Anda di halaman 1dari 28

SKREENING PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI PADA Nn “R” USIA 21TAHUN
DENGAN KEK DI PUSKESMAS MANDING

Disusun oleh:
WINDU ROHMATUL FITRI
722650115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn’”R” USIA 21
TAHUN DENGAN KEK DI PUSKESMAS MANDING

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan
Pra Nikah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
WINDU ROHMATUL FITRI
722650115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn’”R” USIA 21
TAHUN DENGAN KEK
DI PUSKESMAS MANDING

Disusun Oleh:
NAMA
WINDU ROHMATUL FITRI
722650115

Tanggal Pemberian Asuhan: 21 Oktober 2022


Disetujui:
Sumenep, 04 November 2022

Mengetahui
Pembimbing Praktek

(Hj.Aisaturrida, SST.Bdn)
NIP.19700916 199002 2 001

Pembimbing Akademik

(Eka Meiri Kurniyati, SST.,Bdn, M.Kes)


NIDN: 0708058704

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahnya,
serta sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan besar nabi
Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan
Pranikah Dan Prakonsepsi Pada Nn’”R” Usia 21 Tahun Dengan Kek Di Puskesmas
Manding dengan baik.
Asuhan Kebidanan Pranikah Dan Prakonsepsi Pada Nn’”R” Usia 21 Tahun Dengan
Kek Di Puskesmas Manding ini hanyalah karya manusia yang tidak lepas dari
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan laporan asuhan kebidanan ini. Dan
semoga laporan ini bermanfaat bagi semuanya,

Sumenep, 21 Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………………………..

A. Pengkajian Data Subyektif …………………………………………………….

B. Pengkajian Data Obyektif …………………………………………………….

C. Assesment …………………………………………………….

D. Penatalaksanaan …………………………………………………….

E. Evaluasi …………………………………………………….

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………

BAB V PENUTUP …………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas
SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin
dalam kandungan. Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun
(Rahmaniar et al, 2011). Masalah KEK sebelum masa kehamilan dapat diperbaiki melalui
konseling sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK
sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah KEK
pada wanita tersebut. Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar
peluang janin yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan
akan terjamin. Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah
gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi yang dialami
ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan kurang yodium
(Mawaddah dan Hardinsyah, 2008). Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut
mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktorfaktor yang membuat nutrisi seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang
pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang aneh, dan kondisi kesehatan
yang buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan serta
perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapat perawatan
khusus (Bobak et al, 2004). Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan
dalam status sosial ekonomi. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin rendah angka kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Dalam penelitian
Kartikasari (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena
tingginya tingkat pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya
seseorang menerima informasi tentang gizi.
Orang dengan pendidikan yang tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan
penghasilan yang cukup dan pada gilirannya nanti berkesempatan untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat (Khomsan, 2006).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Pranikah?
2. Apa Saja Persiapan Pranikah?
3. Apa Saja Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah?

4. Apa Imunisasi Tetanus Toxoid?


5. Apa Saja Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pra nikah?
6. Apa Saja Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah?
7.Apa Saja Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah?
8.Apa Saja Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah?
9.Apa Pengertian KEK?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami pemberian asuhan pranikah dan prakonsepsi kepada pasien
atau klien dilapangan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian Pranikah
2. Mengetahui Persiapan Pranikah
3. Mengetahui Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
4. Mengetahui Imunisasi Tetanus Toxoid
5. Mengetahui Jenis Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
6. Mengetahui Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
7.Mengetahui Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
8.Mengetahui Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
9.Mengetahui Pengertian KEK

