Anda di halaman 1dari 3

Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan

Definisi sosial budaya dalam masyarakat Menurut Soerjono Soekanto budaya sosial
adalah suatu ketidaksesuaianantara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakankehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur – unsur yangada
dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok
masyarakat.

Macam-macam pendekatan sosial budaya dalam masyarakat di praktik kebidanan :

a. Pendekatan melalui Agama


Salah satu pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan yaitu melalui agama
- Keluarga Berencana Pandangan agama islam terhadap pelayanan
keluarga berencana. Ada dua pendapat mengenai hal tersebut yaitu memperbolehkan dan
melarang penggunaan alat kontrasepsi. Pandangan agama yang memperbolehkan pemakaian alat
kontrasepsi IUD. - Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan
- Pemakaian IUD menghentikan kehamilan
- Khitan pada perempuan
Mengenai khitan untuk perempuan para ulama berbeda pendapat dalam menghukuminya seperti
halnya Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad berpendapat khitan juga wajib bagi anak perempuan,
adapun sebagian besar ulama seperti mahzab Hanafi, Al- Maliky, Hambali, berpendapat khitan
disyariatkan dan disunahkan bagi perempuan. Serta sebagaimana telah disabdakan nabi Allah
Muhammad SAW dalam sebuah hadis dalam riwayat Al-Zuhri: “Barang siapa yang masuk
islam, maka wajib baginya berkhitan walaupun ia sudah dewasa”.

b. Pendekatan melalui Kesenian Tradisional

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika ) yang berasal dari eksperi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yag
mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan dan kesenian yang kompleks.

Berbagai kesenian tradisional, seperti halnya nyanyi-nyanyian daerah, tari-tarian daerah


kreasi baru, wayang kulit atau wayang golek, dll. Melalui lirik nyanyianm dialog wayang,
sandiwara tradisional daerah seperti halnya ludruk ( Surabaya ), kethoprak ( Jawa ), lenong
( Jakarta ) dsb. Maka dialog-dialognya dapat memanfaatkan tema-tema kesehatan, dalam hal ini
yang berkaitan dengan kebidanan, seperti halnya pada khotbah tersebut didepan.

c. Pendekatan melalui Paguyuban

Paguyuban atau gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para
warganya diwarnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekluargaan, bersifat
batiniah dan kekal, serta jauh dan pamrih-pamrih ekonomi.

Menurut Ferdinand Tonnies, paguyuban ( gemeinschaft) adalah bentuk kehidupan


bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat almiah
serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesehatan.

Menurut Ferdinand Tonnes ciri-ciri pokok dari paguyuban yaitu Intimate, Private, Exclusive.

Paguyuban memiliki 3 tipe yaitu:

- Paguyuban karena ikatan darah ( gemeinschaft by blood )


- Paguyban karena tempat ( gemeinschaft by place )
- Paguyuban karena jwa dan pikiran ( gemeinschaft by mind )

Paguyuban yang dapat dilakukan oleh bidan misalnya: Mengadakan pendekatan dengan pamong
desa yaitu untuk mengajak masyarakat untuk memanfaatkan posyandu dengan giat, Mengadakan
penyuluhan kesehatan tentang balita, imunisasi, KB, dll, Bekerja sama dengan pamong desa
untuk mendatangi para ibu yang memiliki bayi untuk melakukan imunisasi.

d. Pendekatan melalui Pesantren

Pesantren sangat banyak tersebar diseluruh nusantara. Berbagai kegiatan sangat sering
dilakukan didalam pesantren tersebut. Misalnya lomba menulis, lomba menggambar, lomba
ceramah dll. Maka kegiatan-kegiatan tersebut dapat diisi berbagai tema kesehatan dalam hal ini
kebidanan. Sebagai contoh lomba menggambar menu makanan sehat untuk bayi dan ibu hamil
berdasarkan agama. Bahkan berbagai kesenian di lingkungan pondok pesantren juga dapat
ditampilkan tema-tema kesehatan yang berkaitan dengan kebidanan.
e. Pendekatan system banjar ( Bali )

Banjar adalah organisasi kemasyarakatan tradisional bagi suku bangsa Bali. Organisasi
ini seperti sistem RT/RW pada masyarakat lain seperti di Jawa atau lainnya, sudah ada sejak
jaman dahulu kala dan mulanya dikenal dengan nama subak.

Awalnya subak itu merupakan organisasi yang hanya mengatur masalah-masalah di


sawah (sebelum bule-bule datang menjajah negeri ini dan kemudian berjemur dipantai)
berhubung masyarakat Bali saat ini sebagaian besar mata pencahariannya bertani. Banjar dengan
berkembangnya jaman juga menjadi berubah, tepatnya bertambah fungsi.

Dari uraian mengenai banjar tersebut, maka berbagai tema kesehatan yang berkaitan
dengan kebidanan dapat dimasukkan pada berbagai bentuk kegiatan banjar tersebut. Masyarakat
Bali Aga di Desa Trunyan Bali juga memandang kelahiran sebagai hal wajar dan bersifat “
publik “ ( Danandjaja 1989.468 ). Kelahiran dianggap sebagai urusan laki-laki. Karena dukun
bayi pria dan suami merupakan pemeran utama dari penolong persalinan. Namun berbeda
dengan masyarakat krikati tersebut diatas, handai-tolan termasuk anak-anak bisa berkerumun
didepan pintu yang dibiarkan terbuka, untuk menyaksikan proses kelahiran tersebut diluar
ruangan. Meskipun demikian, hanya dukun bayi pria, suami ibu kandung sang wanita
melahirkan, dan anak-anaknya yang lahit terdahulu saha yang berada diruangan ditambah

Anda mungkin juga menyukai