TINJAUAN TEORI
A. LATAR BELAKANG
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah berhasil diturunkan dari
angka 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 270
pada tahun 2004, 262 pada tahun 2005, dan 248 pada tahun 2007. Akan tetapi
apabila dilihat dari angka target Millennium Development Goals (MDGs) 2015
yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum
memenuhi target atau perlu diturunkan lagi. Terlebih bila dibandingkan dengan
AKI di negara-negara ASEAN, AKI di Indonesia 3-6 kali lipat jumlahnya.
Sedangkan bila dibandingkan dengan AKI di Negara maju, jumlah AKI di
Indonesia 50 kali lipatnya. (Depkes RI, 2009 )
Oleh karena itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat
kesehatan ibu tetap merupakan salah satu prioritas utama dalam penanganan
bidang kesehatan. Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun
Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang dalam upaya penurunan angka
kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada
kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk
menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti
ilmiah yang dikenal dengan nama "Making Pregnancy Safer (MPS)". Strategi
MPS ini mengacu pada 3 pesan kunci yaitu : 1) Setiap persalinan ditolong oleh
tenaga bidan terlatih, 2) Setiap komplikasi obstetrik neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat, dan 3) Setiap wanita usia subur dapat akses terhadap
pencegahan kehamilan serta penanganan aborsi yang tidak aman. (Depkes RI,
2009 )
Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan
menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program Keluarga
Berencana (KB). Program KB memiliki peranan dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta
1
menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB
telah berkembang menjadi gerakan Keluarga Berencana Nasional yang
mencakup gerakan masyarakat. Gerakan Keluarga Berencana Nasional
disiapkan untuk membangun keluarga sejahtera dalam rangka membangun
sumber daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran
serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan
KB. Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009
adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
seperti IUD (Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD
merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat
kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan.
Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan
untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena
tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak
mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.
(BKKBN, 2009 )
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007), bahwa
kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntik (31,8%), pil (13,2%),
AKDR (4,9%), MOW (3%), kondom (1,3%), dan MOP (0,2%). Dapat dilihat
bahwa presentase peserta KB MKJP masih tergolong rendah yang berarti
pencapaian target program dan kenyataan di lapangan masih berjarak lebar.
Bahkan prevalensi peserta AKDR menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13 %
pada tahun 1991 menjadi 5 % pada tahun 2007. (BPS,2009)
Berbagai Usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan
pokok pembangunan keluarga sejahtera telah di lakukan baik oleh pemerintah,
swasta, maupun masyarakat sendiri. Salah satunya dengan Mensosialisasikan
metode kontrasepsi terkini IUD Post Placenta oleh BKKBN. Metode
IUD Post Placenta mempunyai keuntungan tersendiri, selain pemasanganya
lebih efektif karena dilakukan setelah plasenta lahir sekaligus mengurangi
angka kesakitan Ibu. Pada hasil expert meeting tahun 2009 dikatakan bahwa
2
penggunaan IUD post placenta dan post abortus perlu terus digalakkan karena
sangat efektif, mengingat angka kelahiran rata-rata 4.000.000 per tahun
(BKKBN, 2010).
Data dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2007
peserta KB baru sebesar 8,75% dan belum sesuai target Nasional. Di kota
Yogyakarta sendiri, jumlah akseptor alat kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)
baru sebanyak 22,98 % atau 9.565 orang dari jumlah total akseptor sebanyak
31.872 orang. Jumlah yang tergolong rendah dan menduduki peringkat kedua
terbawah sebelum kabupaten Bantul (22,77 %) (Profil Dinas Kesehatan DIY,
2010).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi kontrasepsi IUD?
2. Bagaiman efektifitas KB IUD?
3. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
4. Bagaimana mekanisme kerja KB IUD?
5. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD?
6. Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD?
7. Bagaimana cara pemasangan IUD?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan KB IUD Post
Plasenta.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dapat menjelaskan:
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
3
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada
ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada
aasuhan kebidanan pada ibu yang menggunakan KB IUD.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Membantu klien mengetahui dan memahami perubahan yang
terjadi pada ibu masa nifas secara fisiologis maupun psikologis serta
masalah yang terjadi pada ibu yang menggunakan KB IUD post Plasenta..
4. Bagi lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dan selalu menjaga mutu pelayanan.
5. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan yang
terjadi pada ibu yang menggunakan KB IUD Post Plasenta secara
fisiologis maupun psikologis serta masalah yang terjadi ibu yang
menggunakan KB IUD Post Plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari
plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari
plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk
mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan
tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma
tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim
menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
4
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam
rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga
dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu
penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah
masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan
pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun
tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual
(Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam
rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa
Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari
polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim.
Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien
berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah
pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang
halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang
sudah dilatih (Irianto, 2007).
IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit
setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam (EngenderHealth, 2008).
5
2. Early postpartum insertion (EP) yaitu AKDR dipasang antara 10 menit
sampai dengan 72 jam postpartum
3. Interval insertion (INT) yaitu AKDR dipasang setelah 6 minggu
postpartum.
1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese
ring).
2. TCu 380A, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat
dari tembaga (Cu) tersebar di Indonesia.
IUD jenis Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada program
pilihan KB Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling banyak
digunakan karena selain karakteristiknya yang baik, harga IUD jenis ini juga
lebih terjangkau dibanding dengan jenis IUD yang lain.
3. TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T (ada di Indonesia),
mengandung tembaga
C. EFEKTIFITAS KB IUD
6
Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi IUD post plasenta
sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan setelah pemasangan. Setelah
1 tahun, penelitian menemukan angka kegagalan IUD post plasenta 0.8 %,
dibandingkan dengan pemasangan setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan
WHO, IUD dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan tercantum
efektifitasnya hanya 4 tahun (BKKBN, 2010).
7
E. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN KB IUD POST PLASENTA
1. Keuntungan
Keuntungan IUD adalah sebagai berikut :
a. Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan
b. Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
c. Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
d. Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
e. Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
f. Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah
populasi 1150 sampai 3800 wanita
g. Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
h. Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu menstruasi
i. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
j. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
k. Metode jangka panjang ( 5tahun proteksi dari CuT -380A dan tidak perlu
diganti).
l. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
m. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
n. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
o. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
p. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
q. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
r. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir )
s. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
t. Membantu mencegah kehamilan ektopik
u. Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
v. Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
w. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
2. Kerugian
a. Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga
kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya. Waktu
pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta memungkinkan
angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan ketersediaan tenaga
kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai
ke fundus juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan.
b. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
8
c. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
d. Sedikit nyeridan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
e. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
f. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini
1. Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita
pada tahun pertama setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah
post partum juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas kejadian
ekspulsi lebih rendah daripada pada insersi yang dilakukan setelahnya.
Gejala ekspulsi antara lain kram, pengeluaran per vagina,spotting atau
perdarahan, dan dispareni.
2. Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta
terjadi antara 2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan. Setelah 1 tahun,
studi menyatakan angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan
pemesangan IUD saat menstruasi.
3. Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai
1,1 %.
4. Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah
populasi 1150 sampai 3800 wanita.
5. Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-
perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih
berat dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua
gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
9
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah
pemasangan.
6. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak.
7. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009).
G. PERSYARATAN PEMAKAIAN
Usia reproduktif.
Keadaan nulipara
Setelah melahirkan
10
Ruptur membrane yang lama (lebih dari 24 jam)
Demam atau ada gejala PID
Perdarahan antepartum atau post partum yang berkelanjutan setelah bayi
lahir
Gangguan pembekuan darah, misal DIC yang disebabkan oleh pre
eklampsi atau eklampsi
Perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya
Penyakit tropoblas dalam kehamilan (jinak atau ganas)
Abnormal uterus
Adanya dugaan kanker uterus (TBC pelvic)
AIDS Tanpa Terapi Antiretroviral
H. TEHNIK PEMASANGAN
Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah plasenta lahir dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Dipasang dengan tangan secara langsung
Setelah plasenta dilahirkan dan sebelum perineorafi, pemasang
melakukan kembali toilet vulva dan mengganti sarung tangan dengan
yang baru. Pemasang memegang AKDR dengan jari telunjuk dan jari
tengah kemudian dipasang secara perlahan-lahan melalui vagina dan
servik sementara itu tangan yang lain melakukan penekanan pada
abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus untuk memastikan
AKDR dipasang di tengah-tengah yaitu di fundus uterus. Tangan
pemasang dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina.Jika AKDR ikut
tertarik keluar saat tangan pemasang dikeluarkan dari vagina atau
AKDR belum terpasang di tempat yang seharusnya, segera dilakukan
perbaikan posisi AKDR.
2. Dipasang dengan ring forceps
Prosedur pemasangan dengan AKDR menggunakan ring forceps
hampir sama dengan pemasangan dengan menggunakan tangan secara
langsung akan tetapi AKDR diposisikan dengan menggunakan ring
forceps, bukan dengan tangan.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kasus
DI PUSKESMAS MLATI II
SLEMAN YOGYAKARTA
No Register :-
Diruang : Ruang KB
BIODATA
Istri Suami
12
e. Pendidikan : SMA SMA
f. Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
g. Alamat : Margoagung Seyegan Sleman
DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang
Ibu mengatakan melahirkan tanggal 7 Maret 2015 dan menggunakan IUD
Post Plasenta dan ibu ingin kontrol
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun.
b. Siklus : 30 hari.
c. Lamanya : 6 hari.
d. Teratur / tidak : teratur.
e. Sifat darah : encer, warna merah darah, tidak ada gumpalan
darah, bau khas.
f. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama
menstruasi.
4. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan syah.
b. Pernikahan pertama
c. Menikah umur 24 tahun.
d. Lama pernikahan 7 tahun.
5. Riwayat obstetri
P2 A0 AH2
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
I : lahir tahun 2008 ; JK laki-laki; BB Lahir 3600gram; Lahir spontan;
ditolong bidan; tidak ada komplikasi
II : 7 Maret 2015 ; JK perempuan; BB Lahir 3000gram; Lahir spontan;
ditolong Bidan; tidak ada komplikasi
7. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan sekarang memakai IUD
8. Riwayat Kesehatan
a. Sakit Kuning : Ibu mengatakan dirinya dan suami tidak pernah dan
tidak sedang menderita Sakit kuning
b. Perdarahan Pervaginanm : Ibu mengatakan ibu tidak pernah mengalami
perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas
c. Keputihan yang lama : ibu mengatakan tidak pernah mengalami
keputihan yang lama
13
d. Tumor payudara, rahim, dan indung telur : ibu mengatakan tidak
pernah dan tidak sedang menderita tumor payudara, rahim, dan indung
telur
e. IMS dan HIV/Aids : ibu mengatakan dirinya dan suami tidak pernah
dan tidak sedang menderita penyakit IMS dan HIV/Aids
d. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam selama 8 jam
perhari.
e. Pola aktifitas seksual
Ibu belum melakukan hubungan seksual
f. Pola pesonal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 3
kali dalam seminggu, ganti baju 2 kali sehari, dan ganti pembalut 3
kali sehari.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
a. Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
b. Minum alkohol : Ibu mengatakan tidak minum-minuman berakohol
c. Minum jamu : Ibu mumengatakan minum jamu
14
a. Psikologis
Ibu mengatakan merasa senang dengan menggunakan KB IUD post
plasenta.
Ibu mengatakan mengetahui hal yang berhubungan dengan KB IUD
yaitu efektifitas, keuntungan, kerugian, dan komplikasi yang
disebabkan kb iud.
b. Sosial
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung
menggunakan KB IUD post plasenta.
Ibu mengatakan hubungan dengan msyarakat juga sangat baik.
Ibu mengatakan tidak ada tradisi yang merugikan dalam
keluarganya.
c. Spiritual
Ibu mengatakan belum bisa sholat 5 waktu
Ibu mengatakan selalu berdoa agar alat kontrasepsi yang ibu
gunakan bisa efektif
Ibu mengatakan agama yang dianutnya memperbolehkan
menggunakan KB IUD.
d. Ekonomi
Ibu mentakan telah menyiapkan biaya sebagai persiapan jika
melakukan kontrol
12. Hewan peliharaan dan keadaan lingkungan
Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan dan keadaan
lingkungan tempat tinggalnya bersih.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmetis
Vilat sign
- TD : 110/80 mmHg.
- Nadi : 82 kali / menit
- Suhu : 37,5C
- Respirasi : 22 kali / menit
Antropometri
- BB : 65 kg
- TB :154 cm
2. Pemeriksaan fisik
15
Kepala : Bersih, rambut tidak rontok, tidak ada ketombe, Tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan
Telinga : Bersih, Tidak ada serumen,pendengaran baik
Muka : simetri, Tidak sembab, tidak pucat, tidak oedem.
Mata : bersih, kornea tidak keruh, Conjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak ada pembengkakan dan pengeluaran cairan.
Hidung : Bersih, Tidak ada secret, Tidak ada polip
Mulut : bersih, Tidak ada luka, Gigi tidak ada caries, Lidah bersih,
tidak ada pembesaran tonsil
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfa, tiroid dan vena
jugularis
Dada : tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri,, tidak ada retraksi,
weezing dan stridor.
Payudara : simetri, bersih,Tidak ada benjolan, Putting menonjol,
Areola menghitam, terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : ada strie, Tidak ada luka bekas operasi, ada linea alba,
TFU; 3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada tanda-tanda infeksi, lokhea
rubra, tidak ada perdarahan, ada luka jahitan perinium. Pemeriksaan
Inspekulo: tampak benang.
Anus : tidak hemoroid
Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varises, dapat digerakkan,
tidak ada nyeri tekan.
ANALISA
Ny.W umur 31 tahun P2 A0 AH2 akseptor KB IUD post plasenta.
A. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu TD: 110/80 mmHg,
N: 82 kali/menit, R: 22 kali/menit, S: 37,5, kondisi ibu baik .
Pemeriksaan Inspekulo : Vulva uretra tenang, serviks utuh , benang
tampak
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya saat ini
2. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu harus menjaga kebersihan alat
kemaluannya agar tidak terjadi infeksi maupun keputihan
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia
16
3. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu boleh mengecek sendiri benang
IUD dengan mamsukkan jari yang bersih kedalam vagina kemudian
meraba benangnya
Evaluasi : ibu masih merasa takut untuk mengecek sendiri
4. Memberitahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi untuk
memastikan posisi IUD dan untuk mengetahui apakah ada erosi pada
portio atau tidak
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia
5. Membereskan alat dan merendam dilarutan clorin 0,5% selama 10 menit
Evaluasi : alat telah dibereskan
6. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : telah dilakukan dokumentasi
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus diatas diketahui bahwa Ny.W usia 31 tahun P2 A0 AH2 sebagai
akseptor KB IUD Post Plasenta. IUD post plasenta merupakan suatu kontrasepsi
yang jangka waktunya 5 tahun dan IUD dipasang dalam waktu 10 menit setelah
lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam.
18
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang
halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang
sudah dilatih (Irianto, 2007).
Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese
ring),
19
Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan
kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil.
2. SARAN
Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat meningkatkan asuhan dan
pemantauan pada ibu yang menggunakan KB IUD, hal ini dikarenakan ibu
yang menggunakan KB IUD rawan mengalami masalah atau komplikasi yang
bisa membahayakan dirinya. Dengan tindakan dan pemantauan yang benar
diharapkan komplikasi yang terjadi pada ibu dapat dicegah dan akseptor KB
IUD semakin meningkat karena IUD terbukti sangat efektif untuk
menjarangkan kehamilan dan agar tidak terjadi dropout pada akseptor lama.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22