Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEMAHAMI BAHASA INDONESIA BAKU


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Muhammad Yusuf M.Pd

Disusun Oleh :

DEKA MAHMUDAN
2021100260589

INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN (IAIS)


LUMAJANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah ta’ala.


Atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul
“Memahami Bahasa Indonesia Baku” dapat kami selesaikan dengan baik, kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam
Bahasa keseharian yang bias kita pelajari salah satunya dari karya film. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber akni
melalui kejian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, para dosen dan juga teman-teman seperjuangan yang
membatu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. tiada yang sempurna
di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan yang maha sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, ataupun adanya ketidakssesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya
dari pembaca agar bias membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Penulis
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Indonesia Baku..................................................3

B. Pengertian Pembakuan Bahas..........................................................4

C. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku......................................................7

D. Fungsi Bahasa Indonesia Baku........................................................8

E. Karakterinsik Bahasa Baku Indonesia.............................................10

KESIMPULAN............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibutuhkan oleh
manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa sudah
digunakan sejak zaman nenek moyang kita, untuk berinteraksi dengan
orang lain guna menyampaikan maksud yang ada di dalam hati dan
fikiran seseorang. Jadi dapat dipertegas bahwa bahasa merupakan satu
kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Bahasa merupakan segi kehidupan yang memegang peranan penting,
sebagai alat interaksi kehidupan manusia untuk bersosial,
berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan
menggunakan bahasa, manusia dapat berhubungan dengan alam
sekitarnya, terutama dengan manusia lainnya. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang dibutuhkan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari.
Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang baku.
Bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam situasi formal atau resmi. Secara tertulis misalnya pada
buku pelajaran, dan secara lisan misalnya pada pidato kenegaraan.
Contoh penggunaan bahasa indonesia baku yaitu misalnya kata
“harganya” sedangkan dalam bahasa Indonesia yang tidak baku adalah
“dia punya harga”
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti termotivasi
untuk melakukan suatu penelitian dengan formulasi judul
“Memahami Bahasa Indonesia Baku”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Bahasa Indonesia baku?
2. Apa pengertian dari pembakuan Bahasa?
3. Apa saja ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku?
4. Apa fungsi dari Bahasa Indonesia baku?
5. Apa Karakterinsik Bahasa baku Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Bahasa baku Indonesia.
2. Memahami tentang pembakuan Bahasa.
3. Dapat menyebutkan ciri-ciri Bahasa Indonesia baku.
4. Memahami fungsi dari Bahasa yang baku.
5. Memahami karakterinsik Bahasa baku Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan


seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua
pengertian dari bahasa yaitu pertama menyatakan bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer. Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam
bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language
dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama
sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk
pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek
dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka
berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah
dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas.
Baku berarti Bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat.
Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi
bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat.
Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan
lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih
sering digunakan pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia
pendidikan , pada urusan resmi pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan
juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-
hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan
ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku atau standar beranggapan
adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa
pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari
dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada
bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada
penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem pendidikan
negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi.
Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang
menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan
penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku
memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah
bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena
memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai
kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku ialah bahasa standar
yang benar dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara.
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau
dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Ada beberapa pengertian bahasa baku menurut para ahli (Chaer,
1995: 251—252):
1. Halim (1980) berpendapat bahwa bahasa baku adalah bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian kelompok pemakainya sebagai
bahasa resmi dan kerangka rujukan norma bahasa serta penggunaannya.
Bahasa baku sebagai kerangka rujukan memiliki norma dan kaidah
yang dijadikan tolok ukur benar atau tidaknya penggunaan bahasa.
Sedangkan, bahasa tidak baku adalah bahasa yang tidak dilembagakan
dan cenderung menyimpang dari norma bahasa baku.
2. Dittmar (1976) mendefisikan bahasa baku sebagai ragam ujaran dari
satu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi
pergaulan sosial atau kepentingan dari berbagai pihak yang dominan
dalam masyarakat itu. pengesahan ragam tersebut dilakukandengan
mempertimbangkan nilai yang didorong oleh sosiolpolitik.
3. Hartman dan Stork (1972) memberikan pengertian bahasa baku sebagai
ragam bahasa yang secara sosial lebih sering diinginkan dan dikaitkan
pada ujaran pihak-pihak yang berpendidikan baik di dalam maupun di
sekitar pusat kebudayaan atau politik masyarakat tersebut.
4. Pie dan Geynor (1954) mendefinisikan bahwa bahasa baku adalah
dialek suatu bahasa yang istimewa dalam hal sastra dan budaya
dibandingkan dengan dialek-dialek lainnya dan disepakati sebagai
bahasa yang paling sempurna oleh masyarakat penutur dialek-dialek
lain.

B. Pengertian Pembakuan Bahasa

Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, sebab bahasa


merupakan alat bagi manusia untuk berinteraksi. Bahasa Indonesia
mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam
prakteknya kita sering menggunakan kata non baku. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah
yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun
bahasa yang digunakan sama yaitu bahasa Indonesia. Saat kita
mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan situasi dan
kondisinya. Pembakuan bahasa juga dibutuhkan masyarakat. Usaha
pembakuan bahasa tersebut bertujuan agar tercapai pemakaian bahasa
yang cermat, cepat, dan efisien dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat.
Pembakuan disebut juga standardisasi. Menurut J.S. Badudu
pembakuan atau standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-
norma bahasa. Berdasarkan bahasa yang dipakai oleh masyarakat,
ditetapkan pola-pola yang berlaku pada bahasa itu. Pola yang dipilih itulah
yang dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata atau menyusun
kalimat, maka bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang
sudah ditetapkan.
Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan,
perbendaharaan kata, pembentukan istilah, dan penyusunan tata bahasa.
Pembakuan bahasa dapat dilakuan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :
a. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa
Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai oleh
sekolah-sekolah sebelum Perang Dunia ke-2,
b. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan
suatu sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan
penerapan istilah-istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.

Pada intinya pembakuan bahasa adalah proses pemilihan salah satu


ragam bahasa menjadi ragam bahasa resmi sebagai tolok ukur (norma)
penggunaan bahasa yang baik dan benar dengan usaha dan pengembangan
yang tiada henti (selama bahasa itu masih digunakan). Pembakuan bahasa
memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Efesiensi dan efektivitas komunikasi
Bahasa baku memungkinkan adanya komunikasi yang lebih lancar,
efektif, dan efisien. Kesatuan dan kesamaan aturan bahasa maupun
konsep-konsep bahasa memudahkan untuk saling memahami
antaranggota masyarakat pemakai bahasa.
2. Integrasi masyarakat budaya.
Perbedaan kebudayaan selalu diikuti dengan perbedaan konsep dan
kata sehingga sering ada anggapan bahwa kata yang ada dalam suatu
bahasa tidak terdapat dalam bahasa lain. Dilihat dari integrasi dalam
suatu masyarakat, pembakuan konsep dan kata maupun kesamaan
atursan bahasa adalah syarat mutlak.

Meolino (1975:2) mengatakan, bahwa pada umumnya yang layak


di anggap baku adalah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan
masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar
kewibawaannya. Termasuk didalamnya para pejabat negara, para guru,
warga media massa,alim ulama dan cendekiawan. Sebenarnya banyak
dasar atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan atau memilih
sebuah ragam menjadi ragam bahasa baku. Dasar atau kriteri itu, antara
lain;
a. otoritas
b. bahasa penilis-penulis terkenal
c. demokrasi
d. logika
e. bahasa orang-orang yang terkemuka dalam masyarakat.

