Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan
mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan
perkembangan manusia laksana seret ukut, sehingga pada suatu titik sumber daya alam
tidak mampu menampung pertumbuhan manusia – telah menjadi kenyataan. Berdasarkan
pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memerhatikan dan merencanakan jumlah
keluarga yang diinginkan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat
menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral
dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya
pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita
dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya
gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan
perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat.
Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan jumlah penerimaan
dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana
(kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama terputus), metode kontrasepsi
efektif (MKE) (hormonal [suntikan KB dan susuk KB], AKDR), metode MKE kontap
(bidan dapat memberi petunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan), metode
menghilangkan kehamilan (bidan dapat menunjuk tempat pelayanan untuk
menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik
3 bulan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah
pada akseptor KB suntik 3 bulan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap
akseptor KB suntik 3 bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap
akseptor KB suntik 3 bulan.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam
bentuk SOAP.

1.3 Pelaksanaan

1.3.1 Bentuk Penulisan

Penulisna ini menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan


data melalui wawancara,pengkajian dan pemeriksaan langsung terhadap
ibu serta melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana dimana
terdapat interaksi antara bidan dan ibu akseptor KB.

1.3.2 Subjek Penulisan

Subjek penulisan ini adalah Ny T usia 30 tahun P2. 2 akseptor


lama kb suntik 3 bulan.

1.3.3 Lokasi dan Waktu


Lokasi penulisan laporan ini di PMB Sri Rahayu tanggal 08
Oktober 2019.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri:

BAB I : pendahuluan yang menejlaskan tentang latar


belakang,tujuan,pelaksanaan dan sistematika penulisan.

BAB II : membahas landasan teori yang terdiri dari


pengertian,etiologi,tanda dan gejala dan pelaksanaan.

BAB III: membahas tentang tinjauan kasus yang terdiri dari


subyektif,obyektif,analia data dan penatalaksanaan.

BAB IV: simpulan terdiri kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi

KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak


kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada wakyu yang diinginkan.
(Saifuddin, 2008)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri
untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO,
2007)
Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah kehamilan, usaha – usaha
itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. (Wiknjosastro, 2010)
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi

1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga berencana
yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Hartanto, 2007).
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut
maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai
sasaran.
Menurut Hartono (2007), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai
anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka
kegagalan tinggi.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa
ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah,
pil, IUD, cara sederhana.

b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan


Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi, namun
disini tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada
pada usia melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) Suntik
b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil
karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi duntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)

2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


2.2.1 Definisi
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur (Maryani,
2007).
Profil kontrasepsi suntik 3 bulan :
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
2.2.2 Jenis
Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :
1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di daerah
bokong).
2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
2.2.3 Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan, yaitu :
1. Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba.
2.2.4 Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi :

1. Usia reproduksi
2. Multipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Perokok
9. Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Anemia defisiensi zat besi.
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
2.2.5 Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :

1. Hamil atau dicurigai hamil


2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes melitus disertai komplikasi.
2.2.6 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :

1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.2.7 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :

1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :


a. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.
2.2.8 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu
disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja
yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2.2.9 Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung – gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul usahakan menghilangkannya dengan
menghangatkannya.
2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala,
dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat
hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada
ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datng
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid, klien harus
kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal tidak terjadi kehamilan. Klien
tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga
menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan
dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang
lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.2.11 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau
klinik.

2.2.12 Penanganan efek samping yang sering dijumpai


Tabel 5.1
Efek Samping Penanganan

Amenore (tidak terjadi  Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak


perdarahan/spotting) perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk
kembali ke klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien
segera
 Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

Perdarahan/perdarahan bercak  Informasikan bahwa perdarahan ringan sering


(spotting) dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah
serius, dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3
x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan banyak selama pemberian
suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet
pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7
hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.

Meningkatnya atau menurunya berat  Informasikan bahwa kenaikan/penurunan


badan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.

2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat diaplikasikan dalam semua
situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien.
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif
dan data obyektif.
A. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan
oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh dari anamnesa yaitu
tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
1) Identitas Klien dan suami
Menurut nursalam (2009), terdiri dari
a) Nama : untuk mengenal pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada usia
> 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010)
c) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
d) Suku/Bangsa : untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan : mengetahui keadaan sosial ekonomi
g) Alamat : mengetahui lingkungan tempat tinggal
2) Alasan kunjungan
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang diraskan saat pemeriksaan.
(Varney,2007).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia
waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi,
keluhan – keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini
dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi
alat kontrasepsi (Nursalam, 2009).
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, nifas
yang lalu mengalami gangguan atau tidak ( Wheleer, 2004).
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB
atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB yang
digunakan (Varney, 2007).
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit
sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB
suntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus dengan
komplikasi. Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat
keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009).
8) Riwayat kebiasaan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari apakah terpenuhi
gizinya atau tidak (Farrer, 2006).
Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu
dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas frekuensi dan porsi makan
(Susilowati, 2008).
b) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien. Yang dikaji
meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia. Hal ini
dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat genitalia
pasien. (Saifuddin, 2010)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan
suami dan adakah terdapat kelaiana atau keluhan selama hubungan
seksual (Farrer, 2006).
9) Data psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama ibu
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan (Prawirohardjo, 2005).
B. Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan sistematis
dan pemeriksaan penunjang (Nursalam, 2009).
1) Status generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu
(1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
(2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung,
gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih bila
diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
(3) Apatis adalh pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
(4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan nyeri
(Prihardjo, 2007).
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
(1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg. (Saifuddin, 2010)
(2) Suhu : 36,5°C-37,5°C
(3) Respirasi :12-24 x/menit
(4) Nadi :80-100 x/menit
d) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI (Nursalam, 2009).
e) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3
bulan berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam, 2009).
2) Pemeriksaan Fisik
Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :
a) Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Wiknjosastro, 2010).
b) Mata : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan
sklera warna putih (Nursalam, 2009).
c) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau tidak,
gusi berdarh atau tidak (Nursalam, 2009)
d) Leher : Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada
benjolan atau tidak (Nursalam, 2009).
e) Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat
bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan atau
tidak (Nursalam, 2009).
f) Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri
atau tidak (Nursalam, 2009).
g) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau
tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.

3) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan PPtest untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika terjadi
amenorea (Nursalam, 2009).

C. Analisa Data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik
dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data dasar.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu
e/ ibu mengerti dan merasa lega
2. Memberikaan suntik kb 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml).
Langkah-langkahnya :
1) Jagalah privasi klien.
2) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan
handuk atau diangin-anginkan.
3) Lakukan pengocokan pada vial KB suntik 3 bulan secara lembut
sehingga obat dapat tercampur rata.
4) Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet. Hapus
karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan kering.
5) Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah disterilkan
dengan DTT, pakai korentang/forsep yang telah diDTT untuk mengambilnya.
6) Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada mulut
semprit penghubung.
7) Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik dalam spuit.
8) Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS
9) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan kering
sebelum disuntik.
10) Suntikan obat (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml) melalui
intramuscular dengan sudut 90 derajat.
11) Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan
12) Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan.
e/injeksi KB 3 bulan telah dilakukan
3. Mendokumentasikan pada kartu KB tanggal kembali, hasil dari berat badan
dan tekanan darah pada kartu akseptor ibu dan buku register.
eltelah dilakukan
4. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan
suntikan KB suntik 3 bulan berikutnya
e/ ibu mengerti dan bersedia kembali suntik 3 bulan lagi

