Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Language, mind brain, language thought and culture

Dosen Pengampu:

Delfina Gemely M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok XI

FAJRIANSYAH (10256121002)

FANI FADLIA (10256121018)

TASYA MEIRLENTINA (10256121033)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

JURUSAN TARBIYAHDAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
ini adalah “Productive Language Skills Speaking, Characteristics of Speech and Stages in the
Speaking Process, Syntactic Planning Lexicalization and Speech Errors.”

Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Psycholinguistic yang telah memberikan amanah kepada Penulis.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, Penulis terima
dengan senang hati. Namun di balik ketidaksempurnaannya tersebut masih tersimpan sebuah
harapan, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Majene, 10 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULLUAN...............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. BAHASA DAN FIKIRAN....................................................................................5
B. BAHASA DAN OTAK.........................................................................................6
C. BAHASA DAN BUDAYA...................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
KESIMPULAN..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada yang memungkiri bahwa bahasa memegang peran yang sangat penting dalam
kehidupan. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berbuat apa-apa atau malahan kalau
bahasa tidak ada, manusia pun tidak ada. Jadi, bahasa ada karena manusia ada.
(Solchan, 2008) Bahasa adalah sarana berkomunikasi yang digunakan oleh seseorang
dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan, maupun tanda-tanda, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar atau lukisan. Melalui bahasa,
setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan,
dan nilai- nilai moral atau agama. Kemudian dalam konteks mengenal hakikat bahasa,
apabila kita membaca buku linguistik dari berbagai pakar, maka akan kita temui
berbagai definisi tentang bahasa. Definisi-definisi itu yang akan menghasilkan
sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa. Menurut Kridalaksana (Kridalaksana,
1997), bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan sebuah struktur yang unik yang hanya
dimiliki manusia dan membedakannya dari binatang.

Pemilikan bahasa oleh manusia membuatnya menjadi mahkluk yang dapat


berpikir, tanpa bahasa manusia itu sama saja dengan binatang: tidak dapat berpikir.
Bahasa dan pikiran tidak bisa dipisahkan, yang satu tidak mungkin ada tanpa yang
satu lagi. Pada umumnya para ilmuan berpendapat , bahwa bahasa itu adalah
pikiran dan pikiran itu adalah bahasa. Pikiran dan bahasa adalah satu dan bersifat
nurani: sudah ada di dalam otak begitu manusia dilahirkan (Simanjuntak,2008).
Ernst Cassier menyebut manusia sebagai animal symbolicum, makhluk yang
menggunakan symbol. Secara generik ungkapan ini lebih luas dari pada sekedar
homo sapiens. Bagi Cassier, keunikan manusia sebenarnya bukanlah sekedar terletak
pada kemampuannya berbahasa. Seorang filosof kenamaan, H.G.Gadamer,
menyatakan bahwa status manusia tidak dapat melakukan apa-apa tanpa
menggunakan bahasa. Dalam satu pernyataannya yang terkenal, secara jelas pula
seorang filosof bahasa,
2
Ludwig Van Wittgeinstein, mengatakan bahwa batas dunia manusia adalah bahasa
mereka Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahasa dan
pikir dinyatakan oleb Whorf dan Saphir. Whorf dan Saphir melihat bahwa pikiran
manusia ditentukan oleh system klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan
manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan berbicara produktif?
2. Apa karakteristik dan tahapan dalam proses berbicara?
3. Bagaimana perencanaan sintaksis leksikal dan kesalahan berbicara?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara produktif.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan tahapan dalam proses berbicara.
3. Untuk mengetahui perencanaan sintaksis leksikal dan kesalahan berbicara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. bahasa dan fikiran


Bahasa dan fikiran adalah dua aspek yang saling berhubungan erat. Bahasa
memainkan peranan penting dalam mengungkapkan dan mengkomunikasikan fikiran
seseorang. Proses berfikir sering kali melibatkan penggunaan bahasa, sama ada dalam
bentuk lisan atau tulisan.Penggunaan bahasa membolehkan individu merumuskan
idea, merancang strategi, dan menyampaikan maklumat. Di sisi lain, cara seseorang
berfikir juga mempengaruhi penggunaan bahasa mereka. Orang yang terlatih dalam
berfikir analitik mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang lebih teratur dan
sistematik.
Dengan kata lain, bahasa bukan hanya alat untuk menyampaikan fikiran, tetapi
juga medium di mana fikiran dihasilkan dan diproses. Perkembangan bahasa
seseorang juga dapat mencerminkan perkembangan fikiran mereka sepanjang
hayatketerampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan secara
lisan kepada lawan bicara.
Proses hubungan antara bahasa dan fikiran melibatkan beberapa aspek:
1. Ekspresi Fikiran Bahasa membolehkan individu menyatakan dan mengungkapkan
fikiran mereka. Melalui kata-kata, frasa, dan struktur bahasa lainnya, seseorang dapat
mengkomunikasikan ide, perasaan, dan pandangan mereka kepada orang lain.
2. Pemikiran Abstrak Bahasa memungkinkan kita untuk memahami dan
menghasilkan pemikiran abstrak. Konsep-konsep kompleks atau ide-ide abstrak dapat
diungkapkan dan dipahami melalui penggunaan bahasa.
3. Pemikiran Analitis Proses berfikir analitis seringkali memerlukan penggunaan
bahasa untuk merinci, menyusun, dan mengevaluasi ide. Seseorang yang terlatih
dalam berfikir analitis mungkin mampu menguraikan pemikiran mereka dengan jelas
melalui bahasa.
4. Pengaruh Bahasa Terhadap Pemikiran Bahasa yang digunakan seseorang juga
dapat memengaruhi cara mereka berfikir. Bahasa mempunyai norma dan struktur
tertentu, dan ini boleh mempengaruhi cara seseorang memandang dan memproses
informasi.
5. Perkembangan Bahasa dan Kognitif Perkembangan bahasa pada anak-anak
seringkali dikaitkan dengan perkembangan kognitif mereka. Kemahiran bahasa yang
berkembang membolehkan anak-anak memahami dunia sekitar mereka dan
mengembangkan kemahiran berfikir.

pemakalah menuliskan 3 teori yaitu menjelaskan tentang hubungan bahasa .


1. Teori Wihelm von Humboldt
Dalam pemikirannya, Wihelm von Humboldt menekankan terdapatnya
4
ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Artinya, pemikiran hidup serta budaya
sesuatu warga

5
ditentukan oleh bahasa warga itu sendiri. Mengenai bahasa itu sendiri, Wilhelm von
Humboldt berkomentar jika substansi bahasa terdiri dari 2 bagian. Bagian awal berbentuk
bunyi bunyi, serta bagian yang lain berbentuk pikiran-pikiran yang belum tercipta. Bunyi-
bunyi dibangun oleh lautform serta pikiran-pikiran dibangun oleh ideenform ataupun
innereform. Jadi bahasa bagi Wilhelm von Humboldt ialah sintesa dari bunyi (lautform) serta
benak (ideenform).
2. Teori Sapir-Whorf Edward Sapir
Sapir-Whorf Edward Sapir mempunyai pendapat yang hampir sama dengan Von
Humboldt. Ia adalah seorang linguis Amerika. Sapir berkata bahwa orang-orang di dunia ini
hidup berdasarkan belas kasihan bahasa mereka. Ini telah menjadi sarana untuk memasuki
kehidupan sosial. Menurutnya, kehidupan bernegara didasarkan pada individualitas dan
karakteristik bahasa tersebut. Oleh karena itu, tidak ada dua bahasa yang cukup mirip untuk
mewakili masyarakat.
3. Teori Jean Piaget
Piaget, dalam menentukan apakah bahasa terkait dengan pikiran, mengatakan bahwa
ada dua macam modus pikiran, yaitu pikiran terarah (directed) atau pikiran intelegen
(intelegent) dan pikiran tidak terarah atau autistik (autistic). Piaget dalam mengembangkan
teori pertumbuhan kognisi menyatakan bila seseorang anak bisa menggolong-golongkan
sekumpulan benda menggunakan cara yang berlainan, sebelum memakai istilah-istilah yg
serupa dengan benda tadi, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi
sebelum dia bisa berbahasa. Berdasarkan teori ini menelaah segala sesuatu tentang global
merupakan melalui tindakan-tindakan serta perilakunya dan setelah itu melalui bahasa.
hal krusial yg berafiliasi bahasa menggunakan kegiatan intelektual (berpikir), yaitu:
1) Sumber aktivitas intelektual tidak dalam bahasa, tetapi di era indera, sistem diagram yang
berkembang penuh yang menghasilkan gambar aspek struktural dan bentuk dasar dari
memori dan penggunaan kembali.
2) Bentuk ide-ide yang diekspresikan dengan tepat dan dibentuk oleh pembelajaran bahasa.
Keduanyadikaitkan dengan tren yang lebih umum, pembentukan fungsi simbolik umum.
Awal dari tindakan simbolik ini dicirikan oleh berbagai tingkah laku yang berkembang
seiring dengan perkembangannya. Piaget juga mengemukakan bahwa aktivitas intelektual
(berpikir) sebenarnya adalah perilaku atau perilaku yang dijelaskan oleh aktivitas sensorik,
termasuk perilaku verbal.

B. Bahasa dan otak


sistem otak manusia dibagi jadi 3 1) otak besar (sereberum); kedua, otak kecil
(serebelum); serta terakhir, batang otak. Dalam berbahasa, otak besar inilah yang sangat
berfungsi. Korteks serebral pada bagian otak besar ikut serta langsung dalam pemrosesan
bahasa serta mengendalikan ataupun mengelola proses kognitif manusia. otak reptil), 2)
sistim limbik (otak mamalia), dan 3) neokorteks (otak berpikir). Lebih lanjut, masing-masing
bagian otak manusia berkembang pada waktu yang berbeda dan mempunyai struktur syaraf
tertentu dan mengatur tugas yang dilakukan: (a) batang (otak reptile) berfungsi dalam
mengatur fungsi motor sensorik dan kelangsungan hidup; (b) sistim bilik (otak mamalia)
6
berfungsi dalam

7
mengatur perasaan, emosi, memori, bioritmik, dan sistim kekebalan tubuh, dan (c) neokerteks
(otak berpikir) berfungsi dalam mengatur berpikir intelektual, penalaran, bahasa, dan
kecerdasan yang lebih tinggi.
Ketiga bagian otak tersebut terbagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri. Kedua
belahan ini disebut belahan kanan dan belahan kiri. Eksperimen di kedua belahan otak
menunjukkan bahwa ada transisi dan interaksi antara dua sistem otak, tetapi keduanya
bertanggung jawab atas pemikiran hemisfer dan masing-masing berspesialisasi dalam
keterampilan tertentu.
Penemuan-penemuan ahli bedah otak
Penemu pertama pusat bahasa di hemisfer kiri otak ini ialah Carl Wernicke, seorang
dokter Jerman, pada tahun 1874 menemukan kerusakan pada lobus temporal (Wernick area)
mengakibatkan gangguan dalam memahami ujaran yang disampaikan orang lain. Pada tahun
1861 Paul Broca, seorang ahli bedah otak Perancis, memulai pengkajian hubungan afasia
dengan otak. Broca meneliti kemampuan berbahasa pasienpasien yang menderita himiflegia
sisi kanan badan dengan cara mengautopsi otak pasien ini. Sebelum pasien-pasien ini
meninggal Broca menemukan mereka tidak dapat berbicara tetapi memahami ucapan orang
lain. Setelah diatopsi Broca menemukan Keretakan syaraf dibagian belakang lobus depan kiri
yang disebut Broca area. Jadi, Brocalah yang pertama kali membuktikan, bahwa afasia
berhubungan dengan keretakan otak yang spesifik dan juga menunjukkan bahwa keretakan-
keretakan ini terjadi di hemisfer kiri otak untuk memproduksi bahasa. Broca membuktikan,
bahwa terdapat lokalisasi khusus di hesmifer kiri otak untuk memproduksi bahasa.
1. Wernick area
Letaknya di lobus temporal di sisi kiri otak dan berperan dalam pemahaman ucapan.
Perkembangan atau penggunaan bahasa dapat terganggu secara serius akibat kerusakan pada
area otak Wernicke.Ketika area otak ini rusak, kelainan yang disebut afasia Wernicke dapat
terjadi, dimana orang tersebut dapat berbicara dalam frasa yang terdengar lancar namun
kurang bermakna.
Ahli ilmu saraf awal tertarik untuk menemukan di mana kemampuan tertentu
dilokalisasi di otak. Lokalisasi fungsi otak ini menunjukkan bahwa kemampuan tertentu,
seperti memproduksi dan memahami bahasa, dikendalikan oleh bagian otak
tertentu.Wernicke area berperan penting dalam fungsi bahasa, terutama dalam pemahaman
dan produksi bahasa lisan. Fungsi utamanya termasuk memahami makna kata-kata,
mengenali kata-kata yang didengar, dan membentuk kalimat yang gramatikal. Gangguan
pada Wernicke area dapat mengakibatkan disfungsi bahasa, di mana seseorang mungkin
mengalami kesulitan memahami dan menggunakan bahasa secara efektif.
2. Broca area
Salah satu pionir penelitian ini adalah seorang ahli saraf Perancis bernama Paul Broca.
Pada awal tahun 1870-an, Paul Broca menemukan wilayah otak yang berhubungan dengan
produksi bahasa lisan. Ia menemukan bahwa kerusakan pada area ini mengakibatkan masalah
dalam memproduksi bahasa. Broca menggambarkan bagaimana seorang pasien yang dikenal
sebagai Leborgne dapat memahami bahasa, meskipun dia tidak dapat berbicara selain kata-
kata tertentu dan beberapa ucapan lainnya. Ketika Leborgne meninggal, Broca
melakukan
8
pemeriksaan postmortem pada otak pria tersebut dan menemukan lesi di area lobus frontal.
Area otak ini sekarang disebut sebagai area Broca dan berhubungan dengan produksi ucapan.
Area Broca adalah wilayah otak di lobus frontal yang terlibat dalam produksi ucapan.
Ia bertanggung jawab atas perencanaan dan produksi pidato. Ini membantu mengoordinasikan
otot-otot yang terlibat dalam ucapan dan berperan dalam memahami bahasa. Fungsi utama
Broca area termasuk perencanaan gerakan bicara, koordinasi otot-otot yang diperlukan untuk
berbicara, dan sintesis struktur gramatikal dalam pembentukan kalimat. Kerusakan pada area
Broca dapat mengakibatkan kesulitan berbicara dengan jelas, atau bahkan ketidakmampuan
berbicara sama sekali.

C. Bahasa pemikiran dan budaya


Pikiran ,bahasa, dan budaya memiliki keterkaitan yang sangat erat, masing-masing
kontrak tersebut mencerminkan satu konstrak yang lain (Frawley dalam Forrester,1996).
Keterkaitan antara bahasa dan budaya terletak pada asumsi bahwa setiap budaya telah
memilih jalannya sendiri-sendiri dalam menentukan apa yang harus dipisahkan dan apa
yan harus diperhatikan dalam memberi nama pada realitas (Goldschmidt,1960). Disisi
yang lain, keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa
mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran
individu pemakai bahasa tersebut (Whorf dalam Rahkmat,2000). Keterkaitan antara
bahasa dan pikiran di mungkinkan karena berpikir adalah Upaya untuk mengasosiasikan
kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa. Beberapa
uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain:
1. Bahasa mempengaruhi pikiran.
Menurut Steinberg (1982:101), hubungan bahasa dan pikiran dapat dilihat dari
segi (i) produksi ujaran sebagai dasar pikiran, (ii) bahasa sebagai basis dasar pikiran,
(iii) sistem bahasa sebagai penunjuk spesifikasi pandangan, dan (iv) sistem bahasa
sebagai penunjuk spesifikasi budaya. Dilihat dari produksinya, ujaran merupakan
dasar pikiran. Hal ini menunjukkan bahwa pikiran adalah sejenis tingkah laku. Sebuah
ujaran atau kalimat merupakan hasil pemikiran atau pertimbangan. Pikiran yang
tersirat dalam suatu kalimat merpakan tingkah laku bahkan perubahan tingkah laku.
Keinginan yang diungkapkan dalam sebuah kalimat pun merupakan hasil pemikiran.
Dalam kehidupan sehari-hari, pikian dilahirkan melalui bahasa, baik lisan maupun
tulis. Bahasa itu sendiri merupakan hasil pemikiran. Karena itu, dapat disebutkan
bahwa bahasa merupakan dasar fundamental pikiran. Bahasa dapat memperluas
pikiran. Melalui kegiatan berbahasa (menyi- mak dan membaca), seseorang dapat
menambah kosa katanya, yang sekaligusmemperluas pikirannya.
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas.
Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang
mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Sapir,
Whorf mengambil contoh bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang
sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan
sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang
mendetail tentang realitas. Jadi bahasa dan pikiran itu berhubungan karena bahasa
memilliki kontribusi, bahasa dipakai sebagai allat untuk menngunngkapkan pikiran

9
2. Bahasa Mempengaruhi Budaya
Hubungan bahasa dan budaya sangat kontroversial dengan pendapat sebagian besar
sarjana. Di dalam hipotesis tersebut dikemukakan bahwa bahasa bukan hanya
menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia;
dan oleh karena itu, mempengaruhi pula tindakj lakunya. Dengan kata lain, suatu
bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa yang lain, akan mempunyai corak budaya
danjalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan
pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa
manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi
kebudayaan dan jalan pikiran manusia, maka ciri ciri yang ada dalam suatu bahasa
akan tercermin pada sikap dan budaya penuturnya.
Apabila pendapat Silzer (1990) diikuti bahwa bahasa dan budaya merupakan dua
fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siap, atau sekeping mata uang yang
pada sisi yang satu berupa sistem bahasa dan pada sisi yang lain berupa sistem
budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa. Juga
sebaliknya, apa yang tampak dalam bahasa akan tercermin dalam budaya. Misalnya,
dalam bahasa Inggris, dan bangsa Eropa lainnya, yang tidak mengenal kebiasaan
makan nasi, maka dalam bahasanya hanya ada satu kata, yaitu rice, untuk menyatakan
konsep padi, gabah, beras, dan nasi. Begitu juga tidak ada kosakata untuk konsep
lauk, teman makan nasi. Sebaliknya, dalam budaya Indonesia ada karena ada budaya
makan nasi, maka bahasa Indonesia mempunyai kata-kata yang berbeda untuk
keempas konsep itu.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berpikir digunakan untuk memunculkan suatu tanda yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan manusia lain, serta membentuk persepsi suatu masyarakat.
Ketiganya tidak dapat terlepas dan berdiri sendiri. Berpikir merupakan suatu proses awal
dalam membentuk bahasa dan budaya.
Teori bahasa berfokus pada hubungan antara bahasa dan pemikiran manusia. Wihelm
von Humboldt berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi interaksi manusia dan
pemahaman tentang kehidupan dan budaya. Sapir-Whorf Edward Sapir, seorang ahli
bahasa Amerika, percaya bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan
bahasa dan penting untuk kehidupan sosial. Jean Piaget, seorang psikolog, menjelaskan
bahwa bahasa memiliki dua cara berpikir: berpikir terarah (directed) dan berpikir pasif
(interior). Teori perkembangan kognitif Piaget mengemukakan bahwa perkembangan
bahasa terjadi melalui pengulangan dan pengulangan, dan bahwa bahasa menggunakan
aktivitas intelektual (berpikir) untuk mengungkapkan gagasan dan membentuk simbol.
Teori ini menekankan pentingnya bahasa dalam memahami perilaku dan perkembangan
manusia.
Pikiran, bahasa, dan budaya terletak pada asumsi bahasa mempengaruhi pikiran terhadap
dunia dan pikiran individu. Keterkaitan antara bahasa dan pikiran terletak pada asumsi
bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia dan pikiran individu
pemakai bahasa tersebut. Bahasa mempengaruhi pikiran yang berbeda dalam produksi
ujaran, bahasa sebagai dasar pikiran, sistem bahasa sebagai penunjuk spesifikasi
pandangan, dan sistem bahasa sebagai penunjuk spesifikasi budaya. Bahasa dapat
memperluas pikiran dan memahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya
terhadap realitas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Marzuqi Lib. (2019) Keterampilan Berbicara. CV Istana


Hadi Abdul. (2020) Karakteristik Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun & Tips Cara Berkomunikasi.
Tirto.id
BCCampus. The Standard Model of Speech Production.
Parera, Jos Daniel. 1987. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga.
AKBI. Analisis Kesalahan Berbahasa

12

Anda mungkin juga menyukai