Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A P1A0 UMUR 24 TAHUN

CALON AKSEPTOR BARU KB IUD


DI PUSKESMAS PADURAKSA
KABUPATEN PEMALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stage Keluarga Berencana

Oleh:
MF. Sri Lestari Suharneni

P1337424820198

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai
unit kecil kehidupan bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang
seimbang. Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat
diuraikan bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak
jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi
ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut.
Atau meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dalam pengertian
sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari hari berkisar pada
pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan mencegah
pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur (ovum) dari
wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh
berbagai faktor yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor
pendukung. Faktor yang menghambat penyebarluaskan program keluarga
berencana di Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan
masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluaskan
program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan
pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokot masyarakat dan dukungan
masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014). Metode kontrasepsi
bekerja juga dapat di golongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode
barrier (penghalang), contohnya kondom yang menghalang sperma: metode
hormonal seperti konsumsi pil dan metode kontrasepsi alami yang tidak
menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun berdasarkan fisiologis
seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembunuh). Faktor
yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan,
frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk
melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut,
pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama
dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah
frekuensi melakukan hunungan seksual (Sulistyawati, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD di Puskesmas
Paduraksa Kabupaten Pemalang dengan Pendekatan Manajemen
Kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Akseptor KB IUD di
Puskesmas Paduraksa
b. Melakukan pengkajian data objektif pada Akseptor KB IUD di
Puskesmas Paduraksa
c. Menentukan assesment pada Akseptor KB IUD di Puskesmas
Paduraksa
d. Menyusun penatalaksanaan pada Akseptor KB IUD di Puskesmas
Paduraksa

C. Manfaat
1. Bagi Ibu
Dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang macam KB serrta efek
sampingnya
2. Bagi Bidan
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan dan dapat memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan
yang dibutuhkan.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat menjadi salah satu gambaran pelayanan di fasilitas kesehatan agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan sesuai standar.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa dalam
meningkatkan proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Pengertian IUD
IUD (Intra Uterine Device atau alat kontrasepsi dalam rahim)adalah
alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, terbuat dari plastic
fleksibel. Beberapa jenis IUD dililit tembaga atau tembaga bercampur perak,
bahkan ada yang disisipi hormone progesterone. IUD yang bertembaga dapat
di pakai selama 10 tahun. (Irianto,2014:163)
Ada yang berbentuk spiral dan ada yang berbentuk T.Pemasangan
IUD biasanya dilakukan ketika anda haid.IUD mengandung progestin yang
menekan perkembangan kesuburan dalam Rahim. Yang berbentuk T dapat
digunakan 3-5 tahun. Keluhan yang dirasakan biasanya perdarahan dan kram
selama minggu pertama setelah pemasangan. (Irianto,2014:163)
IUD merupakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang makin
popular yang telah digunakan selama lebih 30 tahun. Wanita hamper seluruh
belahan bumi menganggap alat efektif, dan mudah pemakaiannya. Saat ini
IUD merupakan pemakaian kontrasepsi tidak permanen yang paling banyak
digunakan. (Irianto,2014:163)
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
ke dalam rahim, yang bentuknya bermacam-macam,terdiri dari plastik
(polietiline). Ada yang di lilit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, tetapi ada
pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada pula
yang di batangnya berisi hormon progesteron.(BKKBN, 2011 :64)
B. Efektifitas Metode Kontrasepsi IUD
Sangat efektif. Tingkat keefektifannya 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan
artinya dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
(Saifuddin , 2010 : MK-75)
C. Macam – Macam IUD
1. Un – Medicated IUD
a. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene (suatu plastik inert secara
biologik) ditambah barium sulfat.. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
1. Tipe A :berukuran panjang 25 mm, 22.2 mm (benang
biru), satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekot
2. Tipe B : panjang 25,2, lebar 27,4 mm. 2 benang hitam,
bertitik-4
3. Tipe C : pangjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm. 2 benang
kuning , bertitik -3
4. Tipe D : panjang 27.5 mm , lebar 30.0 mm. 2 benang putih,
bertitik -2
2. Medicated IUD
a. Cooper IUD
Yang paling di kenal saat ini adalah :
CuT = 200 : panjang 32 mm , lebar 32 mm, mengandung 200 mm 2 Cu
( luas permukaan Cu nya) Daya kerja 3 tahun
Cara insersi : withdrawl
b. CuT – 200B
Seperti CuT – 200 tetapi ujung bagian bawah batang terbentuk bola.
c. CuT – 200Ag
Seperti CuT – 200, tetapi mengandung inti Ag dalam tembaganya.
d. CuT – 220C
Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2Cu di dalam tujuh selubung, 2
lengan dan 5 pada bagian vertikalnya
Daya kerja : tiga tahun
Cara insersi : withdrawl
e. CuT – 380A
Panjang 36 mm, lebar 32 mm,314 mm2kawat Cu pada batang vertikal,
selubung Cu sebesar masing – masing 33mm2 pada masing – masing
lengan horisontal
Daya guna 8 tahun (FDA = 10 tahun)
Cara insersi : withdrawal
f. CuT – 380Ag
Seperti CuT – 380Ag, hanya dengan tambahan intiAg dalam kawat
Cu- nya
Daya kerja : 5 tahun
g. CuT – 308S
CuT – 308S slimline
Selubung Cu diletakkan pada ujung – ujung lengan horisontalnya dan
berada dalam plastiknya.
Daya kerja : 2.5 tahun
(Hartanto, 2004 : 213 – 214)
Ukuran dan macam IUD :
a. Makin kecil IUD, makin rendah insersinya, makin tinggi ekspulsinya
b. Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya
(Hartanto,2004:209-210)
D. Cara Kerja Metode Kontrasepsi IUD
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi sel telur dalam uterus.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK-74 – MK-75).
5. Timbulnya reaksi radang lokal dan non spesifik dalam cavum uteri sehingga
implantasi terganggu.
6. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi menyebabkan terhambatnya
inplantasi.
7. Ganngguan faktor, terlepasnya blastosit yang tidak berimplantasi dalam
endometrium.
8. Gerakan ovum yang bertambah epat dalam tuba falopi.
9. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
10. Mencegah spermatozoa membuahi sel telur ( mencegah fertilisasi)
( Hartanto ,2010: 205 )
E. Kelebihan Metode Kontrasepsi IUD
1. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
2. IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti)
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)/tembaga
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
10. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir).
12. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
13. Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Saifuddin. AB, 2010 : MK - 75).
F. Kekurangan Metode Kontrasepsi IUD
1. Efek samping yang terjadi
2. Komplikasi lain
3. Tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun dia mau
4. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.
5. Meningkatkan jumlah perdarahan menstruasi dan kram selama beberapa
bulan pertama
6. Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan.Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR, yang mana penyakit radang
panggul ini menyebabkan infertilitas.
7. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvis diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
8. Sedikit nyeri dan perdarahan(spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang 1 – 2 hari.
9. Klien tidak dapat melepas AKDR nya secara sendiri.
Petugas kesehatan yang terlatih yang harus melepaskan AKDR.
10. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang segera setelah melahirkan).
11. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.
12. IUD dapat keluar secara spontan
Sehingga perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu.Untuk melakukan ini, perempuan harus memasukkan jarinya ke
dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK-75 – MK-76).
G. Waktu Pemasangan IUD
1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan
2. Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
3. Hari pertama sampai ke 7 siklus haid.
4. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan : setelah 6 bulan apabila menggunakan metode MAL.
Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48
jam pasca persalinan.
5. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.
6. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK – 80).
H. Indikasi Pemasangan IUD
Yang boleh menggunakan IUD adalah:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nullipara
3. Menginginkan menggunakan kontasepsi jangka panjang
4. Menyusui ingin menggunakan kontrasepsi.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7. Risiko rendah dari IMS.
8. Tidak menghendaki metode hormonal.
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil tiap hari.
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat kodar)
11. Perokok
12. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya
infeksi.
13. Sedang memakai antibiotika dan anti kejang(antikonvulsi).
14. Gemuk ataupun kurus.
15. Sedang menyusui.
16. Penderita tumor jinak payudara
17. Penderita kanker payudara
18. Pusing, sakit kepala
19. Tekanan darah tinggi.
20. Varises di tungkai atau di vulva.
21. Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi
antibiotika sebelum pemasangan AKDR).
22. Pernah menderita stroke.
23. Penderita Diabetes, hati atau empedu, malaria, skistosomiasis (tanpa
anemia), penyakit tiroid, epilepsi, nonpelvik TBC, Setelah kehamilan
ektopik, setelah pembedahan pelvik.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK-76 –MK-77).
I. Kontraindikasi Pemasangan IUD
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat di evaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,versitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yamg dapat
mempengaruhi cavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK – 77).
J. Efek samping
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2.  Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting) di antara menstruasi
4. Saat haid lebih sakit
Komplikasi
K. Penanganan Efek Samping
Efek samping /
Penanganan
permasalahan
Amenorea 1. Periksa apakah sedang hamil atau tidak.
a. Jika tidak hamil, jangan lepas AKDR, lakukan
konseling dan selidiki dahulu penyebab amenore.
b. Jika hamil,
1) Apabila benangnya terlihat, dan UK <13 minggu,
jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR.
2) Apabila benang tidak terlihat dan UK >13
minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien
ingin mempertahankan kehamilannya, maka
jelaskan adanya risiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamatidan
diperhatikan.
1. Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain
dari kekejangan.
a. Bila telah menemukan sebab, segera tanggulangi
penyebabnya.
Kejang
b. Bila tidak menemukan sebab, beri analgesik untuk
sedikit meringankan.
2. Bila klien mengalami kejang berat, lepaskan AKDR dan
bantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvis dalam
kehamilan ektopik.
a. Bila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan dan perdarahan hebat, lakukan
konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg,
Perdarahan 3xsehari selama 1 minggu) untuk mengurangi
vagina yang perdarahan dan berikan tablet zat besi (1 tablet/ hari
hebat dan tidak selama 3 bulan).
teratur b. AKDR memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki.
c. Apabila klien telah memakai AKDR >3 bulan dan
diketahui menderita anemia ( Hb<7 gr%), anjurkan
klien untuk melepas AKDR dan bantu memilih
kontrasepsi yang lain.
1. Periksa ada kehamilan atau tidak.
2. Tanya apakah AKDR terlepas.
a. Bila tidak hamil dan AKDR tidak lepas, berikan
kondom.
Periksa benang di dalam saluran endoserviks dan
Benang yang kavum uteri (apabila memungkinkan adanya
hilang peralatan dan tenaga terlatih) selama masa haid
berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah ke
dokter, lakukan X-Ray atau USG.
b. Bila tidak hamil dan AKDR tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantu klien memilih
kontrasepsi lain.
1. Pastikan pemeriksaan untuk IMS.
Adanya
a. Bila dicurigai menderita gonorea atau infeksi
pengeluaran
klamidial, lakukan pengobatan yang memadai.
cairan dari vagina
b. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam.
/ dicurigai adanya
Bila AKDR telah dikeluarkan, beri metode lain
PRP.
sampai masalahnya teratasi.
(Saifuddin. AB, 2010 : MK-79).

L. Petunjuk pemeriksaan IUD bagi Klien


1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan
AKDR
2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR
secara rutin terutama setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami :
a. Kram / kejang di perut bagian bawah
b. Perdarahan spotting di antara haid atau setelah senggama
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual
4. Kembali ke klinik apabila
a. Tidak teraba benang AKDR
b. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
c. AKDR terlepas
d. Siklus terganggu atau meleset
e. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
f. Adanya infeksi

II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Identitas
1. Umur
a) Fase Menunda / Mencegah Kehamilan
PUS dengan usia isteri < 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya.
b) Fase Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri 20-30 / 35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang
dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
c) Fase Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan
Periode istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang
anak.
(Hartanto, 2010:30-31)
B. Data Subjektif
1. Riwayat kesehatan
Kontraindikasi untuk insersi IUD adalah
a. Keganasan endometrium atau serviks
b. Endometriosis
c. Myoma uteri
d. Polip endometrium
e. Anemia
f. Rowayat gonorrhoe, chlamidia, syphilis, herpes
g. Riwayat infeksi pelvis (Hartanto, 2010:208-209)
2. Riwayat Obstetri
1) Riwayat haid
1) Siklus haid dan banyaknya
Salah satu kontraindikasi IUD adalah orang yang
mengalami haid dengan pengeluaran darah yang
banyak, haid yang irreguler atau perdarahan bercak
(spotting).(Hartanto, 2010:209)
2) Dismenorea
Menurut Hartanto (2010:209) orang yang mengalami
disminore yang berat merupakan kontraindikasi untuk
insersi IUD.
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Kontraindikasi mutlak pemakaian AKDR ialah kehamilan
(Sulistyawati, 2014 :107)
3. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan perlu dikaji karena menurut Hartanto
(2010:41) keadaan yang paling ideal adalah bahwa isteri dan suami
harus bersama-sama :
a. Memilih metode kontrasepsi terbaik.
b. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi.
c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi.
d. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.
4. Riwayat KB
Riwayat KB yang meliputi: jenis metode yang pernah dipake,
waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti,
keluhan/alasan berhenti. (Muslihatun, dkk. 2014:226)
5. Pola kebiasaan
Pola seksual : Menurut Hartanto (2010:208) orang yang memiliki
partner seksual yang banyak dari patner akseptor IUD menjadikan
kotraindikasii relatif kuat untuk memakai IUD. Efektivitas IUD
juga dipengaruhi oleh frekuensi senggama. (Hartanto, 2010:207)
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Melalui Vagina
Maksud pemeriksaan vagina (dengan dua jari) adalah untuk
mengetahui 4 hal berikut :
a. Infeksi (bila ada rasa sakit atau keluar cairan)
b. Kehamilan (apabila Rahim lunak dan membesar)
c. Tumor (apabila teraba benjolan yang tidak wajar)
d. Letak kedudukan Rahim
(Irianto,2014:167-168)
2. Pemeriksaan Dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan speculum bertujuan :
a. Mencari adanya kanker serviks atau vagina
b. Mencari adanya infeksi servik atau vagina
(Irianto, 2014:169)
D. Assesment
Analysis / Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan
menjamin cepat diketahui perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan
diambil keputusan atau tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan intepretasi data yang telah dikumpulkan mencakup : diagnosis
atau masalah kebidanan, diagnosis atau maslah potensial serta perlunya
antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan tindakan segera.
(Muslihatun dkk, 2014:90-91)
E. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan Melalui Vagina
a. Apabila Rahim keras, membesar dan tidak halus mungkin ada
tumor panggul, dalam keadaan ini tidak boleh dipasang spiral dan
wanita ini harus diperiksa oleh dokter.
b. Apabila Rahim lunak berarti Rahim ada kehamilan hingga sukar
diraba.sekarang setalah kita mendapat gambaran jelas tentang besar
daan letaknya Rahim, ada tidaknya kehamilaan ataau infeksi
panggul maka boleh dipasang spiral apabila kontraindikasi tidak
ada.
c. Apabila Rahim tidak teraba pindahkan jari-jari yang ada di dalam
vagina ke forniks posterior. Maka akan teraba badan Rahim,
letaknya retrafleksi.
d. Capailah serviks dan tarulah satu jari pada tiap sisi serviks
e. Gerakkan serviks ke kanan dan ke kiri dengan kedua jari. Apabila
ada rasa sakit pada salah satu sisiberarti ada infeksi panggul maka
spiral tidak boleh dipasang.
f. Tarulah kedua jari tangan tadi di depan serviks dan forniks anterior
dan pelan-pelan tekan jari jari tersebut kearah tulang pubis,
bersamaan dengan itu tarulah tangan yang lain pada bagian bawahh
perut di atas tulang pubis.
g. Untuk pemeriksaan melalui vagina aturlah wanita itu untuk
melengkungkan lututnya dan bantulah menempatkan pantatnya di
tepi meja.periksa dengan tumitnya terletak pada tepi meja.
h. Usahakanlah dengan hati-hati agar ujung jari dari kedua tangan
dapat bertemu.apabila Rahim terletak antefleksi maka kedua tangan
terpisah oleh Rahim.
(Irianto,2014:168-169)
2. Pemeriksaan Dengan Spekulum
a. Apabila berhubungan dengan pemasangan spiral maka pemeriksaan
dengan speculum harus secara steril.
a. Dengan sikap atau letak wanita yang sama seperti pada pemeriksaan
panggul dengan dua jari tangan pisahkanlah dan masukkan jari
telunjuk kanan yangm memakai sarung tangan ke dalam vagina.
b. Pilihlah speculum yang sesuai ukurannya. Dengan tangan kiri
masukkan speculum yang masih tertutup ke dalam vagina di atas
dua jari tangan kanan.
c. Keluarkanlah tangan kanan apabila logam vagina lemas pemasukan
boleh langsung tanpa penggunaan jari. Speculum serupa paruh
bebek harus dimasukkan dengan bilahnya sejajar labia dengaan
dinding sisi muara vagina. Segera sesudah ujung bilah speculum
masuk dalam vagina, speculum diputar 90o sehingga bilahnya
sejajar dengan dinding muka dan belakang vagina.
d. Doronglah secraa pelan-pelan speculum yang masih tertutup itu
sampai seluruhnya masuk ke dalam vagina dan sedikit kearah
belakang.
e. Bukalah speculum dan pisahkan kedua bilah, aturlah letaknya bila
perlu sehingga seluruh serviks dapat terlihat diantara kedua ujung
bilah.
f. Periksalah serviks seharusnya halus dan berwarna merah jambu .
dalam keadaan normal serviks dilapisi oleh lender yang jernih atau
putih.
g. Bila ada noda yang warnanya merah dan tidak rata berarti terdapat
erosi.
h. Apabila terdapat salah satu di bawah ini maka pemasangan spiral
jangan diteruskan.
(Irianto,2014:169-170)
3. Melakukan Pemasangan IUD
a. Tindakan asepsis dan antisepsis genetaalia.
b. Presentasi portio dengan speculum dan dibantu dengan tenakulum
c. Tindakan asepsis dan antisepsis portio
d. Pemasukkan inserter yang sudah terisi IUD ke kanalis servikalis
dan kavum uteri dengan arah yang sesuai sampai batas leher
insertor.
e. Bila ada tekanan jangan sekali-kali memaksakan untuk
dilanjutkan.
f. Plunger di dorong dengan hati-hati sampai habis.
g. Sebelum inserter dikeluarkan terlebih dahulu plunger dilepaskan
agar IUD tidak tertarik lagi.
h. Benang yang tampak terlalu panjang dapat dipendekkan. Untuk
pemasangan IUD tipe- tipe lain tekniknya harus dikuasai si
pemasang. (Irianto,2014:171)
4. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setelah
pemasangan.
Pengawasan ginekologi terhadap akseptor AKDR dilakukan 1 minggu
dan 1 bulan setelah pemasangan selanjutnya setiap 3 bulan sekali. Pada
setiap kali pengawasan dilakukan pemeriksaan ginekologi dan efek
samping. (Sulistyawati, 2014 :102)
Klien harus melakukan kunjungan pertamanya dalam waktu kurang
lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan pada masa
menstruasi pertamanya pasca pemasangan AKDR. Pada bulan pertama
kemungkinan insiden AKDR untuk terlepas secara spontan telah
berakhir. AKDR diperiksa untuk mengetahui apakah masih berada
pada posisi yang tepat. Selain itu, klien harus memiliki pengalaman
melakukan pemeriksaan AKDR secara mandiri dan beberapa efek
samping langsung harus sudah dapat diatasi. Kunjungan ulang
memberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan memberi
semangat serta menyakinkan klien. (Sulistywati, 2014 : 101-102)
5. Melakukan pelepasan IUD
Siapkan alat-alat seperti pada pemasangan. Beritahukanlah pada
peserta, bahwa hal ini tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Keluarkanlah menurut cara sebagai berikut .
a. Cucilah tangan dengan air dan sabun sampai bersih
b. Pakailah sarung tangan steril
c. Ambilah kerentang dari tempatnya yang steril, kemudian
bersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan lisol.
d. Pasanglah speculum steril dalam vagina dan carilah letak
benangnya.
e. Apabila kelihatan, peganglah benang tersebut dengan kerentang
dan tariklah perlahan-lahan. (Irianto,2014:181)
BAB III
TINJAUAN KASUS

IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A P1A0 UMUR 24 TAHUN


CALON AKSEPTOR BARU KB IUD

Tanggal : 19 April 2021


Jam : 11.00 WIB
Tempat : Ruang KB
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami

1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. A


2. Umur : 24 tahun 2. Umur : 35 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Saradan 2/2 7. Alamat : Saradan 2/2

A. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang :
Ibu mengatakan ingin pasang IUD
2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat Kesehatan :
Sekarang : ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita
penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hepatitis) dan penyakit menular
seperti (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS)
Keluarga : ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang meniliki
riwayat penyakit menurun seperti (DM, Asma, Hepatitis) dan penyakit
menular seperti (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS)
4. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : Mengalami
Siklus : 30 Hari Lama : 7 hari
Warna darah : Merah
Banyaknya : Hari ke 1-2, ganti pembalut 3x sehari (penuh),
Hari ke 3-5, ganti pembalut 3x sehari (1/2 penuh),
Hari ke 6-7, ganti pembalut 2x sehari (bercak).
HPHT : 11-4-2021
5. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : menikah; umur waktu menikah : 22 tahun; ibu
mengatakan ini pernikahan yang pertama kali, sah; lama menikah 2 tahun,
hubungan dengan suami baik.
6. Riwayat KB
Ibu belm pernah KB sebelumnya
7 Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Anak pertama jenis kelamin perempuan, berat lahir 3000 gram, lahir
spontan dengan bidan, masa nifas normal, bayi diberi ASI eksklusif,
keadaan anak sekarang : baik, sehat, umur 2 bulan.
8 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
a. Pola Nutrisi :
1) Makan : Makan 3 kali sehari; porsi sedang, jenisnya nasi, lauk,
sayur; pantangan tidak ada.
2) Minum : 8 gelas sehari, jenisnya air putih
b. Pola Eliminasi :
1) BAB : 1 x sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek
2) BAK : 5 – 6 kali sehari, warna kuning jernih
c. Pola Istirahat dan Tidur :
1) Tidur malam : 6 – 7 jam sehari
2) Tidur siang : saat anak tertidur
d. Pola Higiene
1) Mandi : 2 x sehari
2) Keramas : 2 – 3 kali sehari
3) Gosok gigi : 2 x sehari
4) Ganti pakaian : 2 x sehari, ganti pakaian dalam 2 – 3 kali
sehari
5) Kebiasaan menggunakan alas kaki : ibu menggunakan alas kaki
e. Pola Hidup Sehat :
1) Merokok : Tidak
2) Konsumsi obat terlarang : Tidak
3) Memiliki peliharaan : Tidak
4) Konsumsi jamu : Tidak
f. Psiko, sosial, spiritual
1) Mekanisme koping : bercerita pada suami
2) Serumah dengan : suami dan anak
3) Hubungan dengan suam : baik
4) Kepercayaan dengan tenaga kesehatan : Ibu dapat menerima
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan wanita
maupun pria.
9 Tingkat pengetahuan
Ibu mengatakan telah mengetahui pengggunaan KB Implant, IUD dan KB
suntik 3 bulan
B. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis BB : 56 kg
Nadi : 84x/menit Tensi : 120/80 mmhg
TB : 155 cm Suhu : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
b. Status present :
Kepala : Simetris, tidak ada oedem, rambut bersih, tidak ada
Luka
Muka : Tidak oedim, tidak ada jerawat dan tidak ada
hiperpigmentasi
Mata : Simetris, skelra putih, konjungtiva anemis
Hidung : Tidak ada sekret, bersih tidak terdapat polip
Mulut : Bersih, tidak terdapat karies gigi
Telinga : Bersih tidak terdapat serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid,
tidak ada bendungan vena jugularis
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa
abnormal
Perut : Tidak terdapat massa abnornal, tidak ada nyeri tekan
Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini maupun
skene
Ekstremitas : Atas : tidak ada oedema, tidak ada luka
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises
c. Status Obstetrik
Muka : Tidak ada oedema, pucat
Mammae : Simetris, tidak ada massa abnormal, tidak ada nyeri
Tekan, ASI Keluar lancar
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Vulva : Tidak varises, tidak oedema, ada pengeluaran
pervaginam berupa darah menstruasi
d. Pemeriksaan Penunjang :
Dilakukan PP Test dengan hasil negative

C. ANALISA :
Ny. A P1A0 umur 24 tahun Calon Akseptor Baru KB IUD

D. PENATALAKSANAAN :
Tanggal : 19 April 2021, jam 10.10 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Ibu dalam keadaan baik dan sehat dan
tidak ada kontraindikasi pemasangan KB IUD
Hasil : Ibu mengerti dan senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Memberitahukan ibu tentang Efektifitas dan efek samping Metode
Kontrasepsi IUD yaitu Sangat efektif. Tingkat keefektifannya 0,6 – 0,8
kehamilan/100 perempuan artinya dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam
125 – 170 kehamilan). Efek sampingnya diantaranya yaitu Perubahan siklus
haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan),
Haid lebih lama dan banyak, Perdarahan (spotting) di antara menstruasi, Saat
haid lebih sakit.
Hasil : ibu mengerti dan mampu mengulang kembali salah satu yang telah
dijelaskan.
3. Membuat informed concent dengan ibu sebagai lembar persetujuan
Hasil : ibu bersedia menandatangani informed concent
4. Mempersiapkan alat dan bahan
Hasil : alat dan bahan telah disiapkan
5. Melakukan Pemeriksaan dengan Spekulum
a. Dengan sikap atau letak wanita yang sama seperti pada pemeriksaan
panggul dengan dua jari tangan pisahkanlah dan masukkan jari telunjuk
kanan yangm memakai sarung tangan ke dalam vagina.
b. Memeilih speculum yang sesuai ukurannya. Dengan tangan kiri
memasukkan speculum yang masih tertutup ke dalam vagina di atas dua
jari tangan kanan.
c. Speculum serupa paruh bebek harus dimasukkan dengan bilahnya sejajar
labia dengaan dinding sisi muara vagina. Segera sesudah ujung bilah
speculum masuk dalam vagina, speculum diputar 90o sehingga bilahnya
sejajar dengan dinding muka dan belakang vagina.
d. Mendorong secraa pelan-pelan speculum yang masih tertutup itu sampai
seluruhnya masuk ke dalam vagina dan sedikit kearah belakang.
e. Membuka speculum kemudian memeriksa serviks
Hasil : serviks Ny. A dalam keadaan normal yaitu halus dan berwarna
merah jambu dilapisi oleh lender yang jernih atau putih sehingga bisa
dilakukan pemasangan IUD
f . Melakukan Pemasangan IUD
1) Melakukan Tindakan asepsis dan antisepsis genetaalia.
2) Presentasi portio dengan speculum dan dibantu dengan tenakulum
3) Melakukan Tindakan asepsis dan antisepsis portio
4) Memasukkan inserter yang sudah terisi IUD ke kanalis servikalis dan
kavum uteri dengan arah yang sesuai sampai batas leher insertor.
5) Mendorong plunger dengan hati-hati sampai habis.
6) Sebelum inserter dikeluarkan terlebih dahulu plunger dilepaskan agar
IUD tidak tertarik lagi.
7) Memotong benang sekitar 2-3 cm
Hasil : IUD telah terpasang pada Ny. A
6. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu dapat berhubungan suami istri setelah
1 minggu pemasangan
Hasil : ibu bersedia melakukan hubungan suami istri setelah 1 minggu
pemasangan
7. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setelah pemasangan
yaitu 3 hari atau jika ada keluhan
Hasil : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian
Hasil : telah dilakukan pendokumentasian

Pemalang,

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Marhaeningsih, A.Md Keb MF. Sri Lestari Suharneni

NIP.197906092019042001

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Mimi Ruspita, S.SiT., M.Kes

NIP.197410272007012005
Puskesmas Paduraksa NO.RM
Nama Pasien: Ny. A
Nama Bidan: MF. Sri Lestari S
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/jam CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Nama dan
Paraf
23 April 2021 1. Subyektif
10.00 WIB Ibu mengatakan pendarahan haid setelah pemasangan
telah berhenti dan ibu ingin melakukan kontrol sesuai
jadwal yang telah ditentukan
2. Obyektif
KU baik, ibu sudah terpasang implant di lengan sebelah
kiri.
TD : 120/70
Nadi : 86x/m
Suhu : 36,70C
RR : 22x/m
b. Status Present : dalam batas normal, tidak ada
kelaian
c. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Analisa
Ny A P1A0 Umur 24 tahun dengan akseptor baru KB
IUD

Perencanaan
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan normal yaitu TD 120/70 mmHg; Nadi : 86
x/menit; Suhu : 36,7ºC; Rr : 22 x/menit
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat beban
berat
Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran bidan.
3) Melakukan pemeriksan menggunakan speculum
Hasil : IUD terpasang dengan baik dan benang
terlihat jelas
4)  Memberitahu ibu KB IUD ini efektif selama 10 tahun
dan anjurkan ibu untuk datang pada tahun 2031 untuk
melepasnya.
Hasil : Ibu sudah mengetahui jika KB IUD ini efektif
selama 10 tahun dan bersedia datang tahun 2031
untuk melepasnya.
Puskesmas Paduraksa NO.RM
Nama Pasien: Ny. A
Nama Bidan: MF. Sri Lestari S
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/jam CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Nama dan
Paraf
26 April 2021 1. Subyektif
10.00 WIB Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan
2. Obyektif
KU baik, ibu sudah terpasang implant di lengan sebelah
kiri.
TD : 100/80
Nadi : 80x/m
Suhu : 36,30C
RR : 20x/m
d. Status Present : dalam batas normal, tidak ada
kelaian
e. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Analisa
Ny A P1A0 Umur 24 tahun dengan akseptor baru KB
IUD

Perencanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan normal yaitu TD 100/80 mmHg; Nadi : 80
x/menit; Suhu : 36,3ºC; Rr : 20 x/menit
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksan menggunakan speculum
Hasil : IUD terpasang dengan baik dan benang terlihat
jelas
3. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat beban
berat
Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan personal
hygiene nya
Hasil : ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene
nya
5.  Memberitahu ibu KB IUD ini efektif selama 10 tahun
dan anjurkan ibu untuk datang pada tahun 2031 untuk
melepasnya.
Hasil : Ibu sudah mengetahui jika KB IUD ini efektif
selama 10 tahun dan bersedia datang tahun 2031
untuk melepasnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam asuhan kebidanan pada akeptor KB terhadap Ny. A asuhan kebidanan


diberikan sesuai dengan kebutuhan dan harapan akseptor terhadap penggunaan
kontrasepsi yaitu Efektifitasnya tinggi, IUD sangat efektif segera setelah pemasangan,
sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB, tidak
mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
perlu takut hamil, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat digunakan
sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir), mencegah kehamilan
ektopik dan efektif mencegah kehamilan selama 10 tahun.
Dari pemeriksaan yang dilakukan Ny. A dalam keadaan sehat dan normal
sehingga bisa dilakukan pemasanan IUD. Pada pemeriksaan spekulum, didapatkan
hasil serviks ibu halus, berwarna merah jambu dan dilapisi lendir yang jernih atau
putih. Menurut Irianto, 2014 menyatakan bahwa Periksalah serviks seharusnya halus
dan berwarna merah jambu . dalam keadaan normal serviks dilapisi oleh lender yang
jernih atau putih, Bila ada noda yang warnanya merah dan tidak rata berarti terdapat
erosi, Apabila terdapat salah satu di bawah ini maka pemasangan spiral jangan
diteruskan. Sehingga pemeriksaan spespekulum pada calon akseptor KB IUD
sangatlah penting dan harus dilakukan.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Ibu dalam keadaan baik dan sehat dan ibu
sudah siap untuk dipasang IUD
Hasil : Ibu mengerti dan senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Memberitahukan ibu tentang Efektifitas dan efek samping Metode Kontrasepsi
IUD yaitu Sangat efektif. Tingkat keefektifannya 0,6 – 0,8 kehamilan/100
perempuan artinya dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan). Efek sampingnya diantaranya yaitu Perubahan siklus haid
(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan),  Haid
lebih lama dan banyak, Perdarahan (spotting) di antara menstruasi, Saat haid
lebih sakit.
Hasil : ibu mengerti dan mampu mengulang kembali salah satu yang telah
dijelaskan.
3. Membuat informed concent dengan ibu sebagai lembar persetujuan
Hasil : ibu bersedia menandatangani informed concent
4. Mempersiapkan alat dan bahan
Hasil : alat dan bahan telah disiapkan
5. Melakukan Pemeriksaan dengan Spekulum
a. Dengan sikap atau letak wanita yang sama seperti pada pemeriksaan panggul
dengan dua jari tangan pisahkanlah dan masukkan jari telunjuk kanan yangm
memakai sarung tangan ke dalam vagina.
b. Memeilih speculum yang sesuai ukurannya. Dengan tangan kiri
memasukkan speculum yang masih tertutup ke dalam vagina di atas dua jari
tangan kanan.
c. Speculum serupa paruh bebek harus dimasukkan dengan bilahnya sejajar
labia dengaan dinding sisi muara vagina. Segera sesudah ujung bilah
speculum masuk dalam vagina, speculum diputar 90o sehingga bilahnya
sejajar dengan dinding muka dan belakang vagina.
d. Mendorong secraa pelan-pelan speculum yang masih tertutup itu sampai
seluruhnya masuk ke dalam vagina dan sedikit kearah belakang.
e. Membuka speculum kemudian memeriksa serviks
Hasil : serviks Ny. A dalam keadaan normal yaitu halus dan berwarna merah
jambu dilapisi oleh lender yang jernih atau putih sehingga bisa dilakukan
pemasangan IUD
6. Melakukan Pemasangan IUD
a. Melakukan Tindakan asepsis dan antisepsis genetaalia.
b. Presentasi portio dengan speculum dan dibantu dengan tenakulum
c. Melakukan Tindakan asepsis dan antisepsis portio
d. Memasukkan inserter yang sudah terisi IUD ke kanalis servikalis dan kavum
uteri dengan arah yang sesuai sampai batas leher insertor.
e. Mendorong plunger dengan hati-hati sampai habis.
f. Sebelum inserter dikeluarkan terlebih dahulu plunger dilepaskan agar IUD
tidak tertarik lagi.
g. Memotong benang sekitar 2-3 cm
Hasil : IUD telah terpasang pada Ny. A
7. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setelah pemasangan yaitu
3 hari atau jika ada keluhan
Hasil : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian
Hasil : telah dilakukan pendokumentasian
Ny. A dianjurkan untuk kontrol ulang atau apabila ada keluhan. Menurut
Sulistyawati, 2014 menyatakan bahwa Klien harus melakukan kunjungan pertamanya
dalam waktu kurang lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan pada masa
menstruasi pertamanya pasca pemasangan AKDR. Pada bulan pertama kemungkinan
insiden AKDR untuk terlepas secara spontan telah berakhir. AKDR diperiksa untuk
mengetahui apakah masih berada pada posisi yang tepat. Selain itu, klien harus
memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan AKDR secara mandiri dan beberapa
efek samping langsung harus sudah dapat diatasi. Kunjungan ulang memberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan memberi semangat serta menyakinkan
klien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat studi kasus dan pembahasan pada asuhan
kebidanan ibu hamil Ny.A di Puskesmas Dukuh yang dilakukan melalui
pendekatan manajemen kebidanan dengan menggunakan metode SOAP, maka
penulis mengambil kesimpula sebagai berikut:
1. Data Subyektif
Data Subyektif pada Ny.A didapatkan bahwa: Ny.A akan melakkan
pemasangan KB IUD
2. Data Obyektif
Data obyektif didapatkan data Ny.A dalam batas normal
3. Analisa
Analisa diagnosa pada kasus ini adalah Ny.A usia 24 tahun P1A0 Akseptor
KB IUD
4. Penatalaksanaan
Asuhan pada Ny.A yaitu dengan memberikan konseling tentang efektivitas,
efek samping dan kunjungan ulang.
B. Saran
Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu hamil fisiologi pada Ny.A penulis
memberikan beberapa saran untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan
pada Akseptor KB IUD fisiologis:
1. Bagi Ibu
Melakukan kontrol apabila ada keluhan atau adanya efek samping dari
penggunaan IUD
2. Bagi Bidan
Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

BKKBN. 2016. Kebijakan Program Kependudukan , Keluarga Berencana , dan


Pembangunan Keluarga. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. 2018. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Per- Provinsi.


Jakarta: BKKBN.
Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Dewi PHC, Notobroto HB. 2014. Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur Di Polindes Tebalo
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Biometrika dan Kependudukan.
Voulme 3:66– 72.
Dewi A, Fitrianingsih R, Melaniani S. 2015. Faktor Sosiodemografi yang
Memengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi. Jurnal Universitas Airlangga.
Volume 10–8.
Fienalia RA. 2012. Faktor - faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota
Depok tahun 2011. Depok: Skirpsi FKM UI.

Hartanto, Hanafi, dr. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Handayani, dkk. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Purwokerto: UPT Percetakan


Unsoed
Hartanto, Hanafi. 2013. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Situasi Keluarga Berencana di
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis Keluarga
Berencana. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Kluarga
Berencana untuk pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saminem, Hajjah. 2010. Kehamilan Normal. Jakarta:EGC
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta;
PT.Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai