Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLINGUISTIK

PROSES BERBAHASA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

Dosen Pengampu: Odien Rosidin, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 3:

1. Fannisa Akmal 2222180050


2. Isti’anah Nafisah 2222180094
3. Novryan Fiqriansyah 2222180096

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Maha Esa yang telah memberikan kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini
sebagai tugas kelompok mata kuliah Psikolinguistik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Odien Rosidin, S.Pd.,
M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Psikolinguistik yang telah
membimbing dan mengajarkan kami dengan baik.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis
sendiri.

Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis


mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih

Serang, 01 April 2020.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Hakikat Berbahasa....................................................................................................3
2.2 Proses Berbahasa.....................................................................................................3
2.3 Fungsi-fungsi dari Tiap-tiap Sistem dalam Sistem Pemakaian Bahasa......................6
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan secara tertulis dan lisan.
Sebagai alat komunikasi bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis
dan sekaligus sistemis (Chaer, 2007:4). sebagai alat interaksi verbal, bahasa
dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal.
Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia,  sama
dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap,  bersuara,
ataupun bersiul. Lebih spesifik lagi berbahasa ini merupakan kegiatan dan
proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut bahasa.
Berbahasa merupakan gabungan  berurutan cara dua proses yaitu proses
produktif dan proses reseptif.  Proses produktif berlangsung pada diri
pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa  yang bermakna dan
berguna. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang
menerima kode kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan
oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat-alat
pendengar.
Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi
bahasa mempelajari cara kerja dari sistem ini. sistem ini dapat menerangkan
misalnya Bagaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata-kata (
produksi bahasa) dan bagaimana manusia dapat mengerti “isi pikiran” atau
makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa).
Ada dua cara dalam persepsi dan produksi bahasa ini, yaitu secara auditif
dan visual. Persepsi bahasa secara visual adalah membaca. Dalam produksi
bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif) dan menulis (visual). Proses
kognitif yang terjadi pada waktu seseorang berbicara dan mendengarkan
antara lain mengingat apa yang baru didengar, mengenali kembali apa yang
baru didengar itu sebagai kata-kata yang ada artinya, berfikir, mengungkapkan
apa yang telah tersimpan dalam ingatan dalam bentuk ujaran atau tulisan. Jadi
menyangkut verbal thinking, verbal memory, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Lewat makalah ini, diharapkan dapat terpecahkan rumusan masalah sebagai


berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan berbahasa?
2) Bagaimana terjadinya proses berbahasa?
3) Bagaimana fungsi-fungsi dari tiap-tiap sistem dalam sistem pemakaian
bahasa

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalahh sebegai berikut:


1) Untuk mengetahui hakikat berbahasa;
2) Untuk mengetahui terjadinya proses berbahasa;
3) Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari tiap-tiap sistem dalam pemakaian
bahasa.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1) Dapat mengetahui hakikat berbahasa;
2) Dapat mengetahui terjadinya proses berbahasa;
3) Dapat mengetahui fungsi-fungsi dari tiap-tiap sistem dalam pemakaian
bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Berbahasa

Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia,  sama


dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap,  bersuara,
ataupun bersiul. Lebih spesifik lagi berbahasa ini merupakan kegiatan dan proses
memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut bahasa.

Berbahasa merupakan gabungan  berurutan cara dua proses yaitu proses


produktif dan proses reseptif.  Proses produktif berlangsung pada diri pembicara
yang menghasilkan kode-kode bahasa  yang bermakna dan berguna. Sedangkan
proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode kode
bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara melalui
alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat-alat pendengar.

2.2 Proses Berbahasa

Proses produksi atau proses rencangan  berbahasa disebut enkode.


sedangkan proses penerimaan, perekaman,  dan pemahaman disebut dekode.
Kalau kode bisa diartikan sebagai satu isyarat atau tanda (seperti bahasa)  dalam
penyampaian informasi; maka enkode berarti peristiwa atau proses kelahiran
kode tersebut; dan dan dekode  berarti peristiwa atau proses penerimaan kode
tersebut.

  Proses perancangan berbahasa produktif dimulai dengan enkode semantik. 


yakni proses penyusunan konsep, ide atau pengetian. Dilanjutkan Dengan enkode
gramatikal,  yakni penyusunan konsep atau ide itu dalam bentuk satuan
gramatikal. Selanjutnya Diteruskan dengan enkode fonologi,  yakni penyusunan
unsur bunyi dari kode itu. proses enkode ini terdapat dalam otak pembicara,
kecuali representasi fonologinya yang terjadi di dalam mulut,  dilakukan an-nahl
alat-alat bicara, atau alat artikulasi.

3
Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi,  yakni penerimaan unsur-
unsur bunyi itu melalui telinga pendengar. Kemudian  dilanjutkan dengan proses
dekode gramatikal, Yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Lalu 
diakhiri dengan dekode semantik, yakni pemahaman akan konsep konsep atau
ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut.  proses dekode ini terjadi dalam otak
pendengar.

Di antara proses enkode dan proses dekode  terjadilah proses transmisi,


berupa pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terjadi di atas ujaran
manusia yang disebut kode bahasa,  atau bahasa saja. Proses transmisi ini terjadi
antara mulut pembicara sampai ke telinga pendengar.

Proses enkode dan proses dekode   dari pesan, amanat, atau perasaan.  
terangkum dalam suatu konsep yang disebut proses komunikasi. Dalam 
kehidupan kode utama dan kekreatifan dalam proses komunikasi ini adalah kode
bahasa, atau secara umum disebut bahasa. Dengan demikian, pembelajaran bahasa
sesungguhnya tidak lain dari pada pembelajaran komunikasi dengan
menggunakan kode atau isyarat bahasa. Ini  berarti pula, dalam pembelajaran
bahasa, kemampuan berbahasa produktif dan berbahasa reseptif harus sama-sama
dikuasai dengan sama baiknya.

Proses  berbahasa produktif dan proses berbahasa reseptif dapat dianalisis


dengan pendekatan perilaku (behavioristik)  dan pendekatan kognitif. Tampaknya
dalam literatur psikologi linguistik aspek reseptif lebih banyak disorot dan
dibicarakan oleh para pakar psikolinguistik (Parera,1996). Aspek  reseptif
berbahasa dengan berbagai eksperimen memang lebih mudah dikenali daripada
aspek produktif. Perilaku pendengar (penerima isyarat bahasa) setelah menerima
isyarat bahasa lebih mudah diamati daripada perilaku pembicara sebelum,
sewaktu,  dan setelah memproduksi isyarat bahasa itu.

Dalam  bagan pada halaman berikut tampak bahwa proses enkode  dan
proses dekode, atau proses produktif dan proses reseptif,  berawal pada

4
pemahaman dan berakhir juga pula pada pemahaman. Ini  berarti proses berbahasa
adalah proses komunikasi yang bermakna dan berguna.

Dengan  kata lain, yang dikomunikasikan adalah makna, dan yang


ditangkap atau diterima adalah juga makna,  yang berupa pesan atau perasaan.
oleh karena itulah, dewasa ini yang dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa
adalah pendekatan komunikatif dan bukan pendekatan lain.

Bagan  di bawah ini menunjukkan juga bahwa berbahasa itu tidak lain dari
proses mengirim berita dan proses menerima berita. Kegiatan  menghasilkan
berita, pesan, dan amanat disebut proses produktif. Sedangkan proses menerima
berita, pesan atau amanat disebut proses reseptif. Kedua  kegiatan ini, proses
produk dan proses reseptif merupakan satu proses yang berkesinambungan, mulai
dari proses perancangan pesan sampai pada proses penerimaan dan pemahaman
pesan itu.

Proses  produktif dimulai dengan tahap pemunculan ide, gagasan,


perasaan, atau apa saja yang ada dalam pemikiran seorang pembicara. Tahap  ini
disebut tahap idealisasi, yang selanjutnya disambung dengan tahap perancangan,
yakni tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa untuk mewadahi gagasan, ide atau
perasaan yang akan disampaikan. Perancangan  ini meliputi komponen bahasa
sintaksis, semantik, dan fonologi. Berikutnya adalah tahap pelaksanaan atau
pengejawantahan. Pada tahap ini secara psikologi orang yang melahirkan kode
verbal atau au secara linguistik orang melahirkan arus ujaran.

Proses  reseptif dimulai dengan tahap rekognisi atau pengenalan akan arus
ujaran yang disampaikan.  mengenal (rekognisi) berarti menimbulkan kembali
kesan yang pernah ada. Tahap pengenalan dilanjutkan dengan tahap identifikasi,
yaitu proses mental yang dapat membedakan bunyi yang konstrasif,  frase,
kalimat, teks dan sebagainya. Setelah tahap identifikasi ini dilalui, maka
sampailah pada tahap pemahaman, sebagai akhir dari suatu proses berbahasa.

Dalam uraian di atas,  berbahan di hanya sebagai proses searah. Artinya, 


dari seorang pembicara kepada seorang pendengar. Padahal di dalam

5
berkomunikasi yang sebenarnya proses tersebut bisa terjadi bolak-balik atau dua
arah. Maksudnya,  pada awalnya, misalnya, si A menjadi pembicara, si B
menjadi pendengar. Kemudian proses ini berganti, si B menjadi pembicara dan si
A menjadi pendengar. Proses ini pun terjadi dengan cepat,  tidak “selambat”
seperti Penjelasan diatas. Selain itu, dalam berbahasa yang sebenarnya konteks
situasi dan unsur para linguistik turut membangun makna yang akan dipahami
oleh partisipan dalam tindakan atau perilaku berbahasa itu (l ihat Chaer dan
Agustina, 1995).

2.3 Fungsi-fungsi dari Tiap-tiap Sistem dalam Sistem Pemakaian Bahasa

Proses mental yang terjadi pada waktu kita berbicara ataupun proses
mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar mengerti dan mengingat
dapat diterangkan dalam suatu sistem kognitif yang ada pada manusia. 

Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi


bahasa mempelajari cara kerja dari sistem ini.  sistem ini dapat menerangkan
misalnya Bagaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata-kata
( produksi bahasa)  dan bagaimana manusia dapat mengerti “isi pikiran” atau
makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa).

G. Kempen  telah mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan


perihal persepsi bahasa dan produksi bahasa tersebut. dalam model itu dijelaskan
bahwa sistem penggunaan bahasa itu terdiri dari sistem bagian-bagian yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lain secara erat dan masing-masing
bagian memiliki tugas yang berbeda (G. Kempen, 1975).  lihatkan olehnya
Bagaimana kedudukan dari pemakai bahasa (language user) dengan sistem
penggunaan bahasanya dalam kognitif manusia yang digambarkan sebagai
berikut:  

6
Fungsi-fungsi dari tiap-tiap sistem Dalam sistem pemakaian bahasa tersebut
adalah untuk mengenal bunyi-bunyi, analisis kalimat,   sistem konseptual,
artikulator, dan leksikal. selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Mengenal Bunyi-Bunyi ( The Speech  Internetrecognizer)

Sistem ini berfungsi mengenal bunyi-bunyi yang diucapkan  manusia sebagai


suatu bahasa tertentu. Langkah pertama dalam proses mengerti pembicaraan
orang adalah mengenal atau mendeteksi adanya kesatuan fonologi yang berupa
fonem-fonem dari sinyal-sinyal bicara (accustial speech signals)  yang kita
tangkap. jadi, serentetan bunyi-bunyi itu merupakan ujaran yang kita dengar.
kita harus mengenal Apakah bunyi itu merupakan suatu bahasa sa(yang kita
kenal) atau bukan. Untuk itu kita harus tahu fonem-fonem yang ada dalam
bahasa tersebut.

disamping menganalisa sinyal-sinyal bicara itu,  peranan sistem lainnya dalam


model tersebut sangat penting karena kita membantu menentukan identitas sinyal
tersebut.  contohnya bilamana sinyal bicara yang kita dengar (logika kita) atau
bantuan dari leksikan (mental vocabulary) akhirnya kita dapat menangkap arti
sinyal bicara tersebut dengan benar.

2.  Analisis Kalimat atau Parser

Fungsi analisis kalimat adalah untuk menganalisis struktur kalimat.  dalam hal ini,
ia harus mendeteksi Bagaimana hasil proses kerjasama antara tiga sistem  dalam
CPU (Central Processing Unit), yaitu antara speech recognizer (pengenalan

7
bunyi), sistem  konsepsi dan leksikan (kamus dalam sistem kognisi). setelah itu
berhasil mendeteksi, maka ia harus membuat suatu analisis tentang  deteksi itu.
analisis nya sebagai berikut: Mula-mula kesatuan fonologi dari bunyi ujaran
diidentifikasi oleh speech recognizer menjadi berarti,  cara menentukan termasuk
kategori kata apakah hal yang didapat dalam tatabahasa.

untuk penempatan itu menurut G.kempen ada dua proses  analisis yang terjadi
secara stimulan, yakni:

1. Conceptually Guided Analysis ,  yaitu mencari arti untuk yang di


Identifikasikan itu,  dengan bantuan dan dari antisipasi si pendengar
( proses inferensi pendengar).
2. Syntactically Guided Analysis,  mencari sifat atau kualitas kata yang
diidentifikasikan dengan jalan membuat kalimat sedemikian rupa sampai
struktur kalimat tersebut mempunyai arti.

analisis ini bertujuan untuk membentuk struktur konseptual.

3.  Sistem Konseptual (The Conceptual System)

Sistem konseptual merupakan inti dari penggunaan bahasa oleh manusia, oleh
karena proses berpikir Yang mendasari tingkah laku manusia  arti problem
solving ( pemecah masalah), membuat keputusan ( decision making) ,
penggunaan bahasa dan lain-lain terdapat dalam sistem konseptual.

Sistem konseptual dapat dilukiskan dengan konseptual jaringan (conceptual 


Network) itu suatu teori yang berasal dari psikologi berpikir.
apa yang terjadi dalam sistem konseptual menyangkut dua hal penting yaitu:

 adanya pengertian-pengertian atau konsep-konsep, dan


 alat-alat operasional untuk konser tersebut.

Sistem konseptual terdiri atas titik-titik dan garis-garis yang merupakan suatu
Network
(jaringan).  ada beberapa kategori dari konsep-konsep dalam jaringan tersebut,
yaitu:

8
 konsep nominal ( nominal concept) =N
 konsep penentu aksi =  A
 konsep penentu aksi = AP
 konsep penentu nominal = PN

Konsep-konsep tersebut diatas dalam suatu jaringan saling berhubungan satu


dengan yang lain. hubungan hubungan ini oleh  Schank disebut dependencies atau
ketergantungan.

Apa mengapa disebut ketergantungan?  Jawabannya adalah karena pada umumnya


suatu konsep tidak berdiri sendiri,  harus berganti konsep yang lain, misalnya PA
tidak berdiri sendiri, harus bergantung pada A.  iya harus selalu dalam hubungan
atributif dengan konsep N. jadi PA dan PN Ia adalah konsep-konsep yang
bergantung (dependent) ,Sedangkan beberapa konsep dapat berdiri sendiri
misalnya N dan A.  konsep yang berdiri sendiri disebut regenten.

Apa mengapa disebut ketergantungan?  Jawabannya adalah karena pada umumnya


suatu konsep tidak berdiri sendiri,  harus berganti konsep yang lain, misalnya PA
tidak berdiri sendiri, harus bergantung pada A.  iya harus selalu dalam hubungan
atributif dengan konsep N. jadi PA dan PN ia adalah konsep-konsep yang
bergantung (dependent),Sedangkan beberapa konsep dapat berdiri sendiri
misalnya N dan A.  konsep yang berdiri sendiri disebut regenten.