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum danajaran agama. Imbuhan kata pra yang
memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau
sebelum adanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai
suami istri (Setiawan, 2017). Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun
untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan UU No. 35
tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN
memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria.
Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun
bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan
yang akan melangsungkan pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin
(Setiawan, 2017). Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
kondisi kesehatannya. Kepada para remaja diberi pengertian tentang hubungan seksual
yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang
proses kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca
kehamilan. Pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi remaja yang akan menikah. Tujuan
dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini kondisi kesehatan para
remaja. Jika ditemukan penyakit atau kelainan didalam diri remaja, maka tindakan
pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi,
maka diupayakan masalah tersebut tidak bertambah berat atau menular kepada
pasangannya. Misalnya remaja penderita penyakit jantung yang sedang hamil harus
memeriksakan kesehatannya secara teratur. Remaja yang menderita AIDS harus mengaja
pasangannya agar tidak terkena virus HIV dengan menggunakan kondom saat
bersenggama bila sudah menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini
dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan remaja seperti: karang taruna,
pramuka, organisasi remaja, dan sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam
organisasi masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan
dalam menghadapi peran sebagai istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya ditujukan hanya pada
masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi). Fakta perkembangan
psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam membina kesehatan remaja. Remaja
yang tumbuh kembang secara biologis diikuti dengan perkembangan psikologis dan
sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui di dalam membina kesehatan.
Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan terhadap
remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat.
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi perkawinan
ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami
dan istri. Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau keturunan ini
diharapkan adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat.
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya.
Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang memiliki norma keluarga
kecil (jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua anak),bahagia,
sejahtera, aman, tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga
sejahtera juga memiliki kemampuan social ekonomi yang mendukung kehidupan anggota
keluarganya serta mampu menabung untuk masa depan. Selain itu, keluarga sejahtera
juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya.
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan system
reproduksi dianggap tabu bagi beberapa kalangan remaja. Penjelasan mengenai
perubahan yang terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, dan
pascapersalinan perlu diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi serta gangguan
system reproduksi, seperti gangguan menstruasi, kelainan system reproduksi dan
penyakit, juga hendaknya diberikan. Penyakit system reproduksi yang dimaksud adalah
penyakit-penyakit hubungan seksual, HIV/AIDS, dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan. Penyakit
yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain penyakit
jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil
muda terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (suami) atau benda
tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa
persalinan atau pascapersalinan gangguan jiwa juga mungkin terjadi. Selain hal-hal
tersebut masih ada lagi permasalahan remaja dan dikaitkan dengan kesehatan keluarga.
Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi atau
memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja sangat besar, maka dapat dirujuk pada
yang lebih ahli. Misalnya, bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam
mengahadapi kehamilan, remaja dirujuk ke dokter spesialis jiwa atau ke psikolog.
Bimbingan remaja juga dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna,
pramuka, serta organisasi pelajar, mahasiswa, dan pemuda.

2.1.1 Persiapan Pranikah


Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu persiapan
ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam menghadapi pernikahan,
persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta persiapan fisik sebelum menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa kita
menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri diharapkan
akan melanggengkan pernikahan. Banyak orang yang menikah hanya karena cinta,
atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur
tetapi masih belum juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki
akar yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah
tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang.
2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua
sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi
segala kekurangan pasangan adalah hal yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-
cara mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita dengan baik kepada pasangan juga
perlu diperhatikan, agar emosi negative tidak mewarnai rumah tangga kita.
Di dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk memenuhi
hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak hanya
menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu memenuhi kewajibannya.
Pernikahan merupakan perwujudan dari tim kehidupan kita untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kerja sama, saling mendukung
dalam segala hal sangat diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak. Pernikahan
juga merupakan sarana untuk terus menerus belajar tentang kehidupan. Ketika
memasuki dunia perkawinan seseorang belajar untuk menjadi bagian dari tim
kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak dengan cara
yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri untuk merubah
kebiasaankebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak. Ketika anak-anak
menjelang dewasa orang tua belajar untuk menjadikan anak-anaknya sebagai teman,
sebagai bagian dari tim kehidupan yang aktif menggerakkan roda kehidupan, dan
seterusnya.
3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam pernikahan itu
harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai pernikahan itu sendiri
juga setelah menikah tidak boleh jauh dari nuansa penghambaan diri kepada Allah.
Sebelum menikah peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan.
Berdoa kepada Allah untuk mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan
menjadi penyejuk mata. Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat menjaga
dien kita juga perlu dilakukan. Membaca buku-buku tentang keutamaan pernikahan
juga perlu dilakukan untuk menguatkan niat kita dalam menikah. Ketika pinangan
datang, ibadah semakin dikencangkan. Terus memohon kepada Allah untuk
mendapatkan yang terbaik sebagai pasangan kita. Saat ini, perlu juga kita
membersihkan hati agar niat ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang. Juga
menjaga kesucian hubungan kita dengan calon suami sampai datangnya waktu
pernikahan sangat diperlukan, agar tidak terjatuh dalam godaan setan. Masa-masa
antara meminang dan pernikahan ini sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan
hubungan kedua insan bisa terjaga.
4. Persiapan Fisik Yang terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan
tubuh kita untuk memasuki dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi
wanita dan cara kerjanya sangat penting bagi kita. Memeriksa kesehatan alat-alat
reproduksi juga penting agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah
menikah. Selain itu juga kita harus mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak
ornag yang sudah menikah tapi tidak tahu bagaimana berhubungan seks dengan
sehat dan menyenangkan bagi masing-masing pasangan. Hal ini penting karena
merupakan bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.

2.1.2 Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah


Menjelang hari pernikahan semua calon mempelai pasti sibuk mempersiapkan diri
memastikan bahwa semua rencana telah tersusun dengan baik. Sayangnya masih
banyak dari masyarakat kita yang saking terlalu sibuk mempersiapkan hari H, sampai
lupa dengan hal kecil yang mungkin terlihat sepele padahal penting dan besar sekali
manfaatnya. Periksa kesehatan pra nikah memang belum umum dilakukan di
Indonesia, tetapi tahukah bahwa pemeriksaan ini merupakan salah satu prosedur
menjelang pernikahan yang sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan. Bila ditinjau
secara psikologis, sebenarnya pemeriksaan itu akan dapat membantu menyiapkan
mental pasangan. Sedangkan secara medis, pemeriksaan itu sebagai ikhtiar (usaha)
yang bisa membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari
sehingga dapat menjadi langkah antisipasi dan tindakan preventif yang dilakukan
jauhjauh hari untuk menghindarkan penyesalan dan penderitaan rumah tangga. Para
ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan bahwa
sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji
pernikahan. Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata
salah seorang atau keduanya menderita gangguan tertentu. Jenis pemeriksaan
kesehatan pranikah dapat disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon
pengantin secara jujur, berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus dilakukan
lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang kurang baik.
Namun, jika semuanya lancar-lancar saja, maka hanya dilakukan pemeriksaan
standar, yaitu cek darah dan urine. Untuk cek darah, biasanya diperlukan khususnya
untuk memastikan si calon ibu tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan
sebagainya. Dalam pengalaman medis, kadang kala ditemukan gejala anti
phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang.
Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan melakukan tindakan tertentu
sebagai langkah , sehingga pada saat pengantin perempuan hamil dia dapat
mempertahankan bayinya. Hasil analisa data medis mengungkapkan bahwa kasus
yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di Indonesia adalah
terjangkitnya virus toksoplasma. Virus yang bisa mengakibatkan kecacatan pada bayi
ini biasanya disebabkan seringnya kaum perempuan mengkonsumsi daging yang
kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang piaraan. Oleh karena
itu, untuk mengetahuinya, agar dapat ditangani Secara dini diperlukan pemeriksaan
toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang sering disingkat
dengan istilah pemeriksaan terhadap TORCH. Demikian pula, pada calon pengantin
pria biasanya diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan sejumlah infeksi seperti sipilis
dan gonorrhea. Selain itu banyak juga dari pengalaman klinis dilakukan pemeriksaan
sperma untuk memastikan kesuburan untuk calon mempelai pria. Dalam kapasitas ini,
pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu jumlah sperma, gerakan
sperma dan bentuk sperma. Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus
lebih dari 20 juta setiap ccnya dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk
normal lebih dari 30% . Bila dalam pemeriksaan ditemukan kelainan pada sperma,
maka waktu tiga bulan setelah pemeriksaan dianggap sudah cukup untuk melakukan
penyembuhan. Demikian halnya bagi calon mempelai wanita, jangka waktu tiga
bulan juga dianggap memadai untuk memperbaiki siklus menstruasi calon pengantin
wanita yang memiliki masa menstruasi tidak lancar dengan disiplin mengikuti terapi
khusus dan intens secara kontinyu. Pemeriksaan standar menyangkut darah antara
lain dilakukan untuk mengetahui jenis resus. Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan
Indonesia memiliki resus darah positif. Sedangkan bangsa Eropa dan Kaukasia
biasanya memiliki resus negatif. Karena itu, pemeriksaan resus untuk pasangan
campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda sangatlah penting. Resus berfungsi
sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah mengetahui golongan dara
seseorang seperti A, B, O biasanya resusnya juga ditentukan untuk mempermudah
identifikasi. Hal itu karena perbedaan resus pada pasangan bisa berdampak fatal saat
kehamilan. Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif,
maka biasanya disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini
karena tidak mungkin janin akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu.
Meskipun pasangan ingin tetap mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga.
Pengalaman ini biasanya di kalangan medis disebut sebagai kasus incompabilitas
resus.
Calon pengantin juga sering diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan
makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu, jika salah satu
calon pengantin memiliki catatan down syndrome karena kromosom dalam
keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab, riwayat itu
bisa mengakibatkan bayi lahir idiot.
2.1.3 Imunisasi tetanus toxoid
a. Pengertian
Adalah tindakan untuk memberi kekebalan dalam tubuh klien bertempat langsung
mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman yang sudah
dilemahkan.
b. Jenis dan vaksinasi Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan
tunggal vaksin tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus
pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus
Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.
c. Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9⸰C.
d. Cara jadwal pemberian Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi
kehamilan dengan jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-
masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap
perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan
terhadap tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak akan
terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh
dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.
Dosis TT I ,Saat pemberian Pada saat kunjungan pertama,sedini mungkin pada
kehamilan lama Perlindungan 0%
TT II Minimal 4 minggu setelah TT I,perlindungan 1 tahun 80 %
TT III Minimal 6 minggu setelah TT II, atau selama kehamilan berikutnya
perlindungan 2 tahun 95 %
TT IV Minimal setahun setelah TT III lama perlindungan 5 tahun 99 %
kehamilan berikutnya TT V, Minimal setahun setelah TT IV atau kehamilan
berikutnya, lama perlindungan 10 tahun 99%
Imunisasi TT 5 x untuk kekebalan penuh
TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi
TT 2 , 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan. TT 3 ,6 bulan atau
lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan. TT 4 ,1 tahun atau lebih setelah TT
3 untuk menguatkan kekebalan. TT 5, 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat
kekebalan penuh

2.1.4 Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah yang dilakukan seperti :


1. Pemeriksaan hematologi rutin dan analisa hemoglobin, untuk mengetahui adanya
kelainan atau penyakit darah.
2. Pemeriksaan urinalisis lengkap, untuk memantau fungsi ginjal dan penyakit lain
yang berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih, pemeriksaan golongan darah
dan rhesus yang akan berguna bagi calon janin. Mengetahui Rhesus kedua calon
mempelai seringkali merupakan hal yang diabaikan, padahal hal tersebut adalah hal
yang penting. Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan bangsa
Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suamiisteri tidak tahu Rhesus darah
pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi
kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus negatif) menikah dengan laki-
laki (Rhesus positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus
negatif atau positif. Jika bayi mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi,
jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila
ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan
ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel darah merah
janin. Sebaliknya, tidakmasalah jika siperempuanber-Rhesus positif dan si
prianegatif. Karena itu sangat penting untuk mengetahui Rhesus kedua calon
mempelai.
3. Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes melitus.
4. Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
5. Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit sifilis.
6. Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan parasit
Toxoplasma, virus Rubella dan virus Cytomegalo yang bila menyerang pada
perempuan di masa kehamilan nanti.

2.1.5 Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah


Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat
mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan),
dan Anda juga dapat mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera
ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan pasangan termasuk calon keturunan.

2.1.6 Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah


Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
pemeriksaan kesehatan lain biasanya. Anda dan pasangan membuat janji terlebih
dahulu dengan dokter spesialis atau dokter umum kemudian setelah melakukan
wawancara singkat tentang sejarah kesehatan, Anda dan pasangan wajib melakukan
pemeriksaan fisik dan rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk mendeteksi
kelainan-kelainan apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan kesehatan
pra nikah dilakukan enam bulan menjelang pernikahan. Namun ukuran itu sebenarnya
bersifat fleksibel dalam arti kapanpun dapat dilakukan asal pernikahan belum
dilangsungkan, agar penyakit-penyakit yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi
terlebih dahulu.

2.1.7 Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah :


Yang pertama tentunya masalah finansial. Pemeriksaan ini memang memakan biaya
lebih. Maka dari itu, setiap pasangan baiknya persiapkan dana lebih dari jauh-jauh hari
dan Anda harus ingat bahwa uang yang Anda keluarkan itu merupakan investasi jangka
panjang untuk kelangsungan hidup rumah tangga yang akan Anda jalani bersama dengan
pasangan. Selain itu, setiap pasangan pun diwajibkan untuk berpuasa mulai pukul 22.00
sehari sebelumnya dan setelah pengambilan darah, Anda dan pasangan bisa menikmati
sarapan. Selama berpuasa, setiap pasangan tetap boleh mengonsumsi air putih dan
bawalah sedikit contoh feses (tinja) atau urine pagi hari dalam wadah yang bersih.
Walaupun setiap pasangan berada dalam kondisi yang sehat, tidak ada salahnya untuk
tetap melakukan pemerikasaan kesehatan pra nikah untuk kehidupan pernikahan yang
sehat dan jauh dari penyakit.

2.2 Pengertian kekurangan energi kronis (KEK)


Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana
keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu
atau lebih zat gizi (Helena, 2013). Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang
energi kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut
disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan
yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan
infeksi lainnya.

2.2.1 Etiologi KEK


Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara
lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat
gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
(Helena, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik
(KEK). Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
2) Usia ibu hamil
3) Beban kerja/Aktifitas
4) Penyakit /infeksi
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
6) Pendapatan keluarga
7) Pemeriksaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)

2.2.2 Patofisiologi KEK Krisis ekonomi,politik dan sosial Pengangguran,inflasi, kurang


pangan dan kemiskinan
Kurang pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, Persediaan makan tidak cukup
Pola asuh tidak memadai Konsumsi gizi tidak cukup, Kesling dan yankes tidak
memadai PenyakitIbu hamil KEK

2.2.3 Akibat KEK


a. Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
1) Terus menerus merasa letih
2) Kesemutan
3) Muka tampak pucat
4) Kesulitan sewaktu melahirkan
5) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi
akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan
anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
4) Kematian bayi (Helena, 2013).

2.2.4 Pemeriksaan penunjang KEK


a. Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA(Lingkar Lengan Atas) <
23,5 cm, IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada trimester
pertama, kurang dari 3 kg pada trimester kedua, dan kurang dari 6 kg pada trimester
ketiga
b. Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi lemah
atau lambat, keringat dingin
c. Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil 35 tahun,
fungsi alat reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil
pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia
(Indriani, 2012).

2.2.5 Data Subyektif


a) Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan
bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada
umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga
menjadi berkurang (RSUA, 2013).Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan
risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b) Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan
istri dan suami pada masa prakonsepsi.Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering mengalami abortus
spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan
yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi,
2016).
c) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi
yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan
pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur 2. (Reeder, dkk, 2011).
Riwayat Menstruasi Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi
dan gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan
tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur telah
mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat
mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
Usia menarche : Umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16 tahun.
Siklus menstruasi : Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita
normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi
28 hari (Proverawati &Misaroh, 2009).
Lama menstruasi : Normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006),
sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung
selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Keluhan saat haid : Umumnya mengeluh
nyeri haid/ dismenorea (Kusmiran, 2012) Pengeluaran sekret : Keputihan normal
adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)

d)Riwayat Imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama imuniasai TT.
Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi tetanus
100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI,
2012). Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi.tinggi di
daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki – laki.
Riwayat Kesehatan
1. Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur dan
retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lebih
tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling
sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian dipantau
ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis
dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran
utama pada periode prakonsepsi ialah menghindari penggunaan penghambat ACE
dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan
tentang risio pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin (Varney, 2007).
Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek
samping obat.

2. Diabetes Melitus (DM)


Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar waktu
konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral, jantung, dan
ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan meliputi preeklamsia,
polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita yang menderita
diabetes melitus perlu mendapat konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat,
baik sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007;
Prawirhardjo, 2010).
3. Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran d arah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. J ika kehamilan
terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada perte ngahan trimester
kedua, aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita
tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55 %. (Wicaksono, dkk, 2017).
Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagal an dalam pembuangan limbah
tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sp erma dan kesuburan.
5. Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau bertambah
keparahannya.Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit, hindarilah
kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan emosional tetap
stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu penyakit yang dapat
diturunkan secara genetik.
6. Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan berta
mbah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi
sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plas ma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkata n
volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglo bin (Hb)
akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010) Pada laki-laki terapi androgen pada
anemia dapat meningkatkan produksi eritr opoetin namun dapat menimbulkan
gejala prostatisme atau pertumbuhan yan g cepat dari ca prostat.

7. Hemofilia Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor


IX) di wariskan secara X-linked recessive.
Perempuan dari keluarga penderita hemof ilia umumnya adalah pembawa
(carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat beresiko
terhadap komplikasi perdarahan yang be rmakna karena penurunan faktor VIII
atau IX di bawah jumlah minimal untu k mempertahankan keseimbangan
hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folik el-folikel untuk hamil.
(Prawirohardjo, 2010) Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala
perdarahan dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat
menggumpal ta npa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat
berhubungan seksual d an dapat menurunkan penyakit hemofilia pada
keturunannya (Darmono, 201 2).
8. Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat penyakit
jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cor dis) pun
dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan jantung, stres pada
perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan dekompensasi jantung.Tanda dan
gejala penyakit jantung (palpitasii, frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas
ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat
dilakukan penatalaksaan yang tepat (Paramita, dkk, 2016). Pada laki-laki penyakit
arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan
karena terjadinya pengerasan pembuluh darah penis dan jantung.
9. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai pengaruh
buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam
rahim. (Prawiroharjo, 2010)
10. IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, p
arasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seper ti
gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma aku minata,
bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
11. TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima jenis
penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh buruk pada janin yang dikandung.
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing yang
terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum
matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan,
dan pembengkakan kelenjar limfe. Wanita yang dalam usia reproduksinya bila
terkena toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa
terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran
atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo,
2010). Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun
karena faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan
kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus
tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial
dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney,
2007).

Pola Fungsional Kesehatan


1. Nutrisi Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200
kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi
akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
2. Aktivitas Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi
sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormon seksual
(Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas”
yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
3.Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi
(Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti
pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak
perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah, 2014). Perawatan organ intim juga bisa dilakukan dengan
ratus vagina dengan tujuan untuk mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim
kewanitaan.
4.Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan suatu
aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidak seimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan
tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik
dilakukan sekitar 7-8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002;
Varnney, 2007).
5.Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki resiko yang sama dengan perokok aktif. Hampir
semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat
menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media (Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat membahayakan janin
dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban yang
tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan menyebabkan
bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
7.Riwayat Pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan
pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan
sekarang.
8. Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu dikaji saat premarital psychological screening
antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari
misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung
pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara
kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan
tersebut (Kemenkes, 2013). Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan
antar budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik,
misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah pada
perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan olehorangtua sejak kecil
dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).

2.2.7 Data Objektif


Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem
kardiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
- Nadi Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi
sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi).
- Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih
cepat dari kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas
tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,5°C – 37,5°C.
- Respirasi Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Uliyah, dkk,
2009).

b) Antropometri
- Berat badan Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenorea dan berat badannya dibawah normal, ia harus diindikasikan
untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia
harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya berat badannya turun
sampai rentang normal pada saat konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik,
mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan
sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan TB yang normal yaitu >145cm.
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
- Lingkar lengan atas (LILA) Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5cm
merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
(Maryam, 2016)
. 2. Pemeriksaan Fisik
- Wajah Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk,
2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang
lain (Prawirohadjo, 2010).
- Leher Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada
klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
- Payudara Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal.
- Abdomen Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti
jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-ta nda keputihan
patologis
- Ekstermitas Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas
(Sugiarto, dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
- Hemoglobin Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.

2.3 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan Diagnosis


Pasangan catin dengan pranikah berdasarkan evidence based practice penggunaan
jamu dan spa khas madura Keluhan dan masalah Masalah yang sering muncul pada
klien catin adalah kurang pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Kebutuhan
Konseling persiapan catin terhadap kesehatan reproduksi.

2.4 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial Tidak ada

2.5 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera/ Kolaborasi Tidak ada

2.6 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,
meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan R/ Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang
mudah dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan
dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi 2. Berikan KIE
tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan sesuai
panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2014) R/
Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan TT.
3. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan R/ Meningkatkan
pengetahuan pasangan tentang manfaat perawatan tubuh menjelang pernikahan
4. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk
prakonsepsi. R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum
hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi (CDC, 2006).

2.7 Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu :
1. Menjelaskan kepada kedua calon pengantin bahwa secara umum keadaan mereka
baik, kedua catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah
ditentukan oleh Kemenkes (2014), catin mengerti.
3. Memberikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan, meliputi
perawatan perawatan kesehatan jamu dan spa khas madura yaitu perawatan jamu
untuk diminum dan spa pada vagina dengan cara pengasapan langsung di organ
intim perempuan, asap tersebut dihasilkan dari pembakaran ramuan berbagai
macam rempah alami yang bertujuan untuk mengharumkan dan menjaga
kebersihan area intim kewanitaan, catin mengerti.
4. Menganjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi, catin mengerti.

2.8 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan dapat
berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil :
1) Catin dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan mengenai hasil
pemeriksaannya.
2) Catin dapat menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai
kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan.
3) Catin wanita memahami tentang perawatankesehatan dengan jamu dan spa khas
madura
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian :21 Oktober 2022, pukul 09.13 WIB


Tempat Pengkajian : Unit KIA Puskesmas Manding

3.1 Pengkajian
A.Data Subjektif
3.1.1 Identitas
Catin Wanita CatinLaki-laki
1. Nama: Nn. “R” Nama : Sdr. “A”
2. Umur: 21tahun Umur : 25tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku : Madura Suku : Madura
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan: Guru TK Pekerjaan: Swasta (Bengkel)
7. Alamat : Giring Alamat : Giring Kec. Manding

3.1.2 Keluhan Utama


Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk pemeriksaan
persiapan penikahan
3.1.3 RiwayatMenstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan,teratur, lama ±7-8hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya2-3
kali ganti pembalut
d. Dismenorhe : Ada
e. Fluor Albus : Ya kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal, tidak berbau

3.1.4 RiwayatKesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang atau pun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
b. Catin Laki-laki : Tidak diperiksa
3.1.5 RiwayatKesehatanKeluarga
a. Catin Wanita : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang
pernah atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia,
cacat bawaan, hepatitis, dan TBC.
b. Catin laki-laki : tidak diperiksa
3.1.6 Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanitab. Catin laki-laki
: Tidak ada : Tidak diperiksa

3.1.7 Pola Fungsional Kesehatan


a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari,
suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. pantangan/alergi
makanan Tidak ada
b. Eliminasi
Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas, tidak
ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih. (c)
Istirahat : Jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3
kali/hari atau setiap kali basah.

3.1.8 Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual : Keluarga dari dua belah pihak mendukung
pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan Sudah siap secara mental untuk
menikah.

3.1.9 RiwayatPernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 10 Noevember 2022.
a. Catin Wanita b. CatinLaki-laki
: Pernikahan yang pertama : Pernikahan yang pertama

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum Catin Wanita (Catin laki-laki : tidak diperiksa)
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : BB : 40kg TB : 153 cm IMT : 17 kg/m2 LILA: 22,5 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital TD: 110/70 mmHg N: 80 x/menit RR: 24 x/menit

2. PemeriksaanFisik
1) Catin Wanita
a) Bentuk tubuh: Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidakkering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak diperiksa

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hb 11,5 gr %, golongan darah B, HIV Non Reaktif, HBs Ag Non Reaktif, Syfilis
Negatif

D. Diagnosa : Skreening pranikah dan prakonsepsi pada Nn.”R” usia 21 tahun


dengan remaja KEK

DS : Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk mengetahui


persiapan pranikah
DO :

Catin Wanita

a. KeadaanUmum: Baik
b. Kesadaran : Composmentis,

Antropometri : BB : 40 kg TB: 153 cm IMT: 17 kg/m2 LILA : 22,5 cm


Status TT :TT5
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHgN : 80 x/menit RR : 24 x/menit
e. Pemeriksaan penunjang : HB 11,5 gr % , Gol darah B HIV Non Reaktif, HBs Ag
Non Reaktif, Syfilis Negatif

E. Penata laksanaan

Tanggal : 21 Oktober 2022 Jam: 09.43 WIB


Diagnosa : Skreening pranikah dan Prakonsepsi pada Nn.”R” usia 21 tahun dengan
remaja KEK
Intervensi dan Rasional

Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Rasional : Agar Catin tahu tentang
keadaanya sehingga pasien tidak khawatir dengan hasil pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://sulteng.surveilans-respon.org/wanita-usia-subur-kurang-energi-kronis/.

http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik-
pada-ibuhamil/

http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-hamil.htm

http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/download/GIZI%20MAKRO.doc.

Anda mungkin juga menyukai