Anda di halaman 1dari 46

Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi Menyusui

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui
Dosen Pembimbing Mata Kuliah: Yuni Nurchasanah, S.Keb, Bd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
2B

Elita Mustika Yias P17324116023

Indri Noviawati P17324116020

Pingki Sri Rezeki P17324116027

Rafa Faiha Ulfah P17324116008

Uswah Larasati P17324116051

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
waktu yang telah ditentukan.

Lembaran ini disusun menjadi sebuah makalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui yang diberikan oleh Ibu
Yuni Nurchasanah, S.Keb, Bd. sebagai dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui mengenai Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi
Menyusui. Makalah ini berisi penjelasan mengenai anatomi dan fisiologi
payudara wanita, serta proses laktasi dan menyusui pada ibu yang memiliki bayi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


terutama kepada Ibu Yuni Nurchasana, S.Keb, Bd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, serta rekan-rekan semua yang telah
mendukung dalam pembuatan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumya bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Bandung, September 2017

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. ANATOMI FISIOLIGI PAYUDARA ......................................................... 3
1. Anatomi Payudara .................................................................................... 3
2. Fisiologi Payudara (ASI) .......................................................................... 6
B. PROSES LAKTASI ................................................................................... 13
2. Manfaat Pemberian ASI ......................................................................... 17
3. Komposisi Gizi dalam ASI..................................................................... 22
4. Upaya Memperbanyak ASI .................................................................... 24
5. Tanda Bayi Cukup ASI .......................................................................... 25
6. ASI Eksklusif ......................................................................................... 26
7. Cara Perawatan Payudara ....................................................................... 30
8. Cara Menyusui yang Benar .................................................................... 32
9. Masalah dalam Pemberian ASI .............................................................. 33
10. Konseling Laktasi ............................................................................... 37
11. Relaktasi.............................................................................................. 38
12. Ibu dengan HIV .................................................................................. 38
13. Manajemen Laktasi pada Ibu yang Bekerja ........................................ 39
14. Pijat Oksitosin ..................................................................................... 40
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 42
A. Kesimpulan ................................................................................................ 42
B. Saran ........................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan bayi
baru lahir diantaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu mengenai
ASI. Masih ada ibu-ibu di Indonesia yang belum memahami pentingnya ASI
bagi kehidupan bayi maupun ibu di masa kini maupun masa mendatang.
Kurangnya perawatan dan kemauan untuk memberikan ASI kepada bayinya
membuat ibu-ibu lebih memilih membeli susu formula untuk diberikan kepada
bayinya dibanding dengan ASI. Banyaknya wanita karier yang juga memiliki
bayi dan tidak menampung ASI nya serta merasa mampu membeli susu formula
membuat bayi di Indonesia belum mendapatkan ASI secara eksklusif, bahkan
sampai umur 2 tahun. Padahal ASI merupakan makanan utama yang sempurna
dan bermutu tinggi untuk bayi di awal kehidupannya.

Atas dasar itulah kami menyusun suatu makalah yang berjudul


Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi Menyusui yang membahas
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan anatomi fisiologi pada payudara ibu
menyusui dan proses laktasi serta menyusui.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini meliputi :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada payudara?
2. Bagaimana proses laktasi dan menyusui pada ibu yang memiliki bayi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini meliputi :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi payudara.
2. Untuk mengetahui proses laktasi pada ibu menyusui.

1
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui dan
memahami mengenai anatomi fisiologi pada payudara ibu menyusui dan
memahami proses laktasi dan menyusui, serta dari penulisan makalah ini pula
kami dapat berlatih dalam penyusunan makalah dan karya ilmiah.

E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menjaga keutuhan, memudahkan dalam penulisan, dan
sebagai upaya agar makalah ini dapat terarah secara sistematis, maka penulisan
menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan penulisan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II : menguraikan tentang anatomi fisiologi payudara dan proses laktasi


dan menysui, meliputi dukungan bidan dalam pemberian ASI, manfaat
pemberian ASI, komposisi gizi dalam ASI, upaya memperbanyak ASI,
tanda bayi cukup ASI, ASI eksklusif, cara perawatan payudara, cara
menyusui yang benar, masalah dalam pemberian ASI, konseling laktasi,
relaktasi, ibu dengan HIV, manajemen laktasi pada ibu yang bekerja,
serta pijat oksitosin.

BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLIGI PAYUDARA


1. Anatomi Payudara
Menurut Soetjaningsih (1997) secara vertikal payudara terletak di antara
kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan
subkutan superfisialis dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor,
sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna.

Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas


fungsionalnya seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas, pubertas,
adolesen, dewasa, menyusui dan multipara. (Gambar 1.1)

Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Berbagai bangsa, golongan

3
dan zaman juga menunjukkan bentuk dan ukuran payudara yang berlainan,
misalnya pada wanita nulipara yang berumur 16-21 tahun golongan etnik Maluku
paling banyak menunjukkan bentuk hemisferik, bila dibandingkan dengan
golongan etnki Cina dan Jawa yang masing-masing menunjukkan 76,47%; 71,75%;
63,29%. Ukuran payudara rata-rata mahasiswa tahun 1975 sekitar 3,03 Lipiec,
sedangkan siswa SMP tahun 1980 adalah 5,0 Lipiec, maka dapat disimpulkan
bahwa memang ada kecenderungan membesarnya payudara pada generasi yang
mendatang. Di samping itu juga ada perbedaan di antara warna, bentuk dan luas
kalang payudara (areola mammae) serta lokasi dan bentuk putingnya, malah ukuran
dari kedua payudara kanan dan kiri pada seseorang pasti jarang yang sama.

Kalang Payudara (Areola Mammae)

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang


disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan
warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya
kehitaman maka warnanya akan lebih gelap. Semala kehamilan warnanya akan
menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jika tidak
kembali lagi seperti warna aslinya semula.

Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang
payudara selama menyusui. Di bawah ini kalang payudara terdapat duktus
laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara
bisa 1/3-1/2 dari payudara.

Puting Susu

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang

4
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat dan emnyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot polos
yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

Payudara terdiri dari15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40


lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-
masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan
suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan
didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus.

Di daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus


laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus
bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulu. Tiap-tiap duktulus yang pada
perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri
dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan

5
mioepithelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli (Gambar 1.2a
dan 1.2b).

2. Fisiologi Payudara (ASI)


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:

Soetjaningsih.(1997).ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan.Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

1. Pembentukan kelenjar payudara.


a. Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus.
Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus
terutama di bawah pengaruh hormon estrogen sedangkan pertumbuhan
alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang juga ikut berperan
dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang
dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise (hipofise anterior). Hormone
yang kurang perannya adalah hormone kelenjar adrenalin, tiroid,
paratiroid dan hormon pertumbuhan.
b. Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabang-cabangan sistem duktus,
proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobuloaveolar yang terletak pada
ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami
organisasi dan membentuk septum interlobular.
c. Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan
dengan siklus menstruasi dan perubahan-perubahan homonal yang
mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone ini meningkat maka

6
akan terjadi edema lobules, penebalan dari basal membran epitel dan
keluarnya dahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara
berat dan penuh. Setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan
progesteron berkurang, yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi
degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang
mengalami proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara
berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini
menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus ovulasi
mulai permulaan tahun menstrasi sampai umur 30 tahun.
d. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus
yang baru, percabang-cabangan dan lobules, yan dipengaruhi oleh
hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang
ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen
plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid,
hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.
e. Pada 3 bulan kehamilan
Payudara terdiri dari15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-
40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri dari 10-100
alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem
duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut
dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang
disebut duktus laktiferus. Prolaktin dari adenohipofise (hipofise
anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air
susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum

7
masih dihambat oleh
estrogen dan progesteron,
tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktifitas
dalam pembuatan
kolostrum yang ditekan.
f. Pada trimester kedua
kehamilan
Laktogen plasenta mulai
merangsang untuk
pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan
hormon-hormon terhadap
pengeluaran air susu telah
didemonstrasikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan
di mana bayinya meninggal , tetapi tetap keluar kolostrum (skema 1.1)

2. Pembentukan air susu


Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks
prolaktin dan refleks let down (Lawrence RA, 1988 dan 1995).
a. Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama
hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah
partus berhubung lepasnya plasenta yang kurang berfungsinya korpus
luteum maka estrogen dan progesteron akan berkurang, ditambah lagi
dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang
payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi

8
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
melalui media spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin. Faktor-faktor
yang memicu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise
(hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Kadar prolaktin pada
ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak aka nada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air
susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tapi tidak
menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-
keadaan seperti ini:
1) Stres atau pengaruh psikis
2) Anastesi
3) Operasi
4) Rangsangan puting susu
5) Hubungan kelamin
6) Obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,
fenotiazid.

Sedangkan keadaan-keadaan
yang menghambat pengeluaran
prolaktin adalah:

1) Gizi ibu yang jelek


2) Obat-obatan seperti ergot,
l-dopa

Jalannya refleks prolaktin


dapat dilihat pada gambar 1.3.

b. Refleks let down (milk ejection reflex)

9
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkn kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:
1) Melihat ayi
2) Mendengarkan suara bayi
3) Mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stres seperti:

1) Keadaan bingung/pikiran kacau


2) Takut
3) Cemas

Jalannya refleks down dapat dilihat pada gambar 1.4. Bila ada stres dari
ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks let

10
down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah
alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai
target organ mioepitelium. Akibat dari sempurnanya refleks let down
makan akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara
klinis ampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk meyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan
merupakan stres lagi bagi seorang ibu sehingga stres akan bertambah.

Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak
puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya.
Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu
yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak
jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah barang
tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga adakan
menambah stresnya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu
lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat
kegagalan dalam menyusui. Lingkaran tersebut dapat dilihat pada
skema 1.2 di atas.

3. Pemeliharaan pengeluaran air susu

11
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu
untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air
susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh
bayi misalnya bila kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang
berkurang dan singkatanya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin
dari hipofise berkurangnya, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran
air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Pengeluaran prolaktin
dihambat oleh faktor-faktor yang
menghambat pengeluaran
prolaktin yang belum jelas
bahannya, namun beberapa
bahan seperti dopamin,
serotonin, katekolamin, TSH,
dihubungkan ada sangkut
pautnya dengan pengeluaran
prolaktin.
Pengeluaran oksitosin
ternyata di samping dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh suatu
reseptor yang terletak pada
sistem duktus. Bila duktus
melebar atau menjadi lunak maka secara reflekstoris dikeluarkan oksitosin
oleh hipofise yang berperan untuk memeras kelur air susu dari alveoli. Jadi
peranan prolaktin dan oksitosin mutlak perlu disaping faktor-faktor yang
mengatur pemeliharaan selama menyusui dapat dilihat pada skema 3.

12
B. PROSES LAKTASI
1. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
a. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama.
1) Membina hubungan/ikatan di samping bagi pemberian ASI
2) Membina rasa hangat dengan membaringkan dan menempelkan pada kulit
ibunya yang menyelimutinya.

Menurut Walyani, E.S (2015) segera susui bayi maksimal setengah jam
pertama setelah persalinan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat
ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain
hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.

Sebagai upaya untuk mempertahankan prolaktin, isapan bayi akan


memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin.
Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada
pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui
puting susu. Apabila bayi tidak mengisap puting susu pada setengah jam
setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin
sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih.
b. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran
ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 hari sekali.agar tujuan
perawatan ini dapat tercapai, bidan melakukan perawatan payudara.
Mengupayakan tangan dan puting susu tetap bersih, jangan mengoleskan krim,
minyak, alkohol, atau sabun pada puting susu.
c. Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui

13
Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah persalinan.
Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup ASI atau tidak.
Posisi menyusui yang benar adalah:
1) Berbaring miring
Ini merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama
kali atau ibu merasa lelah atau nyeri.
2) Duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu
dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila di tempat tidur atau di
lantai atau duduk di kursi.
d. Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya di kamar yang sama (rawat
gabung/rooming in)
Tujuan rawat gabung atau rooming in adalah:
1) Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan di
mana saja dan dapat menunjukkan tanda-tanda bayi lapar.
2) Ibu dapa melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar
yang dilakukan oleh bidan, serta mempunyai bekal keterampilan
merawat bayi setelah ibu pulang ke rumahnya.
3) Dapat melibatkan suami/keluarga klien secara aktif untuk membantu
ibu dalam menyusui dan merawat bayinya.
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Menyusui bayi secara ridak dijadwal (on demand), karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dll) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena
isapan sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

14
Dengan menyusui tidak dijadwalkan sesuai kebutuhan bayi, akan
mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.

Penting bagi ibu menyusui yang bekerja:

1) Susui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam
sekali.
2) Susuilah bayi sebelum berangkat kerja dan segera setelah ibu tiba di
rumah, terutama pada malam hari dan selama libur di rumah.
3) Selama di tempat kerja, ASI harus dikeluarkan, lalu dimasukkan
kedalam tempat (wadah) yang bersih dan tertutup kemudian disimpan
dalam lemari es atau termos es. ASI ini dibawa pulang, simpan lagi
dalam lemari es dan diberikan oleh pengasuh kepada bayi saat ibu
bekerja esoknya. Suapkan ASI tesebut dengan sendok kecil.
4) Ibu harus cukup istirahat dan banyak minum dan makan makanan
yang bergizi agar ASI lancar.
Dari hasil penelitian Auerbach dkk (1984) terhadap 567 ibu bekerja
juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI mempunyai prestasi
kerja yang meningkat.
Penelitian Cohen dkk, di Amerika pada tahun 1995 menunjukkan
bahwa ibuyang memberikan ASI pada bayinya lebih jarang bolos (25%)
dibandingkan ibu yang memberikan susu formula pada bayinya (75%)
karena bayi yang diberikan ASI lebih jarang sakit dibandingkan dengan
bayi yang diberikan susu formula.
f. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja

ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum


merupakan cairan kental kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli
payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan.
Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah persalinan, jumlah
kolostrum akan bertambah dan mencapai komposisi ASI biasa/matur
sekitar 3-14 hari. Dibandingkan ASI matang, kolostrum mengandung
laktosa, lemak dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan C) lebih rendah,

15
tetapi mengandung kandungan protein, mineral dan vitamin larut dalam
lemak (vitamin A, D, E, K), dan beberapa mineral (seperti seng dan
sodium) yang lebih tinggi. Kolostrum juga merupakan pencahar untuk
mengeluarkan mekonium dari usus bayi dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang.

ASI mampu memberikan perlindungan baik secara aktif maupun


pasif, ASI juga mengandung zat anti-infeksi bayi akan terlindungi dari
berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteei, virus, jamur,
atau parasit. Pemberian ASI sangat dianjurkan, terlebih saat 4 bulan
pertama, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan yang dilanjutkan
sampai usia 2 tahun dengan makanan padat.

Banyak keunggulan dari ASI yang penting disampaikan oleh bidan


pada ibu menyusui, untuk memacu agar ibu menyusui lebih bersemangat
dalam memberikan ASI pada bayinya. Makanan lain termasuk air dapat
membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya karena ibu
memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh
bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tak akan merasa lapar
sehingga dia tak akan menghisap.

g. Hindari susu botol dan dot empeng

Secara psikologis, bayi yang disusui ibunya sejak dini sudah


terlatih bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus ada usaha yang
dilakukan, semakin kuat usaha yang dilaksanakan maka semakin banyak
yang diperoleh. Berbeda dengan bayi yang menggunakan susu botol dan
kempengan, dari awal sudah membiasakan bayi dengan menyuapi.
Kebiasaan ini akan terbentuk pribadi anak menjadi malas dan kurang
berusaha, sehingga sangat merugikan bayi yang akhirnya bayi akan
mengalami bingung puting, ini terjadi bila bayi pada saat menyusui
bersikap pasif (menunggu suapan ASI), sedangkan ASI tidak akan keluar.
Pada akhirnya bayi kecewa dan menyusu dengan berkali-kali melepas

16
isapan atau terputus-putus seperti menyusu pada botol sedangkan
mekanisme menghisap botol atau kempengan berbeda dari mekanisme
menghisap puting susu payudara ibu.

2. Manfaat Pemberian ASI


a. Bagi bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat
badan yang baik setelah lahir, setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi Penyuluhan
tentang ASI dan laktasi, umumnya berat badan bayi( pada minggu
pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Alasannya adalah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut
segera menghentikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui
yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena
volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat
badan bayi hanya sedikit.
2) Mengandung antibodi
Mekanisme pembentukan antibody pada bayi adalah sebagai
berikut:
Apabila Ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk
antibodi akan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi
di payudara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid
(MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang
ditransfer disebut bronchus associated immunocompetent lymphoid
tissue ( BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer
melalui Gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).
Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi
terhadap bakteri e.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah
bakteri e.coli dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI
kecuali antibodi terhadap enterotoksin e.coli. Juga pernah dibuktikan

17
adanya antibodi terhadap salmonella typhi, shigela dan antibodi
terhadap virus, seperti rotavirus, polio dan campak.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu
terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi
yang diperlukan kehidupan 6 bulan pertama.
4) Mengurangi kejadian karies dentis
insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan
menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan Adanya ikatan antara
Ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,
kontak kulit Ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotor maupun sosial lebih baik
6) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian
protein asing yang ditunda sampai umur enam bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi.
7) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada asi adalah lemak tak jenuh mengandung omega 3
untuk pematangan sel sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan
terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak
8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

18
Karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara telah
dibuktikan bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
b. Bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi sapan
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi esterogen
akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI
memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitoksin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak
menyusui.
Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui
anaknya secara eksklusif. penelitian membuktikan ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker
payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak
menyusui cara eksklusif.
3) Aspek Penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat ke berat badan semula sebelum hamil. Pada saat hamil, Badan
Bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan
lemak pada tubuh, cadangan Lemak ini sebetulnya memang disiapkan
sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui,

19
ibu akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan
lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Logikanya, jika timbunan lemak menyusut berat ibu akan cepat
kembali ke keadaan seperti semula.
4) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
c. Bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga Dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Penghematan juga disebabkan karena bayi yang
mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
2) Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
botol dan yang harus dibersihkan serta meminta pertolongan orang
lain
d. Bagi negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun. Beberapa penelitian epidemiologi menyatakan bahwa aSI
melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media
dan, infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

20
Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak di bawah 2
tahun dengan penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan aSI,
mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit,
serta lebih cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.
Manfaat ASI kecuali karena adanya zat antibodi, juga nutrient yang
berasal dari Asi seperti'asam amino, dipeptid, hrksose, menyebabkan
penyerapan natrium dan air lebih banyak sehingga mengurangi
frekuensi diare dan volume tinja.
Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare
karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil,
mendapatkan antibodi terhadap Shigela dan imunitas seluler dari aSI,
memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap bakteri.
adanya antibodi terhadap helicobacter jejuni dalam ASI melindungi
bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak
mendapatkan ASI mempunyai risiko 2-3 kali lebih besar lama
menderita diare karena helicobacter jejuni dibanding anak yang
mendapat ASI.
2) Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar
yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3) mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi a yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI
lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang
mendapatkan susu formula.
4) Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehing kualitastas generasi penerus bangsa akan terjamin.

21
3. Komposisi Gizi dalam ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu hal ini berdasarkan stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam
a. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dengan ASI mature, bentuknya agak kasar
karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat
kolostrum sebagai berikut:
1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap
untuk menerima makananmakanan
2) Mengandung kadar protein tinggi terutama gamma globulin sehingga
dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi
3) Mengandung zat antibodi sehinggamampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
b. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke 4 sampai hari ke-10.
c. ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai dari hari kesepuluh sampai seterusnya.

Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum,


ASI transisi dan ASI matur dilihat pada tabel berikut ini:

Komposisi kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur


Energi (Kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

22
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
Minera (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270

Perbedaan komposisi ASI, susu sapi, dan susu formula

Konposisi/100 ml ASI matur Susu Sapi Susu Formula


Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Laktalbumin (%) 80 18 60
Kasein (%) 20 82 40
Air (ml) 87,1 87,3 90
Lemak (gr) 4,5 3,5 3,8
Karbohidrat 7,1 4,9 6,9
Ash (gr) 0,1 0,72 0,34

Mineral

Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 Trace 1,3
Zn 0,15 0,04 0,42

23
Vitamin

A (iu) 182 140 210


C (mg) 5 1 5,3
D (iu) 2,2 42 42
E (iu) 0,08 0,04 0,04
Thiamin (mg) 0,01 0,04 0,04
Riboflavin 0,04 0,03 0,06
Niacin 0,2 0,17 0,7
Ph Alkaline Acid Acid
Bacteria Iontent Sterile Nonsterile Sterile

4. Upaya Memperbanyak ASI


Upaya untuk memperbanyak ASI antara lain:

a. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk


merangsang produksi nya.
b. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk
merangsang produksinya
c. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak dihisap
makin banyak rangsangannya
d. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi Sebagai tambahan.
Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi.
e. Ibu dianjurkan minum yang banyak(8-10 gelas perhari) baik berupa susu
maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung
banyak air.
f. Makanan ibu sehari-hari cukup dan berkualitas, baik untuk menunjang
pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang sedang menyusui
harus dapat tambahan energi protein, maupun vitamin dan mineral. Pada 6
bulan pertama menyusui saat bayi dapat ASI saja, ibu perlu tambahan

24
nutrisi 700 kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua
400 kalori/hari.
g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan kurang
tidur dapat menurunkan produksi ASI.
h. Jika jumlah aSI yang diproduksi tidak cukup, dapat dicoba dengan
pemberian obat pada Ibu seperti tablet Moloco b12 untuk menambah
produksi asinya.

5. Tanda Bayi Cukup ASI


Bayi yang diberikan ASI cukup serta terpenuhi kebutuhannya dapat
dilihat melalui hal-hal di bawah ini, antara lain (Walyani dan Purwoastuti,
2015):
a. Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB bayi
sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang
sama, dan selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang
masuk dengan konvera kasar 1 gr BB-1ml ASI.
b. Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu, yaitu bayi
merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada
perubahan tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu
merasa ASI mengalir deras.
c. Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh
pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).
d. Bayi tumbuh dengan baik.
e. Pada bayi minggu 1 : karena ASI banyak mengandung air, maka salah satu
tanda adalah bayi tidak dehidrasi, antara lain:
1) Kulit lembab kenyal
2) Turgor kulit negatif
3) Jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan 24 jam
(kebutuhan ASI bayi mulai 60 ml/kg BB/hari, setiap hari bertambah
mencapai 200 l/kg BB/hari, pada hari ke-14).
4) Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai lagi.

25
5) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir. 1 tahun 3x waktu
lahir dan 4x waktu lahirnya. Naik 2 kg/tahun atau sesuai dengan kurve
KMS.
6) BB usia 3 bulan +20% BB lahir = usia 1 tahun + 50% BB lahir.

6. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit postnatal
sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti : susu formula, sari
buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-
buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi, dan nasi tim (Walyani dan Purwoastuti,
2015). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, artinya hanya memberikan
ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman yang lain.
Pemberian cairan atau makanan tambahan akan meningkatkan risiko penyakit
dan menjadi sarana masuknya bakteri patogen. (Yuliarti, 2010)
Waktu 6 bulan yang direkomendasikan oleh WHO untuk
memberikan ASI eksklusif bukannya tanpa alasan. Para ahli menyatakan
bahwa ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
pertama kehidupannya. Peningkatan itu sesuai dengan pemberian ASI
eksklusif, serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat
setelah bayi berumur 6 bulan. (Yuliarti, 2010)
Pedoman international yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi
daya tahan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. ASI memberi semua
energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan
berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak, seperti diare dan radang
paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran. (Yuliarti, 2010)
Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare,
terutama di lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. ASI menjamin

26
bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat.
(Yuliarti, 2010)
Manfaat ASI eksklusif dikelompokkan menjadi manfaat bagi bayi dan bagi ibu.
Manfaat ASI eksklusif bagi bayi diantaranya sebagai nutrisi, kekebalan,
meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang, mudah
dicerna, menunjang perkembangan motorik, serta mengurangi risiko terkena
penyakit. Sedangkan manfaat ASI eksklusif bagi ibu diantaranya dapat
mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan, mempercepat
pemulihan rahim ke bentuk semula, menjarangkan kehamilan, melangsingkan
tubuh kembali, mengurangi kemungkinan menderita kanker, ekonomis dan
murah, hemat waktu, portable dan praktis, serta memberi kepuasan kepada ibu
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
a. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi
1) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI merupakan makanan bayi paling sempurna baik kualitas maupun
kuantitasnya melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh
bayi normal sampai usai 6 bulan.
2) ASI sebagai kekebalan
BBL secara alamiah mendapatkan zat kekebalan tubuh dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali menurun
segera setelah bayi lahir. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan tubuh di
dalam tubuh bayi menjadi rendah karena bayi belum dapat membentuk
sendiri zat kekebalan secara sempurna. Hal ini akan tertutupi jika bayi
mengonsumsi ASI yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi. Angka morbiditas
dan mortalitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih kecil
dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

27
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun
adalah periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.
Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang memengaruhi
perkembangan kecerdasan yang sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
diberikan kepada bayi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain : Taurin, Lactosa,
DHA, AA, asam omega-3, omega-6 dan semua nutrisi yang dibutuhkan
terdapat pada ASI.
4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Pada saat menyusui, bayi berada dekat dalam dekapan ibunya.
Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan
semakin merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa aman,
tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak
jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu dan bayi.
5) ASI mudah dicerna
ASI mengandung enzim pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI
tidak mengalami sembelit, dan ASI tidak memberatkan fungsi saluran
pencernaan dan ginjal yang belum sempurna.
6) ASI menunjang perkembangan motorik
Bayi dengan ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan, membantu
pembentukan rahang yang bagus, meningkatkan daya penglihatan dan
kepandaian bicara, mencegah obesitas pada bayi, dan mencegah anemia
akibat kekurangan zat besi.
b. Manfaat ASI eksklusif bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta
mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula
Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kadar
oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses konstriksi/

28
penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan akan lebih
cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan akan
berkurang. Hal ini juga akan mengurangi terjadinya anemia pada ibu.
Kadar oksitosin yang meningkat juga sangat membantu mempercepat
rahim kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil.
2) Menjarangkan kehamilan
Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara kontrasepsi
alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil.
3) Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energy yang besar. Tubuh ibu akan mengambil
sumber energy dari lemak-lemak yang tertimbun selama hamil terutama
di bagian paha dan lengan atas sehingga berat badan ibu yang menyusui
akan lebih cepat kembali ke berat badan semula.
4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko kanker payudara dan akan mengurangi
risiko ibu terkena penyakit kanker indung telur.
5) Lebih ekonomis dan murah
ASI adalah jenis makanan bermutu tinggi yang murah dan sederhana
yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat
menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai
daya tahan tubuh yang kuat sehingga bayi akan terhindar dari penyakit.
Hal tersebut akan mengurangi pengeluaran untuk berobat ke dokter atau
rumah sakit.
6) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
dan tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat
sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi tanpa perlu khawatir
terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja
dan tidak perlu takut persediaan habis.
7) Portabel dan praktis

29
ASI mudah dibawa kemana-mana, siap kapan saja, di mana saja bila
dibutuhkan. Pada saat berpergian tidak perlu membawa peralatan untuk
membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau
menghangatkan susu, serta tidak perlu takut basi karena ASI di dalam
payudara ibu tidak akan pernah basi.
8) Memberi kepuasan kepada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas, bangga,
dan bahagia yang mendalam.

7. Cara Perawatan Payudara


Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (menyusui) untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara
agar air susu keluar dengan lancar. Hal ini sangat penting dilakukan selama
hamil sampai masa menyusui dikarenakan payudara merupakan satu-satunya
penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
harus dilakukan sedini mungkin (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Tujuan dari
dilakukannya perawatan payudara, diantaranya :
a. Memelihara hygiene payudara
b. Melenturkan dan menguatkan putting susu
c. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan
bayi
d. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.
e. Dengan perawatan payudara yang baik putting susu tidak akan lecet
sewaktu dihisap oleh bayi.
f. Melancarkan aliran ASI
g. Mengatasi putting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan
sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.

30
Waktu pelaksanaan yang tepat dalam melakukan perawatan
payudara adalah pada saat pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah
melahirkan, dan dilakukan minimal 2x sehari. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perawatan payudara adalah potong kuku tangan sependek mungkin,
serta kikir agar halus dan tidak melukai payudara, cuci bersih tangan dan
terutama jari tangan, serta lakukan pada suasana santai, misalnya pada saat
mandi sore atau sebelum tidur. Persyaratan dalam melakukan perawatan
payudara, antara lain (Walyani dan Purwoastuti, 2015):
a. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali
dalam sehari
b. Memerhatikan makanan dengan menu seimbang
c. Memerhatikan kebersihan sehari-hari
d. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara
e. Menghindari rokok dan minuman beralkohol
f. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang.

Alat-alat yang dapat dipersiapkan dalam melakukan perawatan


payudara adalah, sebagai berikut (Walyani dan Purwoastuti, 2015):

a. Minyak kelapa atau baby oil


b. Handuk kering
c. Washlap
d. Baskom
e. Air hangat dan air dingin
f. Cawan
Berikut akan dijelaskan teknik perawatan payudara menurut Walyani
dan Purwoastuti (2015) dalam Buku Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui :
a. Tempatkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama
5 menit, kemudian putting susu dibersihkan,
b. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara,

31
c. Pengurutan dimulai ke arah atas, kesamping, lalu kea rah bawah. Dalam
pengurutan, posisi tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke
arah sisi kanan.
d. Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu
telapak tangan mengurut ke depan kemudian kedua tangan dilepaskan dari
payudara, ulangi gerakan 20-30 kali.
e. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai
pada putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan,
lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara.
f. Satu tangan menopang payudara, sedangakan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting susu.
Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini
sekitar 30 kali.
g. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin
bergantian selama 5 menit, keringkan payudara dengan handuk kemudian
gunakan bra yang bersih dan menopang.

8. Cara Menyusui yang Benar


Teknik mesnyusisun adalah suatu pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisis bayi tersebut.
Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak
atau santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan
bantal untuk mengganjal bayi agar tidak terlalu jauh dari payudara ibu.

a. Cara memasukan puting susu ibu ke mulut bayi

Bila dimulai denga payudara kanan, letakkan kepada bayi pada siku
bagian dalam lengan kanan, bdan bayi menghadap kedada ibu. Lengan kiri
bayi diletakkan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang
pantat/paha kanan bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari kiri
tangan kiri, ibu jari diastasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna

32
hitam (areola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan puting payudara ibu.
Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar. Masukan puting payudara
secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian berwarna hitam.

b. Teknik melepaskan hisapan bayi

Setelah bayi menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan


hisapan bayi dengan cara:

1) Masukan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi.


2) Menekan dagu bayi ke bawah.
3) Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka.
4) Jangan menarik puting susu untuk melepaskan.

c. Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI

Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi


sebelum menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara:

1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan


sampai bayi bersendawa.
2) Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya.

d. Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar


1) Bayi dalam keadaan tenang.
2) Mulut bayi terbuka labar.
3) Bayi menempel betul pada ibu.
4) Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
5) Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi.
6) Nayi tampak pelan pelan menghisap dengan kuat.
7) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis.

9. Masalah dalam Pemberian ASI


a. Puting susu nyeri

33
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.

Cara menangani:

1) Pastika posisi ibu menyusui benar.


2) Mulailah meyusui pada puting susu yang tidak sakit guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.
3) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan diputing susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting
susu kering.

Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika
menyusui:

1) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang ketika menyusui.


Hal ini akan membantu meningkatkan aliran air susu ibu.
Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara untuk
membersihkan payudara setelah menyusui.
2) Jangan menarik hisapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai
menetek, memastikan bayi tidak lagi menetek sebelum melepaskan
dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari hisapannya,
memasukan kelingking kedalam sudut mulutnya.
3) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui, karena tidak nyaman
saat menyusui akan menbuat kecemasan dan mengurangi atau
menghentikan aliran susu. Jika bayi tidak dalam posisi yang tepat,
bayi mungkin akan memiliki masalah dalam penghisapan.
4) Memastika mulut bayi santai pada saat menyusui, jika bayi
menyusui terlalu kerang maka puting menjadi sakit, perlu
memperhatikan mulut bayi.

34
5) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca
petunjuk yang ada saat menggunakan perangkat dan menjaga
kebersihan agar selalu tetap bersih.
b. Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak titangani dengan benar menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkankadang-kadang
mengelyarkan darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan karena
posisi menyusui yang salah, dapat juga disebabkan oleh truch
(candidaters) atau dermatitis.

Cara menangani:

1) Cari penyebab puting lecet.


2) Obati penyebab puting susu lecet tertama perhatikan posisi menyusui.
3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi.
4) Ibu dapat memberikan ASI pada saat keadaan luka tidak begiyu sakit.
5) Olesi puting susu dengan dengan ASI akhir, jangan sekali-kali
memberikan obat lain seperti salep, krim dan lain-lain.
6) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam.
7) Selama payudara diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan.
8) Cuci payudara sehari sekali dan tidak dibenarkan dengan mengunakan
sabun.
9) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit
untuk sementara memberi kesempatan luka untuk sembuh.
10) Keluarkan ASI payudarayang sakit dengan tangan, untuk tetap
mempertahankan kelancara pembentukan ASI.
11) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan
dot.
12) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mulai-mula dengan
waktu yang lebih singkat.

35
13) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke Puskesmas.
c. Payudara bengkak
Pada hari pertama (sekita 2-4 jam), payudara sering terasa penuh
dan sakit disebabkan bertambahnya aliran dara ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkak:
1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.
2) Produksi ASI berlebihan.
3) Terlambat menyusui.
4) Pengeluaran ASI yang jarang.
5) Waktu menyusui yang terbatas.

Perbedaan payudara penuh dan payudara bengkak:

1) Payudara Penuh: Rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar dan tidak demam.
2) Payudara Bengkak: Payudara odema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan apabila diperiksa ASI tidak keluar.
Tubuh bisa demam setelah 24 jam.

d. Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi


merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyer dan panas, suhu tubuh
meningkat. Kejadianini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.

Tindakan yang padat dilakukan:

1) Kompres air hangat/panas dan pemijatan.


2) Rangsangan oksitosin dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
stimulasi puting susu, pijat leher, punggung.
3) Pemberian antibiotik selama 7-10 hari.
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat unyk menghilangkan
rasa nyeri.

36
Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu
tindakan bedah.

10. Konseling Laktasi


Pendekatan ntuk mengobservasi, menggali, dan melatih
Kami yakin bahwa:
a. Ibu, ayah, bayi, dan anggota keluarga lainnya lebih banyak tahu tentang
keadaan mereka dari pada tenaga kesehatan.
b. Tenaga kesehatan bertugas mengobservasi, mengumpulkan informasi dan
menggali sifat masalah yang muncul, dan melatih keluarga dalam
menyusui dan mengasuh bayi mereka
c. Saat tenaga kesehatan mencoba memahami sifat masalah yang muncul,
persoalan dan kekhawatiran lain dapat tersingkap
d. Dalam kerangka konseptual tenaga kesehatan (appendix a), masalah dn
gejala bukan hal yang sama. Misalnya, nyeri sat menyusui adalah gejala
dari suatu masalah yang berbeda. Mungkin kemampuan bayi dalam
melekat buruk atau lidah bayi pendek. Melalui konseling menyusui, tenaga
kesehatan mencob mengidentifikasi sifat masalah yang sebenarnya, bukan
hanya mengatasi gejala yang ada.
e. Setelah mengumpulkan informasi yang cukup mengenai sifat masalah
yang ada, tenaga kesehatan dapat merumuskan penyelesaian masalah yang
potensial dan mengusulkannya kepada keluarga.
f. keluarga memiliki kebebsan untuk selanjutnya memilih solusi yang ingin
mereka terapkan dan jalankan
g. merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan untuk merujuk keluarga
untuk mendapatkan bantuan medis tambahan atau evaluasi lainya jika
perlu
h. merupakan tanggung jawb tenaga kesehatan untuk memastikan tindak
lanjut yang adekuat telah didapatkan untuk mengidentifikasi masalah
menyusui atau untuk memberi rujukan sebagai tindak lanjut jika hal
trsebut tidak tersedia ditempat tenaga kesehatan bekerja.

37
11. Relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui
karena suatu sebab dan ingin memulai menyusui kembali. Dalam proses
relaktasi dan induksi laktasi pengonsumsian lagtogog saja tidak efektif karea
yang utama adalah stimlasi pada putting (payudara). Penggunaan lagtogog
harus dipertimbangkan dengan matang, baik manfaat, resikonya (efek
samping), maupun penggunaannya (harus dalam pengawasan dokter) atau
konsultan laktasi. Pemberian laktogog dipertimbangkan hanyabila produksi asi
tidak kelur setelah duaminggu ibu menjalani program relaktasi/ induksi laktasi
yang sudah dijalankan maksimal.
Beberapa obat yang digunakan dalam induksi laktasi
a. Obat-obatan hormonal yang dapat menstimulasi kehamiilan
b. Obat-obatan yang menurut WHO dapat meningkatkan hormone prolaktin,
seperti chloropromazine dan metoklopramida
c. Obat-obatan lain yang disebutkan dibeberapa publikasi ilmiah seperti
sulfrida, thyroid-rilising hormone, dan nasal spray oksitosin

12. Ibu dengan HIV


Penularan HIV dari ibu ke anak

Faktor yang paling utama mempengaruhi resiko penularan HIV dari


ibu ke anak adalah kadar HIV (viral load ) dalam darah ibu pada saat menjelang
ataupun saat persalinan dan kadar HIV dalam air susu ibu ketika ibu menyusui
bayinya. Umumnyya, satu atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi HIV,
kadar HIV akan cepat sekali bertambah di tubuh seseorang. Kadar HIV
tertinggi sebesar sepuluh juta copy permili darah biasanya terjadi 3-6 minggu
setelah terinfeksi atau kita sebut sebagai infeksi primer. Setelah beberapa
minggu, biasanya kadar HIv muli relative berkurang dan relatih rendah selama
beberapa tahun pada periode tanpa gejala, periode ini kita sebut sebagai fase
asimtomatik ketika memasuki masa stadium AIDS dimana tanda gejala AIDS
mulai muncul, kadar HIV kembali meningkat.

38
13. Manajemen Laktasi pada Ibu yang Bekerja
Kembali bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI
Eksklusif bagi bayi. Kuncinya adalah menerapkan manajemen laktasi yang
baik. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan menurut Damayanti (2010)
dalam bukunya yang berjudul Asyiknya Minum ASI adalah, sebagai berikut:

a. Mulai tabung ASI Ibu kira-kira dua minggu sebelum kembali bekerja.

Perah ASI setiap tiga jam sekali, berselang-seling dengan waktu


menyusui bayi. Semakin sering ASI diperah, tubuh Ibu akan semakin
banyak memproduksinya. Ibu bisa memerah ASI dengan menggunakan
tangan atau dengan pompa elektrik.

b. Susui bayi sebelum berangkat ke kantor dan begitu pulang dari kantor.

Sepulang kantor, mandi terlebih dahulu, ambil waktu sejenak


untuk beristirahat dengan menikmati secangkir minuman hangat atau
makanan camilan sehat. Lalu susui bayi Ibu. Tubuh yang bugar dan
suasana hati yang relaks membuat ASI akan lebih banyak keluar.

c. Di tempat bekerja, Ibu bisa memerah ASI sebanyak 2-3 kali.


Sesuaikan dengan jadwal kegiatan Ibu saat di kantor. Ibu harus
memiliki niat kuat untuk memerah ASI di kantor. Jika tidak, jadwal
memerah ASI ini bisa terlewatkan karena berbagai tuntutan aktivitas
kantor lainnya.
d. Beri catatan hari, tanggal, dan waktu ASI diperah pada botol
penyimpanannya.
Ketika akan memberikan ASI perah kebada bayi, berikan terlebih
dahulu botol dengan tanggal yang paling awal, lalu ke tanggal yang paling
akhir. Catatan ini juga penting untuk mengecek tanggal kadaluarsa ASI.
Sebaiknya, simpan ASI perdah dalam botol dengan ukuran satu kali
minum (100-120 ml). Hal ini akan memudahan ketika harus memanaskan
dan memberikannya kepada bayi kelak.

39
14. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang
belakang. Pijat ini di lakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflreks
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitiosin akan merasa lebih rileks.

Menurut Depkes RI (2007), selain memberikan kenyamanan pada


ibu dan merangsang refleks oksitosin, pijat oksitosin juga memiliki manfaat
lajn, yaitu sebagal berikut.
a. Mengurangi pembengkakan payudara (engorgementl.
b. Mengurangi sumbatan ASI (pluggerl/milk duct).
c. Membantu mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Berikut ini langkah-langkah melakukan pijat oksitosin.
Untuk Ibu:
a. Duduklah dengan nyaman sambil bersandar ke depan. bisa dengan cara
melipat lengan di atas meja.
b. Letakkan kepala di atas lengan.
c. Lepas bra dan baju bagian atas. Biarkan payudara tergantung lepas.

Untuk pemijat:
a. Lumuri kedua tangan dengan sedIkIt baby oil.
b. Kepalkan kedua tangan dengan Ibu jari menunjuk ke depan dimulal dari
bagian tulang yang menonjol di tengkuk (Iihat tanda panah pada gambar).
Turun sedlkit ke bawah kita-kira dua ruas jari dan geser ke kanan ke kiri.
setiap kepalan tangan sekitar dua ruas jari.
c. Dengan menggunakan kedua Ibu jarl, mulailah memiljat membentuk
gerakan melingkar kecil menuju tulang belikat atau daerah di bagian batas
bawah bra ibu

40
d. Lakukan pijat ini sekitar 3 menit dan dapat diulangi sebanyak 3 kali.
e. Setelah selesai memijat sambil membersihkan sisa baby oil kompres
pundakpunggung ibu dengan handuk hangat,

41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asi merupakan makanan bayi yang terbaik sebelum bayi menginjak cukup
bulan untuk mendapatkan makanan pendamping. Selain dari komponen asi yang
banyak mengandung kebaikan, proses laktasi, cara menjaga dan memperbanyak
produksi asi juga perlu di perhatikan oleh ibu menyusui, agar ibu tidak sulit dalam
membagi waktunya antara pekerjaannya dan meyusui bayinya. Sehingga ibu tidak
stress dalam menghadapi kebingunannya yang dapat menghambat proses produksi
asi juga bayi yang tetap mendapatkan asukan gizi terbaik dalam masa tumbuh
kembangnya.

B. Saran
Sebagai Mahasiswa Kebidanan tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
seorang edukator di kalangan masyarakat kelak. Oleh karena itu, dengan proses
pembuatan makalah mengenai anatomi fisiologi payudara dan proses laktasi
menyusui mahasiswa seharusnya dapat lebih memahami dan menambah
wawasannya, tidak hanya agar menjadi edukator dan partner terbaik bagi ibu di
kalangan masyarakat tetapi sebagai kodratnya seorang perempuan yang kelak
menjadi seorang ibu yang baik bagi buah hatinya

42
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, D. (2010). Asyiknya minum ASI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi 2. Chris
W. Green.
Noer, E.R., 2009, Beberapa Faktor Determinan Dalam Praktik Inisiasi Menyusu
Dini dan pemberian ASI Eksklusif Selama 6 Bulan, Universitas
Diponegoro.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010; 2010.
Soetjaningsih.(1997).ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI - Makanan terbaik untuk kesehatan,
kecerdasan, dan kelincahan si kecil. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Walyani, E. S dan Purwoastuti,E. (2015). Asuhan kebidanan masa nifas dan
menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

43

Anda mungkin juga menyukai