Dalam jaringan (Network), Hubungan-hubungan tersebut selalu ditandai


dengan anak panah.   Arah anak panah selalu menunjukkan ke arah regenten.

Contohnya: Buku biru.

Buku biru adalah dua konsep. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan
sebagai berikut:

Buku biru
Atribut

9
Dapat pula ditulis lebih sederhana, menjadi:

Buku biru
Atribut

Label diberikan kepada anak panah menunjukkan macam hubungan yang


terjadi.  misalnya dalam contoh diatas ialah hubungan atributif.
Pada frase: Buku saya hubungannya menjadi:

Buku saya

Meskipun tadi dikatakan bahwa A dan N Dapat berdiri sendiri,b namun dalam
kasus-kasus tertentu terjadi hubungan ketergantungan antara keduanya,  dan
ketergantungan itu terjadi timbal balik. misalnya ketergantungan antara aktor dan
aktivitasnya yang digambarkan sebagai berikut:

Umar Memukul

Aktor

Menurut Schank,  Dari sekian banyaknya konsep-konsep yang mewakili


perbendaharaan kata seseorang,  semuanya dapat dikelompokkan menjadi
beberapa konsep elementer yang dapat dikaitkan satu sama lain menjadi suatu
konseptualisasi. Schank  mengadakan pengelompokan konsep-konsep elementer
menjadi tiga kelompok konseptualisasi, yaitu:

 konseptualisasi keadaan (state)


 konseptualisasi perubahan keadaan (state change)
 konseptualisasi kejadian-kejadian (events)

 hubungan ketergantungan tersebut di atas tidak saja terjadi antara konsep dengan
konsep ( Ayah- sakit atau ayah- takut)  melainkan juga antara konseptualisasi
dengan konseptualisasi, misalnya:

 Ayah sakit

 Ayah kehujanan

10
ketergantungan itu menjadi “ Ayah sakit karena kehujanan”.  hubungan
antarkonseptualisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gelatik adalah Burung


o o
adalah

Gelatik adalah burung merupakan pengertian yang digambarkan dengan titik-titik.


hubungan antara gelatik dan burung digambarkan dengan garis adalah, sedangkan
arah anak panah menunjukkan ke arah mana hubungan itu. “ Gelatik adalah
burung”  didapatkan dua informasi berikut:

 informasi tentang konsep,  yaitu “ gelatik adalah burung”


 informasi tentang alat yang menghubungkan kedua konsep itu,  yaitu
“adalah”

 Jaringan (network)  ini terdiri dari titik dan garis.  titik merupakan konsep
dan garis menunjukkan hubungan.  dengan demikian, konsepsi jaringan ini
mempunyai dwifungsi, yakni:

  sebagai gambaran suatu fakta dan


  sebagai program untuk proses berpikir

  Dari contoh tersebut di atas terlihat bahwa gelatik dapat memberi


gambaran kepada kita tentang ciri-ciri burung,  dan gelatik dapat pula membuat
kita mempresentasikan ‘gelatik’.

 Sistem konseptual tidak hanya memproduksi konseptualisasi-


konseptualisasi  saja, melainkan juga dapat membentuk konseptualisasi baru
dengan cara inferensi.

  Inferensi menurunkan suatu kesimpulan baru dari pengertian-pengertian 


yang sudah ada atau mengubah suatu pengertian yang sudah ada ( kempen, 1975,
hlm.22)

 contohnya :  gelatik adalah burung

11
burung adalah binatang

  Inferensi yang terjadi adalah:  gelatik adalah binatang, kalau digambarkan


dengan jaringan  (network), menjadi:

o Binatang

Gelatik o

o Burung

Mengenai Sistem konseptual ini,  yang dianggap penting dalam psikologi


bahasa  ialah bagaimana pembicara mengubah struktur konseptual ke dalam
sistem konseptual dari pendengar.  hasil dari aktivitas ini adalah terbentuknya
struktur konseptual yang sama pada diri pendengar. tetapi b aragaimana struktur
konseptual itu dapat berpindah dari pembicara ke pendengar,  masih belum dapat
diterangkan saat ini, berhubung masih adanya keterbatasan pengetahuan dalam
bidang tersebut.

