Disusun oleh :
B. Rumusan Masalah
1. Pengaruh yang ditimbulkan dari layanan konseling pra-nikah terhadap
psikologis calon pengantin.
2. Faktor-faktor apa yang mempemgaruhi kesiapan psikologis calon penganten
sebelum melakukan pernikahan.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidahan komunitas pada calon pengantin yang di
PMB Siti Lailatus Zahro, Kedak, Semen, Kab. Kediri.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin.
b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori tentang kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin.
c. Mahasiswa mampu meningkatkan kesadaran calon pengantin untuk lebih
memperhatikan tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan komunitas
bagi calon pengantin di PMB Retno Indarti, Tangkisan Pos, Jogonalan, Klaten
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang dilakukan
pada calon pengantin di PMB Retno Indarti, Tangkisan Pos, Jogonalan,
Klaten.
D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat sebagai menambah wawasan tentang asuhan
kebidanan komunitas pada calon pengantin tentang kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin.
2. Manfaat Aplikatif
a. Manfaat Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan
maupun praktik lapangan, agar mahasiswa mampu menerapkan secara langsung
asuhan kebidanan komunitas pada calon pengantin.
b. Manfaat Bagi Profesi Bidan
Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
asuhan kebidanana yang berupa asuhan kebidanan komunitas pada calon
pengantin
c. Manfaat Bagi Klien dan Masyarakat
Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dini tentang
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
1. Pranikah
Pernikahan adalah ikatan sakral yang terjalin di antara laki-laki dan
perempuan yang telah memiliki komitmen usntuk saling menyayangi,
mengasihi, dan melindungi. Hubungan yang terjadi di antara pasangan
dalam sebuah pernikahan, merupakan hal yang paling mendasar . Apabila
hubungan yang terjadi di antara pasangan tersebut terjalin dengan baik,
maka akan nampak keharmonisan dan kebahagiaan di dalam pernikahan
dan hidup berkeluarga yang dijalaninya. Begitu pun sebaliknya, jika dalam
memasuki jenjang pernikahan , seseorang belum mampu mempersiapkan
dirinya baik secra fisik, mental, spritual, dan finansial, maka diperlukan
sekali persiapan – persiapan menuju ke jenjang pernikahan dan hidup
berkeluarga.
Sebuah persiapan sangat diperlukan dengan tujuan agar masing-
masing pasangan dapat mengetahui, memahami, serta mensikapi nilai-
nilai pernikahan yang merujuk kepada makna dan hikmah pernikahan
dalam hidup berkeluarga.
Dalam agama nikah ini sangatlah dianjurkan, bahkan diwajibkan
bagi mereka yang apabila tidak nikah, cenderung akan melakukan zina.
Salah satu anjuran agama, melalui hadist Rasulullah Saw., dikemukakan
sebagai berikut.
“Wahai para pemuda, siapa saja yang telah sanggup untuk memberi
nafkah, hendaklah dia menikah, karena nikah itu merupakan suatu jalan
untuk mencegah pandangan (dari hal negatfi) dan lebih memelihara
kehormatan”.
a. Kematangan fisik (bagi wanita setelah usia 18-20 tahun, bagi pria usia
25 tahun).
Dalam hidup berkeluarga itu, ada hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing anggotanya. Suami mempunyai
kewajiban untuk memberi nafkah dan memberi perawatan dan pendidikan
kepada keluarganya. Dia mempunyai hak untuk mendapat penghidmatan
yang baik dari istrinya, dan penghormatan dari anaknya. Istri atau ibu
mempunyai kewajiban untuk berhidmat kepada suaminya, dan merawat
serta mendidik anaknya. Dia pun mempunyai hak untuk mendapat nafkah
dari suaminya dan penghormatan dari suami dan anaknya. Anak
mempunyai kewajiban untuk menghormati atau mentaati perintah orang
tuanya. Dia juga mempunyai hak untuk mendapat perawatan dan
pendidikan dari orang tuanya.
2) Kesehatan Reproduksi
4) Persiapan Pranikah
a) Persiapan Fisik (Pemeriksaan status kesehatan) :
(1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
(2) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit,
(3) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan :Golongan Darah dan
Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, Hepatitis B dan
C, TORCH (TOksoplasmosis,, Rubella, Citomegalovirus dan
Herpes simpleks
(4) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
b) Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)
Pernikahan merupakan upacara sakral yang selalu dinanti-
nantikan oleh tiap calon pasangan pengantin. Berbagai persiapanpun
disiapkan guna menyambut momen bahagia itu.
Persiapan-persiapan tersebut tidak lepas dari tujuan pernikahan
guna membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah
dan warahmat yang menjadi idaman tiap pasang pengantin.
Guna mewujudkan tujuan mulia tersebut kita perlu
mempersiapkan dengan matang, tidak hanya dari fisik saja,
batin/mental serta modal keuangan yang mencukupi juga harus
dipersiapkan Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian
persiapan yang perlu dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan
medis serta para penganjur dan konsultan pernikahan. Karena Sebagian
besar masyarakat umumnya tidak sepenuhnya mengetahui status
kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan
general check up rutin tahunan.
Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah silent
carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan hereditas dan saat
hamil
dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti.
Pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital check up) adalah
sekumpulan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan kedua
calon mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak menikah,
terutama untuk mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau
diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun
kesehatan janin.
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah berarti kita
dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah
kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik. Masih banyak pasangan di Indonesia yang menganggap bahwa
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah penting. Padahal
pemeriksaan ini sangat diperlukan mengetahui kesehatan reproduksi
kedua belah pihak, untuk mengetahui kesiapan masing-masing untuk
mempunyai anak. Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap
penyakit terutama penyakit keturunan dan penyakit menular seksual
(PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit keturunan antara
lain:
(1) Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang
menurun dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam
penyakit ini, sang ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua
anak-anak terkena pembiakan yang cepat pada butir-butir darah
merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka
membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis
penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh
penderita.
(2) Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai
daya beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka
sedikit saja mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan.
Penyakit
keturunan ini akan berpindah melalui perempuan, akan tetapi
penyakitnya diderita oleh anak laki-laki dan bukan anak
perempuan. Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.
(3) RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan
ini akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan
dengan darah sang suami yang positif. Jika anak lahir dengan
selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan darah, dan
sebagian dari anak-anak tersebut perlu pencucian darah secara total
sekurang-kurang sebulan sekali. dr. Budi Santoso SpOG (K),
spesialis obsteri dan ginekologi RSU dr
Soetomo Surabaya mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan
pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan
mental karena masingmasing mengetahui benar kondisi kesehatan
calon pasangan hidupnya. Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat
dilakukan kapanpun, selama pernikahan belum berlangsung.
Namun idealnya pemeriksaan kesehatan
pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkannya
pernikahan. Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil
pemeriksaan kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup
waktu untuk konseling atau pengobatan terhadap penyakit yang
diderita. Dengan demikian, Jangan sampai timbul penyesalan
setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa
disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah ternyata
harus berkali-kali mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis
yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu. Hasil dari
pemeriksaan tersebut, baik ataupun buruk kembali kepada kedua
pasangan tersebut. Dokter hanya akan menjelaskan
kemungkinankemungkinan medis yang akan terjadi bila pasangan
tersebut menikah
nantinya. Segalanya dikembalikan kepada kedua pasangan tersebut
ingin tetap melanjutkan pernikahannya atau tidak.
c) Macam-Macam Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check
Up)
(1) Pemeriksaan kesehatan pranikah jenisnya bermacam-macam.
Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon
pasangan secara jujur berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan
harus dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat
kesehatan yang kurang baik.
Namun jika semuanya baik-baik saja, maka cukup melakukan
pemeriksaan standar saja, yaitu cek darah dan urine.
Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon
ibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya.
Dalam pengalaman medis, kadangkala ditemukan gejala anti
phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah
yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau
menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu,
biasanya para dokter akan melakukan
tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat pengantin
perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Calon pengantin biasanya juga diminta untuk melakukan
pemeriksaan darah anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang
berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin
yang berada di dalam rahimnya. Selain itu jika salah satu calon
pengantin memiliki catatan down syndrome karena kromosom
dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
intensif lagi. Sebab riwayat itu
bisa mengakibatkan bayi lahir idiot.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah.16
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin
seseorang, harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini
berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu:
a. Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
b. Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
c. Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
d. Anak anak : 11-13 gram/dl
e. Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
f. Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
g. Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
h. Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan
istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang
paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum
tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker,
lupus, dan lain-lain). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi
dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan
perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor,
preeklampsi, hemokonsentrasi, dan lain-lain.
(2) Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu.
Setelah mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB,
atau O rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi
(+ atau -).
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya
substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan
antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-
D.19
Umumnya, masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan
masyarakat Eropa ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak
tahu rhesus darah pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa
memengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan rhesus
negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, janin bayi pertama
mereka memiliki kemungkinan ber-rhesus negatif atau positif. Jika
janin bayi memiliki rhesus negatif, tidak bermasalah. Tetapi, bila
ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin yang
dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi
anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
(3) Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit
metabolic tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin yang
tidak sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions (meningkatnya
cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta
macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat
kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).
(4) Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening
pravaksinasi dan memantau clearence virus.
Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah
satu pasangan menderita hepatitis B maka dapat
diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.
(5) Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan
untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit
herpes, klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada calon pasangan,
sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat
jika dinyatakan terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan
ini juga bergunam untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit
yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya
(6) Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya virus
toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui
kotoran atau bulu binatang peliharaan.
Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella,
virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa
disingkat dengan istilah pemeriksaan TORCH.
Kelompok penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada
ibu hamil (sering keguguran), bahkan infertilitas (ketidaksuburan),
atau cacat bawaan pada anak.26
(7) Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk mengetahui
adanya penyakit metabolik atau sistemik. Penyakit infeksi saluran
kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa
kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan resiko kematian
saat persalinan.
(8) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan
calon mempelai laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam
tiga kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk
sperma. Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih
dari 20 juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50% dan
memiliki bentuk normal lebih dari 30%.29
(9) Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular
Seksual (ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis
(penyakit raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human
Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS).
(10) Pemeriksaan Gambaran Tepi Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menunjukkan adanya proses
penghancuran darah (hemolitik) dan termasuk salah satu
pemeriksaan penyaring untuk penyakit kelainan darah.
(11) Foto Thorax dan EKG
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melihat keadaan jantung dan
paru paru serta untuk mendeteksi adanya kelainan jantung.
Perlu diketahui bahwa, untuk mengikuti serangkaian tes kesehatan
pranikah, kedua calon pengantin sebaiknya memenuhi syarat
berikut ini:
(a) Sebelum pelaksanan tes dianjurkan untuk puasa 10 sampai 12
jam. Namun, kedua calon pasangan masih diperbolehkan
minum air putih.
(b) Calon pengantin wanita tidak sedang haid.
d) Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital
Check Up)
Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi
calon suami dan istri yang menjalani pemeriksaan tersebut, tapi juga
bermanfaat bagi keturunan mereka guna mencegah penyakit atau
kelainan yang mungkin timbul pada keturunan mereka nantinya.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada kedua calon pengantin, karena
penyakit keturunan dapat diturunkan dari kedua belah pihak, baik dari
calon suami maupun calon istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik
dan bebas dari penyakit, tetapi masih dimungkinkan salah satu pihak
mempunyai gen penyakit keturunan yang akan berpindah kepada anak-
anaknya. Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin
bergantung pada kualitas sel sperma yang ada pada laki-laki dan kualitas
ovum (indung telur) yang ada pada perempuan tersebut.
Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya,
baik tubuh (fisik) maupun akalnya. Dalam ilmu kedokteran terkait gen
ibu, ovum berpengaruh besar terhadap pembentukan janin. Ovum yang
sakit akan menghasilkan bayi yang cacat tubuh. Seorang dokter,
Marshan namanya, menyatakan bahwa dampak negatif dari susunan
kesehatan ibu jelas memberi pengaruh terhadap ovum sejak masih
dalam ovarium. Melalui ovariumlah segala sifat-sifat ibu berpindah
kepada ovum. Kadang-kadang warisan penyakit baru mulai tampak
kecenderungannya ketika ovum itu tumbuh dalam rahim (uterus).
Menurut ilmu genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu
berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap,
buta warna, sifilis dan lain-lain. Tujuan utama melakukan pemeriksaan
kesehatan pranikah adalah untuk membangun keluarga sehat sejahtera
dengan mengetahui kemungkinan kondisi kesehatan anak yang akan
dilahirkan (riwayat kesehatan kedua belah pihak), termasuk soal
genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan juga bukan
untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum menikah antara lain:
(1) Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
(2) Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat.
(3) Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini
akan diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan
yang diderita oleh kedua calon mempelai.
(4) Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing calon mempelai.
(5) Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun
psikologis pada diri masing-masing calon mempelai yang dapat
menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan.
(6) Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam keharmonisan dan keberlangsungan hidup kedua
mempelai setelah pernikahan terjadi.
(7) Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya
yang mengancam kesehatan masing-masing mempelai yang akan
ditimbulkan oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara
mereka.
e) Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)
Langkah-langkah melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah tak
selalu memerlukan biaya besar. Tak perlu langsung ke dokter spesialis,
bisa konsultasi terlebih dahulu ke dokter puskesmas ataupun melalui
dokter umum. Biasanya akan dilakukan wawancara singkat tentang
riwayat kesehatan yang bertujuan mengetahui penyakit apa yan pernah
diderita, riwayat kesehatan para anggota keluarga (kanker, epilepsi dan
diabetes), juga keadaan lingkungan sekitar dan kebiasaan sehari-hari
(merokok, pengguna obat-obatan terlarang). Dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan
fisik seperti tekanan darah, keadaan jantung, paru-paru dan tanda-tanda
fisik dari penyakit seperti anemia, asma, kulit. Barulah jika memang
diperlukan dapat dirujuk pemeriksaan ke laboratatorium Pemeriksaan
kesehatan pranikah sebaiknya meliputi pemeriksaan klinis (fisik) dan
laboratorium. Pemeriksaan tersebut lebih diarahkan untuk
penyakit yang dapat menular seperti penyakit menular seksual (PMS),
TBC, dan lain-lain
f) Persiapan Gizi :
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta
defisiensi asam folat.
(1) Definisi Anemia
Suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah
atau hemoglobin. Dikatakan anemia kehamilan jika : Kadar Hb<11
g/dl (pada trimester I dan III) dan Kadar Hb 10,5 g/dl (pada
trimester II) (Buku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan, 2013)
(2) Klasifikasi Anemia
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada
ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu :
(a) Hb > 11 gr% Tidak anemia (normal)
(b) Hb 9-10 gr% Anemia ringan
(c) Hb 7-8 gr% Anemia sedang
(d) Hb <7 gr% Anemia berat
(3) Gejala dan Tanda
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5
L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan
pusing “kepala muter”, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, cepat lelah disertai sulit konsentrasi. Secara klinis
penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada muka, kelopak
mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan (Kemenkes, 2016).
(4) Faktor Presdiposisi
(a) Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
(b) Kelainan gastrointestinal
(c) Penyakit kronis
(d) Riwayat keluarga (Buku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan, 2013).
(5) Bahaya Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin
(Manuaba, 2010).
(a) Bahaya Anemia dalam Kehamilan
i. Resiko terjadi abortus
ii. Persalinan permaturus
iii. Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim
iv. Mudah menjadi infeksi
v. Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)
vi. Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
vii. Mola hidatidosa
viii. Hiperemesis gravidarum
ix. Perdarahan anterpartum
x. Ketuban pecah dini (KPD)
(b) Bahaya Anemia dalam Persalinan
i. Gangguan kekuatan his
ii. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus
terlantar
iii. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
iv. Kala tiga dapat diikuti retensio placenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri.
v. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder
dan atonia uteri.
(c) Bahaya anemia dalam masa nifas
i. Perdarahan postpartum karena atonia uteri dan involusio
uteri memudahkan infeksi puerperium
ii. Pengeluaran ASI berkurang
iii. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
iv. Mudah terjadi infeksi mammae.
(d) Bahaya anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat
anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :
i. Abortus
ii. Terjadi kematian intra uteri
iii. Persalinan prematuritas tinggi
iv. Berat badan lahir rendah (BBLR)
v. Kelahiran dengan anemia
vi. Dapat terjadi cacat bawaan
vii. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
viii. Intelengensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan
nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin.
(6) Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan
yang dilakukan kemenkes pada modul pencegahan dan penanganan
anemia pada Wanita Usia Subur dan Remaja Putri dengan
memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk
meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat
dilakukan adalah :
(a) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan
pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam
makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi
(besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan angka
kecukupan gizi. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber
pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun
penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani.
Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya
hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus, sebaiknya
mengonsumsi makanan kaya sumber vitamin C seperti jeruk
dan jambu dan menghindari konsumsi makanan yang banyak
mengandung zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi
dalam usus dalam jangka panjang dan pendek seperti tanin
(dalam teh, kopi dan susu), kalsium, fosfor, serat dan fitat (biji-
bijian). Tanin dan fitat mengikat dan menghambat penyerapan
besi dari makanan.
(b) Suplementasi zat besi
Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi dengan
fero sulfat, ferogluconat atau Na-fero bisitrat. Dosis pemberian
60 mg/hari dapat menaikkan preparat kadar Hb sebanyak 1 g%
per bulan. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60
mg besi dan 50 ug asam folat untuk profilaksis anemia. Hb
dibawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia, di bawah 8
gr% kelopak mata dan perkiraan ada atau tidaknya anemia.
Memberi tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1
tablet selama 90 hari berturut turut. Bila Hb kurang dari 11 gr%
teruskan pemberian tablet zat besi.
(c) Fortifikasi bahan makanan
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau
lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi
pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada
industri pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan
untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah
difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi
di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng,
mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain
juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di
rumah tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga
dengan Multiple Micronutrient Powder.
(7) Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi
Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan diabsorbsi oleh orang
dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan
defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor
berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bentuk besi di dalam makanan
berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem, yang merupakan
bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam
daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besinonhem.
Kurang lebih 40% dari besi didalam daging , ayam dan ikan
terdapat besi-hem dan selebihnya sebagai non-hem. Besi-nonnhem
juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem dan non-
hem secara bersama dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem.
Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu
penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang mengikat
besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, telur tidak
mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan
besi. Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan
besinonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.
Seperti telah dijelaskan, bentuk fero lebih mudah diserap.
Vitamin C disamping itu membentuk gugus besi-askorbat yang
tetap larut pada pH tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu sangat
dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali makan.
Asam organik lain adalah asam sitrat. Asam fitat dan faktor lain di
dalam serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat
penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga
mempersulit penyerapannya. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat
melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat
penyerapan besi ini. Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat
di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga
menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi
tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi
waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat
absorbsi besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.
Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi.
Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-
obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi absorbsi besi.
Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi,
diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin
B12. Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh terhadap absorbsi
besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada
kondisi tertentu, absobsi besi-nonhem dapat meningkat sampai
sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali.
Dalam Article (2012) Oral Iron Prophylaxis in Pregnancy: Not
Too Little and Not Too Much! Nils Milman disebutkan "Makanan
sehari-hari mengandung sejumlah zat (misalnya kalsium, polifenol,
phytates) yang menghambat penyerapan zat besi sekitar 40%.
Konsekuensinya, suplemen besi besi harus diambil di antara waktu
makan, sebaiknya dengan jus buah yang mengandung vitamin C
yang meningkatkan penyerapan, sedangkan susu, kopi, dan teh
menghambat penyerapan (Susiloningtyas, 2013).
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi
kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat
besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka
waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan
zat besi di dalam tubuh. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi
sebaiknya TTD dikonsumsi bersama dengan:
(a) Buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu
biji dan lain-lain).
(b) Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.
Hindari mengonsumsi tablet tambah darah bersamaan dengan :
Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat
mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak
dapat diserap. Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat
menghambat penyerapan zat besi. Susu hewani umumnya
mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat
menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus. Obat sakit maag
yang berfungsi melapisi permukaan lambung, sehingga penyerapan
zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika
menggunakan obat maag yang mengandung kalsium. Apabila ingin
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat menghambat
penyerapan zat besi, sebaiknya dilakukan dua jam sebelum atau
sesudah mengonsumsi TTD (Kemenkes, 2016).
Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping seperti:
(a) Nyeri atau perih di ulu hati
(b) Mual dan muntah
(c) Tinja berwarna hitam
g) Status Imunisasi TT:
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk
mencapai kekebalan penuh.
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk
mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang
dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan
sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan
dan memutus mata rantai penularan. Imunisasi Tetanus Toksoid adalah
proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan
terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang
ditetapkan pemerintah bahkan sejak tahun 1986. Di tahun 1980-an,
tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian bayi
berusia di bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah
menurun, ancamannya masih ada, sehingga perlu diwaspadai
(Kemenkes, 2015).
Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam
kategori Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun,
termasuk ibu hamil (bumil) dan calon pengantin (catin). Waktu yang
tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan
sebelum pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk
membentuk antibodi. Imunisasi TT diberikan tidak hanya satu kali.
Guna mendapatkan perlindungan yang maksimal, imunisasi dilakukan
sebanyak 5 kali dengan rentang jarak waktu tertentu. Berikut dapat
dilihat waktu pemberian imunisasi TT (Kemenkes, 2013). Jadwal
Pemberian Imunisasi Pada Wanita Usia Subur (WUS) :
PENGKAJIAN
Tanggal : 30 Oktober 2020
Jam : 09.00 WIB
IDENTITAS PASIEN
Catin Perempuan Catin laki-laki
Nama : Nn. N Tn. D
Umur : 21 tahun 22 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : Swasta Karyawan
Suku bangsa : Jawa Jawa
Alamat : Puhsarang, Semen, Kediri
DATA SUBJEKTIF
1. Alasan datang :
Nn. N mengatakan ingin melakukan imunisasi TT catin sebagai persyaratan
untuk menikah
2. Riwayat menstruasi
Menarche umur 13 tahun, siklus menstruasi tidak teratur, lama menstruasi
selama 3-4 hari, sifat darah encer, ganti pembalut 3 kali/hari, tidak mengalami
disminorhae.
3. Riwayat Kesehatan :
Nn.N tidak memiliki riwayat penyakit berat, keturunan dan menular seperti
jantung, darah tinggi, penyakit gula, turunan kembar, asma, TBC dan penyakit
HIV.
4. Riwayat alergi :
Nn. N tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan dan udara.
5. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
1) Makan : Frekuensi makan 3 kali sehari, jenisnya nasi, sayur, lauk,
tidak ada keluhan makan hanya beberapa waktu terakhir lebih sering
makan makanan yang pedas.
2) Minum : Frekuensi minum ± 8 gelas dalam sehari, jenisnya air putih,
tidak ada keluhan minum
b. Eliminasi
1) Frekuensi BAK 6-7 kali sehari, warna urine kekuningan, bau khas
urine, tidak ada keluhan BAK
2) Frekuensi BAB 1 kali sehari, warna feses kecoklatan, bau khas feses,
tidak ada keluhan BAB
c. Pola tidur/istirahat
(1) Tidur siang ± 1 jam (13.00-14.00 WIB)
(2) Tidur malam ± 8 jam (21.00-05.00 WIB)
d. Aktivitas
Nn.N mengatakan melakukan aktivitas sehari-hari dengan bekerja
e. Personal hygiene
1) Mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari
2) Keramas 2 hari sekali
3) Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari
f. Data Psikososial
1) Dukungan suami/keluarga
Nn.N mengatakan calon suami dan keluarga mendukung ibu untuk datang
ke puskesmas dan melakukan imunisasi TT
2) Pengetahuan ibu
Nn.N mengatakan belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan
perilaku seks yang sehat
6. Riwayat perkawinan :
Ibu mengatakan belum pernikah dan ini adalah pernikahan yang pertama yang
akan dilakukan.
7. Psikologi, Sosio dan Spiritual :
Penerimaan ibu terhadap gangguan kesehatan yang dialami bersama calon
suami adalah mencoba untuk mengubah pola hidup untuk lebih sehat dan
ingin melakukan pemeriksaan dipuskesmas jika ada masalah tentang
kesehatan.
8. Pengetahuan :
Nn.N belum mendapatkan edukasi tentang kesehatan reproduksi
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran umum : Baik Tensi : 120/80 mmHg
Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 80x/m
BB terakhir : 75 kg Suhu : 36,6 oC
TB : 150 cm Respirasi : 20 x/m
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Kepala simetris, tidak terdapat benjolan, kulit kepala bersih,
rambut tidak rontok.
Mata : Mata simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
pengeluaran cairan abnormal
Hidung : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada gangguan jalan nafas,
tidak ada pengeluaran cairan abnormal
Mulut : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada yang berlubang
Telinga : Telinga simetris, tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan
abnormal
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis eksterna, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening dan pembengkakan tiroid
Dada : Dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Payudara : Payudara simentris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Tidak terdapat luka parut,tidak ada nyeri tekan, kandung kemih
tidak penuh.
Ekstermitas
Atas : Simetris, kuku tidak pucat dan tidak ada oedema
Bawah : Simetris, kuku tidak pucat, tidak ada oedema dan tidak ada
varises
Pemeriksaan Inspekulo
Fluor albous (-)
Vulva massa (-)
Nyeri tekan (-)
Darah (+)
Tidak ada hemoroid
IV. PENATALAKSANAAN
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Rasionalisasi :
Mengathui hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan kepada keluarga,
sehingga keluarga mampu untuk member dukungan baik moril dan materil
pada pasien. Menghargai hak ibu untuk berpartisipasi dan memperoleh
informasi yang berhubungan dengan kondisinya. Seorang tenaga kesehatan
tidak mungkin akan terus menerus mendampingi dan merawat, karenanya ibu
perlu mendapatkan informasi agar dapat merawat dengan benar. (Kuswanti,
2014)
Hasil :
Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Memberikan konseling pra nikah tentang kesehatan reproduksi
Rasionalisasi :
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling)
merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan
ini dilakukan oleh konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui
cara-cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat
tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2009: 165)
Hasil :
Ibu dan calon suami mengerti tentang konseling yang diberikan
3. Melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan haemoglobin dan
pemeriksaan kehamilan.
Rasionalisasi :
Pemeriksaan kesehatan pranikah jenisnya bermacam-macam.Pemeriksaan
disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon pasangansecara jujur
berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus dilakukan lebihspesifik jika
dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang kurang baik. Namun jika
semuanya baik-baik saja, maka cukup melakukan pemeriksaan standar saja,
yaitu cek darah dan urine.Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa
hemoglobin Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan
calonibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dan
pemeriksaan urine dilakukan untuk melakukan pemeriksaan kehamian.
Hasil :
Telah dilakukan pemeriksaan haemoglobin dengan hasil 9,7 gr% dan
pemeriksaan kehamilan dengan hasil negative.
4. Melakukan penyuntikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
Rasionalisasi :
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit
melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus menerus,
menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Imunisasi
Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus.Imunisasi TT merupakan aturan resmi
yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak tahun 1986. Di tahun 1980-an,
tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian bayi berusia
di bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun,
ancamannya masih ada, sehingga perlu diwaspadai (Kemenkes, 2015).
Hasil :
Telah dilakukan imunisasi TT
5. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan kemudian untuk dilakukan
imunisasi TT ke-2
Rasionalisasi :
Kunjungan ulang berfungsi sebagai informasi bahwa advis yang diberikan
memberikan hasil lebih baik/ kemajuan yang baik terhadap pasien. Dan
sebagai alat ukur pemantauan tindak lanjut berikutnya (JOGC,2015)
Hasil :
Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan sesuai dengan jadwal yang di
tentukan.
6. Dokumentasikan hasil tindakan
Rasionalisasi : Menurut Thomas(1994cit. Mufdlillah, dkk, 2001),
dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien,dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang telah diberikan (Muslihatun, 2009).
Hasil :
Telah dilakukan pencatatan dalam register WUS dan kartu imunisasi TT.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian asuhan yang telah dilakukan pada Nn. N usia 21 tahun dengan
imunisasi TT catin di PMB Siti Lailatus Zahro, Kedak, Semen, Kediri.. Penulis tertarik
untuk membahas keluhan, masalah yang ada pada asuhan pranikah dan pra konsepsi
berdasarkan asuhan yang telah diberikan. Masalah pada kasus yang dialami Nn. N ini
adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan
anemia. Berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan, banyak pasangan calon
pengantin yang belum mengetahui pendidikan kesehatan tentang reproduksi. Pasangan
calon pengantin ini ingin mengetahui berbagai informasi dan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan reproduksi. Dari data objektif dan subjektif dapat ditemukan faktor
penyebab kurangnya pengetahuan calon pengantin terhadap kesehatan reproduksi.
faktor kurangnya pengetahuan tentang pendidikan kesehatan reproduksi disebabkan
diantaranya : 1) Pengetahuan pendidikan kesehatan pra nikah dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya rendahnya strata pendidikan dan kurangnya tenaga
promosi kesehatan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk
lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997).
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan
danbertindak. 2) Umur, menurut Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua
umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi
oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapatberpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan
atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 3) Pekerjaan, Pekerjaan merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis
pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock,
1998).
4) Calon pengantin perempuan perlu mendapatkan dukungan dari calon
pengantin laki-laki dan keluarga, karena ini sangat berpengaruh untuk memotivasi ibu
untuk meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi. Calon suami dan
keluarga dapat berperan aktif dalam memberikan dukungan emosional atau bantuan
praktis lainnya. 5) Kurangnya penyuluhan dan penyuluhan tidak menarik
menyebabkan kurangnya pengetahuan calon pengantin terhadap pendidikan kesehatan
reproduksi. Sehingga diperlukan penyuluhan secara menyeluruh tentang kesehatan
reproduksi dan memberikan penyuluhan yang menarik. 6) Media informasi dan sarana
penyuluhan sangat dibutuhkan saat memberikan penyuluhan. Dengan menggunakan
media informasi dan sarana dan prasarana akan lebih menarik perhatian audience saat
diberikan penyuluhan. Menurut Wied Hary (1996) informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
Kedua, masalah yang ditemukan berdasarkan hasil anamnesis calon pengantin
yaitu calon pengantin perempuan yang mengalami anemia. Dari data objektif dan
subjektif dapat ditemukan faktor penyebab anemia yaitu : 1) Pada calon pengantin
banyak faktor yang menyebabkan anemia dianataranya adalah status gizi dan riwayat
menstruasi dan riwayat penyakit. Status gizi adalah keadaan seseorang yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam
jangka waktu yang lama. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa et al
2001). Anemia pada remaja putri disebabkan masa remaja adalah masa pertumbuhan
yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Selain itu pada masa remaja,
seseorang akan mengalami menstruasi. Menstruasi ialah perdarahan secara periodik
dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama menstruasi biasanya
antara 3-5 hari dan ada yang 1-2 hari. Beberapa faktor yang mengganggu kelancaran
siklus menstruasi yaitu faktor stres, perubahan berat badan, olahraga yang berlebihan,
dan keluhan menstruasi. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-
saat yang berbeda dalam hidupnya (Affandi 1990). Anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi (Permaesih dan Herman 2005). Telah
diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam
menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan
dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi (Thurnham & Northrop-
Clewes 2007). Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing, dan trauma
dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
Angka kesakitan akibat penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi
akibat efek yang merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan
beberapa infeksi parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan schistosomiasis
menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah tersebut
mengakibatkan defisiensi besi (WHO 2001). 2) adanya dukungan dari keluarga, karena
keluarga sangat berperan penting untuk membantu mengurangi anemia pada calon
pengantin. Salah satunya dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi calon
pengantin melakukan pengecekan haemoglobin dan memperhatikan kecukupan gizi
pada calon pengantin. 3) Ketersediaan makanan yang mengandung zat besi dapat
berpengaruh terhadap kejadian anemia pada calon pengantin. Di Indonesia,
ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi makan
masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit
diserap.
Sementara itu, daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang
baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Depkes
1998). 4) mengkonsumsi Fe dan makan makanan yang mengandung zat besi. Menurut
Almatsier (2001) diperkirakan hanya 5-15 persen besi makanan diabsorpsi oleh
seseorang yang berada dalam status besi baik dan jika dalam keadaan defisiensi besi,
absorpsi dapat mencapai 50 persen. Faktor bentuk besi berpengaruh terhadap absorpsi
besi. Besi heme yang terdapat dalam pangan hewani dapat diserap dua kali lipat
daripada besi nonheme.
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme (dalam hemoglobin dan
mioglobin makanan hewani) dan besi nonheme (dalam makanan nabati). Sumber besi
nonheme yang baik diantaranya adalah kacang-kacangan. Asam fitat yang terkandung
dalam kedelai dan hasil olahannya dapat menghambat penyerapan besi. Namun karena
zat besi yang terkandung dalam kedelai dan hasil olahannya cukup tinggi, hasil akhir
terhadap penyerapan besipun biasanya akan positif. Sayuran daun berwarna hijau
memiliki kandungan zat besi yang tinggi sehingga jika sering dikonsumsi maka akan
meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Beberapa jenis sayuran hijau juga
mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan besi, namun efek
menghambatnya relatif lebih kecil dibandingkan asam fitat dalam serealia dan tanin
yang terdapat dalam teh dan kopi (Almatsier 2001). 5) Perilaku hidup sehat adalah
perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup sehat sangat erat kaitannya dengan
higiene perorangan (personal hygiene). Yang termasuk dalam higiene perorangan
adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun dan air bersih
mampu mencegah risiko terkena diare (Anonim 2003 diacu dalam Nurwulan 2003).
Selain itu kebersihan pribadi mencakup : kebersihan kulit, rambut, mata, kuku,
hidung, telinga, mulut dan gigi, tangan dan kaki, pakaian, serta kebersihan sesudah
buang air besar dan kecil (Depkes 2004). Cuci tangan sebelum makan merupakan salah
satu faktor determinan status anemia. Sebagaimana diketahui bahwa cuci tangan
sebelum makan merupakan salah satu perilaku hidup sehat. Melalui membiasakan
mencuci tangan sebelum makan diharapkan kuman-kuman tersebut tidak turut masuk
ke dalam mulut, selanjutnya akan menyebabkan kecacingan sebab cacing di perut
sebagai pemicu terjadinya anemia. Anak yang rutin mencuci tangan ternyata
mempunyai risiko yang lebih kecil untuk terkena anemia (Irawati et al 2000).
Anemia terjadi karena kurangnya kadar haemoglobin dalam tubuh. Untuk
meningkatkan kadar haemoglobin bisa diatasi dengan cara mengkonsumsi tablet Fe
dan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti sayur-sayuran hijau
dan daging merah. Karena dalam sayur-sayuran hijau dan daging merah mengandung
kadar zat besi yang tinggi. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup
tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang
lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25,
50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali.
Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50
- 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat
penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin.Suplementasi zat besi Pemberian
suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam
waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam
suplementasi zat besi adalah frrous sulfat.
Efek samping dari pemberian besi feroral adalah mual, ketidaknyamanan
epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis yang
diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan meminum tablet segera
setelah makan atau bersamaan dengan makanan.
a. Fortifikasi zat besi Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam
bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan. Kesulitan untuk fortifikasi
zat besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah penampilanm
bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah rasa,
warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang
difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti tepung gandum
untuk pembuatan roti.
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit Penyakt infeksi dan parasit
merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi. Dengan menanggulangi
penyakit infeksi dan memberantas parasit diharapkan bisa meningkatkan status
besi tubuh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian data
Data subjektif dan objektif didapatkan bahwa Nn.N umur 21 tahun
mengataan ingin imunisasi TT catin sebagai persyaratan untuk menikah. Nn.N
mengatakan belum mengetahui pendidikan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi.
2. Analisa
Nn. N usia 21 tahun dengan imunisasi TT catin
Masalah didapatkan yaitu ibu mengatakan belum mendapatkan informasi
tentang pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi.
3. Penatalaksanaan
Berdasarkan pembahasan pengelolaan kasus pada Nn.N usia 21 tahun
dengan imunisasi TT catindapat disimpulkan bahwa ibu mengatakan belum
mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan anemia. Penatalaksanaan untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu penulis memberikanpenjelasan kepada ibu
tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, memberikan konseling pra
nikah tentang kesehatan reproduksi, melakukan pemeriksaan laboratorium
meliputi pemeriksaan haemoglobin dan pemeriksaan kehamilan, melakukan
penyuntiksn imunisasi TT (Tetanus Toksoid), menganjurkan ibu untuk
kunjungan ulang 1 bulan kemudian untuk dilakukan imunisasi TT ke-2.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Dengan melakukan pengelolaan kasus ini, mahasiswi diharapkan dapat
melakukan critical thinking terhadap suatu kasus yang ia temukan. Selain itu,
mahasiswi juga dituntut untuk dapat melalukan critical appartial pada beberapa
jurnal terbaru (ter-uptodate) sehingga diharapkan nantinya mahasiswi dapat
melakukan asuhan dan pemecahan masalah dengan tindakan yang telah
memiliki evidence based terutama dalam bidang kebidanan dan dapat menjadi
bahan masukan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Puskesmas
Dengan melakukan pengelolaan kasus ini, dapat menjadi masukan dalam
memberikan asuhan bagi tenaga kesehatan untuk semakin meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya konseling untuk calon pengantin
3. Bagi Pendidikan
Dengan melakukan pengelolaan kasus ini, diharapkan pendidikan dapat
memberikan ilmu berdasarkan evidence based yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Burger HG., Hale GE., Dennersyein L., Robertson DM. (2008). Cycle
and hormone changes during perimenopause: the key role of
ovarian function. Menopause [serial online]. July/Agust; 15(4).
Available from URL HIPERLINK
http://journals.lww.com/menopausejournal/pages/articleviewer.a
spx?year= 2008&issue=15040&article=00005&type=abstract
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017). Profil Kesehatan Jawa Tengah
pada tahun 2017. Jawa Tengah : 2017
Faris, et al. (2017). Hot Flash Causes and How to Treat Them. WebMD (2018).
Perimenopause. Healthline.
Freeman, Ellen W., Mary D Sammel, Hui Lin, Clarisa R Grasia. (2010).
Obesity and reproductive hormone levels in the transition to
menopause. Menopause [serial online] July; 17(4): 718-726.
Doi:10.1097/gme.0b013e3181cec85d. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2888623/pdf/nihms
181076. pdf
Imayama I, Alfano CM, Kong A, et al. Dietary weight loss and exercise
interventions effects on quality of life in overweight/obese
postmenopausal women: a randomized controlled trial. Int J Behav Nutr
Phys Act 2011;8:118
Kaviani et all (2013). Comparing the effects of tranexamic acid and mefenamic
acid in IUD-induced menorrhagia: randomized control trial. IJCBNM
1(4): 216-223.
Manuaba (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Putri dan Dwita (2016). Efektivitas IUD sebagai alat kontrasepsi. Majority 5
(4): 138-141.
Rahman, Syed Alwi Syed Abdul., Siti Rubiah Zainuddin, Verna Lee Kar
Mun. (2010). Assesment of menopausal symptoms using
modified menopause reting scale (mrs) among middle age
women in Kuching, Sarawmak, Malaysia. Asia Pacific Family
Medicine [serial oline]; 9(5). Available from: URL: HIPERLINK
http://www.apfmj.com/content/9/1/5
Suheimi K.H.dr. (16 Agustus 2019). Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan.
Yuhedi (2013). Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.
Seberapa Penting
penting hasil Alasan :
penelitian ini? Dengan penelitian ini, kita dapat mengetahui bagaimana
pengaruh pendidikan pranikah terhadap kesiapan
menghadapi kehamilan pertama pada calon pengantin putri
Seberapa tepat Tepat
estimasi dari Alasan :
efek terapi? Penelitian membuktikan Berdasarkan hasil uji peringkat
bertanda Wilcoxon, diperoleh p- value 0,001 (<0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pendidikan pranikah terhadap kesiapan dalam menghadapi
kehamilan pertama pada calon pengantin putri di KUA
Kecamatan Kalasan, Sleman
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?