Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui
Dosen Pembimbing Mata Kuliah: Yuni Nurchasanah, S.Keb, Bd
Disusun Oleh:
Kelompok 1
2B
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
waktu yang telah ditentukan.
Lembaran ini disusun menjadi sebuah makalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui yang diberikan oleh Ibu
Yuni Nurchasanah, S.Keb, Bd. sebagai dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui mengenai Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi
Menyusui. Makalah ini berisi penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi
payudara wanita, serta proses laktasi dan menyusui pada ibu yang memiliki bayi.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan bayi
baru lahir diantaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai
ASI. Masih ada ibu-ibu di Indonesia yang belum memahami pentingnya ASI
bagi kehidupan bayi maupun ibu di masa kini maupun masa mendatang.
Kurangnya perawatan dan kemauan untuk memberikan ASI kepada bayinya
membuat ibu-ibu lebih memilih membeli susu formula untuk diberikan kepada
bayinya dibanding dengan ASI. Banyaknya wanita karier yang juga memiliki
bayi dan tidak menampung ASI nya serta merasa mampu membeli susu formula
membuat bayi di Indonesia belum mendapatkan ASI secara eksklusif, bahkan
sampai umur 2 tahun. Padahal ASI merupakan makanan utama yang sempurna
dan bermutu tinggi untuk bayi di awal kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini meliputi :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada payudara?
2. Bagaimana proses laktasi dan menyusui pada ibu yang memiliki bayi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini meliputi :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi payudara.
2. Untuk mengetahui proses laktasi pada ibu menyusui.
1
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui dan
memahami mengenai anatomi fisiologi pada payudara ibu menyusui dan
memahami proses laktasi dan menyusui, serta dari penulisan makalah ini pula
kami dapat berlatih dalam penyusunan makalah dan karya ilmiah.
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menjaga keutuhan, memudahkan dalam penulisan, dan
sebagai upaya agar makalah ini dapat terarah secara sistematis, maka penulisan
menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Berbagai bangsa, golongan
3
dan zaman juga menunjukkan bentuk dan ukuran payudara yang berlainan,
misalnya pada wanita nulipara yang berumur 16-21 tahun golongan etnik Maluku
paling banyak menunjukkan bentuk hemisferik, bila dibandingkan dengan
golongan etnki Cina dan Jawa yang masing-masing menunjukkan 76,47%; 71,75%;
63,29%. Ukuran payudara rata-rata mahasiswa tahun 1975 sekitar 3,03 Lipiec,
sedangkan siswa SMP tahun 1980 adalah 5,0 Lipiec, maka dapat disimpulkan
bahwa memang ada kecenderungan membesarnya payudara pada generasi yang
mendatang. Di samping itu juga ada perbedaan di antara warna, bentuk dan luas
kalang payudara (areola mammae) serta lokasi dan bentuk putingnya, malah ukuran
dari kedua payudara kanan dan kiri pada seseorang pasti jarang yang sama.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang
payudara selama menyusui. Di bawah ini kalang payudara terdapat duktus
laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara
bisa 1/3-1/2 dari payudara.
Puting Susu
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang
4
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat dan emnyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot polos
yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.
5
mioepithelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli (Gambar 1.2a
dan 1.2b).
6
akan terjadi edema lobules, penebalan dari basal membran epitel dan
keluarnya dahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara
berat dan penuh. Setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan
progesteron berkurang, yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi
degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang
mengalami proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara
berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini
menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus ovulasi
mulai permulaan tahun menstrasi sampai umur 30 tahun.
d. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus
yang baru, percabang-cabangan dan lobules, yan dipengaruhi oleh
hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang
ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen
plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid,
hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.
e. Pada 3 bulan kehamilan
Payudara terdiri dari15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-
40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri dari 10-100
alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem
duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut
dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang
disebut duktus laktiferus. Prolaktin dari adenohipofise (hipofise
anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air
susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum
7
masih dihambat oleh
estrogen dan progesteron,
tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktifitas
dalam pembuatan
kolostrum yang ditekan.
f. Pada trimester kedua
kehamilan
Laktogen plasenta mulai
merangsang untuk
pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan
hormon-hormon terhadap
pengeluaran air susu telah
didemonstrasikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan
di mana bayinya meninggal , tetapi tetap keluar kolostrum (skema 1.1)
8
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
melalui media spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor
yang memicu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise
(hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Kadar prolaktin pada
ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak aka nada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air
susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tapi tidak
menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-
keadaan seperti ini:
1) Stres atau pengaruh psikis
2) Anastesi
3) Operasi
4) Rangsangan puting susu
5) Hubungan kelamin
6) Obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,
fenotiazid.
Sedangkan keadaan-keadaan
yang menghambat pengeluaran
prolaktin adalah:
9
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkn kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:
1) Melihat ayi
2) Mendengarkan suara bayi
3) Mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayi
Jalannya refleks down dapat dilihat pada gambar 1.4. Bila ada stres dari
ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks let
10
down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah
alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai
target organ mioepitelium. Akibat dari sempurnanya refleks let down
makan akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara
klinis ampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk meyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan
merupakan stres lagi bagi seorang ibu sehingga stres akan bertambah.
Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak
puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya.
Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu
yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak
jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah barang
tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga adakan
menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu
lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat
kegagalan dalam menyusui. Lingkaran tersebut dapat dilihat pada
skema 1.2 di atas.
11
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu
untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air
susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh
bayi misalnya bila kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang
berkurang dan singkatanya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin
dari hipofise berkurangnya, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran
air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Pengeluaran prolaktin
dihambat oleh faktor-faktor yang
menghambat pengeluaran
prolaktin yang belum jelas
bahannya, namun beberapa
bahan seperti dopamin,
serotonin, katekolamin, TSH,
dihubungkan ada sangkut
pautnya dengan pengeluaran
prolaktin.
Pengeluaran oksitosin
ternyata di samping dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh suatu
reseptor yang terletak pada
sistem duktus. Bila duktus
melebar atau menjadi lunak maka secara reflekstoris dikeluarkan oksitosin
oleh hipofise yang berperan untuk memeras kelur air susu dari alveoli. Jadi
peranan prolaktin dan oksitosin mutlak perlu disaping faktor-faktor yang
mengatur pemeliharaan selama menyusui dapat dilihat pada skema 3.
12
B. PROSES LAKTASI
1. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
a. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama.
1) Membina hubungan/ikatan di samping bagi pemberian ASI
2) Membina rasa hangat dengan membaringkan dan menempelkan pada kulit
ibunya yang menyelimutinya.
Menurut Walyani, E.S (2015) segera susui bayi maksimal setengah jam
pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat
ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain
hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
13
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan.
Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak.
Posisi menyusui yang benar adalah:
1) Berbaring miring
Ini merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama
kali atau ibu merasa lelah atau nyeri.
2) Duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu
dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila di tempat tidur atau di
lantai atau duduk di kursi.
d. Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya di kamar yang sama (rawat
gabung/rooming in)
Tujuan rawat gabung atau rooming in adalah:
1) Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan di
mana saja dan dapat menunjukkan tanda-tanda bayi lapar.
2) Ibu dapa melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar
yang dilakukan oleh bidan, serta mempunyai bekal keterampilan
merawat bayi setelah ibu pulang ke rumahnya.
3) Dapat melibatkan suami/keluarga klien secara aktif untuk membantu
ibu dalam menyusui dan merawat bayinya.
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Menyusui bayi secara ridak dijadwal (on demand), karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dll) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena
isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.
14
Dengan menyusui tidak dijadwalkan sesuai kebutuhan bayi, akan
mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
1) Susui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam
sekali.
2) Susuilah bayi sebelum berangkat kerja dan segera setelah ibu tiba di
rumah, terutama pada malam hari dan selama libur di rumah.
3) Selama di tempat kerja, ASI harus dikeluarkan, lalu dimasukkan
kedalam tempat (wadah) yang bersih dan tertutup kemudian disimpan
dalam lemari es atau termos es. ASI ini dibawa pulang, simpan lagi
dalam lemari es dan diberikan oleh pengasuh kepada bayi saat ibu
bekerja esoknya. Suapkan ASI tesebut dengan sendok kecil.
4) Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan makanan
yang bergizi agar ASI lancar.
Dari hasil penelitian Auerbach dkk (1984) terhadap 567 ibu bekerja
juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI mempunyai prestasi
kerja yang meningkat.
Penelitian Cohen dkk, di Amerika pada tahun 1995 menunjukkan
bahwa ibuyang memberikan ASI pada bayinya lebih jarang bolos (25%)
dibandingkan ibu yang memberikan susu formula pada bayinya (75%)
karena bayi yang diberikan ASI lebih jarang sakit dibandingkan dengan
bayi yang diberikan susu formula.
f. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja
15
tetapi mengandung kandungan protein, mineral dan vitamin larut dalam
lemak (vitamin A, D, E, K), dan beberapa mineral (seperti seng dan
sodium) yang lebih tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar untuk
mengeluarkan mekonium dari usus bayi dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang.
16
isapan atau terputus-putus seperti menyusu pada botol sedangkan
mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda dari mekanisme
menghisap puting susu payudara ibu.
17
adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi
terhadap virus, seperti rotavirus, polio dan campak.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu
terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi
yang diperlukan kehidupan 6 bulan pertama.
4) Mengurangi kejadian karies dentis
insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan Adanya ikatan antara
Ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,
kontak kulit Ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotor maupun sosial lebih baik
6) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian
protein asing yang ditunda sampai umur enam bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi.
7) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada asi adalah lemak tak jenuh mengandung omega 3
untuk pematangan sel sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak
8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
18
Karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara telah
dibuktikan bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
b. Bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi sapan
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi esterogen
akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI
memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitoksin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak
menyusui.
Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui
anaknya secara eksklusif. penelitian membuktikan ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker
payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak
menyusui cara eksklusif.
3) Aspek Penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat ke berat badan semula sebelum hamil. Pada saat hamil, Badan
Bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan
lemak pada tubuh, cadangan Lemak ini sebetulnya memang disiapkan
sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui,
19
ibu akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan
lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Logikanya, jika timbunan lemak menyusut berat ibu akan cepat
kembali ke keadaan seperti semula.
4) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
c. Bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga Dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Penghematan juga disebabkan karena bayi yang
mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
2) Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
botol dan yang harus dibersihkan serta meminta pertolongan orang
lain
d. Bagi negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologi menyatakan bahwa aSI
melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media
dan, infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.
20
Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak di bawah 2
tahun dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan aSI,
mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit,
serta lebih cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.
Manfaat ASI kecuali karena adanya zat antibodi, juga nutrient yang
berasal dari Asi seperti'asam amino, dipeptid, hrksose, menyebabkan
penyerapan natrium dan air lebih banyak sehingga mengurangi
frekuensi diare dan volume tinja.
Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare
karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil,
mendapatkan antibodi terhadap Shigela dan imunitas seluler dari aSI,
memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri.
adanya antibodi terhadap helicobacter jejuni dalam ASI melindungi
bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak
mendapatkan ASI mempunyai risiko 2-3 kali lebih besar lama
menderita diare karena helicobacter jejuni dibanding anak yang
mendapat ASI.
2) Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar
yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3) mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi a yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI
lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang
mendapatkan susu formula.
4) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehing kualitastas generasi penerus bangsa akan terjamin.
21
3. Komposisi Gizi dalam ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu hal ini berdasarkan stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam
a. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dengan ASI mature, bentuknya agak kasar
karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat
kolostrum sebagai berikut:
1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makananmakanan
2) Mengandung kadar protein tinggi terutama gamma globulin sehingga
dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi
3) Mengandung zat antibodi sehinggamampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
b. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke 4 sampai hari ke-10.
c. ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai dari hari kesepuluh sampai seterusnya.
22
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Minera (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Mineral
Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 Trace 1,3
Zn 0,15 0,04 0,42
23
Vitamin
24
nutrisi 700 kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua
400 kalori/hari.
g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan kurang
tidur dapat menurunkan produksi ASI.
h. Jika jumlah aSI yang diproduksi tidak cukup, dapat dicoba dengan
pemberian obat pada Ibu seperti tablet Moloco b12 untuk menambah
produksi asinya.
25
5) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir. 1 tahun 3x waktu
lahir dan 4x waktu lahirnya. Naik 2 kg/tahun atau sesuai dengan kurve
KMS.
6) BB usia 3 bulan +20% BB lahir = usia 1 tahun + 50% BB lahir.
6. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit postnatal
sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti : susu formula, sari
buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-
buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim (Walyani dan Purwoastuti,
2015). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, artinya hanya memberikan
ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang lain.
Pemberian cairan atau makanan tambahan akan meningkatkan risiko penyakit
dan menjadi sarana masuknya bakteri patogen. (Yuliarti, 2010)
Waktu 6 bulan yang direkomendasikan oleh WHO untuk
memberikan ASI eksklusif bukannya tanpa alasan. Para ahli menyatakan
bahwa ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
pertama kehidupannya. Peningkatan itu sesuai dengan pemberian ASI
eksklusif, serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat
setelah bayi berumur 6 bulan. (Yuliarti, 2010)
Pedoman international yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi
daya tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua
energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan
berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak, seperti diare dan radang
paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran. (Yuliarti, 2010)
Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare,
terutama di lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. ASI menjamin
26
bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat.
(Yuliarti, 2010)
Manfaat ASI eksklusif dikelompokkan menjadi manfaat bagi bayi dan bagi ibu.
Manfaat ASI eksklusif bagi bayi diantaranya sebagai nutrisi, kekebalan,
meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang, mudah
dicerna, menunjang perkembangan motorik, serta mengurangi risiko terkena
penyakit. Sedangkan manfaat ASI eksklusif bagi ibu diantaranya dapat
mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan, mempercepat
pemulihan rahim ke bentuk semula, menjarangkan kehamilan, melangsingkan
tubuh kembali, mengurangi kemungkinan menderita kanker, ekonomis dan
murah, hemat waktu, portable dan praktis, serta memberi kepuasan kepada ibu
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
a. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi
1) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI merupakan makanan bayi paling sempurna baik kualitas maupun
kuantitasnya melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh
bayi normal sampai usai 6 bulan.
2) ASI sebagai kekebalan
BBL secara alamiah mendapatkan zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali menurun
segera setelah bayi lahir. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan tubuh di
dalam tubuh bayi menjadi rendah karena bayi belum dapat membentuk
sendiri zat kekebalan secara sempurna. Hal ini akan tertutupi jika bayi
mengonsumsi ASI yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi. Angka morbiditas
dan mortalitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih kecil
dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
27
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun
adalah periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.
Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang memengaruhi
perkembangan kecerdasan yang sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
diberikan kepada bayi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain : Taurin, Lactosa,
DHA, AA, asam omega-3, omega-6 dan semua nutrisi yang dibutuhkan
terdapat pada ASI.
4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Pada saat menyusui, bayi berada dekat dalam dekapan ibunya.
Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan
semakin merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa aman,
tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak
jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu dan bayi.
5) ASI mudah dicerna
ASI mengandung enzim pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI
tidak mengalami sembelit, dan ASI tidak memberatkan fungsi saluran
pencernaan dan ginjal yang belum sempurna.
6) ASI menunjang perkembangan motorik
Bayi dengan ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan, membantu
pembentukan rahang yang bagus, meningkatkan daya penglihatan dan
kepandaian bicara, mencegah obesitas pada bayi, dan mencegah anemia
akibat kekurangan zat besi.
b. Manfaat ASI eksklusif bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta
mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula
Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kadar
oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses konstriksi/
28
penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan akan lebih
cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan akan
berkurang. Hal ini juga akan mengurangi terjadinya anemia pada ibu.
Kadar oksitosin yang meningkat juga sangat membantu mempercepat
rahim kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil.
2) Menjarangkan kehamilan
Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara kontrasepsi
alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil.
3) Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energy yang besar. Tubuh ibu akan mengambil
sumber energy dari lemak-lemak yang tertimbun selama hamil terutama
di bagian paha dan lengan atas sehingga berat badan ibu yang menyusui
akan lebih cepat kembali ke berat badan semula.
4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko kanker payudara dan akan mengurangi
risiko ibu terkena penyakit kanker indung telur.
5) Lebih ekonomis dan murah
ASI adalah jenis makanan bermutu tinggi yang murah dan sederhana
yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat
menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai
daya tahan tubuh yang kuat sehingga bayi akan terhindar dari penyakit.
Hal tersebut akan mengurangi pengeluaran untuk berobat ke dokter atau
rumah sakit.
6) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
dan tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat
sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi tanpa perlu khawatir
terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja
dan tidak perlu takut persediaan habis.
7) Portabel dan praktis
29
ASI mudah dibawa kemana-mana, siap kapan saja, di mana saja bila
dibutuhkan. Pada saat berpergian tidak perlu membawa peralatan untuk
membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau
menghangatkan susu, serta tidak perlu takut basi karena ASI di dalam
payudara ibu tidak akan pernah basi.
8) Memberi kepuasan kepada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas, bangga,
dan bahagia yang mendalam.
30
Waktu pelaksanaan yang tepat dalam melakukan perawatan
payudara adalah pada saat pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah
melahirkan, dan dilakukan minimal 2x sehari. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perawatan payudara adalah potong kuku tangan sependek mungkin,
serta kikir agar halus dan tidak melukai payudara, cuci bersih tangan dan
terutama jari tangan, serta lakukan pada suasana santai, misalnya pada saat
mandi sore atau sebelum tidur. Persyaratan dalam melakukan perawatan
payudara, antara lain (Walyani dan Purwoastuti, 2015):
a. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali
dalam sehari
b. Memerhatikan makanan dengan menu seimbang
c. Memerhatikan kebersihan sehari-hari
d. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara
e. Menghindari rokok dan minuman beralkohol
f. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.
31
c. Pengurutan dimulai ke arah atas, kesamping, lalu kea rah bawah. Dalam
pengurutan, posisi tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke
arah sisi kanan.
d. Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu
telapak tangan mengurut ke depan kemudian kedua tangan dilepaskan dari
payudara, ulangi gerakan 20-30 kali.
e. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai
pada putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan,
lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara.
f. Satu tangan menopang payudara, sedangakan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting susu.
Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini
sekitar 30 kali.
g. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin
bergantian selama 5 menit, keringkan payudara dengan handuk kemudian
gunakan bra yang bersih dan menopang.
Bila dimulai denga payudara kanan, letakkan kepada bayi pada siku
bagian dalam lengan kanan, bdan bayi menghadap kedada ibu. Lengan kiri
bayi diletakkan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang
pantat/paha kanan bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari kiri
tangan kiri, ibu jari diastasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna
32
hitam (areola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan puting payudara ibu.
Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar. Masukan puting payudara
secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian berwarna hitam.
33
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
Cara menangani:
Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika
menyusui:
34
5) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca
petunjuk yang ada saat menggunakan perangkat dan menjaga
kebersihan agar selalu tetap bersih.
b. Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak titangani dengan benar menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkankadang-kadang
mengelyarkan darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan karena
posisi menyusui yang salah, dapat juga disebabkan oleh truch
(candidaters) atau dermatitis.
Cara menangani:
35
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke Puskesmas.
c. Payudara bengkak
Pada hari pertama (sekita 2-4 jam), payudara sering terasa penuh
dan sakit disebabkan bertambahnya aliran dara ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkak:
1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.
2) Produksi ASI berlebihan.
3) Terlambat menyusui.
4) Pengeluaran ASI yang jarang.
5) Waktu menyusui yang terbatas.
1) Payudara Penuh: Rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar dan tidak demam.
2) Payudara Bengkak: Payudara odema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan apabila diperiksa ASI tidak keluar.
Tubuh bisa demam setelah 24 jam.
36
Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu
tindakan bedah.
37
11. Relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui
karena suatu sebab dan ingin memulai menyusui kembali. Dalam proses
relaktasi dan induksi laktasi pengonsumsian lagtogog saja tidak efektif karea
yang utama adalah stimlasi pada putting (payudara). Penggunaan lagtogog
harus dipertimbangkan dengan matang, baik manfaat, resikonya (efek
samping), maupun penggunaannya (harus dalam pengawasan dokter) atau
konsultan laktasi. Pemberian laktogog dipertimbangkan hanyabila produksi asi
tidak kelur setelah duaminggu ibu menjalani program relaktasi/ induksi laktasi
yang sudah dijalankan maksimal.
Beberapa obat yang digunakan dalam induksi laktasi
a. Obat-obatan hormonal yang dapat menstimulasi kehamiilan
b. Obat-obatan yang menurut WHO dapat meningkatkan hormone prolaktin,
seperti chloropromazine dan metoklopramida
c. Obat-obatan lain yang disebutkan dibeberapa publikasi ilmiah seperti
sulfrida, thyroid-rilising hormone, dan nasal spray oksitosin
38
13. Manajemen Laktasi pada Ibu yang Bekerja
Kembali bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI
Eksklusif bagi bayi. Kuncinya adalah menerapkan manajemen laktasi yang
baik. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan menurut Damayanti (2010)
dalam bukunya yang berjudul Asyiknya Minum ASI adalah, sebagai berikut:
a. Mulai tabung ASI Ibu kira-kira dua minggu sebelum kembali bekerja.
b. Susui bayi sebelum berangkat ke kantor dan begitu pulang dari kantor.
39
14. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang
belakang. Pijat ini di lakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflreks
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitiosin akan merasa lebih rileks.
Untuk pemijat:
a. Lumuri kedua tangan dengan sedIkIt baby oil.
b. Kepalkan kedua tangan dengan Ibu jari menunjuk ke depan dimulal dari
bagian tulang yang menonjol di tengkuk (Iihat tanda panah pada gambar).
Turun sedlkit ke bawah kita-kira dua ruas jari dan geser ke kanan ke kiri.
setiap kepalan tangan sekitar dua ruas jari.
c. Dengan menggunakan kedua Ibu jarl, mulailah memiljat membentuk
gerakan melingkar kecil menuju tulang belikat atau daerah di bagian batas
bawah bra ibu
40
d. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dan dapat diulangi sebanyak 3 kali.
e. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa baby oil kompres
pundakpunggung ibu dengan handuk hangat,
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asi merupakan makanan bayi yang terbaik sebelum bayi menginjak cukup
bulan untuk mendapatkan makanan pendamping. Selain dari komponen asi yang
banyak mengandung kebaikan, proses laktasi, cara menjaga dan memperbanyak
produksi asi juga perlu di perhatikan oleh ibu menyusui, agar ibu tidak sulit dalam
membagi waktunya antara pekerjaannya dan meyusui bayinya. Sehingga ibu tidak
stress dalam menghadapi kebingunannya yang dapat menghambat proses produksi
asi juga bayi yang tetap mendapatkan asukan gizi terbaik dalam masa tumbuh
kembangnya.
B. Saran
Sebagai Mahasiswa Kebidanan tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
seorang edukator di kalangan masyarakat kelak. Oleh karena itu, dengan proses
pembuatan makalah mengenai anatomi fisiologi payudara dan proses laktasi
menyusui mahasiswa seharusnya dapat lebih memahami dan menambah
wawasannya, tidak hanya agar menjadi edukator dan partner terbaik bagi ibu di
kalangan masyarakat tetapi sebagai kodratnya seorang perempuan yang kelak
menjadi seorang ibu yang baik bagi buah hatinya
42
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi 2. Chris
W. Green.
Noer, E.R., 2009, Beberapa Faktor Determinan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu
Dini dan pemberian ASI Eksklusif Selama 6 Bulan, Universitas
Diponegoro.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010; 2010.
Soetjaningsih.(1997).ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI - Makanan terbaik untuk kesehatan,
kecerdasan, dan kelincahan si kecil. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Walyani, E. S dan Purwoastuti,E. (2015). Asuhan kebidanan masa nifas dan
menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
43