Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan
penduduk akan semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan penduduk di Indonesia semakin
nyata. Hal ini terlihat dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah penduduk di Indonesia
meningkat sebesar 32,5 juta dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di
tahun 2010 (BKKBN, 2010). Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, angka kelahiran total (total fertility rate / TFR) masih di angka
2,6 artinya rata-rata wanita usia subur (WUS) memiliki 3 anak (Menko kesra,
2013).
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk, termasuk didalamnya adalah program Safe Mother Hood yang meliputi
keluarga berencana, persalinan yang aman, pelayanan antenatal, dan pelayanan
obstetri esensial. Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat sejahtera dengan membatasi jumlah kelahiran.
Program KB bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan menggunakan
kontrasepsi (Saifuddin, 2010).
Metode-metode kontrasepsi yang ada di Indonesia saat ini meliputi Metode
Amenore Laktasi (MAL), Keluarga Berencana Alamiah (KBA), Kontrasepsi
Progestin, Senggama Terputus, Metode Barier, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), Kontrasepsi Kombinasi, dan Kontrasepsi Mantap (Saifuddin, 2010).
Data SDKI 2012 menunjukkan tren Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi di
Indonesia sejak 1991-2012 cenderung meningkat. CPR telah melampaui target
(60,1%) dengan pencapaian 61,9% (Kemenkes RI, 2014).
Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan kontrasepsi, khususnya
kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, alat kontrasepsi ini memiliki
keuntungan diantaranya yaitu sebagai alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas
tinggi, tidak mempengaruhi volume Air Susu Ibu (ASI), dan dapat dipasang segera
setelah melahirkan (Allen, 2009). Kerugian AKDR yaitu dapat meningkatkan
risiko terjadinya radang panggul, bertambahnya darah haid dan rasa sakit untuk
beberapa bulan pertama pemakaian, tidak melindungi dari PMS dan dapat terjadi
ekspulsi serta dalam pemasangan atau pelepasan AKDR harus dengan bantuan
tenaga medis (Hartanto, 2010).
Metode pemasangan AKDR dapat dilakukan pada masa interval maupun pada
pasca persalinan. AKDR pasca persalinan adalah AKDR yang dipasang pada 10
menit setelah plasenta lahir (post plasenta) sampai 48 jam pasca persalinan
(Shukla et al, 2012). AKDR interval adalah AKDR yang dipasang selama siklus
haid. Efektivitas AKDR dinyatakan melalui angka kontinuitas yaitu berapa lama
AKDR tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, pengangkatan/pengeluaran karena
alasan medis atau pribadi dan terjadinya kehamilan. Faktor yang mempengaruhi
efektivitas AKDR antara lain dipengaruhi oleh faktor AKDR (bentuk, ukuran,
mengandung Cu atau progesteron), faktor akseptor (umur, paritas dan frekuensi
sanggama), faktor waktu pemasangan (interval, post partum, post abortus dan post
coital), faktor teknik pemasangan serta faktor tenaga medis yang memasang
(Hartanto, 2010).
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar merupakan rumah sakit milik
pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar sebagai rumah sakit Tipe C yang
memiliki akses pelayanan maupun rujukan KB di poli kebidanan dan kandungan.
Akseptor KB pada tahun 2015 jumlah akseptor IUD 1031 jiwa (93,8%). Dengan
banyaknya akseptor IUD di RSUD Karanganyar, maka kemungkinan semakin
banyak pula akseptor IUD mengalami efek samping. Meskipun menggambarkan
angka kejadian yang sedikit, peran bidan tetap diperlukan dalam memberikan
asuhan kepada akseptor IUD pasca plasenta agar komplikasi lebih lanjut dan
peningkatan angka kejadian dapat dicegah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan permasalahan:
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada ibu dengan Akseptor Keluarga
Berencanadengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB alamiah dengan
pendekatan manajemen kebidanan dan melakukan dokumentasi secara SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada ibu akseptor KB
AKDRdengan pendekatan holistik.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada ibu akseptor KB
AKDRdengan pendekatan holistik.
c. Mampu melakukan analisis data pada ibu akseptor KB AKDRdengan
pendekatan holistik.
d. Merencakan dan melaksanakan penatalaksanaan pada ibu akseptor KB
AKDRdengan pendekatan holistik.
e. Melakukan implementasi asuhan ibu akseptor KB AKDRdengan
pendekatan holistik berdasarkan evidence based practice.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan ibu akseptor KB AKDRyang
standar dengan model dokumentasi SOAP notes.