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian 8 Oktober 2019

Jam 18.00 WIB


Tempat PMB Sri Rahayu

Oleh Fanni Noor Arafanti

A. Subyektif

I. Identitas

Nama Ibu Ny.T Nama SuamiTn.W

Umur 30 tahun Umur 34 tahun

Agama islam Agama islam

Pendidikan perguruan tinggi Pendidikan perguruan tinggi

Pekerjaan swasta Pekerjaanswasta

Alamat sidorukun I/4A Alamat sidorukun I/4A

II. Anamnesa

1. Alasan Datang

Ibu ingin suntik 3 bulan

2. Riwayat Pernikahan

-Pernikahan ke I

-Usia menikah 24 th

-Lama menikah 6 tahun

3. Riwayat Menstruasi

-HPHT

-Menarche 12 tahun

-Siklus teratur,28 hari

-Lama1 minggu

4. Riwayat Obstetri
5. Riwayat Kesehatan

-Ibu : mengatakan dirinya tidak memiliki penyakit menurun seperti asma,darah tinggi,jantung, dan
tidak memiliki penyakit menular seperti TBC,HIV,Hepatitis,IMS

-Keluarga: ibu mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit menurun seperti asma,darah
tinggi,jantung, dan tidak memiliki penyakit menular seperti TBC,HIV,Hepatitis

6. Pola sehari-hari

a) nutrisi

Makan: 3x,1 porsi ,nasi,lauk,sayur

Minum: -/+ 8 gelas/hari, air putih

b) Eliminasi

BAK: -/+5-6x/hari,kuning jernih

BAB: 1x/hari

c) Istirahat Tidur

-Siang: -/+ 1 jam

-Malam: -/+ 8 jam

d) Personal hygiene

-Mandi : 2x/hari

-Vulva hygiene: setiap mandi dan setelah bab/bak

-Ganti pakaian: setiap setelah amnfi

e)Aktifitas

Ibu mengatakan dirinya bekerja dari ajm 08.00-14.00 kemudian dirumah mengerjakan pekerjaan
rumah (memasak,bersih-bersih rumah,bermain dengan anak,dll)

B. Obyektif

1.Pemeriksaan Umum
-Keadaan umum:

-Kesadaran:

-TTV: -TD

-Antropometri: -BB

2. Pemeriksaan Fisik

-Wajah: tidak pucat

-Mata: sklera putih,konjungtiva merah muda,bawah mata tidak cekung

-Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan,tidak ada gigi berlubang atau Faried ,dan tidak ada
gusi berdarah

-Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

-Payudara: simetris, tidak ada benjolan,tidak ada retraksi

-Abdomen: tidak ada tanda kehamilan

-Genitalia: tidak ada pengeluaran pervaginam

C. Analisa Data

Ny T usia 30 tahun P2.2 akseptor lama KB 3 bulan

D. Penatalaksanaan

1.
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada Ny “P” Usia 22 Tahun P1000 Dengan Akseptor Lama KB
Suntik 3 Bulan telah dilakukan pengkajian (data subyektif dan data obyektif) sesuai dengan
manajemen kebidanan 7 langkah varney melalui anamnesa langsung pada pasien dan
beberapa pemeriksaan.
Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny. “P” 22 tahun. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan pada akseptor KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi
dan pada usia > 35 tahun sampai perimenopause. Selain itu KB suntik juga pilihan untuk fase
menjarangkan kehamilan. Periode usia istri 20 – 30 tahun merupakan periode paling baik
untuk usia melahirkan (Saifudddin, 2010). Pilihan Ny. “P” dalam memilih kontrasepsi suntik
adalah pilihan yang tepat, terutama pada fase ini.
Dari riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. “P” normal dan tidak ada
keluhan gangguan haid. Hal ini tidak sesuai dengan teori Saiffudin (2010) yang menyatakan
kerugian KB suntik 3 bulan salah satunya sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus
haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan tidak haid sama sekali. Namun, menurut
Ny. “P” pada awal pemakaian KB suntik 3 bulan, dia memang mengalami gangguan tidak
haid. Setelah beberapa bulan haidnya kembali normal. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin
(2010) : pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea).
Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Jadi
selama pemakaian KB suntik 3 bulan ini, Ny. “P” tidak mempunyai keluhan terhadap pola
haidnya.
Riwayat kesehatan Ny. “P” dan keluarga tidak terdapat penyakit yang membatasi Ny.
“P” dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut teori KB suntik 3 bulan tidak dapat
digunakan pada penderita hipertensi atau riwayat hipertensi, kanker payudara atau riwayat
kanker payudara dan DM disertai komplikasi (Saiffudin, 2010). Ny. “P” dan riwayat keluarga
tidak menderita penyakit seperti yang disebutkan di atas.
Pada pemeriksaan tekanan darah, hasil pengukuran Ny. “P” adalah 120/80 mmHg dan
pemeriksaan BB hanya peningkatan 1 kg. Hasil BB sebelumnya 55 Kg dan BB pengukuran
sekarang 56 Kg. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kontrasepsi suntik 3
bulan dapat diberikan pada tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah dan anemia bulan sabit dan dapat terjadi peningkatan/penurunan berat
badan sebanyak 1 – 2 kg. Perhatikan diet bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila
berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain (Saiffudin,
2010). Tekanan darah Ny. “P” dalam batas normal dan peningkatan berat badan hanya 1 kg
pada bulan ini. Selama pemakaian tidak terjadi peningkatan BB setiap bulan. BB ibu berkisar
antara 55 Kg dan 56 Kg.
Pemeriksaan penunjang PP test tidak dilakukan pada Ny. “P” karena tidak ada keluhan
amenorea. Hal ini sesuai dengan teori Nursalam (2009) yang menyatakan bahwa pemeriksaan
PP test dilakukan jika terjadi amenorea. Amenorea pada Ny. “P” terjadi pada awal
penyuntikan KB suntik 3 bulan dan saat ini haidnya sudah teratur kembali.
Pada pengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi kesenjangan
pula, karena diagnosa diambil dari prosedur anamnesa, pada kasus ini tidak ada masalah yang
muncul. Karena ibu sudah memakai KB suntik ini sudah 2 tahun, sedangkan dalam teori juga
disebutkan bahwa keluhan dari pemakain KB suntik (hormonal) ini akan berkurang dalam
waktu 3 bulan
Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini tidak ditemukan adanya
masalah potensial karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu dalam keadaan baik.
Dalam identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak memerlukan tindakan yang
khusus, cepat dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi kematian dan pada kasus ini
tidak ada tanda tanda yang mengancam jiwa ibu.
Pada pengembangan rencana dan implementasi ada sedikit kesenjangan karena dalam
teori perencanaan diadakan langkah cuci tangan namun pada pelaksanaan di lapangan tidak
dilakukan, dengan alasan karena petugas sibuk dengan banyak pasien sehingga lupa menyuci
tangan, dan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana dalam
praktek langkah langkah tersebut disesuaikan dengan kadaaan pasien. Sehingga tujuan
dilakukan asuhan kebidanan Ny “P” Usia 22 Tahun P1000 Dengan Akseptor Lama KB
Suntik 3 Bulan dapat tercapai.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada “Ny. P” telah sesuai
dengan tujuan antara lain :
a. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang ditemukan
sudah lengkap.
b. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa sesuai teori
dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
c. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori
terdapat pula pada tinjauan kasus. Pada pemberian suntik KB 3 bulan, tidak
dilakukan langkah cuci tangan.
d. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu tanggal
kembali.

5.2 Saran

1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan mengingat langkah-


langkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan jalinan komunikasi dalam
upaya menjalin kerja sama antara petugas dan klien untuk keberhasilan asuhan yang
diberikan.
2. Bagi klien/ibu harus bisa mengingat jadual kembali untuk melakukan suntikan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helle. 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Hartanto, H. 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prihardjo, robeth. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

Saiffudin. A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono

Varney. H. 2007. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC

Wheeler, Linda. 2004. Perawatan Perinatal Pascapartum. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai