Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIK STASE

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

DISUSUN OLEH

NAMA : NELYWATI

NIM : 213001080143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022 – 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PADA NN. S DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS
TOXOID (TT) DI PUSKESMAS MUARA KIBUL
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi

Jambi, September 2022

Menyetujui,
CI Akademik

Bdn. Dewi Riastawaty, S.Keb.,M.Kes


NIDN: 0105098301

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
STASE PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA NN. S DENGAN
PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) DI
PUSKESMAS MUARA KIBUL

TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


NAMA : NELYWATI
NIM : 213001080143

Menyetujui,

CI Akademik

Bdn. Dewi Riastawaty, S.Keb.,M.Kes


NIDN: 0105098301

Mengetahui,
Ka.Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Bdn.Devi Arista, S.Keb.,M.Kes)


Nik.1010300715008

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu Asuhan
Kebidanan Kehamilan berjudul “Asuhan kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi dengan
Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid) TT”. Adapun laporan ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan berterima kasih kepada
ibu Bdn. Dewi Riastawaty, S.Keb.,M.Kes. Selaku pembimbing C.I akademik yang
telah memberikan saran,arahan dan masukan terhadap laporan stase Asuhan Pranikah
& Prakonsepsi. Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan sebagai bahan
untuk perbaikan.

Jambi, September 2022

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................i
Halaman Persetujuan.................................................................................................ii
Halaman pengesahan...............................................................................................iii
Kata Pengantar.........................................................................................................iv
Daftar Isi....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pranikah danPrakonsepsi.....................................................................................7
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pranikah.............................................................7
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah.........................................................................8
2.1.3 Kesiapan Menikah..................................................................................8
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah...............................................................9
2.2 Definisi Prakonsepsi......................................................................................22
2.2.1 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi....................................................24
2.2 Imunisasi Tetanus Toxoid.............................................................................26

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Kasus Terkait.................................................................................................28
3.2 Pengkajian.....................................................................................................28

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................38

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................39
5.2 Saran..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang
sudah menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu
sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan
akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang matang untuk
menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk
dilakukan. Saat ini, pendidikan pra nikah belum menjadi prioritas bagi
keluarga maupun calon pengantin. Padahal dalam kursus diajarkan banyak
hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah tanggapengantin
baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan
pra nikah (Triningtyas, 2017).
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk
mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah
kesehatan maka dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita
akan mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Pemeriksaan
kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang sangat penting agar
kehamilan dapat berjalan dengan baik. Kesadaran akan hal ini masih sangat
rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat
tinggi. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan
dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat
dihindari (Nainggolan, 2020).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang
juga harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah
persiapan kesehatan pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO) adalahkeadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

1
2

secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
(Zulaekha, 2013).
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-
hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses
konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal.
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi
pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma
dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi
adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi,
tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting
sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari
tua (Nainggolan, 2020).
Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dengan
perangkat Pendidikan Calon Pengantin (SUSCATIN) Oleh karena itu, dalam
rangka menghindari persepsi pasangan suami-istri bahwasannya pembagian
peran rumah tangga merupakan sesuatu yang baku, danselanjutnya juga
diharapkan dapat mengurangi tingginya angka perceraian di Indonesia, maka
di sini peran Pendidikan calon pengantin sangat menentukan. Dengan
memberikan Kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan, dalam waktu singkat kepada calon pengantin
tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga, dan kesehatan Pranikah. Hal ini
merujuk pada Peraturan Dirjen Bimas Islam No.DJ.II/491 Tahun 2009
sebagai dasar hukumnya. Jadi, pada dasarnya suscatin merupakan upaya
yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini BP4 untuk membekali
calon pengantin dalam menyongsong mahligai rumah tangga agar dalam
praktek rumah tangga nanti keduanya atau pasangan suami isteri memiliki
dan mampu menerapkan bekal psikis dan ketrampilan dalam menghadapi
3

setiap problematika keluarga. Dengan demikian, cita-cita terbentuknya


keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah akan lebih mudah
tercapai dan sekaligus terwujud pula masyarakat yang harmonis, serta
terhindar dari konflik dan perceraian. Pembekalan diberikan kepada calon
pengantin dengan waktu tertentu. Pendidikan calon pengantin sangat
berperan penting untuk meningkatkan bekal calon pengantin salah satunya
adalah pengetahuan tentang kesehatan Pranikah. Dimana dengan pemahaman
yang cukup mengenai kesehatan Pranikah, calon pengantin dapat menjalani
pernikahan yang sehat dan aman. Calon pengantin perlu dibekali
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan Pranikah dan hak-hak Pranikah
sehingga calon pengantin siap menjadi seorang ibu dan seorang ayah
(Susianti, dkk. 2018)
Dalam kajian asuhan kebidanan, kesehatan pranikah merupakan
bagian dari asuhan prakonsepsi. Asuhan prakonsepsi memiliki banyak
keuntungan dan variasi, diantaranya memungkinkan identifikasi penyakit
medis, pengkajian kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan
hidup (Varney dalam Kriebs & Gegor, 2012). Penelitian Dean et al. (2013),
mengemukakan bahwa topik-topik penting yang disarankan dalam perawatan
prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan paada wanita dan pasangannya
(health promotion), identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan
sesuai dengan faktor risiko (interventions) pada wanita dan pasangannya
untuk mengurangi faktor risiko yang dapat mempengaruhi kehamilannya
pada masa yang akan dating (Kostania, dkk.2020)
Asuhan prakonsepsi adalah program yang dicanangkan oleh World
Health Organisation (WHO) pada tahun 2012 di Geneva yang bertujuan
untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan kecacatan. Program ini
dilaksanakan oleh semua negara di dunia. Utamanya negara berpenghasilan
rendaah dan menengah yang biasa disebut Low and Middle Income Country
(LMICs) salah satunya Indonesia. Negara yang telah berhasil melaksanakan
program ini adalah Italia, Belanda, Amerika Serikat untuk negara maju dan
4

Bangladesh, Filiphina, Sri Lanka untuk negara berpenghasilan menengah


rendah (WHO, 2013) (Kostania, dkk.2020)
Asuhan prakonsepsi memiliki potensi untuk memberikan dampak
positif bagi 208 juta kehamilan di seluruh dunia setiap tahun (Dean et al.,
2013). Asuhan prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah
sosial yang kurang baik yang memungkinkan mempengaruhi kehamilan
(Dean et al., 2013). Adapun sasaran program asuhan prakonsepsi adalah
pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang
sehat. Menurut Kemenkes RI (2014), pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat (Kostania, dkk.2020).
Program asuhan prakonsepsi adalah program yang berguna untuk
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan,
kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang mungkin
mempengaruhi kehamilan. Program asuhan prakonsepsi yang dilaksanakan
di Puskesmas Tabir Lintas merupakan hasil modifikasi dari pelayanan
sebelum hamil pada calon pengantin yang disebutkan dalam Permenkes RI
No. 97 Tahun 2014. Program asuhan prakonsepsi ini terdiri atas:
1. Pemeriksaan fisik, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar lengan atas, dan pemeriksaan tanda-tanda
vital.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV,
Sifilis, Hepatitis, dan golongan darah (jika belum diketahui).
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
4. Pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan.
5

5. Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi:


kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.
Pemberian injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu TT1
Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus, TT
harus di lanjutkan hingga 5 kali (TT5) barulah dikatan TT lengkap yang masa
perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 25 Tahun atau seumur
hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil atau hamil lagi, catin wanita tidak
perlu diberikan suntik imunisasi TT kembali (Musfirah, 2021).
Dari latar belakang diatas maka penulis mengambil laporan tentang
Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pemberian Imunisasi
Tetanus Toxoid di Puskesmas Muara Kibul, Kabupaten Merangin.
1.2. TUJUAN
- Mampu memberikan asuhan pelayanan kebidanan sesuai dengan standar
asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan varney dan didokumentasikan dalam
bentuk asuhan varney.
- Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pranikah dan prakonsepsi pada
Ny. N dengan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT).
b. Mampu menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa,
masalah pranikah dan prakonsepsi pada Nn. N dengan pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT).
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa pranikah dan prakonsepsi Nn. N
dengan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT).
d. Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik
mandiri, kolaborasi, maupun rujukan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi Nn. N.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


2.1.1 Pengertian Pendidikan PraNikah
Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata
“pra” sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa
Indonesia” ialah sebuah awalan yang memiliki makna “sebelum”.
Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam “Kamus Besar Bahasa
Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad)
perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hokum Negara dan agama
(Artha N, 2020).
Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh
Helmawati dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga;
Keluarga; Teoritis dan Praktis” memberikan penjelasan mengenai
pendidikan dalam arti secara luas dan secara sempit. Pendidikan dalam
arti luas dijelaskan sebagai suatu tindakan dan pengalaman seseorang
yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan jiwa, fisik serta
wataknya. Adapun pendidikan dalam arti sempit menurut George ialah
sebuah proses mengubah (mentransformasi) pengetahuan, nilai, serta
keterampilan dari suatu generasi ke generasi setelahnya yang
diwariskan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan baik formal
maupun nonformal seperti sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya
(Artha N, 2020).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

7
8

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan


Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35
tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-
anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan
21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur
ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun
bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017).
Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan
untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas.
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir.
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi.
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3 Kesiapan Menikah
Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan
perencanaan dan persiapan. Begitu pula dalam menyongsong
kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak hal yang
9

harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik laki-laki


maupun perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu
menumbuhkan kesiapan, sehingga pernikahan yang akan dibangun
dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada kendala yang berarti.
Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon pengantin
diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan
ekonomi. Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan
bagi orang-orang yang hendak memasuki jenjang pernikahan (Artha
N, 2020).
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan
telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh
Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun
kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan,
sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur
dalam Surat Edaran WalikotaSurabaya perihal Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program pendampingan
1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan
pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun
10

2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau


persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi
pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas)
dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah kurang
energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penilaian
status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks
Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014
tentang
Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:
BB(kg)
IMT=
[TB(m)]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status
gizinya sebagai berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
KATEGORI IMT
Kekurangan berat badan
< 17,0
Kurus tingkat berat
Kekurangan berat badan
17,0 – 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat
25,1 – 27,0
Gemuk ringan
Kelebihan berat badan tingkat
> 27,0
berat
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
11

1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan


kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan
(Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah
satu deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA <
23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012)
memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh
terhadap asupan makan yang menyebabkan terciptanya hubungan
yang berkebalikan antara asupan makan dengan status gizi. Hal ini
didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok
subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok subjek yang puas. Responden
yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki status
gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih
rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.
Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan
memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1
bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap
asupan makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan
12

sebaiknya menekankan pentingnya status gizi yang baik untuk


mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi
medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan,
dan pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes,
2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia
seseorang. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu
atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria
WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria
WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia
merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian,
2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan
salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
13

Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria


(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH
(Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks),
IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes
dapat mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak
teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami
Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan
keluhan psikologis yang berpengaruh dalam patogenesis
terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia.
Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi
selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio
sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus
neonatorum) (Kurniawan, 2016).
(b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan
oleh virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati
akut atau menahin yang dapat berkembang menjadi sirosis
hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis
B adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada
kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan
berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan
14

vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan


hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B
melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan
seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari
ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
1) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu
bersih dan tidak dimasak dengan sempurna atau
setengah matang.
2) Penularan dari ibu ke janin
3) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung. Dampak TORCH bagi kesehatan
dapat menimbulkan masalah kesuburan baik wanita
maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada
syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya
fungsi motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS
seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma akuminata,
herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala
umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
1. Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau,
berwarna, dan gatal.
15

2. Gatal di sekitar vagina dan anus.


3. Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar
vagina atau anus.
4. Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi
tidak berhubungan dengan menstruasi.
5. Keluar darah setelah berhubungan seksual.
6. Demam.
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
1. Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat
kencing.
2. Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis
dan selangkangan paha.
3. Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4. Gatal di sekitar alat kelamin
5. Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi
kesehatan menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul,
keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
(e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh
untuk melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular
berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit
akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Seseorang yang menderita HIV, tidak langsung
menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan
HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya
16

(cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara


penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi
HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan
orang yang sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat
tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, saat
melahirkan, dan saat menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang
terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko
tinggi terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual,
homoseksual (sesame jenis kelamin), dan penggunaan
narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS
dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
a) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki
perilaku seksual berisiko)
d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang,
seperti narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum
(suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
e) Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS).
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk
mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada
ginjal atau saluran kemih.
17

c. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan
agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal
status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus
toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon
pengantin.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan
anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam
bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan
pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun
program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan
suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap
secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh
suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017). Bimbingan konseling
pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan kepada pihak-
pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana
pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk
membuatkeputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010).
18

Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage


counseling) merupakan upaya membantu pasangan calon
pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara
yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat
tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2011).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk
pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk
membantu pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan
masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan,
dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda,
2012).
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon
pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon
suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan
yang dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun
psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang
yang lebih serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri
yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan keluarga
dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang
dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi,
dan proses reproduksi. Catin perlu mengetahui mengetahui
informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses
19

fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman. Catin


perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan
berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi
serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-
laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi
pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat
reproduksinya lebih rentan secara social maupun fisik terhadap
penularan infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
Hak inii menjamin setiap pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang
perlu diketahui natra lain:
1. Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
mengatasinya.
2. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS,
dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahamicara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
20

3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,


terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
4. Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin
perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh
bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih
sayang, saling menghargai dan menghormati pasangangan,
serta dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual
antara lain:
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan
masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
karena berisiko dalam penularan penyakit dan
merusakorgan reproduksi.
3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan
dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan
oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan
yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender
adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-
laki dan perempuan bebas mengembangkan kemampuan
personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
21

dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan


kesetaraan gender dalam
pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan
dan laki-laki dapat saling menghormati dan menghargai
satu sama lain, misalnya:
1. Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga
dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego
dan tidak memaksakan ego masing-masing
2. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah
tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
3. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-
laki dan perempuan.
4. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI
eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di
bawah ini:
1. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok,
melukai, dan lain-lain)
2. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina,
komentar-komentar yang merendahkan, membentak,
mengancam, dan lain-lain)
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran rumah tangga.
4) Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi
perlu dilakukan perawatan baik pada laki-laki dan
perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
22

2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat


dan cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina
karena dapat membunuh bakteri baik dalam vagina dan
memicu tumbuhnya jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan
mempunyai daya serap tinggi. Jangan memakai
pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti
pembalut sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa
gatal, serta keluhan organ reproduksi lainnya segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit
luar yang menutup penis.
3. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar
kelamin segera memeriksakan diri ke petugas
kesehatan.
2.2 Definisi Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun
masa prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah.
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang
23

sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh


keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel
telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi
adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga
prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan
sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah
seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung.
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan
finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang
sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi
hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang
aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya
menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki
kualitas hubungan psikologi keluarga. Jadi prakonsepsi berarti sebelum
terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum
24

hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan
kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik,
perilaku, dan kesehatan sosial pada perempuan dan pasangannya sebelum
terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan
untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan sosial
uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui
pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang
harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan
dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan
ginekologi yakni bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
2.2.1 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan
yang perlu dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis
serta para penganjur dan konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian
besar masyarakat umumnya tidak sepenuhnya mengetahui status
kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan
general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja
sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit
infeksi dan hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau
bayi yang dilahirkannya nanti (Purba, 2014).
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan
pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan pasangan, terutama
untuk mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau diturunkan
25

yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan


janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan prakonsepsi berarti
kita dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap
masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan
secara genetik (Prodia, 2014).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi
adalah untuk membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui
kemungkinan kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk
soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan
dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan
ini akan diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan
yang diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun
psikologis pada diri masing-masing pasangan yang dapat
menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam
7. keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan terjadi.
26

8. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya


yang mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan
ditimbulkan oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara
mereka.
2.3. Imunisasi Tetanus Toxoid
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
Status Interval
Lama Perlindungan
TT Pemberian
Langkah awal pembentukan
TT 1 kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
4 minggu setelah
TT 2 3 tahun
TT 1
6 bulan setelah
TT 3 5 tahun
TT II
1 tahun setelah
TT 4 10 tahun
TT III
1 tahun setelah
TT 5 > 25 tahun *)
TT IV
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah
apabila telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1
27

sampai TT 5.

BAB III
TINJAUAN KASUS
28

3.1. KASUS TERKAIT


Asuhan Kebidanan Pranikah / Prakonsepsi Pada Nn N Umur 21 Tahun Di
Puskesmas Muara Kibul
3.2. PENGKAJIAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH/PRAKONSEPSI


PADA Nn. N UMUR 21 TAHUN DI PUSKESMAS MUARA KIBUL
Tempat Praktek/Ruang : Puskesmas Muara Kibul
Nomor MR : 02-133
Masuk RS/klinik. H/Tgl : 19 September 2022
Pembimbing lahan/CI : Bdn. Dewi Riastawaty, S.Keb.,M.Kes
Pengkajian tanggal : 19 September 2022 Jam: 09.00
Oleh : Nelywati
Sumber data : Primer

I. PENGKAJIAN DATA
A. Identitas
Identitas Catin Wanita/Istri Catin Laki-laki/Suami

Nama : Noviana : Hermansyah


NIK : 1502224211020001 : 1502221204970001
Umur : 21 Tahun : 26 Tahun
Gol. darah : A (+) : O (+)
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa : Jawa
No. Telpon : 082289016867 : 082289016867
Jenis Kelamin : Perempuan : Laki-laki
No. Jamninan :- :-

Alamat : Ds. Ngaol : Ds. Ngaol


B. Riwayat Menstruasi
29

Menarche umur : 13 Tahun

Tgl Haid Terakhir : 13 September 2022

Lamanya : 5-7 Hari

Siklus Menstruasi : 28-35 Hari

Keluhan : Tidak Ada

C. Riwayat Obstetri
Jenis BB Bayi
No Kehamilan Ke Kelainan Keterangan
Persalinan Lahir/PJ
- - - - - -

D. Riwayat Keluarga Berencana


Metode/ Tgl/Bln/ Tempat Penanggul Tgl/Bln/Th
Keluhan
No. Cara Th Pelayanan angan Berhenti/Alasan
- - - - - - -

- - - - - - -

E. Riwayat Kesehatan
NO RIWAYAT KESEHATAN PASIEN PASANGAN
Riwayat Penyakit kronis dan Menurun
1. Riwayat Hipertensi Tidak Ada Tidak Ada
2. Riwayat Gula darah Tidak Ada Tidak Ada
3. Riwayat Asma Tidak Ada Tidak Ada
4. Riwayat Jantung Tidak Ada Tidak Ada
5. TBC Tidak Ada Tidak Ada
6. Hepatitis B Tidak Ada Tidak Ada
7. Malaria Tidak Ada Tidak Ada
8. Kanker Payudara Tidak Ada Tidak Ada
9. Kanker Servix Tidak Ada Tidak Ada
10. Anemia Tidak Ada Tidak Ada
11. TORCH Tidak Ada Tidak Ada
12. Lainnya Tidak Ada Tidak Ada
30

Riwayat Genetik
13. Riwayat Thalasemia Tidak Ada Tidak Ada
14. Riwayat Hemofilia Tidak Ada Tidak Ada
15. Lainnya Tidak Ada Tidak Ada
Riwayat IMS
16. Gonorea Tidak Ada Tidak Ada
17. Sifilis Tidak Ada Tidak Ada
18. Herpes Genetalia Tidak Ada Tidak Ada
19. Clamidia Tidak Ada Tidak Ada
20. Condiloma Tidak Ada Tidak Ada
21. HIV/AIDS Tidak Ada Tidak Ada
Riwayat Penyakit Yang Terkait dengan Kesehatan
22. Riwayat mumps (gondok) Tidak Ada Tidak Ada
23. Indiopathic Trombocytopenic payudara Tidak Ada Tidak Ada
24. Tiroid Tidak Ada Tidak Ada
25. Systemic lupus erythematosus Tidak Ada Tidak Ada

F. LINGKUNGAN DAN PRILAKU

1. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari


Catin Catin Laki-
No Kebutuhan Sehari-Hari
Wanita/Istri Laki/Suami
A. Pemenuhan Nutrisi
1. Pola Gizi Seimbang Tidak Tidak
Mengkonsumsi zat tambah darah
2. Tidak -
setiap menstuasi
Makan beragam makanan (variasi
3. Iya Iya
makanan)
Kebiasaan konsumsi buah dan
4. Sayur Tidak Iya

5. Kebiasan konsumsi protein hewani Iya Iya


B. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
1. Tidur malam paling sedikit 6-7 jam Iya Iya
Tidur siang paling atau berbarig 1-2 Jam Iya Tidak
2.
C. Personal Hygiene
1. Cuci tangan dengan sabun dengan air
mengalir sebelum makan dan Iya Iya
sesudah BAB/BAK
31

2. Menyikat gigi teratur minimal


Iya Iya
setelah sarapan dan sebelum tidur
3. Bersihkan payudara dan daerah
Iya -
Kemaluan
4. Ganti pakaian dalam setiap hari Iya Iya
D. Aktivitas Sehari-hari
Melakukan aktifitas fisik Iya Iya
Berolahraga Tidak Tidak
Tidak mengkonsumsi alcohol Tidak Tidak
Merokok Tidak Iya
Membersihkan lingkungan Iya Tidak
E. lingkungan dan Prilaku yang merugikan Kesehatan
1. Ibu sering terpapar asap rokok atau
Tidak Tidak
Polusi
2. Beban pekerjaan ibu terlalu berat Tidak Tidak
3. Kebiasaan minum jamu atau obat
Tidak Tidak
tanpa resep dokter
4. Memiliki hewan peliharaan/
lingkungan sekitar dekat dengan Tidak Tidak
peternakan
5. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun Iya Iya
6. Kepemilikan jamban Iya Iya
7. Sumber air bersih Iya Iya
8. Saranan pembuangaan sampah Iya Iya

G. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
No Jenis Pemeriksaan Hasil
1. Keadaan Umu Ibu Baik
2. Berat Badan 55 kg
3. Tinggi Badan 157cm
4. Tekanan Darah 120/80 mmHg
5. Status TT TT I
6. Lingkar Lengan Atas (LILA) 25 cm
7. IMT -
8. Test Laboratorium Sederhana
a. HB 12 g/dL
b. Golongan darah A (+)
c. Plano test -
32

d. Gula Darah -
e. lainnya -
9. Ditawari Test HIV Negatif
2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : - Bentuk : Bulat, simetris kanan dan kiri

- Rambut : Bersih, Tidak berketombe

- Kebersihan : Bersih

- Mudah rontok/tidak : Tidak

b. Mata
Konjungtiva : Merah Jambu
Sklera : Putih
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak Ada
Gangguan penglihatan : Tidak Ada
c. Hidung
Kebersihan : Bersih
Polip : Tidak Ada
d. Mulut
Warna bibir : Merah Muda
Integritas jaringan : Tidak Ada
Kebersihan lidah : Bersih
Gangguan pada mulut : Tidak Ada
e. Telinga
Kebersihan : Bersih
Gangguan pendengaran : Tidak Ada
f. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada
g. Dada

Simetris/tidak : Simetris
33

Besar payudara simetris/tidak: Simetris


Nyeri : Tidak Ada
Keadaan puting : Simetris
Kebersihan puting : Bersih
h. Perut
Inspeksi : Normal
Bentuk : Simetris
Bekas luka operasi : Tidak Ada
i. Ekstremitas atas: Simetris, kuku jari tangan tidak pucat.
Kelainan : Tidak Ada
Kebersihan : Bersih
j. Ekstremitas bawah: Simetris, tidak ada kelainan
Oedema : Tidak Ada
Varises : Tidak Ada
Perkusi reflek patellla : (+)
k. Genitalia
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran pervaginam :Tidak Ada
Tanda infeksi vagina : Tidak Ada
l. Anus
Hemmoroid : Tidak Ada
Kebersihan : Bersih

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : HIV (-), Sifilis (-), Hepatitis (-), Hb (12 g/dL)


b. Lain-lain :-

II. INTERPRETASI DATA / DIAGNOSA


a. Diagnosa Kebidanan
Nn D Usia 21 Tahun Calon Pengantin
34

Data Dasar :

DS : - Klien mengatakan ingin suntik Catin


- Klien mengatakan ingin meminta surat keterangan catin
DO :
 BB : 55 kg
 TB : 157 cm
 TTV:
- TD : 120/80 mmhg - Nadi : 80x/i
- Suhu : 36,5 - Nafas : 20x/i
 Lila : 25 cm
 Kesadaran : compos mentis
 K/U : baik
Masalah : Tidak Ada
Kebutuhan : Tidak Ada

III. MENGIDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


Tidak Ada
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN
SEGERA/KONSULTASI/RUJUKAN
Tidak Ada
V. RENCANA TINDAKAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin.


2. Menjelaskan kepada catin perempuan dan laki-laki mengenai
pernikahan ideal.
3. Menjelaskan kepada catin perempuan untuk segera merencanakan
kehamilannya, karena usianya saat ini sudah tergolong normal.
4. Menjelaskan kepada catin wanita tentang imunisasi TT.
5. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita.
35

6. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein.


7. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi.
8. Menganjurkan catin untuk melakukan kunjungan ulang untuk TT2.
9. Melakukan pendokumentasian
VI. IMPLEMENTASI

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa


secara umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
2. Menjelaskan kepada catin perempuan dan laki-laki mengenai
pernikahan ideal, dimana kehidupan keluarga harus didasari rasa kasih
sayang, saling menghargai, dan menghormati pasangan.
3. Menjelaskan kepada catin perempuan untuk segera merencanakan
kehamilannya, karena usianya saat ini sudah tergolong normal untuk
bisa mengandung/memproduksi, dimana usia tersebut organ reproduksi
sudah/dalam keadaan matang. Sehingga disarankan untuk segera hamil
dan tidak menunda kehamilan..
4. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa Imunisasi calaon pengantin
(Catin) adalah prosedur yang diperlukan sebagai persiapan pernikahan,
untuk mencegah penyakit serius pascamenikah. Vaksinasi atau
imunisasi merupakan tindakan medis dengan tujuan mencegah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
5. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu
TT1 Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus, TT harus di lanjutkan hingga 5 kali (TT5) barulah dikatan TT
lengkap yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum
adalah 25 Tahun atau seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil
atau hamil lagi, catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT
kembali
36

6. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas


mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan
kopi, yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan.
7. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu
yang terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin perempuan juga
penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum
TTD bagi catin perempuan yaitu diminum secara teratur 1 tablet setiap
minggu, TTD diminum setelah makan dengan air putih/jus buah tidak
dengan teh, kopi, dan susu.
8. Menganjurkan catin untuk melakukan kunjungan ulang untuk TT2
sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
9. Melakukan pendokumentasian
VII. EVALUASI

1. Kedua calon pengantin mengerti dengan hasil pemeriksaan dan tampak


senang
2. Catin perempuan dan laki-laki telah mengerti mengenai pernikahan
ideal.
3. Catin perempuan mengerti bahwa usianya tergolong normal untuk
merencanakan kehamilannya.
4. Catin wanita mengerti tentang imunisasi TT.
5. Catin wanita telah mendapatkan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM
pada lengan kiri catin wanita.
6. Catin wanita mau mengurangi konsumsi kafein.
7. Catin wanita mau lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya zat
besi.
37

8. Catin bersedia untuk melakukan kunjungan ulang untuk TT2.


9. Melakukan pendokumentasian

CI Akademik Peserta Praktik

(Bdn. Dewi Riastawaty, S.Keb.,M.Kes) (Nelywati)


Nidn 0105098301

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN


PRANIKAH/PRAKONSEPSI PADA Nn. D DENGAN PEMBERIAN
IMUNISASI TETANUS TOXSOID

S :
- Catin mengatakan ingin melakukan suntik TT

O :
- Ku : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
38

 BB : 55 kg
 TB : 157 cm
 TTV:
- TD : 120/80 mmhg - Nadi : 80x/i
- Suhu : 36,5 - Nafas : 20x/i
 Lila : 25 cm
 Kesadaran : compos mentis
 K/U : baik
Masalah : Tidak Ada
A : Nn. D usia 21 tahun Pranikah dan Prakonsepsi

P :
 Melakukan inform concent
 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu
keadaan umum baik, TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit,
S: 36.5C, .
 Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang seperti makan sayuran, buah-
buahan, ikan dan minum susu dan zat gizi yang banyak.
 Menjelaskan kepada catin untuk melakukan personal hygiene dengan
cara selalu menganti pakaian minimal 2x sehari atau jika lembab,
mandi minimal 2x sehari,mengganti pembalut 2-3x sehari apabila
menstruasi.
 Menganjurkan catin melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan
TT selanjutnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
 Pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data subjektif, Klien mengatakan ingin suntik Catin, Klien mengatakan ingin
meminta surat keterangan catin. Dalam hal ini pelayan catin pada Puskesmas Muara Kibul telah
bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama setempat dalam pelayanan terpadu calon pengantin
tersebut
Dalam kasus ini pemeriksaan fisik pada calon pengantin yang di lakukan di Puskesmas
Muara Kibul adalah pemeriksaan tanda- tanda vital, penimbangan berat badan dan pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) untuk mengetahui status gizi calon pegantin dan pengukuran lingkar
pinggang.
Pada pemeriksaan fisik di lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pengukuran berat badan,
,pengukuran lingkar lengan atas sesuai dengan jurnal dari Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada
Calon Pengantin Perempuan Yuliavantina (2021).
Pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Muara Kibul dalam pelayanan kepada calon
pengantin meliputi Pemeriksaan Hepatitis , sifilis dan HIV, Golongan darah (bagi yang belum
mengetahui) dan pemeriksaan hemoglobin (Hb). Sedangkan pada teoritis dalam jurnal Pelaksanaan
Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan menurut (Yuliavantina, 2021)
Pemeriksaan penunjang pada calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo dilakukan di unit
laboratorium. Adapun pemeriksaan yang wajib dilaksanakan di Puskesmas Tegalrejo adalah
pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar hemoglobin. Pemeriksaan lain yang direkomendasikan
oleh puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, asam
urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti hepatitis B dan infeksi menular seksual.
Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan antara teori dalam jurnal Pelaksanaan Skrining
Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan menurut (Yuliavantina, 2021) dengan praktik yang
di lakukan di Puskesmas Muara Kibul yaitu tidak dilakukan pemeriksaan urine, pemeriksaan gigi,
pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol dan asam urat
Dalam kasus ini pemberian injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri catin
wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu TT1 Langkah awal
pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus, TT harus di lanjutkan hingga 5 kali
(TT5) barulah dikatan TT lengkap yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah

39
40

25 Tahun atau seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil atau hamil lagi, catin wanita tidak
perlu diberikan suntik imunisasi TT kembali. Secara teoritis Pemberian imunisasi merupakan
bagian terpenting dalam layanan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan. Imunisasi
yang diberikan kepada calon pengantin perempuan adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Bukti
imunisasi Tetanus Toxoid harus diserahkan ke Kantor Urusan Agama sebagai salah satu syarat
administrasi mendaftar pernikahan Yuliavantina (2021)
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai
standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam
memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan Kebidanan Pranikah dan
Prakonsepsi meliputi pengkajian data Subjektif dalam memberikan
asuhan kebidanan pra nikah dan pra konsepsi, pengkajian data
Objektif dalam memberikan asuhan kebidanan pra nikah dan pra
konsepsi. Melakukan Analisa dalam memberikan asuhan kebidanan
pra nikah dan pra konsepsi dan melakuan tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pra nikah dan pra
konsepsi
5.2 SARAN
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, penulis memberikan sedikit
masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat meningkatkan mutu penanganan dan
pelayanan bagi calon pengantin.
a. Puskesmas Muara Kibul
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pranikah dan prakonsepsi harus terus
ditingkatkan, kemudian selalu memberikan konseling pranikah kepada setiap calon
pengantin karena melahirkan generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan.
b. Universitas Adiwangsa Jambi
Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu kebidanan antara praktik
dilapangan dan teori yang diajarkan di institusi
c. Pasien
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan
agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai

41
DAFTAR PUSTAKA

Kostania, dkk. (2020). Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai Media Informasi Dalam
Pelayanan Kesehatan Untuk Calon Pengantin.https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.php/
JKebIn/index.

Nainggolan, dkk. (2020). Asuhan Kebidanan Pada Pranikah dan Prakonsepsi di Puskesmas
Delitua Tahun 2020. https://pdfcoffee.com.

Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. https://www.kbbi.web.id.

Susanti, dkk. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang .https://jurnal.poltekkespadang.ac.id/ojs/
index.php/jsm.

Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya Pernikahan
Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Jurnal Konseling Indonesia. 3 (1): 28 – 32.

Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan.Skripsi. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo.
L
A
M
P
I
R
A
N
DOKUMENTASI
DOI: 10.22146/jkr.55481

Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi


pada Calon Pengantin Perempuan
Eka Vicky Yulivantina1, Mufdlilah2, Herlin Fitriana Kurniawati3
1
Program Studi Kebidanan, Program Sarjana Stikes Guna Bangsa, Yogyakarta, Indonesia
2.3
Program Studi Ilmu Kebidanan, Program Magister Kebidanan, Universitas Asiyiyah, Yogyakarta,
Indonesia Korespondensi: ekavicky.yulivantina@gunabangsa.ac.id

Submisi: 17 April 2020; Revisi:13 Maret 2021; Penerimaan: 18 Maret 2021

ABSTRACT
Background: Preconception health is a part of whole health both in males and females during
reproductive period. Preconception screening is useful for decreasing risks and promote healthy life
style in order to prepare a healthy pregnancy.
Objective: To explore preconception screening on brides to be.
Method: The study employed qualitative method with phenomenology approach.
Results adn Discussion: The implementation of preconception screening for brides to be consists of
a physical examination, supporting examinations in the form of mandatory laboratory examinations
and recommendations, Tetanus Toxoid immunization, nutritional supplementation, health
consultations and psychological services.
Conclusion: Preconception screening implementation has fulfilled minimum standard.

Keywords: Brides to be; preconception screening

ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya. Skrining prakonsepsi berguna untuk
mengurangi resiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Tujuan: Untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan.
Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Hasil dan Pembahasan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan terdiri
dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium wajib dan
rekomendasi, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi kesehatan dan
pelayanan psikologi.
Kesimpulan: Pelaksanaan skrining prakonsepsi sudah mengacu pada standar minimal.

Kata Kunci: Calon pengantin perempuan; skrining prakonsepsi


PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang
dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan hamil dan menjadi
ibu. Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya. Perawatan kesehatan prakonsepsi
berguna untuk mengurangi resiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk
mempersiapkan kehamilan sehat.1
Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu pada
intervensi biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat menciptakan kesehatan
prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat
berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu dan anak. Penerapan kegiatan
promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif sangat efektif dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak sehingga membawa manfaat kesehatan untuk remaja, baik
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis
dan sosial, terlepas dari rencana mereka untuk menjadi orang tua.1
Manfaat dari skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka kematian ibu dan
bayi, mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah komplikasi dalam kehamilan
dan persalinan, mencegah kelahiran mati, prematur dan bayi dengan berat lahir rendah,
mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah infeksi pada neonatal, mencegah
kejadian underweight dan stunting sebagai akibat dari masalah nutrisi ibu, mengurangi
resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler dalam kehamilan dan mencegah penularan
Human Immunodeficience Virus dari ibu kejanin.1
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan Maret 2018, Kota Yogyakarta
merupakan satu-satunya yang menyelenggarakan pelayanan skrining prakonsepsi
melalui pemeriksaan fisik dan psikologis di seluruh puskesmasnya. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan pada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, didapatkan informasi bahwa
PuskesmasTegalrejo, Puskesmas Keraton dan Puskesmas Gondokusuman 1 merupakan
3 Puskesmas dengan cakupan imunisasi tetanus toxoid pada calon pengantin yang
tertinggi di Kota Yogyakarta.
Peneliti melakukan pengkajian pada setiap puskesmas dan didapatkan informasi
bahwa Puskesmas Tegalrejo merupakan puskesmas dengan jumlah wanita usia subur
tertinggi dari 18 puskesmas di Kota Yogyakarta yaitu sebanyak 7135 wanita usia subur
(9,02%). Pelayanan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo terdiri dari
pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, pemberian konseling gizi dan pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid. Untuk pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas
Tegalrejo pada bulan Januari sampai Maret 2018 dari total calon pengantin sejumlah 59
orang, hanya 86,44% calon pengantin yang mendapatkan pelayanan prakonsepsi
lengkap di Puskesmas Tegalrejo. Peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan
kepada 5 calon pengantin yang melakukan skrining prakonsepsi, 2 calon pengantin
mengatakan tidak mendapatkan pemeriksaan psikologis, 2 calon pengantin mengatakan
tidak akan menunda kehamilan walaupun mereka mengalami anemia, 1 calon
pengantin mengatakan direkomendasikan untuk hamil di usia 20 tahun tetapi tidak
paham bagaimana caranya agar tidak terjadi kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan di
Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian
ini sejumlah 19 partisipan yang terdiri dari 15 partisipan utama dan 4 partisipan
pendukung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik
purposive sampling yaitu pengambilan responden didasarkan pada tujuan dan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan. Pengambilan responden dalam penelitian ini didasarkan
pada tujuan penelitian yaitu untuk mengeksplorasi pelaksanaan skrining prakonsepsi
pada calon pengantin perempuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan skrining prakonsepsi pada calon pengantin perempuan di Puskesmas
Tegalrejo dilaksanakan secara terpadu. Adapun poli yang terlibat dalam pelaksanaan
skrining prakonsepsi adalah poli Kesehatan Ibu dan Anak, laboratorium, poli gizi, poli
umum dan poli psikolog. Hal ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut:

“Jadi kalau caten itu kan daftarnya nanti ke KIA, nah ini kan terpadu melibatkan
beberapa poli mbak. Setelah dari KIA kan dirujuk ke lab. Nah dari hasil lab
tersebutlah nanti terus ke gizi. Karena kalau hasil lab yang Hb dan PP test belum
keluar, maka kami belum bisa memberikan konseling. Begitu juga poli psikolog.
Karena kan percuma, ya nanti kalau hasilnya baik, kalau hasilnya jelek ? nah nanti
bahan yang diberikan untuk konsultasi kan kurang tepat kalau hasil lab belum keluar”
(UG 1)

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo terdiri dari
penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan lingkar lengan
atas. Hal ini diperjelas dengan bukti wawancara sebagai berikut :

“Yang pertama daftar, terus dapat status, dibawa ke KIA, di KIA di ukur fisiknya
seperti timbang berat badan dan ukur lila, vital sign, kemudian dapat surat
pengantar ke laboratorium...” (UB1)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, pemeriksaan fisik dilaksanakan di poli Kesehatan


Ibu dan Anak, petugas pelaksana di poli Kesehatan Ibu dan Anak adalah bidan. Calon
pengantin setelah mendaftar akan diarahkan ke poli Kesehatan Ibu dan Anak, di poli
Kesehatan Ibu dan Anak calon pengantin perempuan akan di anamnesa untuk di gali
informasi mengenai hari pertama haid terakhir, rencana menikah dan keluhan yang
dirasakan. Pada pemeriksaan fisik di lakukan pengukuran berat badan, pengukuran
tekanan darah dan pengukuran lingkar lengan atas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada calon pengantin perempuan di Puskesmas Tegalrejo
dilakukan di unit laboratorium. Adapun pemeriksaan yang wajib dilaksanakan dalam
paket layanan terpadu adalah pemeriksaan kehamilan (urine) dan pemeriksaan kadar
hemoglobin dan pemeriksaan penunjang yang bersifat rekomendasi. Hal ini diperjelas
dengan bukti wawancara sebagai berikut :

23
“...Sama lab, labnya ada Hb, ada test urine untuk test kehamilan, itu yang wajib.
Kalau untuk yang penunjangnya bisa kita tawarkan untuk gula darah sama
kolesterol, nanti untuk persiapan kehamilannya juga. Catinnya boleh memilih untuk
yang penunjang, misalnya ada riwayat gula darah dalam keluarga maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan. Tujuannya seperti itu”(UB2)

“Iya ada pemeriksaan yang bersifat rekomendasi, sebenarnya kan kita skrining
penyakit tidak menular itu kan sejak usia ya 20 ya, sehingga ditawarkan ke caten
jadi untuk skrining kayak kolesterol, gula, terus emm kalau yang untuk penyakit
menularnya terutama untuk yang status HIV nya kayak gitu cuman itu belum
wajib.Hepatitis B ada cuman bagi yang mau sih, belum jadi program wajib”(UD 1)

Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi merupakan bagian terpenting dalam layanan skrining prakonsepsi
pada calon pengantin perempuan. Imunisasi yang diberikan kepada calon pengantin
perempuan adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Bukti imunisasi Tetanus Toxoid harus
diserahkan ke Kantor Urusan Agama sebagai salah satu syarat administrasi mendaftar
pernikahan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut :

“...Yang mendukung ini dari KUA. Karena ada syarat TT untuk menikah...” (UB 1)
Suplementasi Gizi
Suplementasi gizi pada calon pengantin di puskesmas Tegalrejo diberikan berdasarkan
keadaan calon pengantin perempuan itu sendiri. Bila calon pengantin perempuan
memenuhi syarat untuk hamil dan tidak menunda kehamilan maka akan diberikan
suplementasi asam folat. Hal ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut :

“Oh ya mbak catinnya juga dapat asam folat mbak, untuk persiapan kehamilannya.
Setiap catin yang memang memenuhi syarat untuk hamil dikasih asam folat. Kalau
yang menunda atau misal belum cukup umur emm ga dikasih ya...” (UB 1)

Hal serupa juga disampaikan oleh calon pengantin yang tidak menunda kehamilan
berikut ini :

“...Terus juga yang dikasih obat asam folat itu untuk persiapan kehamilan. ” (UC 8)

Konsultasi Kesehatan
Konsultasi kesehatan pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo
dilakukan hampir di setiap poli. Poli Kesehatan Ibu dan Anak, poli gizi, poli umum dan
poli psikologi memberikan konseling berdasarkan hasil laboratorium dan keluhan dari
calon pengantin. Hal ini didukung dengan hasil wawancara sebagai berikut :

“kemudian konseling juga kalau memang butuh konseling. Menyesuaikan hasil


labnya..” (UD 1)

Pelayanan Psikologi
Pelayanan psikologi pada calon pengantin merupakan bagian dari layanan terpadu pada
calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo. Hal ini tercantum dalam standar operasional
prosedur pelayanan calon pengantin No SOP/TR/KIA/04/2016 pada prosedur ke 8 bahwa
24
petugas memberikan rujukan internal kepada pasien untuk mendapatkan konsultasi ke
ruang konsultasi gizi dan konsultasi psikologi. Hal ini didukung pula dengan hasil
wawancara sebagai berikut :

“ Untuk dikota kan layanan psikolog itu adalah


layanan tambahan yang wajib ya mbak. ”(IP 2)
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa
hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.2
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes No.97
Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia subur. Berdasarkan hasil
pengkajian di Puskesmas Tegalrejo, pelayanan skrining prakonsepsi di Puskesmas
Tegalrejo terutama di tekankan kepada calon pengantin untuk mempersiapkan
kesehatan calon pengantin secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan
sebagai upaya menyiapkan ibu hamil sehat, menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari
skrining prakonsepsi adalah untuk mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu
dan pasangan sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi, baik bagi
mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai
upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.3
Pada pelaksanaan skrining prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo, kegiatan
pemeriksaan fisik pada calon pengantin sudah sesuai dengan Permenkes No.97 Tahun
2014 bahwa pemeriksaan fisik yang dimaksudkan dalam pelayanan masa sebelum
hamil paling sedikit meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi.
Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah
kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo meliputi
pemeriksaan tanda- tanda vital, penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar lengan
atas untuk mengetahui status gizi calon pegantin. Pemeriksaan berat badan dan
pengukuran status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status gizi
mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa berat badan ibu hamil sebelum
hamil adalah faktor signifikan yang berkontribusi terhadap komplikasi dalam kehamilan
dan persalinan. Perempuan yang underweight pada periode prakonsepsi berkontribusi
32% lebih tinggi terhadap risiko kelahiran prematur 32%, perempuan dengan obesitas
beresiko dua kali lipat mengalami preeklampsia dan diabetes gestasional. Perempuan
dengan obesitas dan obesitas lebih dari dua kali lipat risiko preeklamsia.3
Status gizi pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo diperiksa agar dapat
dilakukan rencana tindak lanjut asuhan pada calon pengantin yang memiliki masalah
gizi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Prendergast dan Humphrey (2014)
bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama dan setelah kehamilan
mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan perkembangannya sejak dalam kandungan.
25
Kehamilan dengan kekurangan energi kronis menyebabkan kejadian stunting pada anak-
anak sebesar 20%. Penyebab lain dari sisi ibu antara lain ibu yang memiliki perawakan
pendek, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan kehamilan remaja.4
Pemeriksaan penunjang wajib yang dilaksanakan di Puskesmas Tegalrejo adalah
pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar hemoglobin. Pemeriksaan lain yang
direkomendasikan oleh puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan
kadar gula darah, kolesterol, asam urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti
hepatitis B dan infeksi menular seksual. Pengukuran kadar hemoglobin sebagai
pemeriksaan penunjang wajib di Puskesmas Tegalrejo sangat penting untuk dilakukan
karena kebanyakan perempuan tidak merencanakan kehamilan dengan baik sehingga
bila dari masa prakonsepsi ibu sudah mengalami sub optimal nutrisi maka mereka risiko
lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi pada kehamilan. Hal ini sejalan
dngan penelitian dari Dainty, et al (2014) bahwa pentingnya skrining status anemia pada
masa prakonsepsi adalah agar dapat diketahui kadar hemoglobin pada calon pengantin
sehingga bila terjadi anemia defisiensi besi dapat dilakukan upaya pengobatan sebelum
terjadi kehamilan.5
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan di puskesmas Tegalrejo diantaranya
adalah pemeriksaan kadar gula darah. Hal yang mendasari dianjurkannya pemeriksaan
kadar gula darah pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah banyak
ditemukannya pasangan usia subur terutama perempuan yang menderita diabetes
mellitus. Pemeriksaan ini penting dilakukan bagi calon pengantin perempuan beresiko
untuk mengetahui kadar gula darah pada calon pengantin sehingga bisa meminimalisir
resiko komplikasi pada kehamilan. hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wahabi,
et al (2010) bahwa skrining diabetes mellitus pada masa prakonsepsi bermanfaat
terhadap pengelolaan gula darah yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan, pemberian
suplementasi asam folat tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi metabolik yang lebih
baik selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan menurunnya angka kematian
bayi sehingga secara tidak langsung mengurangi komplikasi pada kehamilan.6
Selain pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan penunjang yang
direkomendasikan kepada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo adalah pemeriksaan
HIV/AIDS. Pemeriksaan status HIV pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo
bertujuan untuk menurunkan angka penularan HIV/AIDS kepada pasangan maupun
kepada janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dari Manakan dan Sutan (2017) bahwa skrining HIV pada pasangan sebelum menikah
terbukti mengurangi penularan HIV/AIDS.7
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada calon pengantin perempuan di
Puskesmas Tegalrejo dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai status
imunisasi tetanus toxoid ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
imunisasi tetanus toxoid ke 5 (lengkap) ditujukan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh terhadap infeksi tetanus toxoid. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dari Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi selama periode prakonsepsi dapat mencegah
banyak penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal
bagi ibu atau bayi yang baru lahir.8
Standar nasional pelayanan skrining prakon- sepsi lainnya adalah suplementasi gizi
pada calon pengantin. Pemberian suplementasi gizi di Puskesmas Tegalrejo berupa asam
folat bagi calon pengantin yang tidak menunda kehamilan dan calon pengantin yang
26
mengalami anemia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017)
bahwa ibu hamil biasanya tidak menyadari bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan.
sehingga suplementasi asam folat lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai asam
folat yang tepat dari masa prakonsepsi, kehamilan dan laktasi sangat menentukan
perkembangan dan pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang paling
penting dalam unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran penting dalam
sintesis deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan, permintaan asam folat
yang tidak disintesis dalam tubuh manusia meningkat. Asam folat yang dapat dipenuhi
melalu pasokan makanan yang kaya asam folat hanya sekitar 150-250 µg.9
Hal ini sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al (2016) bahwa kekurangan
asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan saraf tabung (neuro tube defect),
bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan metabolisme folat dapat menyebabkan
hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih sering terjadi pada kehamilan,
seperti keguguran berulang, pertumbuhan janin terhambat dan pre eklampsia.10
Pemeriksaan lain yang wajib diakses oleh calon pengantin perempuan di Puskesmas
Tegalrejo adalah pemeriksaan psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki peran penting
dalam mempersiapkan mental calon pengantin menghadapi pernikahan, kehamilan,
persalinan, nifas dan keluarga berencana. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Lassi, et al (2014) bahwa masalah kesehatan mental ibu sering tidak terdiagnosis dan
tidak mendapatkan perawatan kesehatan. hasil penelitian menunjukkan keterkaitan
antara kesehatan mental remaja yang buruk dan kehamilan yang buruk terhadap
kesehatan janin. Perawatan prakonsepsi untuk kondisi kejiwaan seharusnya selalu
dilakukan pada wanita usia subur. Untuk mengidentifikasi adanya gangguan jiwa.
Sehingga dapat diberikan penanganan lebih lanjut sebelum terjadi kehamilan. misalnya
konseling pada perempuan dengan gangguan depresi dan kecemasan dan
pendampingan agar depresi dan kecemasan tidak berlanjut hingga pada kehamilan dan
berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri kehamilan, bunuh diri dan lain-
lain (Lassi, et al 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN


Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Kota Yogyakarta sudah memenuhi standar
minimal. Diperlukan optimalisasi pelayanan untuk memaksimalkan pelayanan skrining
prakonsepsi pada calon pengantin perempuan di Kota Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2013. Preconception care: Maximizing the gains for maternal
and child health. http://www.who.int/maternal_
child_adolescent/documents/concensus_ preconception_care/en/
2. Permenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
http://kesga.kemkes.go.id/ images/pedoman/PMK%20No.%2097~%20 ttg
%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan. pdf.
3. Dean, et al. 2014. Preconception care: nutritional risks and interventions.

27
http://www.reproductive- health-journal.com/content/11/S3/S3.
4. Prendergast, Andrew J dan Humphrey Jean
H. 2014. The stunting syndrome in developing countries.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ articles/PMC4232245/
5. Dainty JR,et al. 2014. Estimation of Dietary Iron Bioavailability From Food Iron Intake
and Iron Status. PLoS One 2014; 9: e111824.
6. Wahabi HA,et al. 2010. Preconception care for diabetic women for improving maternal and
fetal outcomes: a systematic review and meta- analysis. http://wrap.warwick.ac.uk/63107/1/
WRAP_Preconception%20care%20for%20 diabetic%20women.pdf.Manakandan,
Sujith Kumar dan Sutan Rosan. 2017. Expanding the Role of Pre-Marital HIV Screening:
Way Forward for Zero New Infection. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 7, 71-
79.
7. Lassi, et al. 2014. Preconception care: delivery strategies and packages for care.
http://www. reproductive-health-journal.com/content/11/ S3/S7.Opon,et al. 2017. Folate
supplementation during the preconception period, pregnancy and puerperium. Ginekologia
Polska 2017, vol. 88, no. 11.
8. Wen,et al. 2016. Folic Acid Supplementation in Pregnancy and the Risk of Pre-
Eclampsia-A Cohort Study. PLoS One. 2016; 11(2): e0149818, doi:
10.1371/journal.pone.0149818, indexed in Pubmed: 26901463.

28
LEMBAR BIMBINGAN
PRAKTIK KLINIK PROFESI BIDAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : Nelywati
NIM : 213001080143
Ruangan : Puskesmas Muara Kibul
Stase : Pranikah dan Prakonsepsi
TTD
No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing
CI Akademik
1 - Bahas jurnal dalam Bab IV
31 Oktober 2022
- Kesimpulan sesuai dengan
varney
2 - Pembahasan disesuaikan dengan
02 November 2022 kasus

3 ACC
05 November 2022

29

Anda mungkin juga menyukai