Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok XI
FAJRIANSYAH (10256121002)
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
ini adalah “Productive Language Skills Speaking, Characteristics of Speech and Stages in the
Speaking Process, Syntactic Planning Lexicalization and Speech Errors.”
Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Psycholinguistic yang telah memberikan amanah kepada Penulis.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, Penulis terima
dengan senang hati. Namun di balik ketidaksempurnaannya tersebut masih tersimpan sebuah
harapan, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULLUAN...............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. BAHASA DAN FIKIRAN....................................................................................5
B. BAHASA DAN OTAK.........................................................................................6
C. BAHASA DAN BUDAYA...................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
KESIMPULAN..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada yang memungkiri bahwa bahasa memegang peran yang sangat penting dalam
kehidupan. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berbuat apa-apa atau malahan kalau
bahasa tidak ada, manusia pun tidak ada. Jadi, bahasa ada karena manusia ada.
(Solchan, 2008) Bahasa adalah sarana berkomunikasi yang digunakan oleh seseorang
dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan, maupun tanda-tanda, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar atau lukisan. Melalui bahasa,
setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan,
dan nilai- nilai moral atau agama. Kemudian dalam konteks mengenal hakikat bahasa,
apabila kita membaca buku linguistik dari berbagai pakar, maka akan kita temui
berbagai definisi tentang bahasa. Definisi-definisi itu yang akan menghasilkan
sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa. Menurut Kridalaksana (Kridalaksana,
1997), bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan sebuah struktur yang unik yang hanya
dimiliki manusia dan membedakannya dari binatang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara produktif?
2. Apa karakteristik dan tahapan dalam proses berbicara?
3. Bagaimana perencanaan sintaksis leksikal dan kesalahan berbicara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara produktif.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan tahapan dalam proses berbicara.
3. Untuk mengetahui perencanaan sintaksis leksikal dan kesalahan berbicara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
ditentukan oleh bahasa warga itu sendiri. Mengenai bahasa itu sendiri, Wilhelm von
Humboldt berkomentar jika substansi bahasa terdiri dari 2 bagian. Bagian awal berbentuk
bunyi bunyi, serta bagian yang lain berbentuk pikiran-pikiran yang belum tercipta. Bunyi-
bunyi dibangun oleh lautform serta pikiran-pikiran dibangun oleh ideenform ataupun
innereform. Jadi bahasa bagi Wilhelm von Humboldt ialah sintesa dari bunyi (lautform) serta
benak (ideenform).
2. Teori Sapir-Whorf Edward Sapir
Sapir-Whorf Edward Sapir mempunyai pendapat yang hampir sama dengan Von
Humboldt. Ia adalah seorang linguis Amerika. Sapir berkata bahwa orang-orang di dunia ini
hidup berdasarkan belas kasihan bahasa mereka. Ini telah menjadi sarana untuk memasuki
kehidupan sosial. Menurutnya, kehidupan bernegara didasarkan pada individualitas dan
karakteristik bahasa tersebut. Oleh karena itu, tidak ada dua bahasa yang cukup mirip untuk
mewakili masyarakat.
3. Teori Jean Piaget
Piaget, dalam menentukan apakah bahasa terkait dengan pikiran, mengatakan bahwa
ada dua macam modus pikiran, yaitu pikiran terarah (directed) atau pikiran intelegen
(intelegent) dan pikiran tidak terarah atau autistik (autistic). Piaget dalam mengembangkan
teori pertumbuhan kognisi menyatakan bila seseorang anak bisa menggolong-golongkan
sekumpulan benda menggunakan cara yang berlainan, sebelum memakai istilah-istilah yg
serupa dengan benda tadi, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi
sebelum dia bisa berbahasa. Berdasarkan teori ini menelaah segala sesuatu tentang global
merupakan melalui tindakan-tindakan serta perilakunya dan setelah itu melalui bahasa.
hal krusial yg berafiliasi bahasa menggunakan kegiatan intelektual (berpikir), yaitu:
1) Sumber aktivitas intelektual tidak dalam bahasa, tetapi di era indera, sistem diagram yang
berkembang penuh yang menghasilkan gambar aspek struktural dan bentuk dasar dari
memori dan penggunaan kembali.
2) Bentuk ide-ide yang diekspresikan dengan tepat dan dibentuk oleh pembelajaran bahasa.
Keduanyadikaitkan dengan tren yang lebih umum, pembentukan fungsi simbolik umum.
Awal dari tindakan simbolik ini dicirikan oleh berbagai tingkah laku yang berkembang
seiring dengan perkembangannya. Piaget juga mengemukakan bahwa aktivitas intelektual
(berpikir) sebenarnya adalah perilaku atau perilaku yang dijelaskan oleh aktivitas sensorik,
termasuk perilaku verbal.
7
mengatur perasaan, emosi, memori, bioritmik, dan sistim kekebalan tubuh, dan (c) neokerteks
(otak berpikir) berfungsi dalam mengatur berpikir intelektual, penalaran, bahasa, dan
kecerdasan yang lebih tinggi.
Ketiga bagian otak tersebut terbagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri. Kedua
belahan ini disebut belahan kanan dan belahan kiri. Eksperimen di kedua belahan otak
menunjukkan bahwa ada transisi dan interaksi antara dua sistem otak, tetapi keduanya
bertanggung jawab atas pemikiran hemisfer dan masing-masing berspesialisasi dalam
keterampilan tertentu.
Penemuan-penemuan ahli bedah otak
Penemu pertama pusat bahasa di hemisfer kiri otak ini ialah Carl Wernicke, seorang
dokter Jerman, pada tahun 1874 menemukan kerusakan pada lobus temporal (Wernick area)
mengakibatkan gangguan dalam memahami ujaran yang disampaikan orang lain. Pada tahun
1861 Paul Broca, seorang ahli bedah otak Perancis, memulai pengkajian hubungan afasia
dengan otak. Broca meneliti kemampuan berbahasa pasienpasien yang menderita himiflegia
sisi kanan badan dengan cara mengautopsi otak pasien ini. Sebelum pasien-pasien ini
meninggal Broca menemukan mereka tidak dapat berbicara tetapi memahami ucapan orang
lain. Setelah diatopsi Broca menemukan Keretakan syaraf dibagian belakang lobus depan kiri
yang disebut Broca area. Jadi, Brocalah yang pertama kali membuktikan, bahwa afasia
berhubungan dengan keretakan otak yang spesifik dan juga menunjukkan bahwa keretakan-
keretakan ini terjadi di hemisfer kiri otak untuk memproduksi bahasa. Broca membuktikan,
bahwa terdapat lokalisasi khusus di hesmifer kiri otak untuk memproduksi bahasa.
1. Wernick area
Letaknya di lobus temporal di sisi kiri otak dan berperan dalam pemahaman ucapan.
Perkembangan atau penggunaan bahasa dapat terganggu secara serius akibat kerusakan pada
area otak Wernicke.Ketika area otak ini rusak, kelainan yang disebut afasia Wernicke dapat
terjadi, dimana orang tersebut dapat berbicara dalam frasa yang terdengar lancar namun
kurang bermakna.
Ahli ilmu saraf awal tertarik untuk menemukan di mana kemampuan tertentu
dilokalisasi di otak. Lokalisasi fungsi otak ini menunjukkan bahwa kemampuan tertentu,
seperti memproduksi dan memahami bahasa, dikendalikan oleh bagian otak
tertentu.Wernicke area berperan penting dalam fungsi bahasa, terutama dalam pemahaman
dan produksi bahasa lisan. Fungsi utamanya termasuk memahami makna kata-kata,
mengenali kata-kata yang didengar, dan membentuk kalimat yang gramatikal. Gangguan
pada Wernicke area dapat mengakibatkan disfungsi bahasa, di mana seseorang mungkin
mengalami kesulitan memahami dan menggunakan bahasa secara efektif.
2. Broca area
Salah satu pionir penelitian ini adalah seorang ahli saraf Perancis bernama Paul Broca.
Pada awal tahun 1870-an, Paul Broca menemukan wilayah otak yang berhubungan dengan
produksi bahasa lisan. Ia menemukan bahwa kerusakan pada area ini mengakibatkan masalah
dalam memproduksi bahasa. Broca menggambarkan bagaimana seorang pasien yang dikenal
sebagai Leborgne dapat memahami bahasa, meskipun dia tidak dapat berbicara selain kata-
kata tertentu dan beberapa ucapan lainnya. Ketika Leborgne meninggal, Broca
melakukan
8
pemeriksaan postmortem pada otak pria tersebut dan menemukan lesi di area lobus frontal.
Area otak ini sekarang disebut sebagai area Broca dan berhubungan dengan produksi ucapan.
Area Broca adalah wilayah otak di lobus frontal yang terlibat dalam produksi ucapan.
Ia bertanggung jawab atas perencanaan dan produksi pidato. Ini membantu mengoordinasikan
otot-otot yang terlibat dalam ucapan dan berperan dalam memahami bahasa. Fungsi utama
Broca area termasuk perencanaan gerakan bicara, koordinasi otot-otot yang diperlukan untuk
berbicara, dan sintesis struktur gramatikal dalam pembentukan kalimat. Kerusakan pada area
Broca dapat mengakibatkan kesulitan berbicara dengan jelas, atau bahkan ketidakmampuan
berbicara sama sekali.
9
2. Bahasa Mempengaruhi Budaya
Hubungan bahasa dan budaya sangat kontroversial dengan pendapat sebagian besar
sarjana. Di dalam hipotesis tersebut dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya
menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia;
dan oleh karena itu, mempengaruhi pula tindakj lakunya. Dengan kata lain, suatu
bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa yang lain, akan mempunyai corak budaya
danjalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan
pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa
manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi
kebudayaan dan jalan pikiran manusia, maka ciri ciri yang ada dalam suatu bahasa
akan tercermin pada sikap dan budaya penuturnya.
Apabila pendapat Silzer (1990) diikuti bahwa bahasa dan budaya merupakan dua
fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siap, atau sekeping mata uang yang
pada sisi yang satu berupa sistem bahasa dan pada sisi yang lain berupa sistem
budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa. Juga
sebaliknya, apa yang tampak dalam bahasa akan tercermin dalam budaya. Misalnya,
dalam bahasa Inggris, dan bangsa Eropa lainnya, yang tidak mengenal kebiasaan
makan nasi, maka dalam bahasanya hanya ada satu kata, yaitu rice, untuk menyatakan
konsep padi, gabah, beras, dan nasi. Begitu juga tidak ada kosakata untuk konsep
lauk, teman makan nasi. Sebaliknya, dalam budaya Indonesia ada karena ada budaya
makan nasi, maka bahasa Indonesia mempunyai kata-kata yang berbeda untuk
keempas konsep itu.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berpikir digunakan untuk memunculkan suatu tanda yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan manusia lain, serta membentuk persepsi suatu masyarakat.
Ketiganya tidak dapat terlepas dan berdiri sendiri. Berpikir merupakan suatu proses awal
dalam membentuk bahasa dan budaya.
Teori bahasa berfokus pada hubungan antara bahasa dan pemikiran manusia. Wihelm
von Humboldt berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi interaksi manusia dan
pemahaman tentang kehidupan dan budaya. Sapir-Whorf Edward Sapir, seorang ahli
bahasa Amerika, percaya bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan
bahasa dan penting untuk kehidupan sosial. Jean Piaget, seorang psikolog, menjelaskan
bahwa bahasa memiliki dua cara berpikir: berpikir terarah (directed) dan berpikir pasif
(interior). Teori perkembangan kognitif Piaget mengemukakan bahwa perkembangan
bahasa terjadi melalui pengulangan dan pengulangan, dan bahwa bahasa menggunakan
aktivitas intelektual (berpikir) untuk mengungkapkan gagasan dan membentuk simbol.
Teori ini menekankan pentingnya bahasa dalam memahami perilaku dan perkembangan
manusia.
Pikiran, bahasa, dan budaya terletak pada asumsi bahasa mempengaruhi pikiran terhadap
dunia dan pikiran individu. Keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi
bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia dan pikiran individu
pemakai bahasa tersebut. Bahasa mempengaruhi pikiran yang berbeda dalam produksi
ujaran, bahasa sebagai dasar pikiran, sistem bahasa sebagai penunjuk spesifikasi
pandangan, dan sistem bahasa sebagai penunjuk spesifikasi budaya. Bahasa dapat
memperluas pikiran dan memahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya
terhadap realitas.
11
DAFTAR PUSTAKA
12