1. KILAS BALIK
Pada makalah ini, penulis menyajikan deskripsi singkat dari Pendekatan Alamiah yang
didahului oleh sebuah kesimpulan dari teori pemerolehan bahasa kedua yang
mendukungnya. Penulis berharap hal ini akan menjadi jelas nantinya bagi para pembaca
bahwa begitu sulit dan sangat diharapkannya kehadiran prinsip-prinsip metodologi dari
Pendekatan Alamiah tanpa adanya referensi untuk konsep teoritisnya. Pendekatan ini hadir
sebagai penyeimbang konsep-konsep dan teori-teori pembelajaran yang hanya
mengedepankan pada pemahaman dan pemaksaan gramatikalnya tanpa mengindahkan
betapa sulitnya teori-teori itu bisa diterapkan dengan hasil maksimal. Penulis berusaha
menghadirkan hanya pada beberapa tahapan hipotesa pemerolehan tanpa argumentasi dan
data pendukung guna memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk mendapatkan
gambaran global dari teori yang mudah dan cepat.
Lima prinsip sederhana dari pendekatan alamiah dengan hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran
Susunan dasar dari belajar bahasa kedua adalah menurut pada perbedaan pemerolehan-
pembelajaran. Kebanyakan waktu belajar di kelas dilewatkan dengan kegiatan yang
ditujukan pada pemerolehan; belajar dengan latihan-latihan sangat penting pada kasus-
kasus tertentu, tetapi selalu bermain dengan banyaknya aturan yang tidak penting.
Dengan membiarkan kesalahan yang dimiliki anak tanpa harus memaksakan perbaikan
kesalahan. Artinya janganlah terlalu berharap bahwa anak akan menampilkan item-item
perolehan dengan benar pada tahap awal pada pemerolehan bahasa kedua.
c. Hipotesis Monitor
Pendekatan alamiah mendukung dengan tepat dan optimal penggunaan monitor. Siswa-
siswa diharapkan menggunakan struktur kalimat dengan benar ketika mereka punya cukup
waktu, ketika mereka fokus pada bentuk, dan ketika mereka tahu tentang aturannya.
1
Kebanyakannya hal ini terjadi dalam karya tulis, persiapan pidato, atau pada tugas
pekerjaan rumah. Mereka tidak diharapkan menggunakan aturan-aturan sebenarnya dalam
kegiatan komunikasi lisan dalam kelas.
d. Hipotesis Input
Ruangan kelas adalah sumber input untuk bahasa siswa. Tempat dimana mereka
memperoleh input yang comprehensif yang diperlukan untuk pemerolehan bahasa.
Pendekatan alamiah konsisten dengan teori pemerolehan bahasa dimana teori ini
diletakkan tepat pada pusatnya kurikulum.
Mungkin tak ada metode yang sepenuhnya berhasil dalam menghilangkan pengaruh
penyaringnya. Pendekatan alamiah bertujuan untuk membawa pengaruh ini ke tingkatan
serendah mungkin dengan membawa siswa pada posisi bertahan dengan mengurangi tingkat
kebimbangan dalam situasi pemerolehan bahasa. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, kenyataan bahwa tidak ada tuntutan untuk produksi ujaran awal, guna mengurangi
kebimbangan pada perhatian siswa selama berkonsentrasi pada satu kemampuan pada saat
itu. Kedua, siswa-siswa dibiarkan membuat keputusan sendiri, ketika mereka diharap
memulai berbicara tentang bahasa target. Ketika mereka benar-benar memulai berbicara,
produksi dalam bentuk kata-kata tunggal atau prase pendek sebagai respon yang diterima
dengan sikap yang positif. Yang terakir, kesalahan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan
secara langsung (meski dalam banyak kasus persi “membenarkan” pada apa yang telah
diucapkan siswa semestinya masuk dalam respon guru pada siswa). Kita tidak berharap
siswa memiki perhatian lebih pada pembenaran pada saat tahap awal pemerolehan bahasa,
sebagian besar monitor digunakan dengan sederhana dan memperlambat proses komunikasi
dan pemerolehan bahasa yang tertunda. Terakhir, perlunya pengadaan ruang kelas lebih
santai sehingga menjadi input menarik bagi siswa.
Pokok teoritis yang paling penting dan berguna adalah pada perbedaan antara
pemerolehan – pembelajaran, hipotesanya adalah bahwa bahasa murid dewasa mempunyai
dua cara yang berbeda dalam pengembangan kemampuan dan pengetahuannya di dalam
bahasa kedua. Singkatnya, pemerolehan sebuah bahasa sama dengan “penjemputan bahasa”,
2
seperti misalnya pengembangan kemampuan di dalam sebuah bahasa dengan menggunakan
kemampuan pada situasi yang alamiah dan komunikatif. Anak-anak memperoleh bahasa
pertama mereka dan mungkin juga bahasa kedua mereka dengan mudahnya. Sementara
orang dewasa juga memperoleh bahasa; meski tidak sebaik yang anak-anak peroleh, maka
munculah pemerolehan bahasa sebagai sumbu dengan arti pentingnya untuk memperoleh
kemampuan kebahasaan bagi orang dewasa.
Aturan-aturan yang benar mempunyai keterbatasan fungsi dalam bahasa kedua yang
digunakan; penulis maksud adalah hanya pada aturan-aturan struktur kalimat sebenarnya
untuk membuat perubahan dan perbaikan yang diharapkan. Perubahan ini dapat berawal dari
sebelum kalimat-kalimat itu benar-benar diucapkan atau dituliskan atau juga kalimat-kalimat
yang dapat berawal setelah (perubahan sendiri). Fungsi dari pembelajaran sebenarnya
bahkan terlihat lebih terbatas ketika penulis sadari untuk mengawasi ucapan-ucapan yang
berhasil agar terjadi perbaikan, beberapa kondisi ternyata harus dipertemukan: (1) si
pengguna bahasa kedua harus memiliki waktu untuk mengawasi ujaran-ujaran sebelum hal
itu di ucapkan. (2) Si pembicara harus sepenuhnya memperhatikan tentang perbaikan-
perbaikannya, dan (3) Dia harus mengetahui aturan tersebut. Dalam percakapan alamiah,
semua kondisi ini harus benar-benar bertemu. Percakapan normal cenderung agak cepat, dan
perhatian si pembicara biasanya hanya pada apa yang diucapkannya, bukan pada bagaimana
hal itu diucapkan. Sebagai tambahan, pengetahuan sesungguhnya penulis dari struktur tadi
hanya meliputi sebagian kecil saja dari aturan-aturan yang ada dalam sebuah bahasa.
Dengan kata lain, dari ketiga kondisi tersebut sebenarny bertemu dengan baik didalam tes-
tes struktur kalimat. Biasanya tes-tes ini berbentuk tertulis bukan tes-tes lisan dan didesain
untuk membuat siswa berfikir tentang bentuk bahasa dan bukan bentuk pesan.: Tes-tes ini
3
biasanya hanya fokus pada aturan-aturan seperti yang sudah diajarkan di dalam kelas. Dalam
situasi ini pengetahuan yang dipelajarkan tentu akan lebih membantu.
Pengetahuan tentang aturan-aturan yang benar dapat cukup membantu daripada hanya
sekadar ulangan-ulangan struktur formal. Dalam menulis dan persiapan pidato, si penampil
mempunyai cukup waktu untuk menggunakan pengetahuan yang benar tersebut dari bahasa
kedua tadi dan dapat menggunakan pengetahuan ini untuk meningkatkan bentuk dari out-
putnya dengan menggunakan monitor. Idealnya, belajar akan menyokong kemampuan
pemerolehan dalam setiap kasus, si penampil menggunakan belajar untuk menyokong
aspek-aspek bahasa yang belum dia peroleh. Setiap item tidak boleh banyak ditambahkan
untuk out-put nilai komunikatifnya, tetapi item-item tersebut boleh di tambah polesannya,
agar terlihat lebih mendidik. Dalam menulis, belajar juga bisa berguna untuk beberapa ejaan
dan masalah-masalah tanda baca.
Kesulitan akan muncul jika si penampil, khususnya pemula terlalu perhatian dengan
pembenaran dalam situasi komunikatif, dengan mencoba memeriksa out-putnya saja
terhadap aturan-aturan yanng benar sepanjang waktu. Kelebihan pemakaian dari monitor
menghasilkan kebimbangan dan serangkaian kesulitan untuk berpartisipasi dalam
percakapan. Penggunaan ideal atau optimal dari monitor terjadi ketika si pembicara bahasa
kedua menggunakan apa yang dia telah pelajari tanpa terganggu saat berkomunikasi.
Kita telah mengetahui bersama tentang dukungan pembelajaran bahasa yang mencakup
posisi sentral tingkat-tingkat bahasa di dalam semua pendekatan-pendekatan dasar
terstruktur. Adakah pemerolehan bahasa lebih penting dari pembelajaran bahasa untuk
pengembangan kemampuan komunikatifnya, seperti; adanya bukti saran-saran, kita perlu
memperhatikan diri kita sendiri dengan pertanyaan bagaimana orang memperoleh bahasa?
Menurut penelitian pemerolehan bahasa kedua, diperkirakan bahwa pemerolehan bahasa
dapat ikut ambil bagian hanya ketika orang memahami pesan-pesan dalam bahasa target.
Masukan yang tidak dapat difahami (seperti mendengarkan bahasa yang tak dikenal dalam
radio) tidak terlihat membantu dalam pemerolehan bahasa. Kita peroleh bahasa ketika
bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi tentang ide-ide yang nyata.
Ketika masukan pemahaman itu diperlukan untuk pemerolehan bahasa, ternyata hal ini
tak cukup. Ada sesuatu hal yang efektif untuk pemerolehan bahasa seperti yang sudah
diketahui oleh para guru dan pelajar. Singkatnya, si pemeroleh harus membuka input
4
tersebut agar sepenuhnya input itu digunakan untuk pemerolehan bahasa. Menurut peneliti,
faktor yang menyebabkan rendahnya efektif-filter termasuk rendahnya keinginan positif si
pembicara pada bahasa, rendahnya pemerolehan dalam situasi kebimbangan, dan rendahnya
kepercayaan diri si pemeroleh.
Lancarnya ucapan dalam bahasa kedua tidak dipikirkan secara langsung, namun
kelancaran ini akan muncul dengan sendirinya setelah sejumlah kemampuan cukup
diperoleh melalui input. Hal ini tentunya cukup memerlukan waktu sebelum ucapan-ucapan
yang lancar sesungguhnya berkembang. Dengan banyaknya perolehan, ada sebuah “periode
tenang” yang mana bisa berakhir dari beberapa jam hingga beberapa bulan, tergantung pada
situasi dan usia si pemeroleh. Produksi awal umumnya sangat tidak akurat, ucapan dini
umumnya agak salah dan kebanyakan si pemeroleh menggunakan kata-kata sederhana dan
prase yang pendek-pendek. Ucapan ini biasanya juga berisi beberapa tanda baca atau tanda-
tanda gramatikal. Secara bertahap konstruksinya semakin diperoleh, (seperti si pemeroleh
memperoleh banyak input-input pemahaman), dan tanda-tanda gramatikal akhirnya
dimasukkan.
5. PENDEKATAN ALAMIAH
Tujuan umum dari pendekatan ini adalah kemampuan komunikasi dengan penutur asli dari
bahasa target. Tujuan utamanya juga adalah mengkhususkan istilah komunikatifnya. Sebagai
contoh, kita mengharapkan siswa pada tahap awal dapat berbicara tentang mereka sendiri
dan keluarganya. Fokus utamanya adalah pada kemampuan pemerolehan untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan yang menggunakan bahasa target. Bukan berarti bahwa
hal ini kita tidak perhatian pada akurasi gramatikalnya. Kita tetap peduli, namun klaim kita
adalah bahwa bersamaan kurun waktu siswa akan berbicara dengan akurasi gramatikal yang
lebih baik jika penekanan awalnya adalah pada kemampuan komunikasi dimana hasil
komunikasi sesungguhnya berada dalam penerimaan input yang lebih komprehensif, baik itu
berada di dalam kelas maupun di dunia luar. Siswa-siswa yang dapat berbicara dengan
penutur asli juga akan melakukan hal yang sama setelah bermacam latihan bahasa formalnya
lengkap sehingga meyakinkan input pemahamannya akan jauh lebih baik dan lebih baik lagi
dalam akurasi bahasa ucap mereka.
Timbulnya produksi ucapan dan tulisan sebagai proses dari pemerolehan bahasa yang
berkelangsung. Kita berharap pada awal ucapan tidaklah lengkap dan hampir seluruh
bagiannya berisi banyak kesalahan. Para siswa tidak dipaksa meresponnya dalam bahasa
target, dan ketika mereka memulai memproduksi ujaran, ucapan mereka biasanya berisi
kata-kata sederhana dan prase singkat saja. Dalam kasus dimana instruktur dan siswa saling
berbagi dengan bahasa umumnya, beberapa siswa mungkin lebih baik memilih
menggunakan bahasanya daripada menggunakan bahasa target pada awal responnya, atau
bahkan menggabungkan kedua bahasa tersebut. Dengan input yang kaya lingkungan yang
mana pengaruh filter sangat rendah, biasanya jenis mode penggabungan ini dengan cepatnya
akan ditinggalkan.
6
Ketika input tidak dapat digunakan oleh orang dewasa untuk pemerolehan bahasa jika
pengaruh filternya sangat tinggi, maka nilai dari seluruh kegiatan di ruang kelas diukur oleh
tingkatan 9degree) dimana pengaruh filter bahasa itu rendah, sebagaimana sejumlah input
pemahaman dipersiapkan dengan baik.
a. Keuntungan
1. Tidak memaksakan siswa menggunakan bahasa target pada tahap awal pembelajaran
4. Motivasi siswa lebih tinggi karena kesalahan bukan dianggap hal yang fatal untuk
langsung diperbaiki (trial and error).
5. Sesuai dengan kaidah kurikulum KTSP yang saat ini dikembangkan di negara kita.
b. Kerugiannya
1. Waktu yang diperlukan siswa untuk memperoleh bahasa target cenderung lebih lama
2. Instruktur harus menguasai materi bahasa target dan kreatif menggunakan media,
dimana tanpa penguasaan dan kretifitas instruktur maka pendekatan alamiah ini bisa
tidak akan lagi menjadi alamiah.
4. Kesalahan yang tidak segera diperbaiki akan cenderung membuat siswa melakukan
kesalahan demi kesalahan atau tidak perduli dengan kesalahan.
7
Aplikasi teori Pendetan Ilmiah tentunya tak bisa berfungsi dengan baik manakala
guru/instruktur tidak memiliki dedikasi yang kuat dalam pengajaran. Artinya bahwa tidak
semata-mata hanya penguasaan materi yang dibutuhkan tetapi penguasaan konsep
pembelajarannya yang juga harus di miliki, seperti membuat suasana kelas lebih enak,
mengalokasikan waktu dengan tepat, memanfaatkan lingkungan sekitar untuk media
pembelajan dengan baik, dan membuat rencana pengajaran sesuai dengan tujuan kurikulum
pendidikan yang berlaku. Berikut ini penulis akan menyajikan contoh rangkaian
pembelajaran dalam bentuk Lesson Plan guna memberi penjelasan dari aplikasi Teori
Pendekatan Alamiah ini secara lengkap untuk satu kali tatap muka di dalam kelas sehingga
nantinya diharapkan para guru dapat menjadikan teknik ini sebagai bahan masukan untuk
memperkaya khasanah keilmuannya.
Program : IPA/IPS/BHS/UMUM
Kelas/Semester : XI/1
Kompetensi Dasar : Merespon makna dalam teks monolog yang menggunakan ragam bahasa
lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-
hari dalam teks berbentuk: report, narrative, dan analytical exposition
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat mengidentifikasi main idea dari teks report yang didengar
Salam/tegur sapa
Memotivasi siswa
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Akhir
Siswa merangkumkan pelajaran dari teks tersebut
Siswa melaksanakan kegiatan tindak lanjut berupa menjawab
pertanyaan guru dengan menggunakan Bahasa Banjar/
Indonesia/Target
Instrumen :
NO URAIAN ANGKA
......................... .....................................
9
8. PENUTUP
Dari beragam teori dan aplikasi penerapan dalam pembelajaaran di kelas yang telah penulis
kemukakan, penulis berharap dapat memberi masukan kepada para pembaca utamanya guru untuk
dapat mengambil manfaat guna menambah khasanah pengetahuan dalam mengajar. Pendekatan
alamiah disajikan sebagai jawaban atas betapa sulitnya anak memperoleh bahasa target dengan
hanya bergantung pada penguasaan gramatikal semata, sementara komunasi yang diharapkan dicapai
10
11
12