Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA PADA Nn.M


DENGAN KASUS LEUKOREA RUMAH BERSALIN
YUFI MEDIKA SAMPIT

Oleh :

KARINA WATI

NIM. 202008020

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2021
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA

PADA Nn.M DENGAN KASUS LEUKOREA” di Rumah Bersalin Yufi Medika

telah disetujui oleh pembimbing.

Hari/tanggal :Kamis,4 Februari 2021

Sampit,4 Februari 2021


Mahasiswa

Karina Wati

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Reni Yuli Astutik,SST,M.Kes Wahyu Fitriani Pratiwi,Amd,Ke

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan “ Asuhan Kebidanan

pada Nn. M di Rumah Bersalin Yufi Medika Kabupaten Kotawaringin Timur.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas dari

bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu

penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.

Hal ini karena keerbatasan pengetahuann dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk

itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini

sangat penulis harapkan.

Sampit, 4 Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................................
1.3 manfaat.....................................................................................................
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian dari sumber pustaka......................................................................
2.2 Kajian dari jurnal penelitian.....................................................................
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Data subjektif...........................................................................................
3.2 Data Objektif............................................................................................
3.3 Analisa data/Diagnosa..............................................................................
3.4 Intervensi..................................................................................................
3.5 Implementasi............................................................................................
3.6 Evaluasi....................................................................................................
BAB 4 Pembahasan
4.1 Pembahasan..............................................................................................
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan...............................................................................................
5.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan gejala

yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah

(Hutabarat, 2007). Pengeluaran cairan ini sebagai keadaan faal dari saluran

kelamin wanita. Seluruh permukaan saluran kelamin wanita mempunyai

kemampuan untuk mengeluarkan cairan berupa lender jenuh, tidak berwarna dan

tidak berbau busuk (Putu, 2009). Remaja merupakan fase perkembangan yang

paling kompleks dengan segala permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja

adalah masa pubertas, dimana bagi remaja putri ditandai dengan matangnya organ

reproduksi. (Elizabeth, 2007).

Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus flour albus

bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Prawirohardjo, 2007).

Sekresi keputihan fisiologis tersebut bisa cair seperti air atau kadang-kadang agak

berlendir, umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, tidak berbau dan tidak

gatal. Sedangkan keputihan yang tidak normal disebabkan oleh infeksi biasanya

disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar,

kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau

bersenggama (Mahammad Shadine. 2012). Keputihan yang normal memang

merupakan hal yang wajar. Namun keputihan yang tidak normal dapat menjadi

petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Dini Kasdu, 2008).


Para remaja mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi salah

satunya tentang keputihan yang paling banyak adalah dari teman sebayanya.

Bahkan hanya masalah kesehatan reproduksi saja, setiap remaja banyak bertanya

dalam segala hal dengan teman-temannya. Walaupun mereka menyadari bahwa

teman-teman tidak memiliki informasi yang memadai juga, ini menyebabkan

informasi yang didapat tidak benar, salah satunya tentang keputihan (Andrews,

2008).

Dengan adanya masalah tersebut siswi bisa mendapatkan informasi dari

sekolahan, misalnya dari mata pelajaran biologi yang membahas kesehatan

reproduksi antara lain adalah tentang keputihan fisiologis. Yang meliputi

pengertian tentang keputihan fisiologis dan penyebab dari keputihan tersebut,

dengan demikian para siswi akan mengetahui keputihan yang dialaminya,

sehingga siswi dapat memeriksakannya ke petugas kesehatan seperti bidan yang

berada didesa jika terjadi keputihan yang abnormal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Holistik Remaja Pada

Nn.M Umur 15 Tahun Dengan Leukore Rumah Bersalin Yufi Medika Kabupaten

Kotawaringin Timur Dengan Pendokumentasian SOAP”

1.3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan Holistik Remaja dan

Pranikah Pada Nn.M Umur 15 Tahun Dengan Leukore secara komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Nn.M umur 15 tahun dengan

Leukore Di Rumah Bersalin Yufi Medika Kabupaten Kotawaringin Timur

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Nn.M umur 15 tahun dengan

Leukore Di Rumah Bersalin Yufi Medika Kabupaten Kotawaringin Timur

c. Melakukan Analisa pada Nn.M umur 15 tahun dengan Leukore Di Rumah

Bersalin Yufi Medika Kabupaten Kotawaringin Timur

d. Melakukan penatalaksanaan pada Nn.M umur 15 tahun dengan Leukore

Di Rumah Bersalin Yufi Medika Kabupaten Kotawaringin Timur

1.4 MANFAAT

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah buku referensi dan sumber bacaan di perpustakaan

dan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan khususnya sistem gangguan

reproduksi

1.4.2 Bagi Lahan Praktik


Asuhan Kebidanan ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan

untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diharapkan oleh lahan

praktik dan sebagai salah satu masukan bagi bidan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan yang optimal

1.4.3 Bagi Siswi

Dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang informasi mengenai masalah

leukore

1.4.4 Bagi Petugas Kesehatan

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah

ada serta mutu pelayanan kesehatan berupa penyuluh kesehatan kepada

remaja tentang .
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Leukore

2.1.1 Pengertian

leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa,

2009). Leukor eadalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan

darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau

tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan

infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme

seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2009).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara

hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir

kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan

pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2009).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala.Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis.

Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :


a).Cairan dari vagina berwarna kuning

b). Tidak berwarna, tidak berbau,tidak gatal

c). Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :

a). Cairan dari vagina keruhdan kental

b). Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan

c).Berbau busuk, amis, dan terasa gatal

d). Jumlah cairan banyak (Katharini,2009).

2.1.2 Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit,

sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk

mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan

cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan

meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi

trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan

(menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan

adanya sel ganas) (Manuaba, 2009).

Menurut Ababa (2009), penyebab paling sering dari keputihan tidak

normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena

infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat

disebabkan oleh
a. Bakteri (kuman)

1). Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual,

yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini

menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan

keputihan.

2). Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini

tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit

gonore.

3).Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna

putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,

disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

b. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan

vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat

menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang

timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan

yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti

kepala susu atau susu pecah, disertai rasagatal yang hebat, tidak berbau dan

berbau asam. Daerah vulva (bibirgenitalia) dan vagina meradang disertai

maserasi, fisura, dan kadangkadangdisertai papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang

dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi

karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus.Dalam rongga
mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawanyang serius jika tidak

diberi pengobatan. Pada suatu saat jamur yangtertelan tadi akan menyebar

ke organ lain, termasuk ke alat kelamindan menimbulkan keputihan pada

bayi perempuan.

c. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.

Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh

banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih

menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,

cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun

vagina tampak merah,nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–

kadang terlihatbintik–bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila

keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir

genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar

biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda

sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing

kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun.

Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari

lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa

gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan

luka.

d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus

Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi

HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis,

dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor

pendamping. Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasan

terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut.

Pada pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil berisi vesikel

(cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan

membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar

dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri

sewaktu kencing, keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus

berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari,

beberapa jenis makanan, dan kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009) antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang

berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji–bijian

atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing

dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat

melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita

hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan

yang ber-KB spiral.


Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika

terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di

vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab

infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan,

misalnya peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya papiloma,

sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada

kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa

banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama,

perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan

yang panas, peranakan turun (prolapse uteri), dan dorongan seks tidak

terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputiohan juga

berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis

(diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung

estrogen–progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka

panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormone

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,

kehidupan Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel

skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier


terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi.

Hal–hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal

banyak mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan

normal hidup di vagina, akan memanfaatkan glikogen tadi selama

pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam

laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan

Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah

pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan mempertahankan pH

vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar

3,5–4,5.

Keluarnya mucus servix (lendir leher rahim) sehingga vagina tidak

terasa kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen

yang dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada perempuan

menjelang dan sesudah menopouse (tidak haid). Akibatnya dinding vagina

menjadi kering, produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang.

Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga

vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal.

Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan

menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan

menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat

diakibatkan dibuangnya kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau

kanker, atau karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang

kanker. Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami ketidak


seimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan

selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).

2.1.3 Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam

mencegah keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya

1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar

tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur

2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah

dan lembab

3). Menggunakansabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya

iritasi padavagina

4).Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung

deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan,karena hal itu dapat

mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya

jamur atau bakteri

5). Setelah buang airbesar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah

depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke

vagina

6). Menjagakuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya

1). Apabila celana dalam yangdipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera

diganti dengan yang kering dan bersih

2). Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu

ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan

3). Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan

selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah dan

lembab

4).Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya

1). Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa

menggunakan alat pelindung seperti kondom

2). Mengendalikan stress

3). Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan

serangan infeksi

4). Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula

dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang

merugikan

5). Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan dapat

membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara

dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina


6). Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik

oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai

habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan

keputihan tidak datang lagi

7). Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan

tidak memperparah keputihan.

Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah

keputihan antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti

pakaian dalam dua kali sehari.

b.Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan

celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari

belakang ke depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika

terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari

dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang

tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang

berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan

kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan

menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam

dari bahan katun atau kaos.


e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena

hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,

Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

2.2 Remaja

1. Pengertian remaja

Istilah adolescent atau remaja berasal dari bahasa latin

adolescere,yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock,

2010). Menurut Bobak (2008), masa remaja ialah periode waktu individu

beralih dari fase anak ke fase dewasa. Masa remaja terbagi menjadi tiga

tahapan, yaitu remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), remaja tahap menengah

(usia 15-16 tahun), dan remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun).

Masa remaja merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin

mencoba bahwa dirinya sudah mampu sendiri. Masalah yang dapat dijumpai

pada masa remaja adalah perubahan bentuk tubuh, adanya jerawat atau acne

yang dapat menunjukkan gangguan emosional, gangguan miopi, adanya

kelainan kifosis, penyakit infeksi, dan kenakalan pada remaja. Perkembangan

secara khusus pada masa remaja adalah kematangan identitas seksual dengan

dengan berkembangnya organ reproduksinya, merupakan masa krisis identitas

dimana anak memasuki perkembangan dewasa yang akan meninggalkan masa

kanak–kanak dalam pencapaian tugas perkembangannya membutuhkan bantuan

orang lain (Hidayat, 2011). Pada masa remaja proses pertumbuhan dan

perkembangan ditunjukkan dengan terjadinya kematangan dalam beberapa

fungsi seperti endokrin, kematangan fungsi seksual sampai terlihat masa remaja
sudah menunjukkan kedewasaan dalam hidup bermasyarakat. Peristiwa tersebut

dapat terjadi oleh karena peristiwa lingkungan sosial. Pada masa ini terjadi

peristiwa yang sangat penting dan perlu perhatian yaitu peristiwa pubertas.

Peristiwa tersebut akan dialami pada anak laki-laki maupun perempuan

(Hidayat, 2011).

2. Ciri–ciri remaja

Ciri–ciri remaja berdasarkan tahap perkembangannya dibedakan

menjadi tiga, yaitu

a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), yaitu remaja yang

1). Berfikir konkret

2). Ketertarikan utama ialah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama, di

sisi lain

3). Mengalami konflik dengan orang tua

4).Remaja berperilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai

orang dewasa pada waktu selanjutnya.

b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun), yaitu remaja yang

1)Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan seringkali

menentukan harga diri

2) Remaja mulai melamun, berfantasi, dan berfikir tentang hal–hal yang magis

3). Remaja berjuang untuk mandiri ataubebas dari orang tuanya

4). Remaja menunjukkan perilaku idealis dannarsisistik

5).Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak–ledak, dan mood

sering berubah
6). Hubungan heteroseksual merupakanhal yang penting.

c. Remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun), yaitu remaja yang

1). Remajamulai berpacaran dengan lawan jenisnya

2). Remaja mengembangkanpemikiran abstrak

3). Remaja mulai mengembangkan rencana untuk masadepan

4). Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan financial dari orang

tua

5). Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yangintim

6). Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang

7).Perasaan kuat bahwa dirinya dirinya adalah seorang dewasa berkembang.

2.3 Hasil Penelitian Berdasarjan Jurnal Ilmiah

1.Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri pada Kasus Keputihan di

Lembaga Pendidikan Islam Nurul Haromain “SMP Plus Fityani” Desa

Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang oleh Helmy Ilmiawati,

Kuntoro

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmy Ilmiawati

Kuntoro pada tahun 2016 tentang pengetahuan remaja tentangpersonal

hygienesebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang tidak baik

sebesar 23 responden (46%) tentang personalhygiene. Untuk kasus keputihan

yang dialami sebagian besar keputihan yang dialami adalah keputihan yang

tidaknormal yaitu sebesar 27 responden (54%). Berdasarkan hasil diatas

pengetahuan remaja putri merupakan hal yang paling penting dalam menunjang
kesehatan reproduksi nya karena kurang nya informasi tentang kesehatan

sehingga para remaja putri tidak menjaga kebersihan dirinya sendiri.

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan derajat kesehatan. Budaya, pada sebagian

masyarakat tertentu mengatakan bahwa jika seorang individu mengalami sakit

maka tidak boleh dimandikan. Kebiasaan seseorang, terdapat kebiasaan

seseorang individu dalam penggunaan produk tertentu dalam perawatan dirinya.

Kondisi fisik, pada keadaan seorang individu yang sedang sakit tertentu

memiliki kesanggupan untuk merawat dirinya berkurang dan perlu untuk

mendapatkan bantuan melakukannya.

2. Hubungan Sikap dan Perilaku Remaja Putri Dengan Pencegahan Keputihan

di SMAN 3 Tahuna Barat Kabupaten Kepulauan Sangihe Oleh Hendrika Tri

Hutami Gampu Tahun 2018.

Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan didapatkan bahwa para siswi

kurang mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja terutama

tentang keputihan, dan hasil wawancarayang dilakukan pada 10 orang siswi

diperoleh data 6 orang siswi mengalami keputihan ada beberapa siswi mengatakan

keputihan dialami pada saat setelah menstruasi juga ada yang mengalami

keputihan bukan pada saat setelah menstruasi. Beberapa siswi mengatakan mereka

tidak berusaha melakukan pencegahan karena menurut mereka itu hal yang wajar

terjadi. Perilaku remaja yang sering dilakukan sehingga memicu terjadi keputihan

adalah mereka mengatakan tidak mengeringkan daerah kewanitaan setelah buang


air kecil dan besar, mereka juga menggunakan celana dalam yang ketat yang

bukan dari bahan katun dan sering juga menggunakan celana yang ketat.

Hasil penelitian yang diperoleh yakni dari 42 responden terdapat 26

responden dengan perilaku baik dalam mencegah keputihan salah satunya dengan

selalu mengganti celana dalam jika lembab dan ada 16 orang siswi berperilaku

buruk dalam mencegah keputihan.

hal ini terjadi karena beberapa masih belum mengetahui cara untuk

mencegah dan mengganggap bahwa keputihan itu adalah seseuatu yang wajar

terjadi pada wanita. Jika hal ini terus dibiarkan akan banyak gangguan kesehatan

yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perseorangan dengan

baik. Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008) bahwa salah satu dampak

yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau

khas dari daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan

cairan.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJAPADA Nn.

M USIA 15 TAHUN DENGAN LEUKORE DI RUMAH BERSALIN YUFI

MEDIKA SAMPIT

3.1 Data Subjektif

Anamnesa dilakukan oleh : Bidan Di : KLINIK

Tanggal : 04-02-21 Pukul : 16.00 WIB

3.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : Nn. M Nama Orang Tua : Tn.Y

Umur : 15 Thn Umur : 45 Thn

Suku/ Bangsa : Banjar/Indo Suku/Bangsa : Banjar/Indo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Alamat :Jl. Sukabumi

3.1.2 Alasan kunjungan saat ini

Nn M mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.

3.1.3 Keluhan utama

Nn M mengatakan keluar lendir keputihan kadang-kadang banyak

tidak gatal tidak berbau dan berlangsung lama sejak 2 minggu terakhir
3.1.4 Riwayat menstruasi

 Menarche : 12 thn

 Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

 Lama : 6-7 hari

 Banyaknya darah : ganti pembalut 3x dalam sehari

 Konsistensi : cair dan menggumpal

 Dismenorhoe : Ya (selama menstruasi)

 Flour albus : Ya

Warna:Putih Bau: Tidak Gatal: Tidak

3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : tidak ada

Dari pihak siapa :-

b. Penyakit keturunan : tidak ada Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

c. Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

3.1.6 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : tidak ada

 Penyakit menurun : tidak ada

 Penyakit menular : tidak ada

3.1.7 Latar belakang budaya dalam keluarga

 Kebiasaan/upacara adat istiadat :-

 Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada


 Kebiasaan keluarga yang menunjang : Pola Nutrisi( Selalu

makan nasi sayur lauk seperti tahu, tempe, telur)

 Dukungan dari keluarga : Orang tua dan Saudara

Kandung

3.1.8 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi : makan 3x dalam sehari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

b. Pola Eliminasi : BAB 1x sehari BAK 2-4x sehari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

c. Pola istirahat tidur : Siang 1-2 jam dan Malam 7-8 jam

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

d. Pola Aktivitas :Sehari-hari melakukan kegiatan

sekolah, menyapu, mengepel, mengaji,

dll

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

e. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak

f. Personal Hygiene

Mandi, keramas, gosok gigi : 2x sehari

Ganti celana dalam dan pembalut : 1-2x sehari

Cara membersihkan genetalia : dari depan kebelakang

Keluhan yang dirasakan : Tidak ada


3.2 Data Objektif

3.2.1 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 TD :110/80 mmhg

 Suhu : 36,7oC

 Nadi : 89x/menit

 RR : 20x/menit

 BB sekarang : 44 kg

 TB : 150 cm

 LILA : 24 cm

 IMT : 19,5(masuk dalam kategori berat badan

normal)

3.2.2 Pemeriksaan Khusus

a. INSPEKSI

 Kepala : Normal, Persebaran rambut merata, kulit

kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut

tidak mudah rontok.

 Muka : Kelopak mata : Simetris

Conjungtiva : Normal

Sklera : Putih bersih

 Mulut dan gigi : Bibir :

Lidah : tampak bersih

Gigi : tidak ada perdarahan gigi


 Hidung : Simetris : simetris

Sekret : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

 Dada : pembesaran/benjolan : tidak ada

 Perut : Pembesaran : tidak ada

Bekas luka operasi : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : (-)

Varises : (-)

b. PALPASI

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran :-

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema :-

c. AUSKULTASI:

Dada : Detak jantung normal


Perut: tidak dilakukan

d. PERKUSI

1. Reflek Patela : kanan.....(+)....., Kiri.......(+)........

2. Perut : tidak kembung

3.2.3 Pemeriksaan laboratorium

Tidak di kaji

3.2.4 Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

3.3 ANALISA/DIAGNOSA:

Diagnosia :Nn.M usia 15 tahun dengan leukore

Masalah : Keluar cairan dari vagina berwarna putih tidak berbau tidak

gatal dan kadang-kadang banyak

Kebutuhan :Pemberian Pendidikan kesehatan mengenai cara mengatasi

penanganan keputihan

3.4 INTERVENSI

1. Melakukan Pemeriksaan fisik

2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami

3. Memberikan penjelasan tentang cara mengatasi keputihan

4. Memberitahu cara membersihan kewanitaan

5. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein

6. Anjurkan untuk ke fasilitas kesehatan terdekat


3.5 IMPLEMENTASI

1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan

normal

2. Memberitahu Nn.M bahwa keputihan yang di alami merupakan bukan

suatupenyakit tetapi gejala penyakit yang disebabkan oleh ada nya bakteri di

daerah kemaluan, keputihan tersebut adalah hal wajar yang dialami pada masa

menjelang dan sesudah menstruasipada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16

saat menstruasi.

3. Memberitahu Nn.M cara penanganan keputihan yaitu dengan menjaga

kebersihan diri diantaranya sperti jangan menggunakan sabun non parfum saat

mandi untuk mencegah timbulnya iritasi, menghindari penggunaan cairan

pembersih kewanitaan yang mengandung deodorant karena hal tersebut dapat

mengganggu PH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur dan

bakteri, mengendalikan stress dan rajin berolahraga

4. Menganjurkan Nn.M untuk mencuci bagian vulva setiap hari dan menjaga agar

tetap kering dan setelah buang air besar keringkan dari arah depan kebelakang

untuk mencegah penyebaran bakteri dan jamur dari anus ke vagina, menghindari

pemakaian celana dalam yang terlalu ketat kerana dapat meningkatkan

kelembaban organ kewanitaan, saat menstruasi biasakan mengganti pembalut

apabila sudah terasa basah dan lembab

5. Menganjurkan Nn.M untuk banyak mengkonsumsi diet yang tinggi protein,

mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan

pertumbuhan bakteri yang merugikan.


6. Menganjurkan Nn.M ke fasilitas kesehatan apabila mengalami keputihan yang

tidak normal seperti keputihan yang berwarna hijau, bau dan terasa gatal.

3.5 EVALUASI

Hari : kamis 4 januari 2021 Jam : 16.00 WIB

S : Nn.M umur 15 tahun mengatakan mengalami keputihan sejak 2 minggu yang lalu,

tidak gatal, tidak berbau dan keluar keputihan banyak saat menjelang menstruasi.

O :BB : 44 kg TB : 150 cm LILA :24 cm IMT : 19,5 (Normal)

TD : 110/80 mmhg N : 90 x/m R : 22x/m S : 36,90c

A : Nn.M umur 15 tahun dengan Leukore

P : 1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan

normal “Nn.M mengetahui hasil pemeriksaan’’

2. Memberitahu Nn.M untuk sering-sering mengganti celana dalam apabila

sudah terasa lembab dan basah ‘‘Nn.M bersedia melakukanya”

3. Menganjurkan Nn.M untuk mengubah perilaku nya yaitu dengan menjaga

kebersihan dirinya sendiri seperti jangan memakai celana yang ketat,

membersihkan kewanitaanya dengan rutin setiap hari, cebok dari depan

kebelakang agar bakteri dan jamur yang dianus tidak menumpuk di alat

kewanitaanya “Nn.M bersedia melakuknya”

4. Memberitahu Nn.M untuk merubah pola makan nya yaitu seperti makan

teratur jangan mengkonsumsi makanan cepat saji agar terhindar dari makanan

yang tidak sehah “ Nn.M bersedia melakukanya”


5. Menganjurkan Nn.M ke fasilitas kesehatan apabila mengalami keputihan yang

tidak normal seperti keputihan yang berwarna hijau, bau dan terasa gatal

‘‘Nn.M mengerti dan bersedia ke fasilitas kesehatan apabila terjadi hal yang

tidak normal pada keadaanya”


BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Menurut Varney (2006), ada berbagai macam gangguan sistem reproduksi

seperti gangguan menstruasi, syndrom premenstruasi, kista ovari, kanker dan

tumor pada endometrium, serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan oleh

bakteri maupun jamur yang sering disebut dengan keputihan (Yunikawuri, 2012).

Keputihan (Leukorhea/vaginal discharge) adalah keluarnya secret/cairan dari

vagina. Cairan tersebut dapat bermacam – macam jenis dalam warna dan bau.

Keputihan dapat merupakan suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau sebagai

tanda dari adanya penyakit (patologis). Keputihan yang normal biasanya tidak

berwarna/ bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan.

Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya berwarna kuning/hijau/keabu-

abuan, berbau amis/busuk, jumlahnya banyak dan menimbulkan keluhan seperti

gatal dan rasa terbakar pada daerah intim (Agustini, 2007).

1. Data Subjektif

Berdasarkan dari data subjektif didapatkan keluhan Nn.M Pada kasus diatas

mengalami keputihan banyak saat menjelang ingin menstruasi, tidak gatal dan

tidak berbau.

Berdasarkan keluhan tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

(Abid, Kumar, Ali, & Chandra, 2016), bahwa menurut mereka

Leukorea/keputihan dapat bersifat normal apabila terjadi pada saat masa subur,
dimana lendir serviks pada daerah kewanitaan akan menjadi lebih encer dan

menyebabkan daerah kewanitaan menjadi basah. Namun, leukorea juga dapat

menjadi tanda-tanda terdapatnya infeksi pada daerah kewanitaan apabila lama-

kelamaan menimbulkan rasa gatal dan bau tidak sedap pada daerah kewanitaan.

Menurut Tbassum, Begum, & Rais, (2014), Leukorea pada umumnya

dikatakan fisiologis atau normal apabila berkaitan dengan fase darisiklus

menstruasi yang berbeda-beda pada wanita. Beberapa hal yang dapat menjadi

landasan bahwaleukorea tersebut dikatakan normal adalah apabila leukorea

berkaitan dengan perubahan pada epiteldinding vagina, perubahan pada bakteri

baik yang terdapat pada daerah kewanitaan, dan perubahanpH pada sekret yang

keluar dari daerah kewanitaan, Daerahkewanitaan secara berkala menghasilkan pH

yang bersifat asam yang dapat menjadi pelindung alamidari bakteri maupun

kuman yang dapat masuk. Selain itu, alat kelamin wanita mengeluarkan pHbersifat

asam untuk menetralkan lingkungan genital ketika melakukan konsepsi atau

berhubunganbadan dengan pria, dimana alat kelamin pria menghasilkan sekret

yang bersifat basa.

Nn.m mengatakan daerah kewanitaan nya sering basah dan lembab akibat dari

keluarnya keputihan. Menurut (Varghese, Kour, Chacko, Rathi, & Dhar, 2017),

Tidak menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kewanitaan secara tepat

menjadi faktor terjadinya leukorea Alat kelamin wanita yang terlalu lembab dapat

menjadi sarang dari jamur penyebab leukorea, yaitu jamur Candida albicans.

Menurut peneliti Siti Khuzaiyah (2015), mengatakan bahwa pada wanita yang

belum melakukan hubungan suami isteri, bisa juga terjadi keputihan. Namun
penyebab keputihan bisa terjadi karena menggunakan celana dalam bersama,

memakai handuk bersama, kurangnya menjaga kebersihan daerah vagina,

Pemakaian sabun antiseptik yang sekarang banyak diiklankan, lalu juga cara cebok

yang salah.

Penyebab leukorea yang sering dijumpai adalah memakai pakaian dalam yang

ketat dan terbuat dari bahan sintetis,sehingga tidak menyerap keringat dan

mengganggu sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Hal tersebut dapat

memudahkan pertumbuhan jamur, Penyebab yang sering terjadi adalah kurangnya

ketelitian dalam memperhatikan kebersihan toilet yang digunakan. Lingkungan

yang kotor dapat menjadi sarang berbagai bakteri dan jamur sehingga dapat lebih

mudah menyebabkan leukorea pada wanita, dikarenakan lingkungan tersebut

dapat memberikan efek pada kebersihan daerah kewanitaan secara umum (Gobbur,

Gobbur, Patil, &Endigeri, 2015).

2. Data Objektif

Menurut teori data yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan data tersebut meliputi :

Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Sistemis, Pemeriksaan Penunjang.

Pada langkah ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari

pemeriksaan yang dilakukan langsung kepada pasien dan semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Dalam prakteknya pengkajian sudah dilakukan

sesuai dengan teori, meliputi pengkajian data objektif, sehingga dalam melakukan

pengkajian data objektif sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik.


3. Diagnosa Kebidanan / Analisa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnose spesifik. Dilahan prektek interpretasi data sudah

dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktek.

Diagnose pada Nn. M yaitu Leukorea karena keluar cairan putih tidak gatal

dan tidak berbau

4. Intervensi / Perencanaan

Menurut teori jenis rencana manajemen disesuaikan dengan interprestasi data

yang berhubungan dengan interpretasi data dasar yang sudah ada. Pada kasus ini

perencanaan sudah dibuat sesuai dengan teori dan interpretasi data yang ada,

sehingga dalam kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktek.

Perencanaan pada kasus diatas adalah memberitahu hasil pemeriksaan pada

Nn M, menjelaskan kepada Nn.M bahwa keputihan yang di alami merupakan

bukan suatu penyakit tetapi gejala penyakit yang disebabkan oleh ada nya bakteri

di daerah kemaluan, keputihan tersebut adalah hal wajar yang dialami pada masa

menjelang dan sesudah menstruasi pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16

saat menstruasi, Memberitahu Nn.M cara penanganan keputihan yaitu dengan

menjaga kebersihan diri diantaranya sperti jangan menggunakan sabun non

parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi, menghindari penggunaan

cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodorant karena hal tersebut


dapat mengganggu PH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur

dan bakteri, mengendalikan stress dan rajin berolahraga, Menganjurkan Nn.M

untuk mencuci bagian vulva setiap hari dan menjaga agar tetap kering dan setelah

buang air besar keringkan dari arah depan kebelakang untuk mencegah

penyebaran bakteri dan jamur dari anus ke vagina, menghindari pemakaian celana

dalam yang terlalu ketat kerana dapat meningkatkan kelembaban organ

kewanitaan, saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa

basah dan lembab, Menganjurkan Nn.M untuk banyak mengkonsumsi diet yang

tinggi protein, mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena dapat

mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan dan Menganjurkan Nn.M ke

fasilitas kesehatan apabila mengalami keputihan yang tidak normal seperti

keputihan yang berwarna hijau, bau dan terasa gatal.

5. Penatalaksanaan

Menurut teori penatalaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen yang

telah dibuat, demi kelancaran dalam penatalaksanaan. Pada kasus diatas

pelaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

6. Evaluasi

Menurut teori evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keaktifan asuhan yang

sudah diberikan meliputi teratasi masalah apakah sudah sesuai dengan

diagnosanya. Pada kasus ini evaluasi sudah dibuat sesuai dengan teori dan

perencanaan serta pelaksanaan yang ada, sehingga dalam kasus ini tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.


Pada kasus Nn.M evaluasi sudah dilakukan dengan teori. Evaluasi pada kasus

ini adalah hasil pemeriksaan telah disampaikan, pendidikan kesehatan tentang

cara mengatasi keputihan Nn.M bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan

bidan, Nn.M dapat menjelaskan kembali informasi yang telah disampaikan bidan

dengan baik.
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah ada dapat diambil garis besar dengan pemantauan

yang lebih teliti, dari asuhan kebidanan pada remaja didapatkan siswi yang

mengalami keputihan. Data yang sudah ada mencangkup semua permasalahan yang

ada pada siswi. Keputihan fisiologis merupakan bukan suatu penyakit tetapi gejala

penyakit yang disebabkan oleh ada nya bakteri di daerah kemaluan, keputihan

tersebut adalah hal wajar yang dialami pada masa menjelang dan sesudah

menstruasi pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap kejadian

keputihan. Pengetahuan yang dimiliki remaja putri memengaruhi pola pikir yang

akhirnya akan meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi

sehingga kejadian keputihan dapat dihindari. Hal ini berimplikasi bahwa sangat

penting untuk memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja yang

dapat dilakukan melalui kegiatan Pendidikan kesehatan, penyuluhan maupun

konseling tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri. Orang tua juga memiliki

peran yang penting apalagi yang mempunyai anak perempuan maka perlu

pendidikan serta pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.


5.2 Saran

5.2.1Bagi Siswi

Bagi siswi yang mengalami maupun tifak mengalami keputihan

diharapkan dapat menerapkan hidup bersih dan sehat terutama kebersihan

pada daerah kewanitaan nya agar terhindar dari berbagai penyakit.

5.2.2Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan asuhan

kebidanan pada remaja dengan tetap dalam proses belajar mengajar dan

perbaiki praktek pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih efesien sehingga

kualitas sumber daya di institusi meningkat

5.2.3 Bagi Penulis

agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahunan

tentang Leukore/keputihan sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan

yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan berkualitas


DAFTAR PUSTAKA

Abid, M., Kumar, K., Ali, S., & Chandra, P. (2016). Assessment of Leucorrhea

diseases in female students. Journal of Scientific & Innovative Research, 5(4),

116–118.

Hidayat A A A (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Selemba Medika

http://Jurnal.pkr.ac.id Khuzaiyah, Rini Krisiyanti, Intan Cristi Mayasari(2015)

Karakteristik Wanita dengan Fluor Albus STIKES Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan diakses

tanggal 30 januari 2021 Jam 14.00 WIB

http://Jurnal.pkr.ac.id Raden Rara Pandhan Budi Larasati Cara Pencegahan dan

Penatalaksanaan Leukorea pada Anak-Anak Prodi Kedokteran, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

radenrarapandhan@student.uns.ac.id diakses tanggal 30 Januari 2021 jam

19.30 WIB

Manuaba I.B.G. (2009). Pengantar Kiliah Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo S (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tabassum, K., Begum, S., & Rais, N. (2014). Analysis of leucorrhoea manifestations

an observational case study. International Journal of Herbal …, 2(2), 23–26.

Retrieved from http://www.cabdirect.org/abstracts/20143287073.html

Varghese, S., Kour, G., Chacko, J., Rathi, J., & Dhar, T. (2017). Knowledge, attitude

and practices of women towards vaginal discharge. International Journal of


Advances in Medicine, 4(1), 188. https://doi.org/10.18203/2349-

3933.ijam20170109

Yunikawuri, 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny.D, 27

Tahun, P1A0 Dengan Fluor albus Di RSUD Moewardi Surakarta. Journal

KTI :Surakarta

Anda mungkin juga menyukai