Dasar otoritas, maksudnya, penentuan baku atau tidak baku


berdasar pada kewenangan orang yang di anggap ahli, atau pada
kewenangan buku tata bahasa atau kamus. Kalau dasar bahasa para penulis
terkenal yang di jadikan bahasa baku, maka akan terlihat adanya tiga
macam kelemahan. Pertama, bahwa bahasa itu bukanlah hanya bahasa
tulis saja, tetapi ada juga bahasa lisan. Kedua, siapa yang bisa menjamin
bahwa penulus-penulis terkenal telah menguasai aturan tata bahasa dengan
baik. Ketiga, karena penulis-penulis terkenal itu berbeda pada zaman yang
lalu, makapertanyaan kita untuk menyatakan keberatan, apakah bahasa
penulis-penulis terkenal itu bahasanya masih sesuai keadaan sekarang.
Dasar demokrasi, maksudnya, untuk menentukan bentuk bahasa
yang benar dan tidak benar atau baku dan tidak baku, tentunya kita harus
menggunakan data statistic. Setiap bentuk satuan bahasa harus di selidiki,
dicatat, lalu di hitung frekuensi penggunaannya. Mana yang terbanyak
itulah yang dianggap benar; yang frekuensinya sedikit tidak dianggap
benar.
Dasar logika, maksudnya, dalam penentuan baku dan tidak baku
digunakan pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak. Tampaknya
dasar logika tidak dapat digunakan untuk menentukan kebakuan bahasa,
sebab seringkali benar dan tidak benar struktur bahasa tidak sesuai dengan
pemikiran logika.
Dasar logika, maksudnya adalah dalam penentuan baku ataupun
tidak baku digunakan pemikiran logika, bisa diterima akal atau tidak.
Tampaknya dasar logika tidak dapat digunakan untuk menentukan
kebakuan bahasa, sebab seringkali benar dan tidak benar struktur bahasa
tidak sesuai dengan pemikiran logika.
Dasar bahasa orang-orang terkemuka dalam masyarat. Maksudnya
penentuan baku atau tidaknya suatu bentuk bahasa didasarkan pada bahasa
orang-orang terkemuka seperti pemipin, wartawan, pengarang, guru dan
sebagainya. Menurut Baradja penentuan baku atau tidaknya suatu bentuk
bahasa indonesia, barangkali dapat menggunakan dasar kelima ini yang
digabungkan dengan dasar pertama yaitu dasar otoritas.
Dalam menetapkan suatu ragam bahasa menjadi bahasa baku, ada
tiga hal yang menjadi pedoman, yaitu;
1. Dasar keserasian: bahasa yang digunakan dalam komunikasi
resmi,baik tulis maupun lisan.
2. Dasar keilmuan: bahasa yang digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.
3. Dasar kesastraan: bahasa yang digunakan dalam berbagai karya sastra.

Masalah pembakuan bahasa terkait dengan dua hal, yakni


kebijaksanaan bahasa dan perencanaan bahasa. Melalui kebijaksanaan
bahasa, bahasa dipilih dan ditentukan salah satu dari sejumlah bahasa yang
ada untuk dijadikan bahasa nasional atau bahasa resmi kenegaraan.
Sedangkan melalui perencanaan bahasa, bahasa dipilih dan ditentukan
sebuah ragam bahasa dari ragam-ragam yang ada untuk dijadikan ragam
baku atau ragam standar bahasa tersebut.
Usaha pembakuan bahasa, sebagai salah satu usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa, tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari
berbagai sarana, yaitu
1. Pendidikan : pendidikan sebagai situasi formal bukan hanya
membutuhkan penggunaan bahasa baku, tetapi juga merupakan tempat
untuk menyebarluaskan pengembangan dan penyebaran bahasa baku.
2. Industri Buku : industri buku juga sangat penting dalam penyebaran
dan pengembangan bahasa baku, sebab melalui bukulah ragam bahasa
baku dapat ditampilkan
3. Perpustakaan : adanya perpustakaan dengan jumlah buku yang tersedia
cukup banyak akan mempercepat proses pembakuan bahasa.
penyebaran dan pengembangan bahasa baku tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan perpustakaan
4. Administrasi Negara : kelangsungan eksistensi bahasa baku dapat
terjamain dengan adanya administrasi negara yang rapi, tertib dan
teratur. Admistrasi negara yang tidak teratur akan merusak
kelangsungan eksistensi bahasa baku.
5. Media massa : tersedianya media massa baik tulis maupun elektronik
akan menjamin tercapainya pembakuan bahasa dengan lebih luas.
6. Tenaga : pembakuan bahasa juga memerlukan tenaga-tenaga terlatih
dan terdidik dalam bidang kebahasaan. Tiadanya atau kurangnya
tenaga kebahasaan ini akan menyulitkan proses pembakuan bahasa.
7. Penelitian : tanpa adanya penelitian yang terus menerus di bidang
kebahasaan, usaha pengembangan dan pembakuan bahasa tidak akan
mencapai kemajuan.

Adanya ragam baku, termasuk lafal baku, dalam bahasa Indonesia


merupakan tuntutan Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa
Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut
setiap orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi satu sama lain baik
secara lisan maupun tertulis dalam bahasa persatuan. Penetapan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk kegiatan
dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan
dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa
Indonesia itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil
yang baik jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama–dalam hal ini
ragam baku bahasa Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan tentu saja
dibutuhkan lafal baku. Upaya pembakuan lafal bahasa Indonesia pada
dasarnya dapat dilaksanakan dengan dua jalur, yaitu jalur sekolah dan jalur
luar sekolah.

C. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya.


Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia
menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya.
Ragam ini digunakan sebagai tolak ukur karena kaidah-kaidahnya paling
lengkap diperikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki ciri atau
arah, yaitu:
1) tidak terpengaruh bahasa daerah;
2) tidak dipengaruhi bahasa asing;
3) bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
4) pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
5) pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
6) tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

Adapun ciri-ciri bahasa baku menurut Hasan Alwi (2003:14) ciri-


ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang


berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat
berubah setiap saat.
2) Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat,
paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses


pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah,
bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.
D. Fungsi Bahasa Indonesia Baku
1. bahasa Indonesia sebagai pemesatu bangsa
Sejak awal pembentukannya, Bahasa Indonesia menunjukan proses
sosial, budaya, dan politik yang menjadi sikap bersama sebagai bangsa
Indonesia. Karena itu Bahasa Indonesia juga dapat dianggap sebagai
cerminan sikap kebangsaan untuk memajukan Bhineka Tunggal Ika.
Sebagai sebuah produk sosial-budaya yang bhineka. Pada kenyataanya
hampir semua penduduk di Indonesia mengerti Bahasa Indonesia dan
bahasa ini juga sudah diikrarkan menjadi bahasa nasional ketika
Sumpah Pemuda dikumandangkan tahun 1928. Meskipun pada
kenyataanya bahasa Indonesia berasal dari bahasa minoritas yaitu
bahasa Melayu, namun kekuatannya dalam mempersatukan bangsa
Indonesia sudah tak bisa diremehkan lagi. Sebagai bukti dilihat dari
semangat para pejuang saat mengupayakan kemerdekaan Indonesia.
Mereka dengan lantang menyuarakan semboyan “Merdeka atau Mati !”.
Semboyan ini secara merta membangkitkan semangat rakyat untuk
terus berjuang demi kesatuan bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa
kekuatan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa tidak bisa
dianggap sebagai hal yang remeh.
Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap
masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka kemungkinan
terbesar masyarakat tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan
masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan
semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa
baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa
Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur
berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan
mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa
Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di
Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia
baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan
nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
Indonesia modern.
2. bahasa Indonesia sebagai kekhasan bangsa
Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku
memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu,
bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian masyarakat Indonesia.
Hal itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia. Yang meragukan
sebagian orang ialah apakah perasaan itu bertalian lebih erat dengan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa baku. Yang
jelas ialah pendapat orang banyak bahwa bahasa Indonesia berbeda
dari bahasa Malaysia atau dari bahasa Melayu di Singapura dan
Brunei Darussalam. Bahkan bahasa Indonesia dianggap sudah jauh
berbeda dari bahasa Melayu Riau- Johor yang menjadi induknya.
Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise.
Pembakuan kata memberikan bahasa khas dari suatu bangsa. Oleh
karena itu, penerapan kata baku pada Bahasa Indonesia yang baik dan
benar dapat memperkuat rasa nasionalisme masyarakat kita.
Penggunaan bahasa baku sanggup menjadi ciri khas bagi setiap
penggunanya, baik itu individu maupun kelompok. Dengan
digunakannya bahasa baku dalam keseharian, maka individu ataupun
kelompok tersebut akan menjadi pembeda diantara individu atau
kelompok lainnya.
3. bahasa Indonesia sebagai kewibawa bangsa
Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat
pemerolehan bahasa baku sendiri. Ahli bahasa dari beberapa kalangan
di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan
bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia
Tenggara ( dan mungkin juga di Afrika) yang juga memerlukan
bahasa yang modern. Di sini pun harus dikemukakan bahwa prestise
itu mungkin lebih dimiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
daripada sebagai bahasa baku. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi
pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata
ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun
begitu, menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan di beberapa
tempat bahwa penutur yang mahir bebahasa Indonesia dengan baik
dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
Hal ini dikarenakan bahasa baku identik dengan formalitas dan
kesantunan. Selain itu, orang atau kelompok yang memakai bahasa
baku juga identik sebagai orang yang memahami dan menjunjung
tinggi bahasa Indonesia yang baik juga benar. Oleh karenanya, bahasa
Indonesia yang baku sanggup membawa kewibawaan bagi siapapun
yang menggunakannya, baik individu maupun kelompok.
4. bahasa Indonesia sebagai kerangka acuan bangsa
fungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan
adanya norma dan kaidah yang (dikodifikasi) secara jelas. Norma dan
kaidah itu menjadi tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa
orang seorang atau golongan. Dengan demikian, penyimpangan norma
dan kaidah dapat dinilai. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan
bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang
susastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang
menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam
permaianan kata, iklan, dan tajuk berita. Fungsi ini di dalam bahasa
Indonesia baku belum berjalan dengan baik.
Bahasa baku sanggup menjadi contoh seseorang dalam berbahasa.
Hal ini sebab bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia, sehingga layak untuk menjadi contoh
berbahasa seseorang. Bila seseorang bisa memakai bahasa baku
dengan baik, maka orang tersebut dianggap sudah memakai bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Begitu pun sebaliknya, orang yang
belum bisa memakai bahasa baku dengan baik, akan dianggap belum
menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia bukanlah sebuah sistem yang tunggal. Sebagai
bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi yang
masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dalam proses
komunikasi. Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak
ada yang lebih baik atau lebih tinggi daripada yang lain. Salah satu
variasi tersebut diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu.
Variasi tersebut dinamakan bahasa standar atau bahasa baku.
Bahasa Indonesia baku memiliki bidang pemakaian tersendiri,
tidak setiap saat atau waktu dapat dipakai. Bahasa Indonesia baku
dapat dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut :
1. Untuk komunikasi resmi, seperti upacara-upacara kenegaraan,
rapat-rapat dinas, pengumuman resmi dan sebagainya.
2. Untuk wacana teknis, misalnya laporan kegiatan, makalah
ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) dan sebagainya.
3. Pembicaraan di depan umum, seperti pidato, ceramah, seminar,
dan sebagainya.
4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati, misalnya pejabat
pemerintahan, atasan, guru, dan sebagainya.

E. Karakteristik Bahasa Baku Indonesia

a. Bersifat inklusif dan terbuka

Berbagai bahasa daerah dan bahasa asing menjadi bahasa serapan


dan kemudian menjadi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
menunjukan proses komunikasi dan pergaulan masyarakat yang
inklusif, termasuk pergaulan dengan bangsa lain. Karena itu, ide
“pemurnian bahasa’’ bertentangan dengan prinsip inklusif yang menjadi
roh dari Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
hidup karena inklusivismenya.

b. Bersifat pluralis.

Menerima perbedaan dan keragaman sebagai sebuah kekayaan


bangsa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah
cerminan dari Bhineka Tungal Ika—keberagaman yang menjadi legasi
bangsa. Bahasa Indonesia akan terus berkembang karena pluralisme
menjadi roh dari bahasa tersebut. Tanpa plurlisme Bahasa Indonesia
ibarat badan tanpa jiwa.

3. Bersifat demokratis dan egaliter

Semua orang dari berbagai status sosial, latar belakang, suku dan
agama dapat berkomunikasi langsung dengan menggunakan bahasa
yang sama. Tidak ada hirarki sosial dalam penggunan Bahasa
Indonesia. Karena itu Bahasa Indonesia dengan cepat dapat menjadi
“bahasa kemanusiaan” dimana semua manusia menjadi setara
dihadapan Bahasa Indonesia.

4. Bersifat pemersatu bangsa

Bahasa Indonesia kehadirannya dapat diterima disemua daerah,


wilayah, lintas agama dan lintas etnis, orang desa dan orang kota,
perempuan maupun laki-laki. Kehadiranya sebagai pemersatu sudah
berumur lebih tua dari Republik Indonesia sendiri. Dengan karakter
tersebut maka sikap anti pluralis, anti inklusivitas, anti kesetaraan dan
pemecah belah persatuan bangsa, dapat dianggap ancaman bagi
keberlanjutan bahasa Indonesia.Oleh karena itu, inklusivisme,
egalitarisme dan pluralisme yang melekat pada Bahasa di Indonesia
perlu dikelola untuk kebutuhan pembangunan sosial, politik, dan
ekonomi bangsa Indonesia. Kebijakan memasukkan Bahasa Indonesia,
bahasa daerah dan bahasa asing dalam pendidikan harus dapat
meningkatkan peran bahasa Indonesia sebagai peneguh identitas bangsa
yang menyatukan keberagaman suku bangsa di Indonesia

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan
ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku atau standar beranggapan
adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok
yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam
masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa
percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa
baku lebih sering digunakan pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi
pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi.
Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan,
perbendaharaan kata, pembentukan istilah, dan penyusunan tata bahasa.
Pembakuan bahasa dapat dilakuan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :
a. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa
Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai oleh sekolah-
sekolah sebelum Perang Dunia ke-2,
b. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan suatu
sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan penerapan istilah-
istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.

Pada intinya pembakuan bahasa adalah proses pemilihan salah satu ragam
bahasa menjadi ragam bahasa resmi sebagai tolok ukur (norma) penggunaan
bahasa yang baik dan benar dengan usaha dan pengembangan yang tiada henti
(selama bahasa itu masih digunakan). Pembakuan bahasa memiliki fungsi
sebagai berikut.
a. Efesiensi dan efektivitas komunikasi
Bahasa baku memungkinkan adanya komunikasi yang lebih lancar, efektif,
dan efisien. Kesatuan dan kesamaan aturan bahasa maupun konsep-konsep
bahasa memudahkan untuk saling memahami antaranggota masyarakat
pemakai bahasa.
b. Integrasi masyarakat budaya.
Perbedaan kebudayaan selalu diikuti dengan perbedaan konsep dan kata
sehingga sering ada anggapan bahwa kata yang ada dalam suatu bahasa tidak
terdapat dalam bahasa lain. Dilihat dari integrasi dalam suatu masyarakat,
pembakuan konsep dan kata maupun kesamaan atursan bahasa adalah syarat
mutlak.
Ciri Bahasa baku
1) tidak terpengaruh bahasa daerah;
2) tidak dipengaruhi bahasa asing;
3) bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;
4) pemakaian imbuhannya secara eksplisit;
5) pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
6) tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

Fungsi Bahasa baku

a. bahasa Indonesia sebagai pemesatu bangsa


b. bahasa Indonesia sebagai kekhasan bangsa
c. bahasa Indonesia sebagai kewibawa bangsa
d. bahasa Indonesia sebagai kerangka acuan bangsa
Karakterinsik Bahasa baku
1. Bersifat inklusif dan terbuka
2. Bersifat pluralis.
3. Bersifat demokratis dan egaliter
4. Bersifat pemersatu bangsa
DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Moeliono. (1984). Santun Bahasa. Jakarta: Gramedia.

____. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

E. Zaenal Arifin, S. Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

J.S., Badudu. (1992). Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia.

M. Ramlan dkk. (1992). Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi
Offset.

Mustakim. (1992). Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. (2000). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. Dapat diakses pada alamat:
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/
pedoman_umum-ejaan_yang_disempurnakan.pdf

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. (1999). Jakarta: Grasindo.

Suharsono. (1993). Bahasa Indonesia. tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai