Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN

PADA PASANGAN CALON PENGANTIN


DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI RS DJATIROTO LUMAJANG

Di Susun Oleh:

SUSI PUTRI WULANDARI, SST

NIM. 15901.03.21018

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2021 / 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASANGAN CALON PENGANTIN
DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI RS DJATIROTO LUMAJANG

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :

SUSI PUTRI WULANDARI, SST

NIM. 15901.03.21018

Telah dilaksanakan :

Hari/ Tanggal : Rabu, 24 November 2021

Mahasiswa

Susi Putri Wulandari, SST


NIM. 15901.03.21018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Mega Silvian N., SST.,M.Kes Farianingsih, SST. M.Kes


LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. Konsep Dasar Pranikah (Calon Pengantin)

A. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan
ajaran agama.Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum,
sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum
adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia
kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu,
BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria.Selain itu, umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan
umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan
yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon
pengantin (Setiawan, 2017).
B. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2017), penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan
untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2017) dan
Kemenkes (2018), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik,
kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik
apabila telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20
tahun.Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status
kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang
dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa
siap untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan
tidak hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga
sarana yang baik untuk membuatnya tumbuh dan berkembang
dengan baik.Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status
gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang dapat
meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
D. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2016) dan
telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan
oleh Kemenkes RI.Pemerintah baik daerah provinsi maupun
kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di
Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya
perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa
kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan
pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin
meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan
kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang
dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan
usia subur (PMK No. 97 tahun 2016). Menurut Kemernkes (2017)
dan PMK No. 97 tahun 2016, kegiatan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi
pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju
nafas) dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah
kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia).
Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI
Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang,
sebagai berikut:

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status
gizinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Sumber: Supariasa, dkk, 2018.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan (Depkes, 2017).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah
satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
LLA< 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2018).

b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi
medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang
dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut
(Kemenkes, 2017):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan
darah.Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status
anemia seseorang.Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasihemoglobin, hematokrit atau jumlah seldarah
merah. Menurut kriteria WHO anemiaadalah kadar
hemoglobin di bawah 13 g%pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/
kriteria National Cancer Institute, anemia adalahkadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada priadan di bawah 12 g%
pada wanita. Kriteria inidigunakan untuk evaluasi anemia
pada penderita dengan keganasan.Anemia merupakantanda
adanya penyakit.Anemia selalu merupakankeadaan tidak
normal dan harus dicaripenyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah
satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan
50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2018).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia,
malaria (daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH
(Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks),
IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami
Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan
keluhan psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis
terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia.
Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi
selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio
sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia,
dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan
ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2017).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh
virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut
atau menahin yang dapat berkembang menjadi sirosis
hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati.Gejala hepatitis
B adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada
kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, dan demam.Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
premature, dan IUFD.Dapat dicegah dengan melaksukan
vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B
melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan
seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari
ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.

c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes
simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
(i) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu
bersih dan tidak dimasak dengan sempurna atau
setengah matang
(ii) Penularan dari ibu ke janin
(iii) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing,
anjing, kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin,
dan risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti
kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan
terganggunya fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti
sifilis,gonorea, klamidia, kondiloma akuminata, herpes
genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau,
berwarna, dan gatal
2) Gatal di sekitar vagina dan anus
3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di
sekitar vagina atau anus
4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan,
tetapi tidak berhubungan dengan menstruasi
5) Keluar darah setelah berhubungan seksual
6) Demam

Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:


1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat
kencing
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis
dan selangkangan paha
3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4) Gatal di sekitar alat kelamin
5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi
kesehatan menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul,
keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh
untuk melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular
berbagai penyakit.AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit
akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV.Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung
menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan
HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya
(cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara
penularan HIV melalui:
1. Hubungan seksual dengan orangyang telah terinfeksi
HIV.
2. Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang
yang sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan
alat tato).
3. Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, saat
melahirkan, dan saat menyusui
4. Transfusi darah atau produk darah lainnya yang
terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual,
homoseksual (sesame jenis kelamin), dan penggunaan
narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS
dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
 Abstinence(tidak berhubungan seksual)
 Be faithful(saling setia, tidak berganti pasangan)
 Use Condom(menggunakan kondom jika memiliki
perilaku seksual berisiko)
 No Drugs(tidak menggunakan obat-obat terlarang,
seperti narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum
(suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
 Education(membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)

3) Pemeriksaan urin rutin


Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk
mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada
ginjal atau saluran kemih.
a. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus,
sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk
mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal
status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi
tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT

TT 1 Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus

TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun

TT V 1 tahun setelah TT IV >25 tahun *)

Sumber: Kemenkes, 2017


Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun
adalah apabila telah mendapatkan imunisasi TT lengkap
mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur
No. Riwayat Imunisasi TT Pernah/Tidak Diimunisasi Kesimpulan
DPT/DPT-HB/Dt/Td/TT Status TT

A. Riwayat Imunisasi DPT-HB


saat bayi:

Bayi yang lahir mulai tahun


1990 status TTnya dihitung
TT II

B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yag lahir
antara tahun 1973 s.d
1976

a. Kelas 6 (2 dosis)

2 Untuk WUS yang lahir


antara 1977 s/d 1987

a. Kelas 6 (2 dosis)

b. Kelas 6 (2 dosis)

3 Untuk WUS yang lahir


tahun 1988

a. Kelas 1

b. Kelas 5

c. Kelas 6

4 Untuk WUS yang lahir


tahun 1989

a. Kelas 1

b. Kelas 4

c. Kelas 5

d. Kelas 6

5 Untuk WUS yang lahir


tahun 1990

a. Kelas 1

b. Kelas 3

c. Kelas 4
6
d. Kelas 5

e. Kelas 6

Untuk WUS yang lahir


tahun 1991

a. Kelas 1

b. Kelas 2

c. Kelas 3

d. Kelas 4

7 Untuk WUS yang lahir


tahun 1992 s/d
sekarang

a. Kelas 1

b. Kelas 2

c. Kelas 3

C Saat Calon Pengantin

D Saat Hamil

a. Hamil 1

b. Hamil 2

c. Hamil 3

d. Hamil 4

E Lain-lain (Kegiatan
Kampanye/Ori Difteri)

Contoh: saat SMA tahun


2003 – 2005, dan akselerasi
WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009 – 2010),
Ori Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012

Sumber: Kemenkes, 2017


Keterangan tabel:
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan
yang diajukan hanya pada riwayat calon pengantin (C),
Hamil (D), dan lain-lain (E).
b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984
– 1997: kelas 1 laki-laki dan perempuan (DT 2 dosis)
dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998
– 2000: kelas 1 (DT) s/d 2 – 6 (TT)
e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001
– sekarang: kelas 1, 2, dan 3.
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak
tahun 1984 s/d 2000 – tahun 2001 s/d sekarang harus
diskrining terlebih dahulu
g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4
minggu, TT 2 ke TT 3 = 6 bulan, TT 3 ke TT 4 = 1
tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
b. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama
perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan
Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta defisiensi asam
folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
c. Konseling / konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan
pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi
pranikah, maupun program persiapan pernikahan.
Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling
yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal,
memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir
dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu
perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan
yang diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum
menikah, sehubungan dengan rencana pernikahannya.
Pihak - pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantapdan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2018).
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling) merupakan upaya membantu pasangan calon
pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan oleh
konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara - cara yang saling menghargai,
toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2018).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi
untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut
digunakan untuk membantu pasangan agar saling
memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik
secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat
meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda, 2018).
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu
calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon
suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan
laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan
hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih
serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri
yaitu individu - individu yang mempunyai hubungan
keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri
(Zulaekha, 2017).
Menurut Kemenkes (2017), informasi pranikah yang
dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan
meliputi:
1. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Catin perlu mengetahui mengetahui informasi
kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi
perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang
harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-
laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat
kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan
yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan
penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular
seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan
reproduksi.
2. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-
laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.Hak inii menjamin setiap pasangan dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu
memiliki anak serta untuk memperoleh informasi
kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui
natra lain:
 Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
mengatasinya.
 Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-
laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS),
HIV – AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR),
serta memahami cara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-
masing alat dan obat kontrasepsi.
 Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan.
Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat
dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
 Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan
kasih sayang, saling menghargai dan menghormati
pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual
antara lain:
 Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi
dan masa nifas
 Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan
mulut karena berisiko dalam penularan penyakit dan
merusakorgan reproduksi.
4. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran
kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-
laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai
norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan
kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan bebas mengembangkan kemampuan
personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika
perempuan dan laki-laki dapat saling menghormati
dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga
dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan
ego masing-masing
 Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah
tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
 Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama
laki-laki dan perempuan.
 Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI
eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbatas dari hal-hal
di bawah ini :
 Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok,
melukai, dan lain-lain)
 Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina,
komentar-komentar yang merendahkan, membentak,
mengancam, dan lain-lain)
 Kekerasan seksual
 Penelantaran rumah tangga.
c. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ
reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada
laki-laki dan perempuan, antara lain:
 Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
 Menggunakan pakaian dalam yang menyerap
keringat dan cairan.
 Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
 Menggunakan celana yang tidak ketat
 Menjaga kebersihan organ kelamin
 Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan
BAB
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
 Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan.
 Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas
vagina karena dapat membunuh bakteri baik dalam
vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
 Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan
mempunyai daya serap tinggi. Jangan memakai
pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti
pembalut sesering mungkin.
 Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa
gatal, serta keluhan organ reproduksi lainnya segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amarudin.2018. Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria


dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol di Jakarta tahun
2011.Tesis. Jakarta: Univeritas Indonesia.

Budiman. 2018. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum


Alkohol, Dan Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di
Fertility Centre RSIA Melinda Bandung.Skripsi.

Dinkes Prov. Jawa Timur. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Felicia, dkk. 2018. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1):
1 – 7.
Fitriyah, Imroatul. 2018. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja
Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan.Skripsi : FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Imanda, R. Desvita. 2017. Menjalani Pernikahan antar Ras.Vol.5, No.2. Jurnal
Empati. Pp.378-384
Kemenkes. 2017. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kertamuda, E. F. 2018. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta :
Salemba Medika
Laming, C. Y., dkk.2018. Hubungan Tinggi Badan dengan Ukuran Lebar
Panggul pada Mahasiswi Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.Jurnal e-Biomedik.
Mariana, W., dkk. 2018. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro
Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan.
Uliyah, dkk. 2018. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta:
Salemba Medika.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASANGAN CALON PENGANTIN
DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI RS DJATIROTO LUMAJANG

Nama Pengkaji : Susi Purti Wulandari

Tanggal / Jam Pengkajian : 24 November 2021 / 10.00 Wib

Tempat Pengkajian : RS Djatiroto

Identitas :
Calon pengantinWanita Calon pengantin Laki – Laki
Nama : Ny. P Nama : Tn. N
Umur : 22 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Suku : madura Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Kaliboto Alamat : Desa sukosari
Kecamatan Jatiroto Kecamatan sukosari

Subyektif :
Ibu mengatakan ingin periksa kesehatan reproduksi pra nikah dan konseling
persiapan pernikahan
HPHT : 09 – 11 – 2021 .

Obyektif :
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki – Laki
a. Keadaan Umum : Baik a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : c. Antropometri :
BB : 50kg BB : 74 kg
TB : 154 cm TB : 160 cm
IMT : 25,5 kg/m²
Lila : 25 cm

d. Tanda – tanda vital: d. Tanda – tanda vital :


TD : 120/84 MmHg TD : 112/74 MmHg
N : 80x/mnt N : 82 x/mnt
RR : 20 x/mnt RR : 20x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
Catin Wanita
Abdomen : Tidak nyeri tekan, fundus tidak teraba
3. Pemeriksaan Penunjang
Catin Wanita Catin Laki – Laki
Hb : 12 gr% Hb : 15,5gr%
Golda :B Golda : A
Analisa :
Nn. P usia 22 Tahun dengan konseling pra nikah.
Penatalaksanaan :
Tanggal : 24 november 2021
Jam : 10.00 Wib
1. Melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
e/ komunikasi trapeutik telah di lakukan
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa
secara umum keadaan mereka baik, tanda- tanda vital dalam batas normal,
hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
e/ kedua catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan
kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji,mencegah stress
berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, melakukan olahraga secara
rutin, dan kontol kesehatan secara rutin dikarenakan kedua catin berisiko
mengalami DM dan khususnya catin wanita berisiko mengalami hipertensi
e/ kedua catin mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan
4. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan berserat seperti buah, sayur, dan agar-agar untuk membantu
melancarkan BAB
e/ catin wanita mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan
5. Memberikan konseling kelas catin tentang kesehatan reproduksi
pranikah
e/ Kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan
6. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat
ini sudah T4 yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah
10 tahun dan belum seumur hidup, sehingga catin wanita masih perlu
diberikan suntik imunisasi TT satu kali lagi.
e/ Catin wanita mengerti keadaannya.
7. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi TT.
e/ catin perempuan setuju dilakukan penyuntikkan imunisasi TT.
8. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan
kiri catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu
TT5(TT lengkap) yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum
adalah seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil atau hamil lagi,
catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT kembali
e/ catin wanita mengerti dan tidak ada reaksi alergi
9. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari),seperti teh dan kopi, yang
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan
e/ kedua catin mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan
10. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak
mengkonsumsi makanan mengandung asam folat seperti pada sayuran
bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam folat,
dapat juga meminum suplemen asam folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan
sebelum menikah untuk persiapan kehamilan
e/ Catin wanita bersedia mengikuti saran bidan
11. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila
ada keluhan
e/ kedua catin bersedia

LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK dan RUANGAN

Nama : SUSI PUTRI W. Ruangan : kebidanan RS Djatiroto

NIM : 15901.03.21018 Kasus : Konseling Pra Nikah

No Hari / Masukan Paraf


tanggal
Ci lahan Ci Akademik

Anda mungkin juga menyukai