonomi mengenai kemampuan aural yang terlibat
dalam wacana percakapan. Beberapa daftar sangat berguna dalam membantumu
memecahkan apa yang siswamu butuhkan untuk tampil pada saat mereka
memperoleh strategi efektif listening. Melalui daftar kemampuan mikro, kamu akan
mendapatkan gagasan yang baik tentang tekhnik apa yang harus diulas dalam bidang
pemahaman listening. Rencanakan tekhnik yang spesifik atau modul listening, seperti
daftar yang membantumu untuk fokus pada konsep sasaran yang jelas. Di dalam
evaluasi listening, kemampuan mikro ini dapat dijadikan kriteria uji. Tabel 16.1
merupakan contoh daftar, diadaptasi dari Richards dan sumber lainnya.
Sangat penting untuk mencatat ke 17 kemampuan mikro yang diaplikasikan
pada wacana percakapan ini. sedikit bentuk interaktif pada wacana, seperti mendengar
pada dialog monolog seperti ajaran akademik, meliputi lebih banyak lagi kemampuan
mikro. Siswa akademik harus dapat menampilkan hal-hal seperti mengidentifikasi
struktur pengajaran, membuang apa yang mungkin tidak relevan atau yang ganjil,
mendeteksi kemungkinan pembicara yang menyimpang, secara kritis mengevaluasi
pernyataan pembicara, dan mengembangkan maksud (sebagai contoh, melalui
catatan) atau menguasai isi dari pelajaran.

TYPE PENAMPILAN LISTENING DI KELAS


Dengan adanya ribuan tekhnik yang tersedia dalam mengajar kemampuan listening,
akan dapat membantumu untuk berfikir beberapa istilah dari beragam bentuk
penampilan listeningyaitu, apa yang siswa mu lakukan pada tekhnik listening.
Terkadang tipe penampilan ini ditanamkan di dalam tekhnik yang luas atau tugas, dan
terkadang tipe ini diikut sertakan pada aktifitas sebuah tekhnik.

1. Reaktif
Kadang-kadang kamu menginginkan seorang pelajar mendengar bentuk kalimat
sederhana dengan tujuan agar mereka dapat mengucapkannya kembali kepada
kamu. Meskipun bentuk penampilan listening ini hanya membutuhkan sedikit
proses yang bermakna, namun hal ini mungkin masuk akal dilakukan, walau
berupa kelas kecil yang komunikatif. Peran pelajar hanyalah sebagai tape
perekam (Nunan 1991b: 18) hal ini sangat terbatas karena pendengar tidak
mengembangkan maksud. Satu-satunya peran dari listening reaktif yang dapat
dimainkan pada kelas interaktif adalah paduan singkat atau latihan secara
individual yang terfokus pada pengucapan kata.

2. Intensif
Satu-satunya tujuan dari tekhnik adalah fokus pada komponen (fonem, kata,
intonasi, pemuat mata pelajaran, dll) pelajaran yang dipehitungkan agar menjadi
intensifatau lawan dari ekstensifdalam kebutuhannya dimana siswa memilih
elemen tertentu dari bahasa lisan. Hal ini meliputi kemampuan atas-bawah (lihat
hal. 260) yang penting pada semua level kepandaian. Contoh dari penampilan
listening intensive adalah:

Siswa mendengar isyarat pada paduan tertentu atau latihan individu


Guru mengulai sebuah kata atau kalimat beberapa kali untuk memberikan
jejas pada ingatan siswa
Guru meminta siswa untuk mendengarkan sebuah kalimat atau pelajaran
yang memiliki rentang kalimat agak panjang dan memperhatikan elemen
yang telah di tentukan, seperti intonasi, penekanan, singkatan, sebuah
struktur gramatikan, dll.
3. Responsif
Bagian penting pada aktifitas listening di dalam kelas terdiri dari kalimat pendek
yang di buat oleh guru bahasa untuk mendapatkan respon segera. Tugas siswa
dalam listening adalah untuk memproses perkataan guru dan untuk
mempersiapkan respon yang tepat, sebagai contoh:
Memberikan pertanyaan (Bagaimana kabarmu hari ini ? Apa yang kamu
lakukan tadi malam ?)
Memberikan perintah (Ambil selembar kertas dan pensil.)
Meminta penjelasan ( Apa yang kamu katakan tadi?)
Memeriksa pemahaman (Jadi, berapa banyak orang di dalam lift ketika
daya mati?)

4. Selektif
Dalam percakapan yang panjang pada sebuah monolog yang berduari 2 menit atau
lebih lama, tugas dari siswa adalah untuk tidak memproses apapun yang dikatakan
didalam percakapan itu, akan tetapi meneliti material secara selektif pada
informasi tertentu. Tujuan dari pernampilan ini adalah untuk tidak melihat makna
percakapan yang luas, melainkan dapat mencari informasi penting dalam
informasi yang berpotensi kacau. Beberapa aktifitas membutuhkan area kebebasan
(lihat PLLT, bab 5) dalam diri pelajar. Selektif listening berbeda dengan intensif
listening dalam hal pelajaran, intensif learning mempunyai durasi yang panjang.
Contoh:
Pidato
Siaran media
Cerita dan anekdot
Percakapan dimana pelajar adalah si penguping

Tekhnik yang mempromosikan kemampuan selektif listening dapat meminta


siswa untuk mendengar

Nama-nama orang
Tanggal
Fakta dan kejadian tertentu
Lokasi, situasi, konteks, dll
Ide pokok atau kesimpulan

5. Ekstensif
Jenis penampilan ini tidak seperti proses intensif (item 2) seperti yang
digambarkan di atas, tujuan jenis adalah untuk mengembangkan atas-kebawah,
pemahaman global dari bahasa lisan. Penampilan ekstensif dapat mencakup
listening pelajaran yang lama, untuk mendengar percakapan dan memberikan
pesan pemahaman atau tujuan. Ektensif listening membutuhkan siswa untuk
meminta skill interaktif lainnya (sebagai contoh, menulis catatan, atau diskusi)
untuk pemahaman penuh.

6. Interaktif
Terakhir, penampilan listening yang mencakup kelima tipe di atas dimana siswa
secara aktif berpartisipasi pada diskusi, debat, percakapan, bermain peran,
pasangan kelompok dan grup kelompok. Semua penampilan listening di atas
secara rumit harus diintegrasikan dengan kemampuan speaking (berbicara) (dan
kemungkinan lainnya) dalam pemberian autentik dan membawa pembicaraan
yang berubah-ubah.

PRINSIP DALAM MEMBUAT TEKHNIK LISTENING

Dalam beberapa dekade penelitian dan pelatihan dalam mengajar pemahaman


listening telah menempatkan beberapa prinsip praktis dalam mendisain tekhnik
yang melibatkan pemahaman aural. Prinsip prinsip ini sudah dirangkum di bawah.
Beberapa dari mereka, terutama pada bagian 1 dan 2, diaplikasikan kedalam
beberapa tekhnik, sedangkan yang lainnya berhubungan erat dengan listening.
1. Di dalam interaktif, empat kemampuan kurikulum, pastikan Anda tidak
berlebihan dalam melihat pentingnya tekhnik yang spesial mengembangkan
kompetensi pemahaman listening
Jika kurikulummu berdasarkan konten-dasar, atau didedikasikan pada
kemampuan terintegrasi, ingatlah bahwa setiap skill memberikan fokus khusus
pada takaran yang tepat. Sangat mudah untuk memakai sebuah filosofi atau
hanya membiarkan pengalaman berbahasa siswa tanpa memberikan
perhatian khusus pada komponen kamampuan. Karena pemahaman aural itu
sendiri tidak diobservasi secara terbuka (lihat item 4). Kadang-kadang guru
salah berasumsi bahwa input (masukan) yang diberikan di dalam kelas akan
selalu diubah ke dalam bentuk intake (asupan).

