Hasil makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah psikolinguistik
Disusun oleh:
Kelompok 1
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan kasih sayang-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang bertema:
Dalam menyusun makalah ini, tentu tidak terlepas dari beberapa pihak yang
membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami
ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Dalam makalah ini penulis sangat menyadari masih ada banyak kesalahan
dan kekurangan, karena bagaimana pun juga penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan dan pembelajaran yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbahasa. Bahan baku ini ada 2(dua) macam, yakni bahan baku biologis dan
bahan baku neurologis.
2
3. Untuk mengetahui fungsi bahasa dan tanggapan para ahli tentang
fungsi bahasa.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi bahasa.
5. Untuk mengetahui arus perkembangan alat ujaran pada manusia.
6. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan struktur mulut manusia
jika dibandingkan dengan binatang.
7. Untuk mengetahui kaitan biologi dengan bahasa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Teori yang mengeksplanasikan asal mula bahasa memang tidak pernah
bertemu disatu irisan dan simpul yang sama. Spekulasi riwayat asal mula
bahasa manusia tak pernah berujung. Para linguis dan akar dibidang lain
berusaha memecahkan teka-teki dari mana asal mula bahasa manusia bermula.
Namun, hasilnya asal mula bahasa dipercaya berasal dari mitos atau dongeng
yang sulit untuk diterima secara ilmiah. Teori asal mula bahasa dapat
dikelompokkan menjadi 2(dua) versi, yakni versi teori tradisional dan versi
pendekatan modern.
b. Ding-dong Theory
Teori ini diperkenalkan oleh Max Muller (1823-1900) dengan
nama Ding-dong Theory. Teori ini disebut uga dengan istilah
Nativistic Theory. Isi teori ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Socrates bahwa bahasa lahir secara alamiah. Menurut teori ini,
manusia memiliki insting yang istimewa untuk mengeluarkan
ekspresi ujaran bagi setiap kesan sebagai stimulus dari luar. Kesan
yang diterima melalui indera laksana pukulan pada pada bel
5
sehingga melahirkan ucapan yang sesuai. Namun, pada akhirnya,
Max Muller menolak teori yang telah dikemukakannya sendiri.
c. Yo-He-Ho- Theory
Tidak diketahui siapa orang yang pertama kali mencetuskan
Yo-He-Ho Theory. Menurut teori ini, bahasa pertama lahir dalam
suatu kegiatan sosial. Pada zaman dahulu, sekelompok orang primitif
bekerja sama secara sosial sehingga pada kegiatan tersebut
terlahirkanlah bahasa. Sewaktu orang primitif bekerja sama, pita
suara mereka bergetar lalu melahirkan ucapan khusus untuk setiap
tindakan. Ucapan yang dilahirkan tersebut akhirnya menjadi sebuah
penamaan, seperti beave (angkat), rest (diam), dan sebagainya.
d. Bow-bow Theory
Bow-bow Theory disebut juga dengan Onomatopeic atau
Ecboic Theory. Berdasarkan teori ini, kata-kata yang pertama lahir
adalah tiruan terhadap suara guntur, angin, ombak, air sungai, suara
kokok ayam, atau bunyi itik. Max Muller kemudian membantah teori
ini dengan menyatakan bahwa teori ini hanya berlaku bagi kokok
ayam dan bunyi itik, sedangkan komunikasi bahasa lebih banyak
terjadi di luar kandang.
e. Gesture Theory
Menurut Gesture Theory, isyarat mendahului ujaran. Para
pendukung teori ini menunjukkan penggunaan isyarat oleh berbagai
binatang dan juga sistem isyarat yang dipakai oleh orang-orang
primitif. Salah satu contoh adalah bahasa isyarat yang dipakai oleh
suku Indian di Amerika Utara. Ketika berkomunikasi dengan suku-
suku yang tidak sebahasa, menurut Darwin, walaupun isyarat itu
digunakan dalam berkomunikasi, dalam beberapa hal tidak dapat
dipakai. Umpamanya, orang tidak dapat berisyarat di tempat gelap
atau kalau tangan sibuk membawa sesuatu, atau kalau lawan bicara
tidak melihat isyarat. Dalam kondisi demikian, orang primitif harus
berkomunikasi dengan isyarat lisan. Dari sinilah bahasa lisan mulai
berkembang.
6
lama kelamaan, ucapan tersebut berkembang menjadi sempurna dan
memiliki arti yang jelas.
Bahasa memiliki peran dan fungsi penting bagi manusia, baik dalam
konteks kehidupan sehari-hari, sebagai makhluk sosial, maupun sebagai
makhluk budaya. Menurut Tadjuddin (2013: 2-18), peran dan fungsi bahasa
itu, anatar lain diinventarisasi sebagai berikut: (1) bahasa merupakan milik
manusia, (2) alat pemenuhan kebutuhan dasar, (3) pembentuk pikiran dan
7
wadah, (4) alat pembudayaan diri, (5) pengungkap kehidupan bertatakrama,
dan (6) cermin jati diri bangsa.
(1) Appel, yaitu fungsi memerintah atau meminta lawan bicara untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak penutur. Misalnya,
ujaran seseorang yang mengatakan, “Ambilkan tas itu kesini!”;
(2) Ausdruck, fungsi untuk mengungkapkan suasana hati penutur, jadi
bukan untuk berkomunikasi. Misalnya, “Sial!”;
(3) Darstellung, bahasa berfungsi mengacu objek tertentu yang berada di
luar diri penutur dan lawan tuturnya, fungsinya mengacu dan
menjelaskan. Misalnya, bahasa analistis yang digunakan dalam kajian
ilmu.
Di pihak lain Popper sebagai salah seorang tokoh filsafat Barat (dalam
Sumarsono, 2004:149) menyatakan bahwa bahasa memiliki 4(empat) fungsi
berikut.
(1) Fungsi ekspresif: merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke
luar. Pada manusia menjadi suatu ungkapan diri pribadi.
(2) Fungsi signal: merupakan . pada manusia tanda menyebabkan reaksi
yang tingkatan yang lebih tinggi dan sekaligus mengadakan fungsi
ekspresif. Pada manusia tanda menyebabkan reaksi yang merupakan
reaksi atau jawaban atas tanda.
(3) Fungsi deskriptif: mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas
fungsi ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan yang bisa
benar, bisa juga salah.
(4) Fungsi argumentatif: bahasa merupakan alat atau media untuk
mengungkapkan seluruh gagasan manusia, termasuk dalam
berargumentasi di dalam mempertahankan suatu pendapat dan juga
untuk meyakinkan orang lain dengan alasan-alasan yang valid (sahih)
dan logis.
8
manusia. Sebagaimana gejala atau fenomena sosial lainnya bahasa lahir,
tumbuh, dan bahkan mati karena pengaruh lingkungan tempatnya berdiri.
Bahasa Arab oleh orang Eropa dan Amerika Serikat, juga sudah
lama mereka pelajari, baik dalam kerangka spesialisasi ilmu maupun
untuk kepentingan hubungan antarnegara (internasional) atau
9
kepentingan lainnya. Dalam beberapa dekade terakhir ini, bahasa Arab
memperoleh perhatian khusus dari seluruh negara non-Arab di dunia.
Perhatian ini tampak jauh lebih besar daripada beberapa dekade
sebelumnya. Bahkan, bahasa Arab menjadi salah satu bahasa resmi yang
digunakan dalam forum internasional semisal Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Jika bahasa Arab dapat menunjukkan keberhasilannya yang
menunjang sains dan teknologi, serta peradabannya, bahkan bahasa Arab
niscaya dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dan dapat berperan
penting dalam peningkatan citra diri.
10
Arab karena selain sebagai bahasa ritual (tujuan ibadah), juga menjadi
bahasa pembersatu umat Islam. Bukankah bahasa Arab digunakan pula
oleh Al-quran sebagai kitab suci umat Islam? Hingga kini, bahasa Qibthi
(Koptik) di Mesir dan Suryani (Suriah) di Syam dan Irak juga masih
digunakan dalam batas-batas tertentu karena kedua bahasa itu berkaitan
erat dengan penggunaan dalam ritual di gereja. Penggunaan bahasa Turki
sebagai bahasa administrasi mengakibatkan semakin tersiarnya
penggunaan bahasa itu meskipun terbatas di wilayah yang menjadi
bawahan dari Kesultanan Usmaniyah. Setelah Kesultanan Usmaniyah
mulai pudar dan berakhir, berakhir pulalah penggunaan bahasa Turki di
kawasan tersebut.
11
makin naiknya letak laring yang memungkinkan makhluk untuk bernafas
sambil makan dan minum.
... the fact that the apes leave their vocal track idle cannot be explained by the
tracks inadequacy but rather by a lack of internal, cerebral, wiring.
Primata yang paling dekat dengan manusia adalah sebangsa gorila dan
simpanse. Kemiripan ini bisa kita perhatikan dengan cara mereka makan,
mengupas pisang, mencari kutu, dan beberapa perilaku yang lain. Kelompok
manusia yang dinamakan hominids atau hominidae, itu sendiri juga ber-
evolusi. Sementara itu mucul kelompok manusia (homo) pada 3 juta tahun
yang lalu yang baru menjadi manusia modern (homo sapiens) sekitar 175.000
tahun yang lalu. Pertumbuhan bahasa diperkirakan sekitar 100.000 tahun yang
lalu (Aitchison 1996: 52 – 53).
Meskipun ada kemiripan-kemiripan tertentu antara manusia dengan
simpanse, tetap saja kedua makhluk ini berbeda dan yang membedakan
keduanya adalah, antara lain, kemampuan mereka berkomunikasi dengan
bahasa. Perbedaan kemampuan ini sifatnya genetik, artinya manusia dapat
berbahsa sedangkan primata lain tidak karena komposisi genetik antara kedua
kelompok primata ini berbeda. Hal ini sangat tampak pada struktur biologis
alat suaranya.
Pada primata non-manusia simpanse lidah mempunyai ukuran yang
tipis dan panjang tetapi semuanya ada dalam rongga mulut. Secara komparatif,
ratio lidah dengan ukuran mulut juga sempit sehingga tidak banyak ruang
untuk menggerakan lidah ke atas, ke bawah, ke depan, dan ke belakang.
Ruang gerak yang sangat terbatas ini tidak memungkinkan binatang untuk
memodifikasi arus udara menjadi bunyi yang berbeda-beda dan distingtif.
Berbeda dengan manusia, laring pada binatang seperti simpanse terletak dekat
dengan jalur udara ke hidung sehingga waktu bernafas laring tadi terdorong ke
atas dan menutup lubang udara yang ke hidung.
Kalau kita perhatikan bentuk dan ketak gigi pada primata non-manusia
akan kita dapati bahwa gigi binatang merupakan deretan yang terputus-putus,
ukuran panjangnya tidak sama, dan letaknya miring ke depan (Aitchison 1998:
48 – 49). Letak seperti ini tidak memungkinkan untuk gigi atas dan gigi bawah
bertemu. Bentuk, letak, dan pengaturan seperti ini memang dirancangkan
12
untuk kebutuhan primer primat itu, yakni, mencari makan. Karakteristik
seperti yang digambarkan di atas berbeda dengan karakteristik pada manusia.
Secara proporsional rongga mulut manusia adalah kecil. Ukuran ini
membuat manusia dapat lebih mudah mengaturnya. Lidah manusia yang
secara proporsional lebih tebal daripada lidah binatang dan menjorok sedikit
ke tenggorokan memungkinkan untuk digerakkan secara fleksibel seehingga
bisa dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan, atau diratakan di tengah.
Posisi yang macam-macam ini menghasilkan bunyi vokal yang bermacam-
macam pula, dari yang paling depan tinggi /i/ sampai ke yang paling
belakang /u/, dan dari yang pa;ing rendah /ae/ ke yang paling rendah
belakang /a/. Belum lagi kontak antara lidah dengan titik artikulasi tertentu
akan menghasilkan pula bunyi konsoan yang berbeda-beda, dari yang paling
depan /p/-/b/ sampai ke yang paling belakang /k/-/g/. Karena adanya perluasan
rongga otak dalam pertumbuhan manusia maka letak laring maupun epiglotis
manusia semacam “terdorong” ke bawah sehingga letaknya jauh dari mulut
(Ciani, dan Chiarelli 1992: 51 – 65) bila dibandingkan dengan yang ada pada
binatang. Di satu pihak, letak seperti ini memang memunculkan bahaya karena
makanan yang masuk akan mudah kesasar ke laring yang menuju ke paru-paru
sehingga orang lalu bisa tersedak (choked). Akan tetapi, dari segi pembuatan
suara posisi laring yang seperti ini sangat menguntungkan. Ruang yang lebih
lebar dan lebih panjang pada tenggorokan dapat memberikan resonansi yang
lebih baik dan lebih banyak.
Gigi manusia yang jaraknya rapat, tingginya rata, dan tidak miring ke
depan membuat udara yang keluar dari mulut lebih dapat diatur. Begitu pula
bibir manusia lebih dapat digerakkan dengan fleksibel. Bibir atas yang
bertemu dengan bibir bawah akan mengahsilkan bunyi tertentu, /m/, /p/, /b/,
tetapi bila bibir bawah agak ditarik ke belakang dan menempel pada ujung
gigi atas akan terciptalah bunyi lain, /f/ dan /v/. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa dari segi biologi alat pernafasan, manusia memang
ditakdirkan untuk menjadi primata yang dapat berbicara.
2.7 Kaitan Biologi dengan Bahasa
13
kata (two word utterance). Akhirnya, sekitar umur 4 – 5 tahun anak dapat
berkomunikasi dengan lancar.
Patokan minggu, bulan, dan tahun haruslah bersifat relatif karena
faktor biologi pada manusia itu tidak semuanya sama. Yang penting dari
patokan itu adalah bahwa urutan pemerolehan pada anak itu sama: dari
dekutan, ke celotehan, ke ujaran satu kata, dan kemudian ke ujaran dua kata,
dan seterusnya. Begitu juga dalam hal komprehensi dan produksi. Anak di
manapun dan dengan bahasa apa pun menguasai komperehensi lebih dulu
daripada produksi.
Manusia dapat menguasai bahasa secara natif hanya kalau prosesnya
dilakukan antara umur tertentu, yakni, antara umur 2 sampai sekitar 12 tahun.
Di atas umur 12 tahun orang tidak akan dapat menguasai aksen bahasa
tersebut dengan sempurna.
Dengan fakta-fakta seperti dipaparkan di atas maka pandangan masa
kini mengenai bahasa menyatakan bahwa bahasa adalah fenomena biologis,
khususnya fenomena biologi perkembangan. Arah dan jadwal munculnya
suatu elemen dalam bahasa adalah masalah genetik. Orang tidak dapat
mempercepat atau memperlambat munculnya suatu elemen bahasa.
Faktor lingkungan memang penting, tetapi faktor itu hanya memicu
apa yang sudah ada pada biologi manusia. Echa, subjek penelitian
Djardjowidjojo (2000), beberapa kali dipancing untuk mengeluarkan bunyi /j/
dan /r/ dalam bahasa Indonesia, tetapi tetap saja tidak dapat mengeluarkan
kedua bunyi itu sampai keadaan biologisnya memungkinkannya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita tarik beberapa kesimpulan, seperti; Asal
mula bahasa, bahasa manusia pada awalnya hanya ada satu di dunia ini,
hingga pada akhirnya bahasa itu berkembang baik kualitas maupun
kuantitasnya karena manusia sendiri cenderung selalu berpindah-pindah
tempat. Teori asal mula bahasa juga dapat dikelompokan menjadi dua versi,
yaitu versi tradisional dan versi modern. Hakikat bahasa, diperkirakan bahasa
itu muncul sejak 100.000 tahun yang lalu. Hingga pada akhirnya bahasa itu
terus berkembang sesuai kebutuhan penutur itu sendiri dan menyebar ke
seluruh dunia seiring dengan migrasi manusia pada masa itu.
Struktur mulut atau alat ujar manusia bisa dikatakan mirip dengan
binatang, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan primata. Kemiripannya
bisa kita lihat dari cara mereka makan dan lain sebagainya, hanya saja
kemampuan mereka berkomunikasi dengan bahasa yang menjadi perbedaan
dimana manusia bisa berkomunikasi dengan bahasa sementara primata tidak
bisa. Unsur biologi juga sangat berperan dalam perkembangan bahasa, hal ini
bisa kita lihat dari seorang balita dan anak-anak yang tentunya saja secara
kemampuan berbahasa yang sangat berbeda.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat relevan dari pembaca guna memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik dan berguna bagi pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
16