Anda di halaman 1dari 26

Norma dan Praktik budaya

dalam kehidupan seksualitas


dan kemampuan reproduksi

Irene febriani, S.Kep.,MKM


Norma dan Praktik Budaya dalam Kehidupan
Seksualitas
• Norma-norma dan praktik budaya dalam kehidupan
seksualitas dimana seseorang mengalami gangguan dan
keterkaitan terhadap suatu kelainan akibat trauma,
sehingga banyaknya jumlah seseorang meningkatkatkan
kehidupan seksual yang kurang di hormati di kalangan
masyarakat,baik itu melalui pergaulan bebas di kalangan
remaja, homoseksualitas, dan bahkan kelainan kelainan
seksualitas lainnya yang banyak di langgar oleh sebagian
orang
Norma dan Praktik Budaya dalam
Kemampuan Reproduksi
• Revolusi seks : seks bebas tidak untuk menghasilkan keturunan. Jika seks tidak untuk
menghasilkan keturunan, maka keturunan tidak harus didapat dari hubungan seksual.
Pemikiran ini mempertajam pemahaman manusia tentang makna prokreasi dan seksualitas

• Gerakan feminisime dan hak gay : jika lelaki dan perempuan tidak saling melengkapi
dan berpengaruh secara generatif, maka bayi tidak harus hadir melalui persatuan ovum
dan sperma. Maka monogami yang diangggap sebagai tempat ideal terjadinya prokreasi
tidak akan terlalu dipandang dalam norma budaya kita. Untuk itu, kloning akan menjadi
pilihan terakhir: orang tua tunggal. Pemikiran ini mempertajam pemahaman tentang
kesetaraan gender

• Melalui kloning dihasilkan anak yang diinginkan. Ini menguji pemahaman umum bahwa
anak yang dilahirkan adalah anak yang diinginkan. Pemikiran semacam ini digunakan
untuk menentang aborsi dan kontrasepsi
Upaya :

• Membuat norma – norma baru dalam Ruang


kehidupan
• Memperketat aturan Norma Budaya 
• Rehabilitasi bagi para homoseksual
Jenis – jenis penyimpangan

Anda mungkin juga menyukai