2. Menggunakan Tekhnik yang pada Hakekatnya Memberikan Motivasi


Daya tarik pada minat dan tujuan pribadi si pendengar. Informasi latar
belakang (skemata) adalah faktor penting untuk mendesain pembelajaran yang
membawa penuh catatan mengenai pengalaman, tujuan, dan kemampuan
siswa. Dan ingatlah juga bahwa latar belakang budaya siswa dapat
memfasilitasi atau bahkan bertentangan dengan proses listening. Kemudian,
ketika suatu tekhnik diadakan, cobalah untuk mengembangkan tekhnik ini
sedemikian rupa agar siswa bisa terlibat di dalam aktifitas dan merasa
terdorong mencapai tujuan akhirnya.

3. Menggunakan Bahasa Autentik dan Isi


Bahasa autentik adalah tugas nyata yang membuat siswa melihat hubungan
aktifitas di dalam kelas terhadap tujuan komunikatif jangka panjang mereka.
Jika kamu memperkenalkan teks alami (untuk teks nyata, lihat halaman 243-
44) daripada menciptakan materi tiruan, siswa akan lebih siap untuk terjun ke
dalam aktifitas.

4. Berhati-hati dalam Meninjau bentuk Respon Pendengar


Pemahaman itu sendiri tidaklah secara eksternal dapat diobservasi. Kita tidak
dapat mengamati otak siswa melalui sebuah jendela kecil dan secara empiris
mengobservasi apa yang di simpan di sana ketika seseorang telah berkata
sesuatu. Kita hanya dapat membedakan beberapa hal tertentu yang telah
dipahami melalui respon terang-terangan pada siswa (verbal atau nonverbal)
untuk berbicara. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk mendisain
tekhnik yang menandai respon siswa walaupun iya atau tidak pemahaman
yang mereka dapatkan sudah benar. Lund (1990) memberikan 9 cara berbeda
yang dapat kita lihat pada pemahaman siswa:
Melakukan pendengar secara jasmani merespon pada suatu perintah
Memilih pengengar memilihi beberapa alternatif seperti gambar,
objek, dan teks
Memindahkan pendengar membuat sebuah gambar dari apa yang
telah ia dengar
Menjawab pendengar menjawab pertanyaan mengenai suatu pesan
Meringkas pendengar membuat ringkasan atau membuat catatan
pada sebuah pelajaran
Memperluas pendengar memberikan akhir dari suatu cerita yang
telah ia dengar
Menyalin pendengar menterjemahkan pesan pada bahasa asli atau
mengulangi pesan tersebut secara harafiah
Memperagakan secagai contoh pendengar menyediakan makanan,
setelah ia mendengarkan perintah perintah dari peraga
Berbicara Pendengar dilibatkan dalam sebuah percakapan yang
diindikasikan pada proses informasi yang tepat

5. Dorongan untuk Mengembangkan Strategi Mendengar


Kebanyakan dari siswa bahasa asing tidak sadar mengenai bagaimana caranya
mendengar. Tugasmu adalah untuk melengkapi mereka dengan strategi
listening yang dikembangkan diluar kelas. Buat perhatian mereka pada nilai
dari strategi ini:

Melihat kata kunci


Melihat isyarat nonverbal untuk diartikan
Memprediksi tujuan pembicara pada isi percakapan lisan
Menghubungkan informasi dengan salah satu struktuf kognitif yang
tersedia (Mengaktifkan latar belakang informasi)
Menebak arti
Mencari klarifikasi
Mendengar intisari umum
Beberapa strategi tes untuk pemahaman listening

Setelah kamu mengajarkan siswa bagaimana cara belajar dengan menolong


mereka mengembangkan keseluruhan kompeteksi strategis (untuk lebih lanjut lihat
bab 22), strategi untuk listening efektif dapat menjadi bagian penting dari
kesempatan mereka dalam kesuksesan belajar.
6. Bawah-Atas dan Naik-Turun teknik Mendengar
Teori proses percakapan dibedakan melalui dua tipe proses baik pemahaman
membaca atau mendengar. Proses naik-turun dilanjutkan dengan meneruskan
bunyi menjadi kata ke hubungan grammatikal menuju arti leksikal, dll. Untuk
pesan akhir. Proses naik-turun ditimbulkan dari sebuah bank pengetahuan
awal dan tujuan global (Morley 1991: 87) dan informasi latar belakang
lainnya (skemata) yang dibawa pendengar kedalam teks. Tekhnik bawah-atas
berfokus pada bunyi, kata, intonasi, struktur grammatikal, dan komponen
lainnya dari bahasa lisan. Tekhnik naik-turun lebih di kaitkan dengan aktivasi
skemata, dengan memperoleh arti, pemahaman global, dan interpretasi sebuah
teks. Sangat penting bagi siswa untuk mengoperasikan tujuan ini karena
keduanya memberikan kunci untuk menenentukan arti dari percakapan lisan.
Akan tetapi, di dalam konumikatif, konteks interaktif, kamu tidak akan
berfikir keras pada tekhnik bawah-atas, untuk melakukannya mungkin dapat
menghambat semua hal penting di dalam proses percakapan.

TEKHNIK MENDENGAR DARI LEVEL AWAL MENUJU LEVEL

Tekhnik dalam mengajar listening berbeda-beda disemua rangkaian kecakapanan. Bab


7 telah menetapkan beberapa karakteristik umum. Tekhnik mendengar tidak ada pengecualian
terhadap peraturan umum. Tabel 16.2 menyediakan 3 daftar tekhnik untuk tiap 3 level
kemahiran. Setiap daftar dipecah kedalam bawah-atas, naik-turun, dan tipe aktifitas interaktif.

Pentingnya pemahaman listening dalam belajar bahasa sekarang sedikit jelas. Ketika
kita berpindah untuk melihat kemampuan berbicara, selalu ingat hubngan persembahan
antara ke empat bentuk kemampuan meskipun kamu hanya fokus pada satu spesifik area.

Table 16.2 Tekhnik Mengajar Pemahaman Listening ( di adaptasi dari Peterson 1991: 114-
121)

Untuk Pendengar Pemula


Latihan Bottom-up
1. Tujuan: Mebmedakan Intonasi Kontur dalam Kalimat

Mendengar pola susunan kalimat dengan intonasi naik atau turun. Berikan centang
pada bagian kolom 1 (naik) atau kolom 2 (turun), berdasarkan pada pola yang kamu
dengar.

2. Tujuan: Membedakan Fonem


Mendengar sepasang kalimat. Beberapa pasang kalimat tersebut berbeda pada kata
akhir konsonannya, dan beberapa pasang kalimat lainnya memiliki huruf akhir yang
sama. Lingkari kata yang sama atau berbeda. Berdasarkan apa yang kamu dengar.

3. Tujuan: Listening Selektif untuk Akhiran Morfologi


- Dengar sebuah rangkaian kalimat, Lingkari Ya jika kata kerjanya memiliki
akhiran ed, dan lingkari Tidak jika tidak.
- Dengar sebuah rangkaian kalimat, pada lembar jawabanmu, lingkari lah 1 (dari 3)
bentuk kata kerja yang terdapat di dalam kalimat yang kamu dengar.

4. Tujuan: Menentukan Perincian pada Teks (Pengenalan Kata)


- Cocokkan sebuah kata yang kamu dengar berdasarkan gambarnya
- Mendengar sebuah laporan cuaca. Lihatlah sebuah daftar kalimat dan lingkari
kalimat yang kamu dengar.
- Mendengar sebuah kalimat yang menunjukkan waktu. Lingkari waktu yang kamu
dengar, berdasarkan 3 pilihan (5:30, 5:45, 6:15)
- Mendengar sebuah iklan, pilihlah daftar harga pada sebuah benda, dan tulis
jumlah daftar harga tersebut/
- Mendengar rangkaian rekaman pesan pada telefon di sebuah mesin penjawab. isi
sebuah tabel dengan informasi berikut untuk setiap penelefon: nama, nomor
telefon, waktu, dan pesan.

5. Tujuan: Mendengar Susunan Kata Normal Kalimat


Mendengar sebuah dialog pendek dan mengisi kata-kata hilang pada sebagian
transktip yang telah di hapus

Latihan Top-Down
6. Tujuan: Membedakan Reaksi Emosional
Mendengar sebuah rangkaian ungkapan. Berikan centang pada kolom yang
mendeskripsikan reaksi emosional yang kamu dengar: ketertarikan, kesenangan,
terkejut, atau tidak senang.

7. Tujuan: Mendapatkan Inti dari sebuah Kalimat


Mendengar sebuah kalimat yang mendeskripsikan sebuah gambar dan kemudian pilih
gambar yang sesuai.

8. Mengenali Topik
- Mendengar sebuah dialog dan menentukan dimanakan percakapan tersebut terjadi.
Lingkari lokasi yang tepat berdasarkan 3 item pilihan ganda.
- Mendengar sebuah percakapan dan lihatlah gambar kartu ucapan . Tentukan kartu
ucapan mana yang telah dikirim. Tulis ucapan pada kartu yang sesuai.
- Mendengar sebuah percakapan dan menentukan apa yang sedang orang bicarakan.
Pilihlah gambar yang sesuai dengan topik.

Latihan Interaktif
9. Tujuan: Membuat sebuah Jaringan Semantik dari Perkumpulan Kata
Mendengar sebuah kata dan hubungkan semua kaitan kata yang ada ke dalam fikiran.

10. Tujuan: Mengenali sebuah Kata Lazim dan Hubungkan Kata Tersebut pada Sebuah
Kategori
Mendengar beberapa kalimat daftar belanja dan cocokkan tiap kata ke toko yang
menjualnya

11. Tujuan: Mengikuti Tujuan


Mendengar deskripsi sebuah perjalanan dan lacaklah perjalanan tersebut dalam
sebuah peta.
Untuk Pendengar Level Menengah
Latihan Bottom-up
12. Tujuan: Mengenali Bentuk Bicara Cepat
Mendengar sebuah rangkain kalimat yang berisi fungsi kata tanpa penekanan.
Lingkari pilihanmu berdasarkan 3 kata pada lembar jawaban contoh: up, a, of
13. Tujuan: Mencari Penekanan Suku Kata
Mendengar 2 (atau 3) suku kata. Tandai suku kata untuk kata penekanan dan
prediksikan pengucapan pada suku kata tanpa penekanan

14. Tujuan: Mengenali Kata dengan Pengurangan Suku Kata


Baca sebuah daftar kata bersuku kata banyak dan prediksikan suku kata vokal yang
akan dihapuskan. Dengar kalimat yang dibaca pada bicara cepat dan yakinkan
prediksimu.

15. Tujuan: Mengenali Kata yang Terhubung pada Arus Bicara


Mendengar sebuah rangkaian dari kalimat pendek dengan huruf konsonan/vokal yang
terhubung diantara kata. Tandai keterkaitan tersebut pada lembar jawabanmu.

16. Tujuan: Mengenali Rincian Bersangkutan pada Arus Bicara


- Mendengar sebuah dialog pendek antara seorang boss dan seorang sekretaris
berkaitan dengan perubahan jadwal sehari-hari. Gunakan kalender perjanjian.
Silang perjanjian yang berubah dan tulislah perubahan barunya.
- Mendengar pengumuman kedatangan dan keberangkatan penerbangan. Dengan
seorang model pemberi informasi penerbangan didepanmu, isi nomor
penerbangan, tujuan, nomor gerbang, dan waktu keberangkatan.
- Dengar sebuah rangkaian dialog singkat setekah membaca pertanyaan yang
tersedia pada dialog. Ketika mendengar, cari jawaban pertanyaan mengenai harga,
nama, dan nomor. Contoh: Dimanakah para pembeli? Berapakah harga semua
roti gandum?
- Mendengarkan sebuah percakapan telefon singkat antara seorang pembeli dan
seirang manajer layanan stasiun. Isi sebuah tabel dimana daftar mobil yang
diperbaiki harus di selesaikan. Periksa bagian mobil yang harus diberpaiki,
alasannya, dan harga maksimalnya.

Latihan Top-Down
17. Tujuan: Menganalisis Sturktur Percakapan untuk Saran Strategi Efektif Listening
Mendegar 6 iklan pada radio dengan perhatian fokus pada musik, pengulangan kata
kunci, dan jumlah pembicara. Bicarakan efek dari tekhnik ini yang didapatkan oleh
pendengar.

18. Tujuan: Mendengar untuk Mengindentifikasi Pembicara atau Topik


Dengarkan sebuah rangkaian iklan komersil pada radio. Pada lembar jawabanmu,
pilih 4 sponsor atau produk dan identifikasilah gambar yang sesuai dengan iklan
komersial tersebut.

19. Tujuan: Mendengar untuk Mengevaluasi Tema dan Tujuan


Dengarkan sebuah rangkaian iklan komersil pada radio. Pada lembar jawabanmu ada
4 kemungkinan tujuan perusahaan yang digunakan untuk menarik perhatian pada
calon pembeli mereka. Lingkarilah semua tujuan yang kamu rasa merupakan bagian
dari promosi komersil: lepas dari kenyataan, keamanan keluarga, snob appeal, dan
daya tarik.

20. Tujuan: Mencari Ide Pokok dan Rincian Dukungan


Mendengar sebuah percakapan singkat antara dua teman. Pada lembar jawabanmu ada
adegan program televisi. Cari dan tulislah nama program tersebut beserta salurannya.
Tentukan pembicara mana yang menonton program tersebut.

21. Tujuan: Membuat Kesimpulan


- Dengarkan sebuah rangkaian kalimat, yang manakan merupakan sebuah
pernyataan atau pertanyaan. Setelah itu, jawab kesimpulan pertanyaan seperti
Dimanakah kemungkinan pembicara berada? Bagaimanakah kemungkinan
yang pembicara rasakan? What might the speaker be referring to ?.
- Dengarkan sebuah rangkaian kalimat. Setelah itu, usulkan sebuah konteks kalimat
(tempat, situasi, waktu, dan peserta).
Latihan Interaktif
22. Tujuan: Membedakan Daftar Percakapan dan Nada Suara
Dengarkan sebuah rangkaian kalimat. Pada lembar jawabanmu, tandailah kalimat
mana yang sopan atau tidak sopan.

23. Tujuan: Mengenal Tata Bahasa yang Hilang pada Percakapan Sehari-Hari
- Dengarkan sebuah rangkaian pertanyaan singkat dimana kata kerja bantu atau
subjeknya telah dihilangkan. Gunakan pengetahuan tata bahasa untuk mengisi
bagian yang hilang: (Apakah kamu) mendapatkan tambahan?
- Dengarkan sebuah rangkaian pertanyaan yang mengurangi kata kerja bantu
beserta subjeknya dan identifikasi kata kerja yang hilang (does it/is it) dengan
memeriksa bentuk dari kata kerja seutuhnya. Contoh: Zit come with anything
else? Zit datang tepat waktu?

24. Tujuan: Menggunakan Pengetahuan dari Pengurangan Bentuk Kata untuk


Mengklarifikasi Arti pada Sebuah Ungkapan
Dengarkan sebuah kalimat singkat yang berisi pengurangan bentuk kata. Tentukan
apa yang dimaksud dengan kalimat tersebut. Pada lembar jawabanmu, pilihlah 1 (dari
3) alternatif yang merupakan penafsiran terbaik pada kalimat yang kamu dengar.
Contoh: Kamu mendengar Kamu tidak akan bahagia dengan itu. Kamu baca: (a)
Mengapa kamu tidak bahagia? (b) Itu akan membuatmu bahagia. (c) Saya rasa
kamu tidak bahagia.

25. Tujuan: Gunakan Konteks untuk Membangun Ekspektasi Listening


Baca sebuah iklan pada koran yang menjelaskan tentang kualifikasi pekerjaan dari
sesi ketenaga-kerjaan. Pikirkan kualifikasi tambahan yang akan menjadi hal penting
pada type pekerjaan tersebut.

26. Tujuan: Mendengar untuk Mengkonfirmasi Ekspektasimu


Dengarkan sebuah iklan lowongan pekerjaan singkat yang tersedia dari radio. Periksa
kualifikasi pekerjaan yang berlawanan dengan ekspektasimu.

27. Tujuan: Menggunakan Konteks untuk Membangun Ekspektasi. Gunakan Proses


Bottom-up untuk Mengenali Kata yang Hilang. Bandingkan Prediksimu dengan Apa
yang Kamu Dengar
Baca beberapa pesan dengan kata yang hilang pada telefon. Tentukan jenis informasi
apa yang hilang agar kamu tau apa yang akan di dengar. Dengarkan informasi dan isi
lah bagian yang hilang. Terakhir, diskusikan dengan temanmu di dalam kelas, strategi
apa yang tepat untuk prediksimu.

28. Tujuan: Menggunakan Data Sesoris Yang tidak Lengkap dan Informasi Latar
Belakang Budaya untuk Mengembangkan Sebuah Pemahaman Lengkap dari Sebuah
Teks.
- Dengarkan satu sisi percakapan dalam telefon. Tentukan kemungkinan topik yang
digunakan pada percakapan tersebut dan buatlah judul yang tepat.
- Dengarkan percakapan awal antara 2 orang dan jawablah pertanyaan tentang
jumlah peserta, umur mereka, jenis kelamin, dan peran sosialnya. Perkirakan
waktu percakapan tersebut, lokasi, suhu, musim dan topiknya. Pilihlah antara
beberapa pernyataan yang mungkin akan terjadi berikutnya.
Untuk Pendengar Level Lanjut
Latihan Bottom-Up
29. Tujuan: Gunakan Ciri Penekanan Kalimat dan Bunyi untuk Informasi Penting untuk
di Catat
Dengarkan sejumlah kalimat dan tambahan isi kata, yang dibaca dengan banyak
penekanan. Tulis isi kata tersebut sebagai catatan.

30. Tujuan: Sadar Akan Ciri Level Kalimat pada Teks Pelajaran
Mendengar segmen pelajaran ketika membaca transkrip dari materi pelajaran.
Perhatikan kata yang tidak lengkap, jeda, dan pengisi lisan.

31. Tujuan: Sadar akan Susunan Isyarat pada Teks Pembelajaran


Lihatlah transkrip pembelajaran dan lingkarilah semua kata isyarat yang digunakan
untuk menyebut satu persatu poin utama. Kemudian dengarkan segmen pembelajaran
dan catat susunan israyatnya.

32. Tujuan: Sadar akan Penanda Leksikal dan Suprasegemntal Untuk Pendefinisian
- Bacalah daftar isyarat leksikal yang memberikan sinyal sebuah definisi;
dengarkan sinyal tujuan dari pembicara, seperti pertanyaan retorika; mendengar
pola intonasi khusus dan jeda pola yang digunakan appositive.
- Mendengarkan Segmen Pembelajaran Singkat yang berisi istilah-istilah baru
beserta definisinya didalam konteks. Gunakan pengetahuan leksikal dan isyarat
intonasi untk mengidentifikasi arti dari kata tersebut.

33. Tujuan: Mengidentifikasi Poin Spesifik Informasi


Bacalah kerangka singkat suatu pembelajaran yang mana kategori utama diberikan
dan contoh spesifiknya di kosongkan. Dengarkan pembelajaran tersebut dan carilah
informasi yang merupakan bagian dari bagian yang kosong tersebut.
Latihan Top-Down
34. Tujuan: Menggunakan Perkenalan Pembelajaran untuk Memprediksi Fokus dan
Tujuannya
Dengarkan sebuah pengenalan sesi pembelajaran. Kemudian bacalah sejumlah topik
pada lembar jawabanmu dan pilihlah topik terbaik yang akan didiskusikan dalam
pelajaran.

35. Tujuan: Gunakan Transkrip Pembelajaran untuk Memprediksi Muatan pada Sesi
Selanjutnya
Bacalah sebuah transkrip pembelajaran. Berhenti membaca pada jeda poin dan
prediksilah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian bacakan hasil prediksimu.

36. Tujuan: mencari Ide Pokok pada Segmen Pembelajaran.


Dengarkan sesi pembelajaran yang mendeskripsikan kecenderungan statistik. Ketika
kamu mendengar, lihatlah 3 grafik yang menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu
dan pilihlah grafik yang mengilustrasikan pembelajaran tersebut.
Latihan Interaktif
37. Tujuan: Menggunakan Rincian berikutnya untuk Menentukan Ketepatan Prediksi
Mengenai Muatan
Dengarkan pengenalan kalimat untuk memprediksi beberapa ide pokok yang kamu
harapkan untuk di dengar pada pembelajaran. Dengarkan pembelajaran. Catatlah
apakah iya atau tidak si intruktor berbicara mengenai poin yang kamu prediksikan.
Jika iya, catatlah rincian poin tersebut.

38. Tujuan: Menentukan Ide Pokok dari Sesi Pembelajaran dengan Menganalisis Detil
Sesi Tersebut.
Dengarkan sebuah sesi pembelajaran dan catatlah detil penting. Kemudian hubungkan
detil tersebut dalam sebuah pemahaman ide pokok pada sesi tersebut. Pilihlah daftar
pengendalian ide.

39. Tujuan: Membuat Kesimpulan dengan Mengidentifikasi Ide pada Level Kalimat yang
Memandumu pada Pernyataan Evaluatif.
Dengarkan sebuah pernyataan dan catatlah kata-kata penting. Indikasikan pengertian
lebih lanjut yang dapat di simpulkan dari pernyataan tersebut. Indikasikan kata di
dalam pernyataan aslinya. Indikasikan kata pada pernyataan asli yang memberikan
kesimpulan isyarat.

40. Tujuan: Gunakan Pengetahuan pada Teks dan Muatan Pembelajaran untuk Mengisi
Informasi yang Hilang

Dengarkan segmen intisari pembelajaran. Kemudian dengarkan sebuah pernyataan


yang mana katanya telah dihilangkan. Gunakan pengetahuanmu pada teks dan pada
muatan general, isilah informasi yang hilang. Periksa pemahamanmu dengan
mendengarkan keseluruhan segmen.

41. Tujuan: Menggunakan Pengetahuan pada Teks dan Muatan Pembelajaran untuk
Menemukan Penyataan yang Salah dari pengajar dan Memberikan Ide Apa yang
Pengajar Maksud untuk di Katakan.

Dengarkan sebuah segmen pembelajaran yang berisi istilah salah. Tulislah istilah
yang salah tersebut dan istilah yang seharusnya digunakan oleh pengajar. Terakhir,
indikasi kan isyarat apa yang dapat membantukmu menemukan pernyataan yang salah
itu.

Anda mungkin juga menyukai