D. Manfaat
1. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan menjadi masukan dan motivasi bagi lahan untuk terus
melakukan promosi kesehatan mengenai keluarga berencana terutama Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)agar terjadi kenaikan angka baik dalam
hal minat masyarakat.
2. Bagi Pendidikan/Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan informasi
mengenai pengetahuan tentang kontrasepsi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR).
3. Bagi Profesi
Diharapakan dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan khususnya
dibidang kesehatan reproduksi dan metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR).
4. Bagi Ibu
Diharapkan dapat nenambah wawasan tentang Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) sebagai metode KB jangka panjang.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Macam-macam IUD
Beberapa macam-macam IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
4. Keuntungan IUD
Menurut Saifudin (2010), beberapa keuntungan dari IUD adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif → 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT-380A).
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
5. Kerugian IUD
Menurut Saifudin (2010), beberapa kerugian dari IUD adalah sebagai
berikut :
a. Efek samping yang mungkin terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
3) Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS,
memakai AKDR dapat memicu infertilitas.
f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi
AKDR untuk mencegah kehamilan normal
7. Kontraindikasi IUD
Menurut Kusumaningrum (2009), kontraindikasi dari pemasangan IUD
adalah sebagai berikut :
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin.
c. Pernah menderita radang rongga panggul.
d. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal.
e. Riwayat kehamilan ektopik.
f. Penderita kanker alat kelamin.
9. Pemasangan IUD
a. Alat dan bahan dalam pemasangan IUD adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5 Alat untuk memasang IUD
Menurut Sujiantini dan Arum (2009), beberapa peralatan dalam
pemasangan IUD adalah sebagai berikut :
1) Bivalue speculum (speculum cocor bebek)
2) Tampontang
3) Tenakulum
4) Gunting
5) Mangkuk untuk larutan antiseptic
6) Sarung tangan dan barakscort
7) Duk steril
8) Kapas cebok
9) Cairan antiseptic (betadin)
b. Perlengkapan IUD
3) Sewaktu abortus.
4) Beberapa hari setelah haid terakhir.
Beberapa jurnal yang membahas tentang malposisi dan perubahan letak dari
pemasangan IUD salah satunya dilakukan oleh Dirk Wildemeersch, Thomas
Hasskamp dan Norman D Goldstuck (2016) dengan judul Malposition And
Displacement Of Intrauterine Devices-Diagnosis, Management And Prevention
menyimpulkan bahwa Ultrasonography and hysteroscopy are the best and most
practical methodologies to diagnose malpositionand the possible existence of uterine
anomalies. (Ultrasonografi dan histeroskopi adalah metodologi terbaik dan paling
praktis untuk mendiagnosis malposisi dan kemungkinan adanya anomali uterus)
PENGKAJIAN DATA
Hari/Tanggal : 26 Oktober2020
Jam : 10.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Identitas
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 63 kg,
d. Tinggi badan : 156 cm
e. Vital sign
1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 79 kali/menit
3) Pernapasan : 22 kali/menit
4) Suhu : 36,7˚C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut warna hitam, bersih, pertumbuhan baik, kulit kepala tidak
ada lesi
2) Muka tidak ada oedem, simetris
3) Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada secret
4) Hidung bersih, tidak ada pembengkakan, simetris, tidak ada secret
5) Telinga bersih,tidak ada serumen
6) Mulut bersih, warna kemerahan, siemtris
b. Leher .
1) Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan
2) Pembuluh lymfe : tidak ada pembengkakan
3) Bentuk : simetris
4) Massa : tidak ada massa
c. Mammae
1) Bentuk dan ukuran : simetris
2) Keadaan putting : menonjol
3) Pengeluaran : ASI
4) Hyeprpigmentasi : ada
5) Benjolan : tidak ada
d. Abdomen
1) Bentuk : simetris
2) Kelainan : tidak ada kelainan
3) Bekas luka OP : tidak ada
e. Genetalia/vulva, dan anus
1) Vulva : tidak ada odem, tidak ada keputihan
2) Anus : tidak ada Hemorrhoid
f. Ekstremitas (atas dan bawah)
1) Atas : simetris, tidak oedema, jari-jari tangan lengkap, Kuku
jari kemerahan
2) Bawah : tidak ada Oedema dan varices, jari-jari kaki lengkap,
Kuku jari kemerahan, Reflek patella kanan dan kiri Positif (+/+)
3. Pemeriksaan ginekologis (periksa dalam, inspekulo, dll) : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan penunjang : tidak di lakukan
C. Analisa
1. Diagnosa :
Ny. Y P1A0 Akseptor KB Implant
2. Masalah :
Kecemasan
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan metode kontrasepsi kepada ibu dengan mengenalkan berbagai
jenis kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana untuk membantu ibu
dalam membuat suatu pilihan (Informed Choice).
Rasionalisasi :
Klien yang Informed Choice akan lebih baik dalam menggunakan KB karena
Informed Choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang
memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah
mendapat informasi (BKKBN, 2011).
Hasil :
Ibu dan suami memilih untuk memakai alat kontrasepsi Implan
2. Menjelaskan implant-2 merupakan salah satu kontrasepsi dengan efektivitas
yang tinggi.
Rasionalisasi :
Angka kehamilan pada tahun pertama hanya 0,2 per 100 kehamilan pada
tahun pertama hanya 02 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada tahun
kelima hanya 1,6. Tidak ada kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi
subdermal levonorgestrel. Pada tahun 1990, lebih dari 55.000 perempuan
pada 46 negara, termasuk Amerika telah ikut berpartisipasi dalam uji klinik.
Berdasarkan hasil dari seluruh Negara, indeks dari Pearl (yaitu jumlah
kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua
tahun pertama, 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga
sampaitahun kelima (BKKBN, 2011).
Menurut jurnal penelitian yang direview oleh Power. J, dkk. (2012) tentang
semua jenis kontrasepsi implan adalah metode kontrasepsi yang sangat
efektif pada wanita. Mayoritas wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
implan lebih dari 80% wanita.
Hasil :
Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Menjelaskan kepada ibu yang boleh menggunakan alat kontrasepsi implan
adalah:
a. Menyukai metode jangka panjang
b. Tidak ingin tambah anak
c. Sedang menyusui
d. Merokok
Rasionalisasi :
Untuk memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
Hasil :
Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang dilakukan dan merasa lega
karena alat kontrasepsi implan dapat digunakan untuk ibu menyusui.
4. Memberitahukan efek samping penggunaan implan adalah :
a) Perubahan perdarahan haid
b) Sakit kepala (1,9%)
c) Perubahan berat badan (biasanya meningkat) (1,7%)
d) Perubahan suasana hati (gugup atau cemas) (1,1%)
e) Depresi (0,9%)
f) Lain-lain (mual, perubahan selera makan, payudara lembek,
bertambahnya rambut di badan atau muka dan jerawat) (1,8%).
Rasionalisasi :
Agar klien mengetahui dengan benar apa yang diharapkan dari pemakaian
impan termasuk efek samping yang akan didapatnya.
Hasil :
Ibu mengerti terhadap apa yang dijelaskan
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa alat kontrasepsi implan cepat
mengembalikan kesuburan setelah kapsul dicabut.
Rasionalisasi :
Setelah kapsul dicabut, kadar LNG serum dalam beberapa hari sudah
menghilang. Kesuburan perempuan akan cepat kembali pulih seperti saat
sebelum dipasang. Dari beberapa penelitian dilaporkan, setelah pencabutan
tidak ada efek jangka panjang untuk kesuburannya (BKKBN, 2011).
Hasil :
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6. Melakukan persetujuan tindakan medis oleh pasangan suami istri (Informed
Consent)
Rasionalisasi :
Setiap tindakan medis yang mengandung risiko harus dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan,
yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental
(BKKBN, 2011).
Hasil :
Ibu dan suami setuju atas tindakan medis yang akan dilakukan serta sudah
mendatangani lembar (Informed Consent).
7. Mempersiapkan ibu serta memberitahukan langkah yang akan dilakukan
dalam pemasangan implant
Rasionalisasi :
Agar ibu mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan terhadapnya dalam
pemasangan implant
Hasil :
Ibu sudah siap untuk pemasangan alat kontrasepsi implan dan ibu mengerti
dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan.
8. Mempersilakan ibu untuk mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang
mengalir serta membilas hingga bersih.
Rasionalisasi :
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien dalam pemasangan implant.
Hasil :
Ibu sudah mencuci lengannya.
9. Mempersiapkan alat untuk pemasangan implant
Rasionalisasi:
Penting bahwa alat dalam kondisi yang baik (misalnya trocar dan scalpel
harus tajam). Selain itu, semua alat dan bahan lain telah disterilisasi atau di
DTT. Batang implant tersimpan dalam kemasan steril, beralas kertas, dan
terlindung dari panas.
Hasil :
Alat sudah siap dan alat lainnya sudah disterilisasi.
10. Melakukan pemasangan implan dibawah kulit, diatas lipat siku, di daerah
medial lengan atas. Kapsul dipasang superfisial tepat dibawah kulit (dermis).
Rasionalisasi :
Pemasanan yang dalam akan menyebabkan pencabutan menjadi sulit.
Hasil :
Implan sudah terpasang.
11. Memberikan KIE pasca pemasangan alat kontrasepsi implant, yaitu :
a. Memberitahukan ibu mungkin akan timbul memar, pembengkakan dan
kulit kemerahan pada daerah pemasangan selama beberapa hari. tetapi
keadaan ini normal.
Rasionalisasi :
keadaan ini akan berkurang dan sembuh sendiri dalam waktu 1 minggu
sehingga klien tidak perlu khawatir akan efek samping ini bila dirasa
tidak terlalu mengganggu.
b. Menjaga luka tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam.
Umumnya luka sembuh 3-5 hari.
Rasionalisasi :
Luka dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci
pakaian
c. Ibu dapat segera bekerja setelah implant dipasang.
Rasionalisasi :
Klien bisa segera bekerja seperti biasa selama tempat pemasangan
implant tidak terbentur maupun basah selama beberapa saat setelah
pemasangan
d. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah luka kemerahan
dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari segera periksa
kembali ke Rumah Sakit.
Rasionalisasi :
Memberitahukan tanda-tanda infeksi kepada klien agar segera periksa
ke Rumah Sakit jika mengalami hal itu.
Hasil :
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian asuhan kebidanan akseptor KB yang telah dilakukan
pada Ny. Y dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis Ny.
Y umur 29 tahun P1A0 akseptor KB implant. Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai
dengan standar asuhan kebidanan pada akseptor KB implant yaitu memberitahu
ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan pada ibu tentang KB implant, mekanisme
kerja KB implant, syarat yang boleh dan tidak boleh menggunakan KB implant,
keuntungan dan kerugian KB implant, efek samping KB implant dan prosedur
penggunaan KB implant, memberitahu ibu untuk menandatangani lembar
persetujuan (informed consent), dan melakukan konseling mengenai KB implant.
Terkait asuhan yang dilakukan pada Ny. Y, penulis tertarik untuk membahas
topik masalah yaitu ibu khawatir tentang kembalinya kesuburan setelah
menggunakan KB implant.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
varney pada Ny. Y usia 29 tahun P1A0 Akeptor KB Implant di PMB Siti Lailatus
Zahro, Kedak, Semen, Kediri maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai
berikut :
1. Telah dilaksanakan Pengkajian dan analisa data pada Ny. Y usia 29 tahun P1A0
Akeptor KB Implan.
2. Telah dilakukan pengkajian untuk menegakkan diagnosa dan masalah pada
Ny. Y
3. Telah dilakukan pengkajian untuk melaksanakan tindakan segera pada Ny. Y.
4. Telah dilakukan pengkajian untuk merencanakan tindakan dalam asuhan
kebidanan pada Ny. Y dengan hasil peneliti merencanakan berdasarkan
diagnosa/masalah.
5. Telah dilakukan pengkajian untuk melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
pada Ny. Y, yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan
6. Telah dilakukan pengkajian untuk mengevaluasi hasil tindakan asuhan
kebidanan pada Ny. Y, dengan hasil studi yang tidak ditemukan hal-hal yang
menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.
7. Telah dilakukan pengkajian untuk pendokumentasian semua temuan dan
tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. Y.
B. SARAN
1. Bagi Profesi
Diharapkan bidan lebih mampu melakukan tindakan segera dan merencanakan
asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB Implan
2. Bagi Lahan Praktik
Agar lebih meningkatkan pelayanan dalam melakukan asuhan pada akseptor
KB Implan baik dari segi prasarana maupun tenaga kesehatan yang ada di
klinik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik
teori maupun praktik. Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan teori teori tentang kontrasepsi Implan.
4. Bagi Pasien
Pasien diharapkan setelah ini bisa mengerti tentang kontrasepsi implan dan
mengenali adanya efek samping umum yang biasanya terjadi pada
pemasangan kontrasepsi implant. Pasien mempunya hak untuk menyuarakan
sejelas jelasnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan keadaan yang
dialaminya sekarang kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
CRITICAL APPRAISAL
Pamphlet Facebook
Received treatment 74 69
No treatment 3 21
90 90