4.  Generator Kalimat (The Sentence Generator)

Sesudah struktur konseptual terbentuk pada seseorang,  kini tinggal


mengekspresikannya ke dalam bahasa ucapan.  tugas ini dilakukan dalam dua
tahapan proses sebagai berikut:

1.  Memilih tema dari bahan bahan pembicaraan dan menyusun sedemikian


rupa supaya dapat dicerna oleh pendengarnya.  informasi yang ada pada
tema itu tidak asing bagi pendengar, sehingga ia dapat menangkap isi
pembicaraan.
2. Formulator mendapat pesan dari konseptualisasi tor dalam bentuk struktur
konseptual yang harus diubahnya ke dalam bentuk ucapan.  untuk itu
terjadi leksikalisasi, struktur kalimat dan sebagainya. pembentukan
kalimat janggal dihindari.

12
5. Artikulator 

 Sistem berfungsi untuk mengucapkan kata-kata. artikulator bertugas


menyampaikan susunan yang dibentuk oleh generator kalimat kepada bagian
artikulasi. Aktivitas ini merupakan proses yang cukup rumit.

6. Leksikon

Leksikon  mental meliputi semua pengetahuan dan dipunyai pemakai


bahasa, berhubungan dengan kata-kata dalam khasanah  perbendaharaan kata atau
dengan kata lain arti kata kata, ciri-ciri morfologi, ciri-ciri sintaksis, cara
pengucapan, cara mengeja (Kempen, 1981, hlm. 16)  berbeda dengan kampus
yang konvensional, di mana kata-kata itu hanya merupakan informasi yang pasif
( seperti kamus biasa), dan merupakan elemen yang aktif yang dapat menentukan
serta bergerak sendiri bila diperlukan menjadi suatu konstruk (gagasan atau
konsep)  yang berarti.

 Tugas leksikon ialah mengerti arti dari suatu pengertian yang ingin atau
akan kita ucapkan.  untuk itu akan dicarinya dalam “kamus mental” yang ada
dalam sistem kognitif kita. Disamping itu,  Ia juga harus memperhatikan
informasi-informasi apa saja yang sudah ada, misalnya:

 Informasi tentang fonologi,  yaitu bagi Iya itu bagaimana hari diucapkan.
 Informasi tentang sintaksis,  yaitu jenis kata dan tempatnya dalam suatu
kalimat.
 Informasi semantik,  yaitu suatu petunjuk (clue) untuk struktur konsep
konseptual
 Informasi tentang pengejaan kata.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan


manusia,  sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir,
bercakap-cakap,  bersuara, ataupun bersiul. Lebih spesifik lagi berbahasa
ini merupakan kegiatan dan proses memahami dan menggunakan isyarat
komunikasi yang disebut bahasa.

Proses produksi atau proses rencangan  berbahasa disebut enkode.


sedangkan proses penerimaan, perekaman,  dan pemahaman disebut
dekode. Kalau kode bisa diartikan sebagai satu isyarat atau tanda (seperti
bahasa)  dalam penyampaian informasi; maka enkode berarti peristiwa
atau proses kelahiran kode tersebut; dan dan dekode  berarti peristiwa
atau proses penerimaan kode tersebut.

Fungsi-fungsi dari tiap-tiap sistem Dalam sistem pemakaian bahasa


tersebut adalah untuk mengenal bunyi-bunyi, analisis kalimat,   sistem
konseptual, artikulator, dan leksikal.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mar’at, Samsunuwiyati. 2011. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: PT


Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai