Di Susun Oleh:
NIM. 15901.03.21018
ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASANGAN CALON PENGANTIN
DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI RS DJATIROTO LUMAJANG
NIM. 15901.03.21018
Telah dilaksanakan :
Mahasiswa
Mengetahui,
A. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan
ajaran agama.Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum,
sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum
adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia
kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu,
BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria.Selain itu, umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan
umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan
yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon
pengantin (Setiawan, 2017).
B. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2017), penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan
untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2017) dan
Kemenkes (2018), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik,
kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik
apabila telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20
tahun.Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status
kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang
dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa
siap untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan
tidak hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga
sarana yang baik untuk membuatnya tumbuh dan berkembang
dengan baik.Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status
gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang dapat
meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
D. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2016) dan
telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan
oleh Kemenkes RI.Pemerintah baik daerah provinsi maupun
kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di
Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya
perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa
kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan
pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin
meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan
kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang
dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan
usia subur (PMK No. 97 tahun 2016). Menurut Kemernkes (2017)
dan PMK No. 97 tahun 2016, kegiatan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi
pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju
nafas) dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah
kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia).
Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI
Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang,
sebagai berikut:
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status
gizinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Sumber: Supariasa, dkk, 2018.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan (Depkes, 2017).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah
satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
LLA< 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2018).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi
medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang
dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut
(Kemenkes, 2017):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan
darah.Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status
anemia seseorang.Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasihemoglobin, hematokrit atau jumlah seldarah
merah. Menurut kriteria WHO anemiaadalah kadar
hemoglobin di bawah 13 g%pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/
kriteria National Cancer Institute, anemia adalahkadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada priadan di bawah 12 g%
pada wanita. Kriteria inidigunakan untuk evaluasi anemia
pada penderita dengan keganasan.Anemia merupakantanda
adanya penyakit.Anemia selalu merupakankeadaan tidak
normal dan harus dicaripenyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah
satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan
50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2018).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia,
malaria (daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH
(Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks),
IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami
Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan
keluhan psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis
terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia.
Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi
selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio
sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia,
dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan
ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2017).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh
virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut
atau menahin yang dapat berkembang menjadi sirosis
hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati.Gejala hepatitis
B adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada
kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, dan demam.Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
premature, dan IUFD.Dapat dicegah dengan melaksukan
vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B
melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan
seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari
ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes
simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
(i) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu
bersih dan tidak dimasak dengan sempurna atau
setengah matang
(ii) Penularan dari ibu ke janin
(iii) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing,
anjing, kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin,
dan risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti
kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan
terganggunya fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti
sifilis,gonorea, klamidia, kondiloma akuminata, herpes
genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau,
berwarna, dan gatal
2) Gatal di sekitar vagina dan anus
3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di
sekitar vagina atau anus
4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan,
tetapi tidak berhubungan dengan menstruasi
5) Keluar darah setelah berhubungan seksual
6) Demam
B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yag lahir
antara tahun 1973 s.d
1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
a. Kelas 6 (2 dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
6
d. Kelas 5
e. Kelas 6
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (Kegiatan
Kampanye/Ori Difteri)
Dinkes Prov. Jawa Timur. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Felicia, dkk. 2018. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1):
1 – 7.
Fitriyah, Imroatul. 2018. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja
Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan.Skripsi : FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Imanda, R. Desvita. 2017. Menjalani Pernikahan antar Ras.Vol.5, No.2. Jurnal
Empati. Pp.378-384
Kemenkes. 2017. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kertamuda, E. F. 2018. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta :
Salemba Medika
Laming, C. Y., dkk.2018. Hubungan Tinggi Badan dengan Ukuran Lebar
Panggul pada Mahasiswi Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.Jurnal e-Biomedik.
Mariana, W., dkk. 2018. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro
Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan.
Uliyah, dkk. 2018. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta:
Salemba Medika.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASANGAN CALON PENGANTIN
DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI RS DJATIROTO LUMAJANG
Identitas :
Calon pengantinWanita Calon pengantin Laki – Laki
Nama : Ny. P Nama : Tn. N
Umur : 22 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Suku : madura Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Kaliboto Alamat : Desa sukosari
Kecamatan Jatiroto Kecamatan sukosari
Subyektif :
Ibu mengatakan ingin periksa kesehatan reproduksi pra nikah dan konseling
persiapan pernikahan
HPHT : 09 – 11 – 2021 .
Obyektif :
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki – Laki
a. Keadaan Umum : Baik a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : c. Antropometri :
BB : 50kg BB : 74 kg
TB : 154 cm TB : 160 cm
IMT : 25,5 kg/m²
Lila : 25 cm