Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BAHASA DAN RETORIKA

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Murahim, S.Pd., M.Pd.

Kelompok 7

1. Ratu Agung Cynthia L.D. (A1C016130)


2. Risa Martia Aryanti (A1C016134)
3. Haikal Khatamy (D1A016102)
4. Harisa Audivia Yuandini (D1A016105)
5. Hanny Rizkia Shavina (E1F016025)

SHM 9
TPB BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah bahasa dan retorika ini dapat terselesaikan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan berkat beliau pula sehingga kita terhindar dari kegelapan dan kejahilihan.

Makalah bahasa dan retorika ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, baik itu dari
orang tua, teman – teman maupun kepada dosen yang telah memberikan saran dan
bimbingan.

Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca sangat diharapkan.

Akhirnya kami sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi


perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Bahasa Indonesia.

Mataram, 05 Juni 2017

Kelompok 7

[Type text] ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
2.1 Bahasa.......................................................................................... 2
2.2 Retorika........................................................................................ 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

[Type text] iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diantara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan
berbicara Kemampuan untuk mengungkap isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari
mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Dengan berbicara,
manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan pada akhirnya
menciptakan bangunan budya insane.
Bahasa adalah penemuan manusia yang paling menakjubkan: manusia sungguh-
sungguh “sapiens” (bijaksana, berbudi) hanya karena ia “loquens (bertutur), yakni karena
ia dapat belajar bercakap (Paul Chauchard dalam Baryadi, 2004: 1). Setiap manusia
secara fitrah memiliki kemampuan berbahasa. Dengan bahasa, manusia dapat
mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
Bahasa merupakan media retorika, sedangkan retorika sering digunakan sebagai
ilmu berbicara yang diperlukan setiap orang (Rakhmat, 2001: 2). Ketika berbicara di
depan umum, mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang kualitas
pembicaraannya. Selain itu, retorika digunakan untuk meyakinkan pendengar akan
kebenaran gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak
mahasiswa yang mampu menggunakan retorika dengan baik dan efektif. Oleh karena itu,
perlu adanya rekonstruksi bahasa dan retorika yang digunakan mahasiswa dalam
berkomunikasi atau berbicara di depan umum. Rekonstruksi tersebut dapat dimulai dari
segi penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara. Kemudian selanjutnya pada
ilmu retorika yang harus digunakan, yaitu metode dan etika retorika.
Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan berbicara
mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara secara intelektual”.
Untuk itu disini penulis akan membahas tentang bahasa dan retrorika.

1.2 Rumusan masalah


a. Apakah itu bahasa?
b. Apakah itu retorika?

1.3 Tujuan
a. Memenuhi tugas kuliah Bahasa Indonesia dari dosen yang bersangkutan
b. Untuk mengetahui seputar tentang bahasa
c. Untuk mengetahui tetang retrorika

[Type text] 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana
dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007: 1). Manusia dengan segala rutinitas dan
aktivitasnya, tidak pernah terlepas dari bahasa, karena bahasa merupakan hal yang paling
penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, manusia dapat mengomunikasikan apa yang
dipikirkan dan dapat pula mengekspresikan sikap dan perasaanya ( Arsjad, 1991: 11).
Hal itu adalah salah satu yang membedakan antara manusia dengan makhluk yang
lainnya.
Orang berbahasa karena adanya suatu rangsangan dari lingkungannya yang harus
segera direspon melalui bahasa. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan sistem
lambang yang digunakan untuk berinteraksi di dalam masyarakat.

Fungsi bahasa

Fungsi bahasa selain sebagai sebagai alat komunikasi atau sarana untuk
menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, juga
berfungsi sebagai :

 Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.

Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa


kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan
pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:

 Sebagai alat komunikasi.

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan


memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang
lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai
komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi
sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena
bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra
berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non

[Type text] 2
verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan
dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan
media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene
setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

 Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.

Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan
menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang
dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk
berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.

 Sebagai alat kontrol Sosial.

Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrolsosial
dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran,
ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan
masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol
sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah.
Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah
kita.

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

Sebagaimana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar
Sumpah Pemuda tanggal 28Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa
nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45, BabXV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan
sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan
baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai
sistem lambang nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi
bahasa adalah nilai pemakaian bahasa tersebutdi dalam kedudukan yang diberikan.

[Type text] 3
 Bahasa Nasional

Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa


Indonesia memiliki empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai :

1. Lambang identitas nasional,


2. Lambang kebanggaan nasional,
3. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda, dan
4. Alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

 Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai:

1. Bahasa resmi negara,


2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi.

Sifat-sifat Bahasa
1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu
dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur
yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara
acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri
dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik).
Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis,

[Type text] 4
tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa
tersebut sebagai berikut.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang


Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang
kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam
kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu:
tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat
(gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada
hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang
dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi


Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat
dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan
udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga
tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi
bahasa.

4. Bahasa itu bersifat arbitrer


Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana
suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan
wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau
pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966:
67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan signifie.
Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie (petanda)
adalah konsep yang dikandung signifiant.

Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang


dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa
tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu
diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari
bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena

[Type text] 5
bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk
mengetahui maknanya.

5. Bahasa itu bermakna


Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai
lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat
dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna,
maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa

6. Bahasa itu bersifat konvensional


Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu
bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai,
dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia
harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang
lain, maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik


Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri
yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem
bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem
lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal


Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang
sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri
universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

[Type text] 6
9. Bahasa itu bersifat produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi
dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan
bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia,
/a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan
bahasa:

 /i/-/k/-/a/-/t/ 
 /k/-/i/-/t/-/a/
 /k/-/i/-/a/-/t/
 /k/-/a/-/i/-/t/

10. Bahasa itu bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang


dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena
perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga
istilah dalam variasi bahasa yaitu:

a. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan. 


b. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
pada suatu tempat atau suatu waktu.
c. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya,
ragam baku dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia,
sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu
berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi
dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

[Type text] 7
12. Bahasa itu manusiawi

Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi


binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa
bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti
bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

2.2 RETORIKA
 Pengertian Retrorika
Retorika (dari bahasa Yunani: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik
pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui
karakter pembicara, emosional atau argumen (logo). Menurut Aristoteles, Dalam
retorika terdapat 3 bagian inti yaitu :
1) Ethos (ethical) : Yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara ia
berkomunikasi
2) Pathos (emotional) : Yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami
dengan pendekatan “Psikologi massa”.
3) Logos (logical) : Yaitu pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh
pembicara

Dalam ajaran retorika Aristoteles, terdapat tiga teknis alat persuasi (mempengaruhi)
politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan
diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat
sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada
apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak,
pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada wacana
memuji dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga
maupun gagasan.

 Arti Retorika
Secara etimologis, retorika berasal dari bahasa Yunani, “rhetrike” yang berarti
seni kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang. Aristoteles dalam bukunya
“Rhetoric” mengemukakan pengertian retorika, yaitu kemampuan untuk memilih dan
menggunakan bahasa dalam situasi tertentu secara efektif untuk mempersuasi orang

[Type text] 8
lain. Sedangkan menurut Gorys Keraf, retorika adalah suatu istilah secara tradisional
yang diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan
pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Menurut P. Dori Wuwur Hendrikus,
retorika adalah kesenian untuk berbicara baik yang digunakan dalam proses
komunikasi antarmanusia.
Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik (kunst, gut zu reden
atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan
keterampilan teknis (ars, techne). Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti
berbicara lancar tanpa pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan
untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat, dan mengesankan. Retorika
modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik
pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika
modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan
kesanggupan berbicara. Dalam bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang
tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata
yang tepat, benar dan mengesankan.
Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara dapat dengan
mencontoh para rektor yang terkenal (imitatio), dengan mempelajari dan
mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina), dan dengan melakukan latihan
yang teratur (exercitium). Dalam seni berbicara juga dituntut penguasaan bahan (res)
dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa (verba).

 Pembagian retorika
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa, khususnya ilmu bina bicara
(sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1. Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana hanya
seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam monologika adalah
pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan deklamasi.
2. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau
lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk
dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan dan
debat.

[Type text] 9
3. Pembinaan Teknik Bicara
Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik bicara. Teknik
bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu, pembinaan teknik bicara
merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian ini perhatian lebih
diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik
membaca dan bercerita.

   APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?


Sebuah pepatah bahasa latin berbunyi: “Poeta nascitur, orator fit.” Artinya, “seorang
penyair dilahirkan, tetapi seorang ahli pidato dibina”. Sejak dua ribu tahun terbukti
bahwa banyak orang menjadi ahli pidato, karena mereka mempelajari teknik berbicara
dan berpidato serta tekun melakukan latihan berbicara juga berpidato. Berikut
terdapat dua contoh dalam sejarah yaitu:
1. Demosthenes (384 - 322)
Demosthenes dari lahir memiliki kekurangan dalam berbicara. Dalam mengatasi
itu, dia pergi ke pantai laut, menaruh kerikil dalam mulutnya, dan berusaha
berbicara dengan ucapan yang jelas dan dengan suara yang sekuat mungkin untuk
bisa mengatasi gemuruh hempasan ombak, dan usahanya ini berhasil.
Demosthenes akhirnya menjadi seorang ahli pidato dalam Kerajaan Yunani Kuno.
2. Winston Churchill (1874 - 1965)
Untuk bisa berpidato di depan Parlemen Inggris. Winston Churchill berhari–hari
dia mencoba membuat latihan membaca dan berpidato. Dia mempersiapkan diri
secara intensif. Beberapa bagian penting dari pidatonya malah dihafalkan. Usaha
yang tekun ini akhirnya menjadikannya seorang ahli pidato terkenal.

Orang-orang yang bersifat introver dapat mengalami kesulitan dalam


menggunakan bahasa. Introver adalah bersifat suka memendam rasa dan pikiran
sendiri dan tidak mengutarakannya kepada orang lain (bersifat tertutup). Dalam
mempelajari retorika lebih mudah bagi mereka yang ekstover, tetapi tetap saja
keberhasilan seni berbicara tergantung dari usaha untuk mengembangkan kemampuan
dengan optimal. Terus latihan untuk berbicara akan merubah gaya berbicara
seseorang. Oleh karena itu, seni berbicara dapat dikuasai dan ilmu retorika juga dapat
dipelajari.

[Type text] 10
 5 hukum Retrorika dalam presentasi
1# Temukan materi sebelum presentasi
2# Menyusun materi presentasi
3# Tentukan gaya bahasa anda
4# Memahami isi presntasi anda
5# Teknik penyampaian presentasi

 Manfaat dan Tujuan Retorika


Tujuan daraipada retorika adalah untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengar
atau pembaca terhadap apa yang kita bicarakan atau kita tulis dengan memperhatikan
beberapa hal diantaranya adalah logos, pthos, etos.
Manfaat daripada retorika sangatlah banyak namun kesemuanya padahakikatnya
hanya satu yaitu menciptakan seorang pembicara atau penulis yang menarik,
profesional, memahamkan, serta mampu memahami keadaan daripada pembaca atau
lawan bicara kita sehingga tercipta suatu komunikasi yang baik dan tercapainya
maksud yang kita inginkan.

[Type text] 11
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahasa merupakan media retorika, sedangkan retorika sering digunakan sebagai
ilmu berbicara yang diperlukan setiap orang. Perlu dipersiapkan dengan baik dan cermat,
bahan-bahan pembicaraan yang tepat, patut dan menarik untuk dibicarakan, yang disusun
sedemikian rupa untuk memudahkan mahasiswa berbicara.
Rekonstruksi bahasa dan retorika dapat dimulai dengan penguasaan unsur-unsur
kebahasaan dan nonkebahasaan dalam berbicara. Setelah itu, penting juga seorang
pembicara menggunakan metode dan etika retorika yang tepat. Dengan demikian,
diharapkan akan tercetak generasi mahasiswa yang terampil berbicara secara intelektual.

3.2 SARAN
Untuk penyempurnaan makalah ini kami sangat berharap diberikan masukan berupa
kritik dan saran di dalamnya.

[Type text] 12
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar.
Padang: FBSS UNP.

P. D. W. Hendrikus SVD. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius

Hidayanti, Rosyidatul. 01 April 2008. Bahasa dan Retorika. Diakses 05 Juni 2017 dari
http://rosyidatulhidayati.blogspot.co.id/2008/04/bahasa-dan-retorika.html

Imran, Adli Abi.12 februari 2015. Makalah Retorika Bahasa Indonesia. Diakses 05 Juni
2017. https://blogmateri.wordpress.com/2015/02/12/makalah-retorika-bahasa-indonesia/

Wikipedia. 1996. Retorika. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki/retorika. diakses 5 Juni


2017

Hutasoit, Nella. 22 April 2012. Pengertian Bahasa. Diakses 05 Juni 2017 dari
http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/pengertian-bahasa/

Umar, Firda. 31 Mei 2014. Makalah Retorika. Diakses 05 Juni 2017 dari
http://firdaumar.blogspot.co.id/2014/05/makalah-retorika.html

[Type text] 13

Anda mungkin juga menyukai