“KONTRASEPSI SUNTIKAN”
MATA KULIAH PELAYANAN KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPU JUMRAH, SPd., S. SiT
PRISCILLA PO.62.24.2.21.126
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Semua itu hanya karena berkat serta tutunan Tuhan dalam kehidupan kami.
Dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang Kontrasepsi Suntikan.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun
ini belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan……………………………………………….................... 2
BAB II PEMBAHASAN 3
J. Cara Kerja 7
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang
sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (Hartanto, 2004).
Salah satu metode yang digunakan dalam program Keluarga Berencana (KB) adalah
metode kontrasepsi suntik. Metode KB suntik telah menjadi bagian dari gerakan
keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat
pemakai KB suntik dikarenakan penggunaannya aman, sederhana, efektif (Rusminah,
2018).
Kontrasepsi suntik yang pertama ditemukan pada awal tahun 1950-an adalah
kontrasepsi suntik progestin, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan
endometriosis dan kanker endometrium (carcinoma endometri). Baru pada awal tahun
1960, uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi
dilakukan. Ada beberapa preparat progestin yang pernah dicoba sebagai bahan
kontrasepsi, tetapi pada saat ini hanya dua jenis suntikan progestin yang banyak
dipakai yakni depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan noretisteron enantat
(NET-EN). DMPA telah beredar di lebih dari 90 negara dan NET-EN pada saat ini
telah digunakan di 40 negara (Rusminah, 2018).
Kontroversi tentang keamanan DMPA pernah merebak di awal tahun 1980-an,
tetapi sampai sekarang tidak terdapat bukti bahwa DMPA mempunyai resiko efek
samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi hormonal lainnya (Siswosudarmo
dkk, 2001). Salah satu alasan penghentian penggunaan kontrasepsi suntik adalah
munculnya efek samping yang dirasakan yaitu gangguan siklus haid, keputihan,
pertambahan berat badan dan sampai saat ini tidak ada satupun alat kontrasepsi yang
bebas dari kegagalan maupun efek samping.
Kontrasepsi suntik menimbulkan efek samping yang sering dikeluhkan para
akseptor KB suntik yaitu berupa peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan oleh
efek progestin bukan karena adanya retensi cairan. Menurut para ahli, kontrasepsi
suntik merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus sehingga
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya sehingga menyebabkan
para akseptor KB suntik mengalami obesitas (Rusminah, 2018).
1
Obesitas berkaitan erat dengan berbagai penyakit dan mudah berkembang
menjadi penyakit aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus dan penyakit saluran pernapasan. Adanya berbagai komplikasi dari obesitas
menjadikan penderita obesitas mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi
dibanding bukan penderita obesitas (Rusminah, 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan Memahami tentang kontrasespsi suntikan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk Memahami Pengertian Kontrasepsi Suntikan
b) Untuk Memahami Jenis Kontrasepsi Sunntikan
c) Untuk Mengetahui Cara Kerja KB Suntik
d) Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan KB Suntik
2
BAB ll
PEMBAHASAN
3
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal
penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. KB suntik 1 bulan Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara,
macammacam suntikan tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka
kegagalan kurang dari 0,1 % per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
4
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
4. Penambahan berat badan.
5. Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.
6. Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Terlambatnya pemulihan kesuburan bukan karena kerusakan/kelainan pada organ
genetalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan.
8. Terjadinya perubahan pada lipid serum dalam penggunaan jangka panjang.
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas).
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.
5
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI
Menurut Septianingrum 2018 Faktor –faktor yang harus diperhatikan dalam memilih
metoda kontrasepsi adalah
1. Faktor pasangan : usia, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang
diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan, sikap
kepriaan.
2. Faktor kesehatan : kontraindikasi absolute atau relative : status kesehatan, riwayat
haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul Faktor metoda
kontrasepsi; penerimaan dan pemakaian berkesinambungan dipandang dari pihak
calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitaas, efek samping minor,
kerugian, biaya dan komplikasi potensial.
6
penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan
kadang-kadang sampai terjadi amenorea. Banyaknya darah yang keluar sangat
bergantung pada dosis kontrasepsi hormonal yang digunakan. Makin kecil dosis
esterogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar, dan makin besar
dosis esterogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar.
(Meilani,dkk. 2010)
3. Terhadap Lamanya Perdarahan
Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan
juga akan berubah pula. Pada penggunaan pil bertingkat lamanya perdarahan
berkisar antara 3-5 hari. Perubahan terhadap lamanya perubahan perdarahan
umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi
hormonal tersebut. Pada wanita-wanita tertentu, perubahan terhadap lama
perdarahan selama penggunaan pil kontrasepsi merupakan suatu
gangguan,sehingga mereka sering meminta untuk dilakukan pengobatan. Kepada
mereka perlu dijelaskan, bahwa hal tersebut bukan suatu kelainan sehingga tidak
perlu dilakukan tindakan apapun, apalagi menukarnya dengan pil jenis lain.
(Meilani,dkk. 2010)
I. EFEK SAMPING
1. Adanya gangguan haid, Berupa Siklus haid memenjang atau memendek.
Perdarahan bayak atau sedikit, Perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan
bercak. Tidak haid sama sekali.
2. penggunaan jangka panjang akan terjadi defisiensi estrogen sehingga dapat
menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit
kepala, jerawat, dan meningkatnya resiko osteoporosis.
3. Amenorea (tidak terjadi perdarahan), perdarahan/perdarahan bercak (spotting),
meningkat/menurunnya berat badan. (Meilani,dkk. 2010)
J. CARA KERJA
1. Menekan ovulasi.
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu.Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Meilani,dkk. 2010)
4.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam
jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit
demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan. Jenis
alat kontrasepsi menurut adalah KB Suntik 3 Bulan, KB suntik 3 bulan
menggunakan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang mengandung 150
mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro Muskuler.
Sedangkan KB suntik 1 bulan Suntikan kombinasi mengandung hormon esterogen
dan progesteron, yang diberikan satu bulan sekali.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan
yang lebih baik lagi. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dan serta dapat
menerapkan teori dan praktek dalam memberikan asuhan kebidanan pada
pasien tentang KB suntik 3 bulan dengan spotting.
2. Bagi Bidan
Menjadi bahan masukan dalam melaksanakan tindakan kebidanan pada kasus
KB suntik 3 bulan dengan spotting dan diharapkan tenaga kesehatan mampu
mendeteksi secara dini adanya kelainan dari efek samping KB.
3. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan sumber bacaan atau referensi bagi
mahasiswa maupun pengajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu T. B. & Wijanarko, N. (2017). Efek sampiing akseptor kb suntik Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) Setelah2 tahun pemakaian. Jurnal Kesehatan
Samodra Ilmu, 32-38.
Rusminah, R. S. (2018). Efek samping kontrasepsi suntik dep medroxy progesteron asetat
(DMPA) dan cyclofem pada akseptor kb suntik. Jurnal Keperawatan
Keperawatan Karya Bhakti, 21-24.