Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN MASYARAKAT

DALAM ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dosen Pengajar :
Hj.Isnaniah, SST.,M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Ghina Aulia Rahmi
NIM : P07124220024
Semester : VII B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023
PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN MASYARAKAT
DALAM ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses memberikan
informasi secara terus menerus dan berkesinambungan dengan
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan atau proses membantu sasaran untuk membekali dirinya
agar berubah dari tidak tahu menjadi tahu maupun yang sudah tahu menjadi
mau dan mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan. Proses
pemberdayaan ini berfungsi untuk memperbaiki kondisi permasalahan yang
ada di masyarakat dengan cara dilakukan dari masyarakat, oleh masyarakat,
dan untuk masyarakat itu sendiri guna memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan. (Azizah, 2019)
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang
menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas
(masyarakat sekitar). Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian
kegiatan yang merupakan implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan
melalui praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan
asuhan kebidanan. (Ambrawati, 2021)
B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama
dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat
sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Azizah, 2019)
C. Model dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Banyak model dan strategi pemberdayaan masyarakat yang telah
dikembangkan, khususnya di bidang kesehatan. Model pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan dalam bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia
(UKBM), antara lain: Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan klasifikasi:
Pratama, Madya, Purnama maupun Mandiri, Pos Pembinaan Terpadu; Lanjut Usia
(Posyandu Lansia); Kelurahan/Desa Siaga aktif; Pondok Bersalin Desa (Polindes
dan KBKIA); Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Pos Obat Desa (POD), Pos
Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Taman Obat Keluarga (TOGA), Pemantauan
dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB), Keluarga Mandiri, Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren), Dana Sehat serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bergerak dibidang kesehatan. (Rusadi, 2018)
D. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli
mengatakanbahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya
bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan
tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk
dirumuskan.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan
dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan
masyarakat lingkungannya. (Bustami, 2019)
E. Tujuan Peran serta Masyarakat
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat di bidang
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan pemimpin/pemuka masyarakat dalam
menggerakkan upaya kesehatan, meningkatkan persatuan dan
kebersamaan, kegotong royongan dalam menyelesaikan masalah
secara mandiri.
b. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali,
menghimpun, dan mengelola dana/sarana masyarakat untuk
kesehatan.
d. Untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga
negara dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan masalah kesehatan.
e. Meningkatkan persatuan dan kebersamaan kegotong royongan dalam
menyelesaikan masalah secara mandiri. (Bustami, 2019)
F. Faktor Yang Mempengaruhi Peranserta Masyarakat
Beberapa faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat antara lain:
1. Manfaat kegiatan yang dilakukan.
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta
menjadi lebih besar.
2. Adanya kesempatan.
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk
berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna
dalam kegiatan yang akan dilakukan.
3. Memiliki ketrampilan.
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan
orang yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut
maka orang tertarik untuk berperanserta.
4. Rasa Memiliki.
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat
sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan
dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan.
5. Faktor tokoh masyarakat.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa
tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta
maka mereka akan tertarik pula berperan serta. (Rusadi, 2018)
Analisa Jurnal

Judul Pengaruh Pemberdayaan Keluarga Terhadap Pemanfaatan


Buku KIA pada Ibu Hamil
Jurnal Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Volume & Vol. 15(1), Hal. 154-162
Halaman
Tahun 2023
Penulis Jundra Darwanty, Retno Dumilah, Siti Khadijah, A. Achmad
Fariz
Reviewer Ghina Aulia Rahmi
Tanggal 2 Agustus 2023

Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberdayaan keluarga terhadap peningkatan
pemanfaatan buku KIA.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah keluarga terdekat yaitu ibu,
mertua atau saudara dari ibu hamil trimester tiga, dengan
inkulusi: perempuan, sudah pernah melahirkan,
berkomunikasi dengan ibu hamil minimal dua kali dalam
seminggu, Jumlah sampel 60 orang yang ditetapkan dengan
teknik proporsional stratified random sampling.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah pre eksperimen dengan
pendekatan The One Group Pretest Post-test. Lokasi
penelitian pada dua kota yaitu Kabupaten Karawang dan Kota
Bukittinggi pada tahun 2020.
Definisi Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan
Operasional buku KIA, keterlibatan keluarga, keampuan deteksi keluarga
Variabel dan pengetahuan keluarga.
Dependen
Cara & Alat Cara yang digunakan untuk mengukur variabel dependen
Mengukur yaitu one group pre test post test.
Variabel
Dependen
Definisi Variabel Independen dalam penelitian ini adalah
Operasional pemberdayaan keluarga kepada subjek. Pelatihan
Variabel pemberdayaan keluarga meningkatkan tingkat pemanfaatan
Independen buku KIA pada ibu hamil.
Langkah- Langkah Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi ibu hamil
Terapi trimester tiga. Selanjutnya, ibu hamil menentukan keluarga
terdekat yang akan dilatih sesuai dengan kriteria responden.
Kepada keluarga yang ditetapkan dilakukan pre-test,
sedangkan pada ibu hamil diukur pemanfaatan buku KIA.
Selanjutnya dilakukan pelatihan kepada responden dengan 4
kali pertemuan dalam 1 minggu, masing- masing 3 jam
pelajaran atau 150 menit. Materi yang diberikan tentang
pentingnya buku KIA, keterlibatan keluarga dan mendeteksi
ibu hamil yang beresiko dan menjelaskan materi yang ada
dalam buku KIA, lalu dilakukan post- tes pada pertemuan
terakhir pelatihan.
Responden yang sudah dilatih berinteraksi dengan ibu hamil.
Interaksi dilakukan melalui komukasi dengan bertanya
tentang nasehat yang diberikan tenaga kesehatan saat
pemeriksaan kehamilan, apakah sudah dilakukan apa yang
dianjurkan tenaga kesehatan, meningkatkan untuk kunjungan
ulang kehamilan dan merespon keluhan ibu hamil. Interaksi
ini dilakukan dengan ibu hamil sebanyak 4 kali yang terdiri
atas 2 kali dalam kehamilan, 1 kali segera setelah persalinan,
diantara hari pertama sampai 3 setalah bersalin dan 1 kali
antara hari ke 8 sampai 14 postpartum. Jarak pertemuan
minimal satu minggu. Post-test pemanfaatan buku KIA
kepada ibu dilakukan setalah responden berinteraksi sebanyak
empat kali dengan ibu. Selama interaksi antara keluarga dan
ibu hamil diamati oleh peneliti. Pengamatan dilakukan dengan
mengunakan daftar ceklis.
Hasil Penelitian Dari hasil akhir pemodelan penelitian ini menunjukan bahwa
pengetahuan keluarga yang melakukan pemberdayaan
meningkatkan pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil
(p=0,050) dengan OR 5,5 kali lebih meningkatkan
pemanfaatan buku KIA.
Ini artinya ibu, mertua, atau kerabat yang melakukan
pendampingan yang mempunyai pengetahuan yang baiklah
yang akan berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA,
sedangkan variabel kemampuan deteksi dan keterlibatan tidak
temukan pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA.
Kekuatan Model pelatihan pemberdayaan dengan pola pelatihan 12 jam
Penelitian dapat meningkatkan pemberdayaan anggota keluarga dalam
pemanfaatan buku KIA pada ibu hamil. Anggota keluarga
dengan pengetahuan tentang buku KIA yang baik dapat
meningkatkan pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil sebesar
5,5 kali lebih baik dibandingkan pengetahuan tentang buku
KIA yang kurang.
Analisa Jurnal

Penulis Tujuan Metode Sampel Hasil


(Tahun)
Mirani et al., Mengetahui jenis Metode kualitatif Masyarakat - Partisipasi
2019 partisipasi dengan pendekatan Kampung KB masyarakat
masyarakat dan deskriptif LayangLayan berjenis partisipa
faktor-faktor yang (observasi, g, Kota fungsional
mempengaruhi wawancara dan juga Palembang - Faktor pendukung
keberhasilan dokumentasi). keberhasilan
program program yakni
Kampung KB pemahaman
Layang-Layang, masyarakat,
Kota Palembang. partisipasi aktif
kader sosialisasi
berkelanjutan,
peran tokoh
masyarakat, dan
dukungan
stakeholder.
- Faktor penghambat
program yakni
keterbatasan dana,
kurangnya
koordinasi lintas
sektor, keterlibatan
masyarakat belum
menyeluruh, dan
kurangnya
pendampingan dari
berbagai bidang.
Sabilla & Menganalisis Metode kuantitatif Program - Tingkat partisipasi
Purnaningsih, tingkat partisipasi (kuesioner dan Kampung KB masyarakat dalam
2020 masyarakat, observasi) yang pada kegiatan program Kampung
hubungan antara didukung dengan Bina KB Desa Kapas
faktor internal dan data kualitatif Keluarga secara keseluruhan
eksternal (wawancara Balita (BKL) berada pada
mengenai mendalam). sebanyak 20 kategori tinggi dan
partisipasi responden, berperan aktif.
masyarakat pada Bina - Variabel Internal
Program Keluarga Jenis pekerjaan
Kampung KB di Lansia (BKL) memiliki
Desa Kapas. sebanyak 20 hubungan
responden, signifikan dengan
safari KB tingkat partisipasi.
sebanyak 20 - Faktor Eksternal
responden, Peran kader dan
sehingga total Pengurus Kegiatan
sebanyak 60 sangat berperan
responden. untuk
meningkatkan
partisipasi
masyarakat.
Yulizawati, et Meningkatkan Metode Studi Masyarakat - Terealisasi
al., 2019 partisipasi dokumenter, penduduk Kampung
keluarga, wawancara, dan Jorong kependudukan
masyarakat, peran analisis kuantitatif. Indobaleh yang merupakan
pemerintah, Barat, Nagari program nasional
lembaga non Mungo pemerintah lewat
pemerintah serta Kampung KB.
swasta agar sesuai - Mempermudah
kebutuhan dan masyarakat
kondisi wilayah mencari informasi
Kampung KB di dan data, berkat
jorong Indobaleh adanya Rumah
Barat, Nagari Data ku.
Mungo. - Meningkatkan
kualitas
kecerdasan
masyarakat dengan
adanya Pojok
Kependudukan.
Handayani, et Untuk Metode pendekatan Informan - Partisipasi dan
al., 2020 mengetahui, kualitatif dengan perwakilan komitmen
menganalisis, wawancara BKKBN Jawa pemerintah
serta mendalam. Tengah, yaitu maupun
mengevaluasi Magelang, masyarakat cukup
Kampung KB di Sukoharjo, baik, namun
Provinsi Jawa dan partisipasi antar
Tengah. Temanggung. sektor kurang.
- Sarana dan
prasarana
pendukung masih
cukup rendah.
- Pendirian dan
pengerahan di
tingkat Provinsi
belum terjadwal
secara rutin dan
terkoordinasi
secara penuh
Partisipasi mendukung masyarakat untuk sadar akan situasi dan masalah
yang dihadapi serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah mereka atau memiliki kesadaran kritis. Partisipasi masyarakat
dalam program pembangunan yaitu ketersediaan masyarakat untuk berkontribusi
melalui uang, barang, tenaga, ketrampilan, jasa dan dalam bentuk kemudahan
lainnya yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anggota masyarakat
dan ditunjukkan untuk kepentingan program pembangunan yang diinginkan. Faktor
partisipasi terbagi menjadi 2, yakni faktor internal/ dalam (yang meliputi umur,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, pekerjaan, dan jumlah anak) dan faktor
eksternal/luar (meliputi pendampingan kader dan pengurus Kampung KB) dimana
faktor internal yang sangat mempengaruhi yaitu jenis pekerjaan dan faktor eksternal
yang mempengaruhi yaitu kader dan pengurus Kampung KB, hal tersebut terbukti
berpengaruh pada peningkatan partisipasi masyarakat menjadi lebih aktif.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Mirani et al (2019) yang
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat (faktor internal), partisipasi aktif
kader, sosialisasi berkelanjutan, peran tokoh masyarakat, dan dukungan stakeholder
(faktor eksternal) juga meningkatkan partisipasi masyarakat menjadi lebih aktif.
Hambatan yang dialami dalam penelitian Mirani et al (2019) diantaranya
keterbatasan dana, kurangnya koordinasi lintas sektor, keterlibatan masyarakat
belum menyeluruh, dan kurangnya pendampingan dari berbagai bidang. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Handayani, et al (2020) dimana faktor partisipasi
antar sektor dan sarana prasarana juga merupakan penghambat dalam keberhasilan
partisipasi Kampung KB. Namun secara keseluruhan faktor penghambat tersebut
dapat diatasi dengan manfaat yang nantinya akan diperoleh partisipan dari kegiatan
tersebut. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Yulizawati, et al (2019) yang
menyatakan bahwa penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan secara terarah
dan rutin akan berdampak pada terealisasinya program Rumah data ku dan pojok
kependudukan yang berhasil meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan
masyarakat sekitar. Tingkat partisipasi masyarakat sejak adanya Kampung KB ini
tergolong tinggi dan aktif, karena kegiatannya bermanfaat baik untuk individu
maupun lingkungan, apalagi seluruh kegiatan dilakukan secara gratis, dan terdapat
pembinaan untuk menambah ekonomi keluarga sekaligus upaya peningkatan
derajat kesehatan. (Ramadhani, 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. (2019). Pemberdayaan Keluarga melalui Asuhan Kebidanan


Keluarga dalam Komunitas Sebagai Upaya Meningkatkan Status Kesehatan
Keluarga. Journal of Innovation in Community Empowerment, 1-7.

Azizah, dkk., (2021). Analisis Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan


melalui Posyandu Lansia: Literature Review. hal. 147-159

Bustami., dkk. (2017). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : CV. Rumahkayu
Pustaka Utama

Darwanty, J., Dumilah, R., Khadijah, S., & Fariji, A. A. (2023). Pengaruh
Pemberdayaan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Buku Kia Pada Ibu Hamil.
Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 15(1), 154-162.

Ramadhani., dkk. (2021). Analisis Pemberdayaan Masyarakat Program Kampung


Keluarga Berencana (KB): Literature Review. hal. 69-79

Rusadi, C, P., (2018). Pra Profesi Kebidanan Komunitas Modul 3. Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai