Anda di halaman 1dari 156

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. U.A


DI PUSKESMAS KECAMATAN KOJA
JAKARTA UTARA
TAHUN 2018

Disusun oleh :
SITI NURHAYATI
P3.73.24.3.15.034

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. U.A
DI PUSKESMAS KECAMATAN KOJA
JAKARTA UTARA
TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik
Kebidanan Klinik Komprehensif

Disusun oleh :
SITI NURHAYATI
P3.73.24.3.15.0.34

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
LEMBARAN PERSETUJUAI\I
LAPORAN KASUS
ASI]HAN KEBIDANAI\I KOMPRBMNSIT Pf)A IYY. U.A
I}I PUSKESMAS KECAMATAI\I KOJA
JAKARTA UTARA
TAIIT]N 2O1S

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguj i

PEMBIMBING

Wa Ode Hajrah, SST,

NIP 19600225 1
T,E]I,IBAR PEII{GESAHAN

LAPORAI{ I{,{STJS

ASUHAI{ KEBIDANAX{ KOA! P REIIEI{SIF PADA I{Y. U. A


DI PTISKESMAS KECAh{ATAI{ KOJA
JAI({RTA fiTARA
"rA[rt${ 2018

Laporan kasus ini telah di ujikan pada tanggal 06 bulan Jum tahun 20 tg

PENGUJT I PENGU.II II

l+
Shentya Fitnana, SST. M.Keb

NrP I9790826 20021 22AA1 NIP 19600225 198203 2003

Mengesahkan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Jakarta III
Jurusan Kebidanan
Program Studi I) IY Kebidanan
Ketua

Aticeh, SSf', M.Keb


NIP 1q630203 198412 2 001
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
Nama penulis : Siti Nurhayati
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. U.A di
Puskesmas Kecamatan Koja Jakarta Utara 2018
Jumlah BAB & Halaman : V & 140 halaman

GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu upayanya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif. Kasus diambil di puskesmas kecamatan koja dari tanggal 6 Maret
2017 sampai dengan tanggal 8 April 2018.Ny. U.A G1P0A0 usia 27 tahun,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan suami Tn. D usia 32 tahun, pekerjaan
adalah karyawan swasta. Pada pemeriksaan ANC pertama, didapatkan bahwa
TFU Ny U.A sesuai dengan masa kehamilan. Tanggal 22 Maret 2018 pukul 08.00
WIB Ny. U.A datang dengan keluhan mules-mules sejak pukul 01.00 WIB, sudah
keluar lendir darah tapi belum keluar air-air, hasil pemeriksaan Ny. U.A G1P0A0
dengan usia kehamilan 37 minggu 4 hari, inpartu kala I fase laten dengan keadaan
ibu dan janin baik. Pukul 12.00 WIB Ny. U.A G1P0A0 dengan usia kehamilan 37
minggu 4 hari, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik. Pukul
17.00 WIB Ny. U.A G1P0A0 dengan usia kehamilan 37 minggu 4 hari, partus
kala II dengan keadaan ibu dan janin baik. Pukul 17.15 WIB bayi lahir spontan
dengan letak belakang kepala, berat badan 3.000 gram, panjang badan 48 cm,
cacat (-), anus (+). Tanggal 22 Maret 2018 pukul 17.15 WIB Ny. U.A P1A0
partus kala III, keadaan ibu baik, tinggi fundus uteri sepusat, tidak teraba janin
kedua, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±100 cc,
plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 17.20 WIB. Tanggal 22 Maret 2018
pukul 17.20 WIB Ny. U.A P1A0 partus kala IV, keadaan ibu baik dengan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 21 x/menit, suhu 36,8oC, tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan ±100cc. Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur satu jam,
keadaan bayi baik, warna kulit kemerahan, tonus otot bergerak aktif, dengan berat
badan 3.000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32
cm, denyut jantung bayi 140 x/menit, pernapasan 53 x/menit, dan suhu 36,9 oC.
Tanggal 22 Maret 2018 pukul 23.20 WIB Ny. U.A P1A0 nifas 6 jam, keadaan ibu
baik dengan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 20
x/menit, suhu 36,5oC. Tanggal 28 Maret 2018 dilakukan kunjungan nifas di
puskesmas, Ny. U.A P1A0 nifas 6 hari, keadaan ibu baik dengan tekanan darah

i
120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 19 x/menit, suhu 36,4oC, tinggi
fundus uteri pertengahan pusat dan simpisis, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong perdarahan setengah pembalut, lochea sanguinolenta. Bayi umur 6
hari dengan keadaan bayi baik, denyut jantung bayi 138 x/menit, pernapasan 48
x/menit, suhu 36,8 oC, warna kulit kemerahan. Tanggal 8 April 2018 dilakukan
kunjungan rumah, Ny. U.A P1A0 nifas 2 minggu. Keadaan ibu baik dengan
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,0oC, tinggi fundus uteri tidak teraba, kandung kemih kosong, perdarahan ¼
pembalut, lochea serosa. Bayi umur 2 minggu dengan keadaan bayi baik. Denyut
jantung bayi 142 x/menit, pernapasan 48 x/menit, suhu 36,7 oC, warna kulit
kemerahan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus
komprehensif ini.yang diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif.

Dalam meyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali mendapatkan


bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Ns. Karningsih, S.Kp, M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan


Poltekkes Kemenkes Jakarta III
2. Ibu Aticeh, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan
3. Puskesmas Kecamatan Koja yang telah menjadi tempat pengambilan
kasus, terimakasih atas segala kesempatan dan bimbingan selama penulis
mencari pasien untuk laporan kasus komprehensif dan melakukan asuhan
kebidanan
4. Ibu Wa Ode Hajrah, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi dukungan,
memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga penulis dapat
menyempurnakan laporan kasus komprehensif ini hingga akhir
5. Ny. U.A dan keluarga yang bersedia menjadi pasien dari penulis,
terimakasih nenek, ibu, dan bapak karena telah mengizinkan penulis
berada di tengah-tengah keluarga yang hangat. Terimakasih ibu karena
telah mempercayai penulis untuk mendampingi ibu, menjadi tempat
bertanya bagi ibu dan tempat berbagi.
6. Ibu Hindun dan Ayah (Alm) Bambang Mulyanto selaku orang tua dari
penulis, yang tak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa disetiap
saat penulis merasa ingin menyerah
7. Mas-Mas ku tercinta, Stepian Brahmantara dan Raysa Geto Azazura yang
selalu membantu walau tak jarang akhirnya bertengkar. terimakasih telah

iii
membawa keceriaan dan menghilangankan kepenatan selama pengerjaan
laporan kasus ini.
8. Seseorang spesial, Hafiz Rasyidi yang selalu memotivasi dan menjadi
penyemangat dalam mengerjakan laporan kasus ini.
9. RofN’MAFL sahabat-sahabatku Adam Bagaskara, Lulu Yulianti, Nita
Chairunnisa, Afifa Andinar Renaldi Majid yang selama 7 tahun tak pernah
bosan bersama penulis dan selalu memberi masukan yang positif untuk
penulis.
10. Keluarga besar BEM Poltekkes Jakarta 3 tahun 2016-2017 yang selalu
mau mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan laporan
kasus ini.
11. Kakak Asuhku Nur Sri Afiva dan Gita Brilian Herdiana. My Twinny
saudara asuhku Celly Tria Novita. Adik asuhku Annisa Arishanti.
Terimakasih telah mendukung penulis disela-sela kegiatan kalian yang
padat.
12. Sahabat seperjuangan sekaligus team kosan Arina Nurzahrah dan Renny
Emalia Yuliska, Terimakasih telah menjadi Partner yang luar biasa, teman
tidur, teman curhat, teman yang menemani saat kunjungan rumah dan
menjadi asisten dalam menolong persalinan.
13. Ananda (angkatan dua), terimakasih telah bersama sama 3 tahun ini,
semoga kita bisa lulus bersama.
14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-
persatu.

iv
Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam
penyusunan laporan kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang kebidanan

Jakarta, 06 Juni 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL SPESIFIKASI


LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN KASUS ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................................ 3
1. Tujuan Umum ................................................................................................ 3
2. Tujuan Khusus............................................................................................... 3
C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS .................................. 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 5
2.1.1 Asuhan Kehamilan ........................................................................................... 5
2.1.2 Persalinan dan Bayi Baru Lahir umur 1 jam .................................................. 25
2.1.3 Nifas ............................................................................................................... 53
BAB III ....................................................................................................................... 72
PERKEMBANGAN KASUS ..................................................................................... 72
I. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL .............................................. 72
II. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN ....................................... 84
III. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR ............................... 96
IV. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS .......................................... 103
BAB IV ..................................................................................................................... 110
PEMBAHASAN KASUS ......................................................................................... 110
A. Ante Natal Care (ANC) ................................................................................. 110
B. Intranatal Care (INC) ..................................................................................... 117

vi
C. Bayi Baru Lahir (BBL) .................................................................................. 126
D. Postnatal Care (PNC) ..................................................................................... 130
BAB V ...................................................................................................................... 136
PENUTUP................................................................................................................. 136
A. Kesimpulan .................................................................................................... 136
B. Saran .............................................................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 139

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Partograf
Lembar Informasi
Lembar Informed Consent
Lembar Konsultasi Mahasiswa

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang menunjukkan kesenjangan


antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan. Setiap hari pada tahun
2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan
kelahiran anak. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi,
dan penyebab tidak langsung. Dari 830 kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di
sub-Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-
negara maju. Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal karena
penyebab ibu terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju.(WHO,2015)
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian ibu yaitu
perdarahan yang disebabkan oleh faktor perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), dan infeksi. Pada tahun 2013, kematian maternal yang diakibatkan oleh
perdarahan mencapai 30,3 %, naik dari tahun sebelumnya. (Ditjen Bina Gizi dan
KIA, Kemenkes RI, 2014 )
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa AKI pada tahun 2012 sebesar 359/100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ini meningkat dibanding pada tahun 2010 yaitu 220/100.000
kelahiran hidup. ( SDKI,2012). Angka tersebut masih jauh dari target Sustanaible
Development Goals, yaitu pada 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. (SDGs, 2016)
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu Negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan
untuk menurunkan tingkat kematian dan anak yang cukup tinggi. Penurunan
kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5

1
2

dari Millennium Development Goals (MDGs). Untuk mencapai tujuan


tersebut, pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan
Persalinan (JAMPERSAL). Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk
wanita hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan
kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir sampai
umur 28 hari (Bina Kesehatan Anak, Kementerian Kesehatan, 2012)
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia menyebutkan
bahwa AKB pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini
menurun dari tahun 2007 yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di seluruh puskesmas di DKI Jakarta mencapai
100/128.170 kelahiran hidup. Angka tertinggi terdapat di Jakarta Barat sebanyak
38/43.753 kelahiran hidup dan tertinggi kedua terdapat di Jakarta Utara sebanyak
28/ 31.484 kelahiran hidup ( Profil Kesehatan DKI Jakarta, 2015 ).
Angka Kematian Bayi di Provinsi DKI Jakarta menurut data Kesga Dinkes
DKI Jakarta tahun 2015 sebesar 3,11 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan
dengan tahun 2014 sebesar 6,88 per 1.000 kelahiran hidup ( Profil Kesehatan DKI
Jakarta, 2015 ). Menurut Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2015, menyebutkan bahwa Jakarta Utara memiliki jumlah
kematian bayi terbanyak pada tahun 2015, yaitu sejumlah 194 bayi dan di tempat
ke dua terbanyak adalah Jakarta Barat sebanyak 179 bayi mati.
Oleh karena itu, pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.
Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui
program EMAS dilakukan dengan cara: Meningkatkan kualitas pelayanan
emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan
300 puskesmas/balkesmas (PONED). Memperkuat sistem rujukan yang efisien
dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
Pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin
setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih,
3

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap
keluarga berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke
hulu, yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan
penurunan AKI. Upaya pelayanan kesehatan ibu meliputi: (1) Pelayanan
kesehatan ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin, (3) Pelayanan
kesehatan ibu nifas, (4) Pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan, dan (5)
Pelayanan kontrasepsi. (Kemenkes, 2014)
Peranan bidan yakni dengan memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan standar. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kebidanan
yang tujuannya mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan untuk ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang tepat dan sesuai standar pelayanan
kebidanan serta asuhan kebidanan yang bertujuan untuk menekan angka
morbilitas dan mortalitas ibu dan anak sampai batas yang tidak dapat diturunkan
lagi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan asuhan kebidanan
berkelanjutan atau asuhan kebidanan secara komprehensif.
Berdasarkan tinjauan diatas, penulis sebagai mahasiswi DIV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III akan menerapkan Asuhan Kebidanan yang
komprehensif yang mencakup asuhan kehamilan, persalinan, nifas serta
penanganan bayi baru lahir pada Ny.U.A G1P0A0.

1. TUJUAN
a Tujuan Umum
Mampu melaksanakan manajemen asuhan kebidanan secara
komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir pada Ny.U.A di Puskesmas kecamatan koja sejak 6
Maret 2018 – 8 April 2018
b Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
4

2. Mampu melakukan dan menganalisa masalah atau mendiagnosa


selama hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial selama
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
4. Mampu mengidentifikasi tindakan segera atau kolaborasi selama
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
5. Mampu melakukan perencanaan tindakan selama hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
6. Mampu melakukan implementasi dari perencanaan tindakan yang
dibuat selama hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada
Ny.U.A
7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan
selama hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.U.A
8. Mampu melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada
setiap asuhan yang diberikan kepada Ny.U.A

2. Waktu dan Tempat Pegambilan Kasus


Pengambilan kasus ini dilakukan di ruang KIA dan RB Puskesmas
Kecamatan Koja dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai
tanggal :
1. 6 Maret 2018 : Kunjungan Kehamilan Pertama
2. 13 Maret 2018 : Kunjungan Kehamilan Kedua
3. 20 Maret 2018 : Kunjungan Kehamilan Ketiga
4. 22 Maret 2018 : Pertolongan Persalinan
5. 22 Maret 2018 : Kunjungan Nifas 6 jam
6. 22 Maret 2018 : Kunjungan Neonatus 1 jam
7. 28 Maret 2017 : Kunjungan Rumah Pertama, Nifas 6 hari
8. 28 Maret 2017 : Kunjungan Rumah Pertama, Neonatus 6 hari
9. 8 April 2018 : Kunjungan Rumah Kedua, Nifas 2 minggu
10. 8 April 2018 : Kunjungan Rumah Kedua, Neonatus 2 minggu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Teori Klinis


A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah awal pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai terjadinya permulaan
persalinan (Khumaira, 2012). Kehamilan adalah proses pertemuan dan
persenyawaan antara spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang
menghasilkan zigot dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia
dkk, 2012).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan (Prawirohardjo, 2011).
Proses kehamilan merupakan proses berantai dan saling
berkesinambungan yang terdiri dari : ovulasi, migrasi spematozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
dan timbul gejala awal persalinan (Manuaba, 2013). Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari
dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Usia kehamilan sebelum 28 minggu dengan berat janin 1000 gram
bila berakhir disebut dengan keguguran.
b. Usia kehamilan 28 minggu sampai dengn 36 minggu bila terjadi
persalinan disebut dengan prematuritas
c. Usia kehamilan 37 sampai dengan 40 minggu disbut dengan hamil
aterm
d. Usia kehamilan lebih dari 42 minggu disebut dengan kehamilan
lewat bulan atau postdatism (serotinus).

5
6

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (0


sampai 12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu), trimester
ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba, 2013).

Tanda bahaya dalam kehamilan, seperti:

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
bayi dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.

1) Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada
trimester ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam
kehamilan. Kehamilan dapat lepas sebagian atau seluruhnya. Bila
plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis.
Bila hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis atau bisa
juga hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas disebut
rupture sinus marginalis.
Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta ini dapat
mengalir keluar yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan
keluar. Sedangkan pada solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi dibelakang plasenta. Dapat pula terjadi kedua-duanya
atau perdarahanya menembus selaput ketuban masuk kedalam
kantung ketuban.

2) Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
7

pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada


bagian atas uterus.
Plasenta dapat menutupi seluruhnya pembukaan jalan lahir yang
disebut plasenta previa totalis, apabila sebagian jalan lahir yang
tertutup jaringan plasenta maka disebut plasenta previa parsialis.
Sedangkan apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan disebut plasenta previa marginalis.
Penyebab utama pada perdarahan antepartum adalah solusio
plasenta dan plasenta previa. Selain kedua penyebab utama
tersebut, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat pula disebabkan
oleh hal lain misalnya ruptur uteri atau gangguan pembekuan
darah.

b. Gerakan janin tidak terasa


Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia
kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka waspada
terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin
dalam uterus. Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat
terjadi pada solusio plasenta dan ruptur uteri.
Menurut Sadovsky jumlah rata-rata pergerakan fetus perminggu
adalah 50-950 gerakan. Variasi hariannya yang paling rendah
adalah 4-10 per 12 jam pada kehamilan normal.

c. Nyeri perut yang hebat


Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri,
solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri
disertai shock, perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam,
kontur uterus yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
8

d. Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan
umum: demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring,
minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu.
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi
antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut
(infeksi saluran kemih atas).

Keluhan kehamilan pada trimester tiga


Trimester III mencangkup minggu ke 29 sampai 42 minggu kehamilan.
Trimester III sering disebut sebagai periode menunggu, penantian dan
waspada. Sebab pada saat itu, ibu tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Trimester III merupakan masa persiapan dalam menanti kelahiran
bayi dan menjadi orang tua, sehingga sebagian besar perhatian tertuju pada
persiapan persalinan. Selama periode ini sebagian besar wanita hamil
dalam keadaan cemas yang nyata. Hal yang mendasari ketidaknyamanan
trimester III adalah:

1. Pertambahan ukuran uteerus akibat dari perkembangan janin dan


plasenta, serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan
pengaruh pada sistem organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar
timbulnya ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III.

2. Pada trimester III kadar progesteron mengalami peningkatan stabil


hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.

3. Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi psikologi


ibu. Ibu merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan
9

dihadapinya dan keadaan bayi saat dilahirkan. Sehingga dukungan


pendamping sangat dibutuhkan.

Perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya keluhan-


keluhan fisiologis pada trimester ketiga, yaitu:

a. Sering berkemih
Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama
kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi Glomerolus
(Sandhu, dkk, 2009). Dilaporkan 59% terjadi pada trimester
pertama, 61% pada trimester kedua dan 81% pada trimester ketiga,
keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh
uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas
kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat.

b. Varises dan wasir


Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena sehingga
katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran
pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik
supervisial. Varises terjadi pada 40% wanita, biasanya terlihat pada
bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus.
Varises pada bagian anus biasa disebut hemoroid.
Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya kadar
progesteron dan estrogen sehingga aliran darah balik menuju
jantung melemah dan vena dipaksakan bekerja lebih keras untuk
dapat memompa darah. Karenanya, varises vena banyak terjadi
pada tungkai, vulva atau rektum. Selain perubahan yang terjadi
pada vena, penekatan uterus yang membesar selama kehamilan
pada vena panggul saat duduk atau berdiri dan penekanan pada
vena kava inferior saat ibu berbaring dapat menjadi pencetus
terjadinya varises. Selain itu pada kehamilan kadar estrogen dan
10

progesteron akan mempengaruhi pembuluh darah untuk relaksasi


akibatnya tekanan akan meningkat sebagai usaha memompa darah.
Riwayat keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi
faktor pencetus terjadinya varises.
Wasir
Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu,
semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.
Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar.
Selain itu, pembesaran uterus secara umum mengakibatkan
peningkatan tekanan pada vena rectum secara spesifik. Pengaruh
hormon progesteron dan tekanan yang disebabkan oleh uterus
menjadi penyebab vena-vena pada rektum mengalami tekanan yang
lebih dari biasanya. Akibatnya ketika massa dari rektum akan
dikeluaran, tekanan lebih besar sehingga terjadinya hemoroid.
Penekanan dapat terjadi pada vena bagian dalam ataupun bagian
luar rektum.

c. Sesak nafas
Peningkatan ventilasi menit yang menyertai kehamilan sering
dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas merupakan salah satu
keluhan yang paling sering dialami oleh ibu pada kehamilan
trimester III. Sesak nafas yang berlangsung pada saat istirahat atau
aktivitas ringan sering disebut sebagai sesak nafas yang normal.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil.
Peningkatan dikarenakan oleh rahim yang membesar sesuai dengan
usia kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan kerja
pernapasan.
Keluhan sesak nafas juga dapat terjadi karena adanya perubahan
volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama
kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan,
pembesaran akan semakin mempengaruhi keadaan diafragma ibu
11

hamil, dimana diafragma terdorong keatas sekitar 4cm disertai


pergeseran ke tulang iga.
Peningkatan volume darah selama kehamilan juga berperan
terhadap keluhan ibu yang mengalami sesak nafas. Peningkatan
volume darah selama kehamilan dapat terkait dengan usaha
pemenuhan kebutuhan kadar O2 ke uterus, dimana sistem vaskular
yang juga mengalami peningkatan volume organ (hipertrofi)
mengakibatkan kerja jantung untuk memompa darah menjadi lebih
berat dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada frekuensi
pernapasan ibu hamil. Mekanisme yang paling penting adalah
hiperventilasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar
progesteron.

d. Bengkak dan kram pada kaki


Bengkak atau oedema adalah penumpukan atau retensi cairan pada
daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler. Oedema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia
kehamilan diatas 34 minggu, hal ini dikarenakan tekanan uterus
yang semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan.
Dengan bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi
menyebabkan retensi cairan semakin besar (Jean, 2011).
Kram pada kaki
Wanita hamil sering mengeluhkan adanya kram pada kaki yang
berlangsung pada malam hari atau menjelang pagi hari. Kram pada
kaki saat kehamilan sering dikeluhkan oleh wanita pada usia
kehamilan lebih dari 24 minggu sampai dengan 36 minggu
kehamilan. Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya
gangguan aliran atas sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul
yang dsebabkan oleh tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus
yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga dapat
12

disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kadar


kalsium terionisasi dalam serum.

e. Gangguan tidur dan mudah lelah


Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami gangguan
tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering
berkemih di malam hari), terbangun dimalam hari dan mengganggu
tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa
cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak
nyenyak karena terbangun di tengah malam untuk berkemih.
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan
ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan
lain selama kehamilan dan pergerakan janin terutama ketika janin
sedang aktif.

f. Nyeri perut bagian bawah


Secara normal, nyeri perut bagian bawah dapat disebabkan oleh
muntah yang berlebihdan dan konstipasi yang dialami oleh
sebagian besar ibu dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi
uterus yang parah dan adanya kontraksi Braxton-Hicks juga
mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut bagian
bawah.

g. Heartburn
Perasaan panas pada perut tau heartburns atau pirosis didefinisikan
sebagai rasa terbakar disaluran pencernaan bagian atas, termasuk
tenggorokan. Hal ini dapat dikaitkan dengan esofagitis infeksi
saluran esofagus. Heartburn merupakan keluhan saluran
pencernaan yang sering dikeluhkan oleh wanita hamil.
Penyebab dari keluhan ini dapat disebabkan oleh peningkatan
kadar progesteron atau meningkatnya metabolisme yang
13

menyebabkan relaksasi dari otot polos sehingga terjadi penurunan


pada irama dan pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada
spingter esofagus bawah. Selama kehamilan spinkter esofagus
bawah bergeser ke rongga dada yang memungkinkan untuk
makanan dan asam lambung lolos dari daerah lambung ke
esofagus, yang menyebabkan peradangan pada esofagus dan
adanya sensasi terbakar. Tekanan dari uterus yang semakin
membesar pada isi lambung juga dapat memperburuk keluhan
heartburn.

2. Adaptasi Fisiologi dalam Kehamilan


Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan-
perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang
bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis
maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh
pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam
trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

1. Uterus
Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan
mengalami hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi
1000 gram pada akhir kehamilan. Panjang fundus uteri pada usia
kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada usia kehamilan 32
minggu panjangnya adalah 27 cm, dan pada usia kehamilan 36
minggu panjangnya adalah 30 cm. Regangan dinding rahim karena
besarnya pertumbuhan dan perkembangan janin menyebakan
isthmus uteri makin tertarik keatas dan menipis di segmen bawah
rahim (Prawirohardjo, 2010).
14

2. Vagina dan perineum


Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan
untuk persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina.
Ketebalan mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot
polos mengalami hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume
sekresi vagina yang berwarna keputihan dan lebih kental.
Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin
mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada
serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada
waktu persalinan (Prawirohardjo, 2010).

3. Payudara / mammae
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi
cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada
trimester 3 aliran darah di dalamnya lambat dan payudara menjadi
semakin besar. (Manuaba, 2013).

4. Kulit
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-
garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang
kadang juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan
warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum. Pada
wanita multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan
garis garis mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari
striae kehamilan sebelumnya. (Manuaba, 2013).

5. Sistem Kardiovaskuler
Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara
lain meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan langsung
antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, dan pengaruh
hormon esterogen dan progesteron yang makin meningkat. Akibat
15

dari faktor tersebut akan dijumpai perubahan pada peredaran darah


wanita hamil. Perubahan terjadi pada volume darah yang meningka
sehingga jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel
darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 – 34 minggu. Volume darah
(serum darah) bertambah sebsar 25 sampai 30% sedangkan sel
darah bertambah sekitar 20%. Hemodilusi akan disertai dengan
penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga dibawah 11
gr/dl dan timbulah masalah yang disebut dengan anemia defesiensi
zat bes (Prawirohardjo, 2010).

6. Sistem Pernafasan
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran
uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan
volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen
per menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita
hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat
20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
progesteron (Prawirohardjo,2010).

7. Sistem Urinaria
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas
panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria.
Keluhan sering berkemih pun dapat muncul kembali. Selain itu,
terjadi peningkatan sirkulasi darah di ginjal yang kemudian
berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan renal
plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan
dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak
(Prawirohardjo, 2010).
16

8. Sistem Muskuloskeletal
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita
hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi
sacroiliaca, sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya
diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah
punggung (Prawirohardjo, 2010).

9. Sistem Pencernaan
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas
otot polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam
lambung. Akibatnya, tonus sphincter esofagus bagian bawah
menurun dan dapat menyebabkan refluks dari lambung ke esofagus
sehingga menimbulkan keluhan seperti heartburn. Penurunan
motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi lebih
banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi.
Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung
(Prawirohardjo, 2010).

3. Adaptasi Psikologis Kehamilan Trimester III


Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian
dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang- kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu- waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatakan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-
kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga
17

akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda
apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin
mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
waktu melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketigadan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu
ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran
bagi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama
bagi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat
persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga
mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya (apakah laki- laki atau
perempuan) dan akan mirip siapa (Jannah, 2011).

Perubahan psikologis trimester III, diantaranya:

1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan
tidak menarik. Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat
oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body
image.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
Pada 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin
meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.
5. Merasa sedih akan terpisah darinya.
6. Merasa kehilangan perhatian.
7. Perasaan mudah terluka dan sensitif.
18

8. Libido menurun.
9. Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian suami
berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.
10. Sulit tidur dikarenakan kondisi fisik atau frustasi terhadap
persalinan.

4. Evidence Based

1. Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok


makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses
persalinan berjalan lancar.
Fakta : Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi
asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh
usus.

2. Wanita hamil dilarang minum air es agar bayinya tak besar.


Fakta : Yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik
dan faktor keturunan. Minum es tidak dilarang, asal tak berlebihan. Karena
jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu
hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan
selalu berdampak tak baik.

3. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika


itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan
perbuatannya itu.
Fakta : Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit,
keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak
disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu
(misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan).
Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah
perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
19

4. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang


dikandungnya tak terlilit tali pusat.
Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di
leher dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas
gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya
terlalu aktif.

5. Ibu hamil dilarang makan buah strawberry, karena


mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang
perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit
perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau
di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.

5. Asuhan Kebidanan pada kehamilan


Asuhan kebidanan pada ibu hamil bertujuan untuk melakukan pengawasan
sebelum persalinan, terutama ditujukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin pada rahim. Selain itu antenatal care bertujuan untuk
mendeteksi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwa wanita hamil.
Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal:
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (12 minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua antara 13 minggu – 28
minggu.
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga antara 28 minggu sampai
36 minggu dan sesudah 36 minggu (Manuaba, 2013).

Pada setiap kali kunjungan klien perlu mendapatkan informasi yang sangat
penting. Selain itu petugas kesehatan juga harus mendapatkan informasi
penting dari klien untuk mendeteksi secara dini masalah yang ada pada
kehamilan klien.
20

Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan, petugas kesehatan


memberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkah sebagai
berikut menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002 :
a. Sapa ibu dan juga keluarganya serta membuat mereka nyaman.
b. Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti
apa yang diceritakan oleh ibu.
c. Melakukan pemeriksaan fisik, seperlunya saja
d. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
menilai apakah kelahiran klien normal.
e. Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan kelahiran dan
kemungkinan darurat.
f. Memberikan konseling
g. Memberikan zat besi 90 tablet mulai dari minggu ke-20
h. Memberikan imunisasi TT 0.5 cc.
i. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
j. Mendokumentasikan kunjungan.

Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar


yaitu “10 T”, meliputi :

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari trimester I sampai trimester III yang berkisar 12,5 kg dan
kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 –
0,5 kg tiap minggu mulai trimester II. Berat badan ideal untuk ibu hamil
sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
Indeks masa tubuh adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.
Rumus menghitung IMT. IMT = Berat badan (kg)/(Tinggi Badan (m))
Klasifikasi Nilai IMT
21

Kategori IMT

<19,8
Rendah
19,8 – 26
Normal
26 – 29
Tinggi
> 29
Obesitas
-
Gemeli

Sumber : (Prawirohardjo, 2013)

Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan


optimal, yaitu:

1) 20 minggu pertama mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5 kg.


2) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg.
3) Kemungkinan penambahan berat badan hingga maksimal 12,5 kg
(Sari, Ulfa, dan Daulay, 2015).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor


resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul.

2. Ukur tekanan darah


Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya faktor
risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah yang normal
adalah 120/80 mmHG. Ini berarti, 120mmHG adalah tekanan sistolik dan
80mmHG adalah tekanan diastolik.
Sistolik adalah saat jantung berkontraksi dan memompakan darah.
Sedangkan pada saat jantung relaksasi dan terjadi pengisian darah ke
dalam bilik kiri jantung, disebut tekanan diastolik.
22

Dua jenis tekanan ini memiliki arti yang sangat penting untuk mengukur
tekanan darah. Ibu hamil dinyatakan memiliki tekanan darah tinggi bila
tekanan diastolik ≥ 110mmHG pada satu kali pengukuran atau ≥ 90
mmHG pada 2 kali pengukuran setiap 4 jam. (WHO, 2013)

3. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas)


Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh.
Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya
digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko
melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007). Pengukuran
LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang
Energi Kronis. Ambang batas LILA wanita usia subur dengan risiko KEK
di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah ( Arisman,
2007).

4. Ukur tinggi fundus uteri


Menurut Saifudin ( 2010 ) tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan
yaitu ± 2 cm yang berarti TFU ibu sesuai dengan usia kehamilannya.
Namun, pada usia kehamilan 39 minggu tinggi fundus uteri 35 cm, pada
usia kehamilan 40 minggu tinggi fundus uteri 35 cm dan usia kehamilan
41 minggu 34 cm. Hal tersebut terjadi karena kepala bayi telah masuk ke
pintu atas panggul sehingga menyebabkan penurunan tinggi fundus uteri.
Menurut Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28
minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah 27 cm, dan usia
kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm.

Selain dalam cm tinggi fundus uteri juga dapat dihitung dengan perjarian
sebagai berikut:
23

1) Usia 16 minggu adalah ½ antara jarak simpisis dengan pusat


2) Usia 20 minggu adalah fundus uteri terletak 2 jari di bawah pusat
3) Usia 24 minggu tinggi fundus uteri tepat sepusat
4) Usia 28 minggu tinggi fundus uteri tepat 3 jari di atas pusat atau 1/3
jarak antara pusat dan prosesus xifoideus
5) Usia 32 minggu tinggi fundus uteri ½ jarak prosesus xifoideus dan
pusat
6) Usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri satu jari di bawah
prosesus xifoideus.
7) Usia kehamilan 40 minggu tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus
xifoideus.

Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga dapat menghitung tafsiran
berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Tausack = (Md – N ) x
155. Dengan Md adalah jarak simfisis ke fundus uteri dan N = 13 (apabila
janin belum masuk PAP), 12 (apabila kepala janin masih berada diatas
spina ischiadika) dan 11 (apabila kepala sudah dibawah spina ischiadika)
(Asuhan Kebidanan Antenatal, 2006).

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum
masuk panggul kemungkinan adanya kelainan letak atau ada masalah lain.
Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit atau lebih dari 160
kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Pemberian Tablet Fe 90 Tablet


Pemberian tablet Fe yaitu 60 mg zat besi elemental segera setelah
mual/muntah berkurang, dan 400 µg asam folat 1x/sehari. Pemberian
selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.
24

7. Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus. Pemberian
vaksin TT sesuai jadwal:

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan

Langkah awal pembentukan kekebalan


TT 1
tubuh terhadap penyakit tetanus.

1 bulan setelah TT1 3 tahun


TT 2
6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 3
12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 4
12 bulan setelah TT 4
TT 5 > 25 tahun

Sumber : Kementrian kesehatan RI

Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi


dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan
pada ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa
lalu nya (contoh: kejang, koma, demam >40oC, nyeri/bengkak ekstensif di
lokasi bekas suntikan).

8. Test laboratorium ( rutin dan khusus )


1) Test golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil
bila diperlukan.
2) Memeriksa kadar Hb, guna mengetahui apakah ibu kekurangan
darah (Anemia).
WHO telah memberikan patokan berapa kadar Hb normal pada ibu
hamil, sekaligus memberikan batasan kategori untuk anemia ringan dan
25

berat selama kehamilan:


a. Normal: Hb > 11 gr/dl
b. Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl
c. Anemia Berat: Hb < 8 gr/dl
Adapun Kadar Hb Normal pada Ibu hamil sesuai usia kehamilan
adalah:
a. Wanita dewasa (tidak hamil): 12–15.8 gr/dl
b. Hamil trimester pertama: 11.6–13.9 gr/dl
c. Hamil trimester kedua: 9.7–14.8 gr/dl
d. Hamil trimester ketiga: 9.5–15.0 gr/dl (WHO, 2009).

3) Melakukan pemeriksaan urin (terutama protein)


4) Pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi, seperti malaria, HIV,
sifilis dan lain-lain.

9. Tatalaksana kasus
Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil.

10. Temu Wicara, termasuk juga perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi P4K serta KB pasca persalinan.
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,
pencegaham kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD),
nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan
imunisasi pada bayi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

A. Persalinan dan Bayi Baru Lahir umur 1 jam


1. Persalinan
a. Persalinan
1) Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika terjadi pada kehamilan
26

usia cukup bulan (>37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
Pernyataan diatas didukung oleh pernyataan Varney yang mengatakan
bahwa persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan
diakhiri dengan pengeluaran plasenta (Varney, 2007).

Persalinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:


a) Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir.

b) Persalinan buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya dengan
ekstraksi vakum, forcep, ataupun sectio secarea.

c) Persalinan anjuran
Persalinan yang berlangsung dengan pemberian obat untuk merangsang
timbulnya kontraksi. Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak
dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.

b. Tanda dan Gejala Persalinan


Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan akan meningkatnya kesiagaan
seorang wanita mendekati persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami
27

semua, sebagian atau bahkan tidak sama sekali tanda gejala yang ada
dibawah:

a) Lightening
Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum persalinan,
adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor. Pada
presentasi sevalik, kepala bayi biasanya engaged setelah lightening. Saat
itu, sesak nafas yang dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang,
karena kondisi ini akan menciptakan ruang baru abdomen atas untuk
ekspansi paru. Sebaliknya ibu akan merasa menjadi sering berkemih,
perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, kram
pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.

b) Perubahan Serviks
Perubahan serviks mendekati persalinan serviks semakin matang.
Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.

c) Persalinan Palsu
Semakin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan estrogen
semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang
lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu yaitu, rasa nyeri ringan
dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks,
durasinya pendek, dan tidak bertambah jika dibawa aktifitas.

d) Ketuban Pecah Dini


Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. KPD
dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami persalinan spontan dalam
24 jam.
e) Bloody Show
Bloody show adalah pengeluaran lendir disertai dengan darah melalui
vagina. Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
28

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis


servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan
perdarahan sedikit (Asrinah, 2010).

c. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

a) Faktor-faktor hormonal
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus antara lain karena
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron menimbulkan
relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan kontraksi otot
rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antar kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his.
b) Pengaruh prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.

c) Struktur uterus
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus.

d) Nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi segera akan
dikeluarkan (Wiknjosastro, 2007).

d. Tanda – tanda Persalinan


a) Kekuatan his semakin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda seperti pengeluaran lendir
dan lendir bercampur darah.
29

c) Dapat disertai ketuban pecah


d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti perlunakan
serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks.
e) Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul yang di sebabkan
oleh kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan
ligamentum rotundum, dan gaya berat janin sehingga kepala kearah
bawah. Masuknya kepala janin ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil
dengan terasa ringan di bagian atas (rasa sesak mulai berkurang), terjadi
kesulitan saat berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan bagian
terendah janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedang pada
multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persalinan (Manuaba, 2010).

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang hatus diperhatikan, yaitu :


a) Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna
untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot perut,
kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang
baik dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses
persalinan. Yaitu HIS dan tenaga mengejan ibu. HIS merupakan
kontraksi uterus karena otot – otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot –otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong
janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan
tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain HIS yang membantu
pengeluaran (Sumarah, 2010).
30

b) Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin.
Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin
menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh
janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak
janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan
dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan letak
longitudinal ( presentasi kepala dan presentasi bokong), letak lintang,
serta letak obliq. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan
bagian janin apa yang paling bawah (Sumarah, 2010).

c) Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu :
 Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul ( Os coxae, Os Sacrum, Os
Coccygis ), dan Artikulasi( Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka,
artikulasi sakro-kosigiu). Dari tulang –tulang dasar dan artikulasi yng
ada, maka bagian keras janin dapat dinamakan Ruang panggul ( Pelvis
mayor dan minor), pintu panggul ( Pintu atas panggul, Ruang tengah
panggul, Pintu bawah panggul, dan ruang panggul yang sebenarnya
yaitu antara inlet dan outlet.), Sumbu panggul ( merupakan garis yang
menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke
depan), Bidang –bidang ( Hogde I, Hodge II, Hodge III,dan Hodge IV).
Jenis- jenis panggul menurut Caldwell & Moloy, 1993 adalah Ginegoid
yang bulat 45%, Android panggul pria 15%, Antroid Lonjong seperti
telur 35%, Platipeloid pica menyempit arah muka belakang 5 %.

 Bagian lunak
Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah Serviks Utreri,
dan vagina. Disamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang
31

menyokong alat –alat urogenital juga sangat berperan penting dalam


persalinan. (Sumarah, 2010)

d) Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –
otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom maupun yang
sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan
sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun jika
ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan
menghambat proses persalinan (Sumarah, 2010).

e) Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin
mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat
membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan.
Tenaga ibu akan menjadi terbuang jika saat untuk mengejan yang ibu
lakukan tidak tepat (Sumarah, 2010).

f. Tahap-Tahap dalam Persalinan


a) Kala I
Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks yang
progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini
sering dikatakan sebagai tahap pembukaan serviks (Helen Varney
2007).
Inpartu (mulai partus) ditandai dengan penipisan dan pembukaan
serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks, cairan
lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina. Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala I terbagi atas 2
fase, yaitu:
32

 Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya fase laten
berlangsung hampir 8 jam pada multi para dan 12-13 jam pada
primipara.

 Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3
kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih). Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan
10cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata perjam pada
primipara atau lebih 1 cm hingga 2 cm pada multipara dan
terjadi penurunan bagian terbawah janin ( Depkes, 2008).

Fase aktif terdiri atas beberapa sub fase, yaitu:


a. Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm
(Prawirohardjo, 2010).

Dalam proses ini terjadi penurunan bagian terbawah janin. Penanganan


yang harus dilakukan bidan pada fase ini adalah memberi perhatian
lebih kepada ibu, jika tampak ibu merasa kesakitan maka bidan harus
dapat menghiburnya, baik itu dengan mengalihkan perhatiannya
maupun dengan memberi support kepada ibu tentang bayi yang
dikandungnya untuk pertama kali akan ia lahirkan.
33

Makan dan minum tidak boleh dibatasi, hal ini agar ibu memiliki
cadangan energi yang mencukupi saat harus mengejan di kala II
persalinan. Lakukan semua tindakan dengan tetap menjaga privasi
klien, agar klien merasa dihormati selayaknya manusia. Pada saat HIS
berkurang, dapat ditawarkan berbagai posisi melahirkan kala II yang
akan dirasa cukup memberinya rasa nyaman. Persilahkan ibu untuk
memilih yang sesuai dengan keadaannya serta berikan konseling
tentang kelebihan dan kekurangan berbagai metode tersebut.

Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan Normal.

PARAMETER FASE LATEN FASE AKTIF

Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Denyut Jantung Bayi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Servik Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Sumber : (Asuhan Persalinan Normal, 2008)

b) Kala II
Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah
berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk
mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat bayi lahir. Kala dua
persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2
34

jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Kala dua disebut juga
kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan :
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
 Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vaginanya.
 Perineum menonjol.
 Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
 Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya
bercampur sedikit darah.
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira- kira 2- 3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perineum meregang. Dengan his yang terpimpin terlahirlah kepala,
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala 2 pada primipara : 1 ½ – 2 jam,
pada multipara ½ - 1 jam.

c) Kala III
Kala III adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran, pada
kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian perdarahan. Kala ini
berlangsung dari lahirnya bayi sampai plasenta dan membran
dikeluarkan. Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan
kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala
pengeluaran bayi). Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
(Saifuddin, 2003).
35

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal


dibawah ini :
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
dan tinggi fundus biasanya sepusat.
 Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear dan fundus berada diatas pusat
(seringkali mengarah kesebelah kanan).
 Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui
vulva (Tanda Ahfeld).
 Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul
dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu
oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling)
dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas.

Kala III terdiri dari dua fase yaitu:


a) Pelepasan uri
Lepasnya uri ada beberapa macam, antara lain:
 SCHULTZE: Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga
plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah.
 DUNCAN: Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi
perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasentanya.

b) Fase pengeluaran uri


Prasat-prasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain:
 Prasat Kustner: Tali pusat dikencangkan, tangan menekan atas
suimfisis, bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum lepas.
 Prasat Klein: Pasien dianjurkan untuk meneran, sehingga tali pusat ikut
serta turun atau memanjang. Bila meneran dihentikan dapat terjadi: tali
36

pusat tertarik kembali berarti plasenta belum lepas, tali pusat tetap
ditempat berarti plasenta telah lepas.
 Prasat Strassman: Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok,
bila getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.

Manajemen Aktif Kala III


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III jika dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta
yang sebenarnya dapat dicegah dengan dilakukan manajemen aktif kala
tiga. Manajemen Aktif Kala III Terdiri Dari Tiga Langkah Utama:
 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit partama setelah bayi lahir.
 Melakukan penegangan talipusat terkendali.
 Masase fundus uteri. (Depkes, 2007).

d) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pospratum
karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Tujuh pokok penting didalam kala IV, antara lain:
 Kontraksi rahim: baik atau tidak kontraksi rahim dapat diketahui
dengan palpasi. Bila perlu lakukan massase dan berikan uteretonika.
 Perdarahan: ada perdarahan aktif atau tidak, dan jumlah dari
perdarahan.
 Kandung kemih
 Luka-luka jahitan baik atau tidak.
 Penilaian terhadap kelengkapan plasenta.
37

 Keadaan umum ibu seperti tanda-tanda vital


 Memeriksa Kemungkinan Perdarahan dari Perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan
perineum dan vagina. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya
robekan :
a. Derajat I : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka
baik.
b. Derajat II : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum.
c. Derajat III : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum ditambah dengan otot sfingter ani eksterna.
d. Derajat IV : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum, otot sfingter ani eksterna dan dinding rectum
anterior. Untuk derajat III dan IV penolong APN tidak dibekali
keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat III dan IV, segera
rujuk (Depkes, 2007).

g. Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi


Menurut Depkes (2007) lima benang merah tersebut adalah:
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
e. Rujukan
38

2. Evidence Based

Tindakan yang
No Sebelum EBM Setelah EBM
dilakukan
Ibu bebas
Ibu bersalin dilarang
melakukan
untuk makan dan minum
1. Asuhan sayang ibu aktifitas apapun
bahkan untuk
yang mereka
membersihkan dirinya.
sukai

Ibu bebas untuk

Pengaturan posisi Ibu hanya boleh bersalin memilih posisi


2.
persalinan dengan posisi telentang. yang mereka
inginkan.

Ibu boleh

Menahan nafas saat Ibu harus menahan nafas bernafas seperti


3.
meneran pada saat meneran. biasa pada saat
meneran

Bidan rutin Hanya dilakukan


4. Tindakan episiotomi
melakukannya jika ada indikasi.

3. Asuhan Kebidanan pada Persalinan


Asuhan kebidanan pada persalinan normal
a. Asuhan persalinan pada kala I
1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti:
suami, keluarga, atau teman terdekat
2) Mengatur aktivitas dan posisi ibu
3) Membimbing ibu untuk rileks ketika ada his, misalnya ibu diminta
menarik nafas panjang dan kemudian dilepaskan dengan cara
meniup sewaktu ada his.
39

4) Menjaga privasi ibu dengan cara menggunakan penutup atau tirai


5) Penjelasan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi
pada tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil
pemeriksaan.
6) Menjaga kebersihan diri, membolehkan ibu untuk mandi,
menganjurkan ibu untuk membasuh sekitar kemaluannya selesai
BAK/BAB.
7) Mengatasi rasa panas menggunakan kipas angin / AC dalam
kamar.
8) Massase pada punggung mengurangi rasa sakit.
9) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi.
10) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
11) Sentuhan bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian selama
roses persalinan (Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, 2014).

b. Asuhan persalinan pada kala II

1) Melihat tanda gejala kala II


a) Mengamati tanda dan gejala kala II
b) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.
c) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina.
d) Perineum tampak menonjol.
e) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Menyiapkan pertolongan persalinan


a) Pastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusiyasi tempat datar, rata, bersih,
kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat
40

penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas


tubuh bayi.
b) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
pengganjal bahu bayi.
c) Menyiapkan oksitosin 10 IU dan alat sunti steril 3cc disposible
didalam partus set.
d) Memakai APD berupa celemek plastik.
e) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissu/handuk yang bersih dan kering.
f) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam.
g) Memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT daan steril, dan
pastikan tidak terjadi kontaminasi alat suntik).
h) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
i) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang menggunakan kapas atau kassa yang
dibasahi air DTT.
j) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja
bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang. Buang
kapas atau kassa pembersih yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah infeksius.
k) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%).
l) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan itu
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka dilakukan amniotomi. Dekontamnasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
41

m)Memeriksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk


memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
n) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
bimbingan meneran.
o) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya.
p) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu meneran
(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
bantu ibu ke posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
q) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
r) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
s) Persiapan pertolongan persalinan: letakkan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva 5-6 cm. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3
bagian, dibawah bokong ibu. Buka tutup partus set dan
perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. Pakai sarung
tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

c. Asuhan persalinan pada kala III


1) Meletakan kain bersih dan kering, melakukan palpasi abdomen
untuk memeriksa kemungkinan ada janin kedua.
2) Memberitahukan pada ibu bahwa akan disuntik.
3) Memberikan injeksi oksitosin 10 UI IM sepertiga paha kanan atas
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu dilakukan
dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir.
4) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
42

melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) untuk


mempercepat kelahiran plasenta begitu plasenta sudah lepas satu
tangan diletakan pada korpus uteri diatas simpisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso
cranial kearah belakang dan kearah kepala ibu. Jika plasenta
terlihat di introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan
kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan
dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
dengan lembut perlahan-lahan melahirkan selaput ketuban
tersebut.
5) Rangsangan taktil (massase) uterus: Segera setelah plasenta dan
selaput ketuban lahir melakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut sehinga uterus berkontraksi dan fundus
menjadi keras.
6) Memeriksa kedua sisi plasenta dengan baik yang menempel ke ibu
maupun kejanin dan selaput ketuban ibu untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta pada piring
plasenta.
7) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit yang mengalami perdarahan.
8) Menilai ulang kontraksi otot uterus untuk memastikan kontraksi
dengan baik, mengevaluasi perdarahan pervaginam.
9) Membersihkan sarung tangan dari lendir darah dalam clorin 0,5%
bilas tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air DTT
dan mengeringkannya.

d. Asuhan persalinan kala IV


1) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi ( Asuhan persalinan normal, 2008).
43

3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


4) Memeriksa TTV, TFU, kontraksi rahim, kandung kemih dan
perdarahan ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua pasca persalinan.
5) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk memastikan
bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5oC).
6) Kebersihan dan keamanan: tempatkan semua peralatan bekas pakai
dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci
dan bilas peralatan setelah dekontaminasi. Buang bahan-bahan
yang terkontaminasi pada tempat sampah yang sesuai.
7) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi minum dan
makanan yang diinginkan oleh ibu.
8) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
9) Celupkan sarung tangan yang terkontaminasi kedalam larutan
klorin 0,5%, balik bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan
klorin selama 10 menit.
10) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
11) Dokumentasi: lengkapi partograf (Prawirohardjo, 2010).

2. BBL umur 1 jam


a. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ektrauterin (Sudarti, 2010).
44

b. Tujuan perawatan bayi baru lahir


Perawatan bayi bertujuan menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu
terlaksananya pernafasan spontan serta mencegah hipotermi dan
mengurangi angka kematian bayi.

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, antara lain:


a) Membersihkan jalan nafas.
b) Memotong dan merawat tali pusat.
c) Mempertahankan suhu tubuh bayi.
d) Mencegahan infeksi.

c. Pemantauan bayi baru lahir


Hal-hal yang dinilai pada jam pertama sesudah lahir:
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif
c) Bayi kemerahan atau biru
d) Feces: feces berupa mekonium yakni seperti titik hitam, pekat
yang telah berada dalam saluran pencernaan sejak janin berusia
16 minggu. Mulai keluar dalam 24 jam pertama lahir sampai
hari ke 2 dan 3, selanjutnya hari ke 4-5 berwarna cokelat
kehijauan, kemudian kuning dan lembek jika minum ASI.
e) Tali pusat: pemotongan talipusat merupakan pemisahan antara
kehidupan bayi dan ibu. Tali pusat biasanya lepas 7-10 hari
setelah lahir.
f) Refleks: bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah refleks
merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan
tindakan aktif.
g) Refleks tersebut terdiri dari:
 Refleks rooting : refleks mencari
 Reflek sucking : refleks menghisap
 Refleks swallowing : refleks menelan
45

 Refleks moro : refleks seolah-olah memeluk


 Refleks tonik neck : refleks otot leher
 Refleks grasping : refleks menggenggam
 Refleks babinsky : refleks telapak kaki akan defleksi
 Refleks walking : refleks melangkah
h) Berat badan bayi baru lahir: dalam tiga hari pertama
mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan air kencing
dan mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan naik
lagi dalam 10 hari berat badan kembali normal (Vivian Nanny,
2010).

d. Ciri-ciri bayi normal


Ciri-ciri bayi normal antara lain:
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar dada 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Bunyi jantung pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun
sampai 120-160 x/menit
f) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit,
kemudian menurun sekitar 40-60 kali/menit
g) Kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa
h) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i) Kuku telah agak panjang dan lemas
j) Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, dan pada bayi laki-laki testis sudah turun.
k) Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l) Reflek moro sudah baik
m)Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama (Vivian Nanny, 2010).
46

e. Tanda bahaya bayi baru lahir


a) Sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit
b) Suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC)
c) Kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau
memar.
d) Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah.
e) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah.
f) Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit.
g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja
lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah.
h) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis
terus-menerus (Saifuddin, 2006).

b. Evidence Based

TEMUAN ILMIAH

Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan neurodevelopment pada usia 14 bulan.

Perawatan tali pusat secara terbuka lebih cepat puput dan mengurangi kejadian infeksi TP dari
pada perawatan tertutup dengan penggunaan antiseptic

Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia dan diare, sedangkan penyebab
lain adalah penyakit menular atau kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah
kematian pada anak adalah melalui pemberian nutrisi yang baik dan ASI eksklusif.

Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif
merupakan faktor protektif terhadap infeksi saluran pernapasan akut OR (IK 95%) : 0,69
47

(0,54-0,88) dan diare OR (IK95%) : 0,69 (0,49-0,98)

c. Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir umur 1 jam


Asuhan bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang diberikan kepada bayi
selama menit-menit pertama setelah kelahiran. Menurut APN, (2008)
asuhan yang diberikan kepada bayi segera setalah lahir adalah asuhan yang
segera, aman, dan bersih. Asuhan bayi baru lahir normal adalah asuhan
yang diberikan pada bayi tersebut pada satu jam pertama setelah kelahiran.
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan
spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :


1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat,
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
(Prawirohardjo, 2006).
Asuhan yang dapat diberikan kepada bayi baru lahir normal antara lain:
1) Membersihkan jalan nafas, bayi lahir normal akan menangis
spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara sebagai berikut:
a) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat keras dan hangat
b) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit terngadah kebelakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dengan alat penghisap lendir.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan
ini biasanya bayi segera menangis.
48

2) Memotong dan merawat tali pusat.


Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong
untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali
pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan
diikat dengan pengikat steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap kali pembalut basah atau kotor.

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi.


Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat dan kering.

Mekanisme kehilangan panas :


a) Cara Evaporasi
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas
dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan
seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin
setelah dilahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk hangat
untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif.

b) Cara Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.

c) Cara Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan
di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
49

panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran


udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.

d) Cara Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

Upaya pencegahan kehilangan panas:


a) Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
b) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
c) Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Tidak memandikan bayi sesegera mungkin, menunggu
minimal 6 jam setelah persalinan.
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
g) Bayi jangan dibedong terlalu ketat karena dapat menghambat
gerakan bayi.

4) Memberi vitamin K, guna mencegah terjadinya perdarahan pada


bayi baru lahir. Maka semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
perlu diberi vitamin K 1mg dengan dosis 0,5 mg I.M. (Kementrian
Kesehatan, 2014).

5) Memberi salep mata. Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata. Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi (Kementrian
Kesehatan, 2014).
50

6) Identifikasi, alat yang digunakan hendaknya kebal air dan tepi


yang halus dan tidak melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah
lepas. Pada gelang identifikasi harus tercantum: nama (bayi,
nyonya), tanggal lahir, waktu lahir, berat badan, panjang badan, dan
jenis kelamin.

d. Inisiasi menyusui dini


Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan
inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan.
4) ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.
(Depkes, 2007).

2. Neonatus Umur 24 Jam Sampai Dengan Bayi 6 Minggu


1) Asuhan pada bayi umur 24 jam sampai dengan bayi 6 minggu
a) Perawatan fisik bayi baru lahir
b) Menjaga kebersihan bayi
c) Merawat tali pusat
d) Indentifikasi bayi atau beri bayi penanda yang sama dengan
ibunya
e) Berikan bayi kepada ibuya atau dengan rawat gabung dan biarkan
bayi disusui oleh ibunya.
f) Pemeriksaan tanda bahaya pada bayi seperti kejang, demam
tinggi, tali pusat bernanah.
g) Menjaga suhu bayi
51

2) Evidence Based
a) Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk
peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan
memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya
bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu
ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu
dan kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas
mungkin setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan),
kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan
tetap terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama
dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini
menuntun bayi untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang
menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel.
Kontak antar kulit ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi
selesai menyusu. Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding)
antara ibu dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga
berfungsi menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim
ibu berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran
semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta, mengurangi
perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat meningkatkan
ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih
mencintai bayi.

Tatalaksana inisiasi menyusu dini:


a) Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan
rasa percaya diri yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang
52

kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu ibu
apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga
mendampinginya.
b) Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan
menjalaninya.
c) Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa
menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi.
d) Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin
contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan
dianggap perlu beri si bayi topi.
e) Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang
bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke
puting ibunya.
f) Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung
beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya:
g) Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan
lingkungan.
h) Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau
mengelurkan suara.
i) Bergerak ke arah payudara.
j) Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.
k) Menyentuh puting susu dengan tangannya.
l) Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat
dengan mulut terbuka lebar.
m) Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses
menyusu pertama selesai.
n) Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti oprasi,
berikan kesempatan skin to skin contact.
53

o) Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah
menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit
K dan menetes mata bayi.
p) Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan
bayi dipisahkan dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa
merespon bayinya dengan cepat sehingga mempunyai potensi
untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih membantu apabila
bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari
makanan atau minuman pre-laktal.
q) Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi
diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan
pemberian ASI secara eksklusif di sini adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0
- 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI eksklusif
sangat penting untuk peningkatan SDM di masa yang akan
datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini.
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan
anak secara optimal. Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang
ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi.

B. Nifas
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Prawirohardjo, 2005). Masa nifas yaitu masa pulih kembali mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
54

prahamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6 – 8 minggu.


(Bahiyatun, 2009). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa
perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat
kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
atau 40 hari pascapersalinan (Jannah, 2011).
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya “perode” ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara sampai 6 minggu walaupun merupakan masa
relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut
mungkin hanya sedikit menganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga dapat terjadi (Williams, 2013).

2. Tujuan asuhan masa nifas


a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b. Menjaga kesehatan mulut ibu dan bayi
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara.
f. Konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009).

3. Tahapan masa nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidaan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah dan suhu
.
55

b. Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )


Pada fase ini ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
c. Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu )
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi.

4. Asuhan kebidanan masa nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yaitu
pada 6 jam,6 hari, 2 minggu dan 6 minggu walaupun ada literatur
yang mengajukan 3 kali kunjungan nifas halini tidak menjadi harga
mati yang pasti dalam hal ini tujuan utama asuhan masa nifas
terlaksana. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi,serta manangani
masalah-masalah yang terjadi.
56

Kunjungan Waktu Tujuan

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia


uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga, bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal.
1 6-8 jam setelah persalinan - Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
terjadi hipotermi.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
petugas kesehatan harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.

- Memastikan involusi uterus berjalan normal,


uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.

2 6 hari setelah persalinan - Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan,


cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
57

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap


hangat dan merawat bayi sehari-hari.
- Sama seperti kunjungan II yaitu:
- Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
3 2 minggu setelah persalinan
- Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan,
cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda- tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
- Menanyakan pada ibu, penyulit yang ibu atau bayi
alami.
4 6 minggu setelah persalinan
- Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2014

Pemeriksaan tanda homan bertujuan untuk melihat ada tidaknya


thrombosis yang mengancam dari vena ekstremitas inferior. Untuk
memeriksa tanda Homan, klien berbaring dalam posisi supine. Tungkai
diangkat dan kaki dalam keadaan dorsofleksi. Klien diminta untuk
melaporkan bila terjadi nyeri pada betis selama dilakukan pemeriksaan.
Nyeri yang terasa menandakan tanda Homan positif (+), yang berarti
terdapat thrombosis vena profondus (Arif Muttaqin, 2008).
Pelayanan pasca persalinan atau masa nifas harus terselenggara
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini masalah yang terjadi dan pengobatan komplikasi atau
58

penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian


ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi bayi dan kebutuhan
nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2010).

5. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut,
kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik
dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan
peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah (Ambarwati, 2008).

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi menjadi orang tua
b. Respon dan dukungan dari keluarga
c. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
d. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
a. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari


hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus
pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa
mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat
cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan
psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
59

1) Kekecewaan pada bayinya


2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

b. Fase Taking Hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan
adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan
bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan
bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan,
senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri
dan lain-lain.

c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.
Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan
istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:


1) Fisik: Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2) Psikologi: Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
60

3) Sosial: Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat


sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian
4) Psikososial

6. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas


a. Involusi Uterus
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia iterna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. Involusi Uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram.
Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :
 Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10
kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan.Terdapat polymorph
phagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan
system limphatik.
 Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi
pusat, setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira 2 jari
dibawah pusat. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih
setinggi 7 cm atas simfisis atau setengah simfisis pusat,
61

setelah 12 hari tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. Bagian


bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Penonjolan tersebut dengan diameter kurang lebih 7,5 cm
sering disangka sebagai suatu bagian placenta tertinggal.
Sesudah 2 minggu diameternya mejadi 3,5 cm dan pada 6
minggu telah mencapai 2,4 mm. uterus gravidus aterm
beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggupostpartum berat
uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu
postpartum menjadi kurang lebih 300 gram dan setelah 6
minggu postpartum berat uterus menjadi 40 sampai 60 gram
(berat uterus normal kurang lebih 30 gram).
Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan-
perubahan miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-
perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini
dilahirkan melalui pembuluh getah bening. Otot-otot uterus
berkontraksi segera setelah persalinan, menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Perubahan-perubahan yeng terdapat pada serviks ialah
segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk seperti cincin. Warna serviks sendiri
merah kehitatam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan, tangan
pemeriksa masih dapat dimasukan kedalam kavum uteri.
Setelah 2 jam hanya bisa dimasukan 2-3 jari, dan setelah 1
minggu, hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam kavum uteri.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium adalah
62

timbulnya thrombosis, degenarasi dan nekrosis di tempat


implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasarakibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3
hari, permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-
sel dari bagin yang mengalami degenerasi. Sebagian besar
endometrium terlepas, regenerasi endometrium terjadi dari
sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2-3 minggu.
Jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami proses
yang sama, ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan
jaringan degenerasi ini berlangsung lengkap. Sehingga tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi
plasenta. Ligament-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Luka-
luka jalan lahir, seperti bekas luka episiotomy yang telah
dijahit, luka pada vagina dan serviks bila tidak seberapa
luasnya akan sembuh, kecuali bila terjadi infeksi.

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Sepusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tak teraba 350 gram

Berukuran normal seperti


6 minggu 50 gram
semula
63

Sumber: (Prawirohardjo, 2010)

b. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi
menciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum menjadi
kendor.

c. Hemokonsentrasi.
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai
shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt
akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah pada ibu relative
akan bertambah. Keadaan ini menimbulkana beban pada jantung.
Sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitium kordis. Untung keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali pada sedia kala. Umumnya hal
ini terjadi pada hari-hari ke tiga postpartum.
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah
sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan
tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai
25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin,
hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal
64

masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume


plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua
tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu
postpartum.

d. Sistem pencernaan.
Dua jam setelah persalinan ibu akan merasa lapar. Ibu sangat
membutuhkan kalsium karena pada masa nifas terjadi penurunan
ion kalsium, dan kalsium dibutuhkan sangat dibutuhkan oleh ibu
terutama untuk pertumbuhan janin pada masa laktasi (Saleha,
2009). Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari
dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau
diberikan obat yang lain.

e. Sistem hematologi dan kardiovaskular


Leukositosis akan meningkat pada beberapa hari post partum,
sehingga dianjurkan untuk mengajarkan pada ibu cara menjaga
kebersihan genetalia. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta
eritrosit akan bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari
65

volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang


berubah-ubah (Saleha, 2009).

f. Perubahan sistem perkemihan.


Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan
hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan
abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah
kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa
urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu.


Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima,
hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi
air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang
hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama
setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan
karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan
karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

g. Perubahan Sistem Musculoskeletal


Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi
ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya
uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur
untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
66

h. Perubahan sistem endokrin.


1) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
postpartum.

2) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hipotalamik Pituitary Ovarium


Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita
laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan
45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90%
setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi
pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50%
siklus pertama anovulasi.

i. Perubahan sistem kardiovaskular


Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali
67

esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat


mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin.
Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama
persalinan.

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400


cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah
dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood
volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan
pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria,
hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume


darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensationcordia
pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal
ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.

j. Lokhea
Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
pada masa nifas (Sarwono, 2010). Pada masa awal nifas,
peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge
vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara
68

mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel


epitel, dan bakteri. Jenis- jenis lokhia:

1) Lokhia Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari
pascapersalinan.

2) Lokhia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai
ke-7 pascapersalinan.

3) Lokhia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berubah, pada hari ke-7 sampai
ke-14 pascapersalinan.

4) Lokhia Alba
Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lokhia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
(Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, 2014).

k. Endometrium.
Perubahan yang terjadi pada endometrium adalah timbulnya
trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Vagina dan lubang vagina pada awal puerperium
merupakan saluran yang luas dan berdinding tipis. Rugae timbul
kembali pada minggu ke tiga (Saleha, 2009).
69

l. Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.

m. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan.

n. Laktasi
Mamae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi
dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh
oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke
2-3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada
air susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin.
Selain pengaruh hormon, salah satu rangsangan terbaik untuk
mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada
puting. Dengan menetekan bayi pada ibunya akan
mengakibatkan peningkatan produksi prolaktin dan hal ini akan
meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI). Lebih sering ibu
70

menetekan lebih meningkat pula produksi air susu ibu. Kadar


estrogen dan gonadotrophin menurun pada laktas, dan akan
meningkat lagi saat frekuensi menetekan dikurangi, umpamanya
bila bayi mulai mendapat tambahan makanan. Rangsangan psikis
merupakan reflex dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin
dihasilkan, sehingga air susu ibu dikeluarkan, sebagai efek
samping, memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain
menyusui bayi sendiri ialah akan menjelmanya rasa kasih sayang
sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan
anak. Air Susu Ibu (ASI) mempunyai sifat melindungi bayi
terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan pernafasan
dan paru-paru, otitis media, karena air susu ibu mengandung
lactoferrin, lysozyme dan immune globulin A (Prawirohardjo,
2010).

o. Perubahan tanda-tanda vital.


1) Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit
(37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
71

3) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas.

7. Evidence Based
Kebiasaan Keterangan
Tampon vagina menyerap darah
tetapi tidak menghentikan
Tampon Vagina perdarahan, bahkan perdarahan
tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi.
Selama 2 jam pertama atau
selanjutnya penggunaan gurita
Gurita atau sejenisnya
akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusio rahim.
Bayi benar-benar siaga selama 2
jam pertama setelah kelahiran. Ini
merupakan waktu yang tepat
Memisahkan ibu dan bayi untuk melakukan kontak kulit ke
kulit untuk mempererat bonding
attachment serta keberhasilan
pemberian ASI.
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
Penulisan perkembangan kasus menggunakan pendokumentasian secara SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
KUNJUNGAN PERTAMA
Selasa, 06 Maret 2018
Subjektif
A. Identitas
Nama Klien : Ny. U.A Nama Suami : Tn. M.D.S
Umur : 27 th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Jalan Pinang IV RT 12/ RW 05 No. 32
Nomor telepon : 0838-7226-2369
B. Anamnesa pada tanggal 6 Maret 2018 Pukul 10.00 WIB Oleh Siti
Nurhayati
Alasan kunjungan saat ini : Kunjungan ulang ke 8 (delapan)
1. Keluhan yang dirasakan : tidak ada
2. Riwayat Menstruasi
Usia pertama haid 12 tahun, Hari pertama haid terakhir tanggal 03
Juli 2017, lamanya 7 hari, ganti pembalut 3-4x/hari, konsistensi
cair ada sedikit gumpalan, tidak ada keluhan, taksiran persalinan
10 April 2018
4. Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : > 10 kali
5. Pola nutrisi : makan : 2x/hari, nasi, lauk, sayur, minum ±2 L air putih,
ibu mengatakan sering memakan biscuit sebagai cemilan
6. Pola eliminasi
- BAB : 1x/hari, warna kuning kecoklatan, tidak ada keluhan
- BAK : 3-4x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
7. Aktivitas sehari-hari

72
73

- Ibu mengatakan tidur malam 8 jam, siang kadang tidur 2 jam, tidak
ada keluhan pola tidur
4. Status Imunisasi TT : - Imunisasi TT 1 : tanggal 18 Desember 2018
- Imunisasi TT 2 : tanggal 15 Januari 2018
5. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Ibu tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi sebelumnya
6. Riwayat Kehamilan dan Nifas yang Lalu
No. Tgl/Thn Tempat/ Usia Jenis JK BB/ Ket
persalinan penolong persalinan persalinan PB
1. 2017 Hamil ini
4. Riwayat Kesehatan : Ibu tidak memiliki atau sedang menderita
penyakit berat, menular ataupun turunan. Ibu tidak merokok, tidak
mengkonsumsi jamu, alcohol, dan obat obatan terlarang. Ibu hanya
minum obat-obatan yang diberikan oleh dokter dan bidan
5. Riwayat Psikologi : kehamilan ini diinginkan dan direncanakan oleh
ibu dan suami, keluarga mendukung ibu atas kehamilan ini
6. Riwayat sosial : - ibu hanya tinggal dengan suami
- Ibu sangat aktif di kalangan rumahnya mengikuti
arisan dan pengajian
7. Status perkawinan : Jumlah 1 kali, lama perkawinan 11 bulan
8. Pendidikan kehamilan : ibu senang membaca artikel kehamilan, tetapi
ibu belum pernah mengikuti kelas ibu hamil.
9. Persiapan Progam perencanaan persalinan dan pencegahan Komplikasi
: taksiran persalinan ibu tanggal 10 April 2018, ibu ingin ditolong
bidan di puskesmas kecamatan koja, didampingi oleh
suami,transportasi dengan motor, calon pendonor darah adalah ibunya
yang bergolongan darah O.

Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
Keadaan emosional : stabil
74

Tanda - tanda vital :


TD : 100/70 mmHg
N : 81 x/menit
R : 21 x/menit
S : 36,5 ºC

Tinggi badan : 156 cm


Berat sebelum hamil : 49 kg
Berat badan : 61 kg
LILA : 26 cm
IMT : 25

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, bersih, tidak ada cloasma
Muka : kelopak mata : tidak oedema
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikhterik
Mulut dan gigi : Gigi : tidak ada gigi berlubang
Kelenjar thyroid : pembesaran kelenjar : tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : pembesaran : tidak ada pembesaran
Dada : simetris, tidak ada retraksi
Payudara : pembesaran : tidak ada pembesaran
Putting susu : menonjol, simetris
Benjolan/tumor : tidak ada benjolan
Pengeluaran : belum ada pengeluaran
Rasa nyeri : tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Bekas luka operasi : tidak ada bekas operasi
Ekstremitas atas dan bawah :
Atas : Simetris, tidak sindaktili, tidak polidaktili, tidak oedema
Bawah : Simetris, tidak sindaktili, tidak polidaktili, tidak oedema, reflek
patella +/+
75

Anogenital (inspeksi)
Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan
kelenjar bartholini, tidak ada pembengkakan kelenjar skene, tidak ada
keputihan
Anus : Terdapat lubang anus, tidak ada hemoroid.
Pemeriksaan Obstetrik
Palpasi uterus : TFU : 30 cm
Leopold I : Di fundus teraba agak bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Dikanan ibu teraba panjang, keras seperti papan
Dikiri ibu teraba bagian bagian kecil
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting
Leopold IV : Konvergen
Taksiran berat janin : (30 – 11) x 155 = 2.945 gram
DJJ : 127x/mnt, teratur
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb : 13,2 gr/dL pada 27 Februari 2018
Golongan darah :O
Urine : Protein : negatif
Glukosa : negative
HIV : non reaktif
HbsAg : non reaktif

Assesment
Diagnosa ibu : G1P0A0 hamil 35 minggu 2 hari
Diagnosa janin: janin tunggal hidup intrauterine
Masalah : tidak ada
Kebutuan : tidak ada
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik.
Ibu mengerti
76

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisinya dengan baik,


seperti makan makanan yang mengandung protein, karbohidrat, vitamin,
mineral dan sebisa mungkin makan sering walau dalam porsi sedikit.
Ibu mengerti dan mengikuti anjuran bidan dengan menjaga asupan
nutrisinya dengan memakan makanan yang bernutrisi.
3. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi 2
kali sehari, mengeringkan daerah kemaluan setiap habis BAB dan BAK
dengan tisu dan mengganti pakaian dalamnya minimal 4 kali dalam sehari
atau jika terasa lembab.
Ibu mengerti dan akan mengikuti saran yang dikatakan bidan
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menyarankan ibu untuk
tidak terlalu lelah dalam melakukan pekerjaan rumah.
Ibu mengatakan akan menjaga pola istirahatnya dan akan beristirahat jika
sudah terasa lelah saat melakukan pekerjaan rumahnya.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester 3 dan meminta ibu
segera datang ke fasilitas kesehatan jika merasakan tanda bahaya yaitu
keluar darah segar dari jalan lahir, bengkak diwajah, kaki dan tangan,
penglihatan kabur, berkurangnya gerakan janin dan keluar air–air yang tidak
tertahankan.
Ibu mengerti dan akan segera mendatangi fasilitas kesehatan jika
merasakan tanda bahaya kehamilan trimester 3.
6. Memberitahu ibu untuk mulai mempersiapkan kebutuhan persalinan seperti
baju ibu dan bayi, perlengkapan mandi ibu dan bayi, sarung ibu, pembalut,
bedong bayi, popok bayi .
Ibu mengerti dan mengatakan akan mempersiapkan kebutuhan persalinan.
7. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan
seperti keluar lendir darah, mulas yang semakin sering dan teratur. Dan
meminta ibu untuk datang ke tenaga kesehatan bila mengalami hal-hal
tersebut.
Ibu mengerti dan telah mengetahuinya dan mengatakan akan datang
ketenaga kesehatan jika mengalami hal tersebut.
77

8. Memberi ibu tablet SF 1x1, Kalk 1x1, Vit C 1x1, B12 1x1 . Memberitahu
ibu bahwa SF atau tablet tambah darah dan Vit C diminum malam hari
dengan air mineral, sedangkan Kalk dan B12 minum pagi hari.
Memberitahu ibu efek samping dari vitamin SF yaitu mual dan BAB
berwarna kehitaman.
Ibu mengerti dan akan minum vitamin sesuai yang dianjurkan.
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ulang pada tanggal 20
Maret 2018 atau bila ibu ada keluhan ke puskesmas dan membawa buku
periksanya ke puskesmas.
Ibu akan datang ke puskesmas untuk pemeriksaan ulang.
78

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


KUNJUNGAN KEDUA (Kunjungan Rumah)
Tanggal 13 Maret 2018

Subjektif
Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan ini merupakan
kunjungan ulang ibu.
Keluhan saat ini : Nyeri perut bawah dan nyeri pinggang
Objektif
Pemeriksaan Umum :
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit
R : 21x/menit S : 37,1oC
Berat badan : 61 kg
Pemeriksaan Obstetri
TFU : 32 cm
 Leopold I : Di fundus teraba agak bulat, lunak, tidak melenting.
 Leopold II : Disebelah kanan ibu teraba keras, panjang seperti papan.
Disebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil.
 Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting .
 Leopold IV : Konvergen
 DJJ : 148 x/menit, teratur
 Taksiran berat janin : (32-11) x 155 = 3.255 gram
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
Assesment
Diagnosa ibu : G1P0A0 hamil 36 minggu 2 hari
Diagnosa janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala
Masalah : Nyeri perut bawah dan nyeri pinggang
Kebutuhan : KIE teknik relaksasi
79

Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu bahwa keadaan umum ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengetahui keadaan umumnya dan merasa senang mendengarnya.
2. Menjelaskan bahwa nyeri bawah perut dan nyeri pinggang adalah hal yang
fisiologis karena kepala bayi sudah mulai masuk ke pintu atas panggul dan
mengajarkan ibu teknik relaksasi pijat lumbal dengan cara memijat-pijat
dengan lembut pada daerah lumbal agar mengurangi rasa pegal-pegal.
Ibu mengerti dan akan mencoba dirumah.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisinya dengan baik dan
sebisa mungkin makan sering walau dalam porsi sedikit.
Ibu mengerti dan mengikuti anjuran bidan dengan menjaga asupan
nutrisinya.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menyarankan ibu untuk
tidak terlalu lelah dalam melakukan pekerjaan rumah.
Ibu mengatakan akan menjaga pola istirahatnya dan akan beristirahat jika
sudah terasa lelah saat melakukan pekerjaan rumahnya.
5. Menganjurkan ibu agar tetap menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi 2
kali sehari, mengeringkan daerah kemaluan setiap habis BAB dan BAK
dengan tisu dan mengganti pakaian dalamnya minimal 4 kali sehari atau jika
terasa lembab.
Ibu mengatakan akan mengikuti saran yang dikatakan bidan.
6. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan
seperti keluar lendir darah, mulas yang semakin sering dan teratur dan
meminta ibu untuk datang ke tenaga kesehatan bila mengalami hal-hal
tersebut.
Ibu mengerti dan mengatakan akan datang ketenaga kesehatan jika
mengalami hal tersebut.
7. Menganjurkan ibu untuk memeriksa kembali perlengkapan bayi dan ibu
untuk persalinan nanti.
Ibu mengerti dan akan memeriksa kembali perlengkapannya.
8. Mengingatkan kembali ibu tentang P4K.
80

Ibu sudah memastikan kembali kebutuhan persalinan dan mengisi stiker


serta menempel di depan pintu rumahnya.
9. Mengevaluasi pemberian vitamin pada kunjungan sebelumnya dan
menganjurkan tetap meminum vitamin sesuai anjuran.
Ibu mengaku meminum sesuai anjuran dan akan melanjutkan minum
vitamin sesuai anjuran.
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan rutin ke bidan tanggal
20 April 2017 atau datang saat ada keluhan.
Ibu akan datang ke bidan untuk pemeriksaan ulang.
81

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Kunjungan Ketiga
Tanggal 20 Maret 2018

Subjektif
Alasan kunjungan : ini merupakan jadwal kunjungan ulang ibu untuk pemeriksaan
kehamilannya.
Keluhan : Ibu mengatakan sering terbangun di malam hari untuk berkemih dan
merasa nyeri perut bagian bawah.
Objektif
Pemeriksaan Umum :
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit
R : 20 x/menit S : 36,8 oC
Berat badan : 62,5 kg
Pemeriksaan Obstetri
TFU : 31 cm
 Leopold I : Bagian teratas janin teraba bulat, lunak, tidak melenting.
 Leopold II : Disebelah kanan ibu teraba keras, panjang seperti papan.
Disebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil.
 Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting
 Leopold IV : Divergen 4/5
 DJJ : 153 x/menit, teratur
 Taksiran berat janin : (31-12) x 155 = 2.945 gram
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
Assesment
Diagnosa : G2P1A0 hamil 37 minggu 2 hari
Diagnosa janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala
Masalah : keluhan fisiologis trimester 3
82

Kebutuhan : KIE hidrasi


Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu bahwa keadaan umum ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengetahui keadaan umumnya dan merasa senang mendengarnya.
2. Memberitahu ibu rasa sakit pada bawah perut dan sering berkemih
merupakan hal yang fisiologis karena kepala janin sedang turun kebawah
dan menekan kandung kemih sehingga membuat ibu sering berkemih.
Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu mengurangi minum jika menjelang malam, sehingga
ibu tidak sering terbangun untuk berkemih di malam hari.
Ibu mengerti dan akan mengukuti anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisinya dan sebisa
mungkin makan sering walau dalam porsi sedikit.
Ibu mengetahui dan mengikuti anjuran yang disarankan bidan dengan
menjaga asupan nutrisinya dengan memakan makanan yang bernutrisi.
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan adalah hal yang
fisiologis.
Ibu mengerti dan merasa tenang setelah mendengar penjelasan dari
bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menyarankan ibu untuk
tidak terlalu lelah dalam melakukan pekerjaan rumah.
Ibu mengatakan akan menjaga pola istirahatnya dan akan beristirahat
jika sudah terasa lelah saat melakukan pekerjaan rumahnya.
7. Menganjurkan ibu untuk tidur siang karena ibu merasa jam tidur
malamnya terganggu.
Ibu mengikuti saran bidan dan akan menyempatkan untuk tidur disiang
hari.
8. Menganjurkan ibu untuk lebih sering melakukan hubungan seksual dengan
suaminya agar membantu mempercepat proses kelahiran anaknya. Ibu
mengerti dan akan melakukan saran yang disarankan oleh bidan.
83

9. Memberitahu dan mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda


persalinan seperti keluar lendir darah, mulas yang semakin sering dan
teratur. Dan meminta ibu untuk datang ke tenaga kesehatan bila
mengalami hal-hal tersebut.
Ibu mengerti dan telah mengetahuinya dan mengatakan akan datang
ketenaga kesehatan jika mengalami hal tersebut.
10. Menganjurkan ibu untuk memeriksa kembali perlengkapan bayi dan ibu
untuk persalinan nanti serta kelengkapan surat administrasi BPJS.
Ibu telah memeriksa kelengkapan perlengkapan bayi dan ibu untuk
persalinan nanti dan semua perlengkapan dan peralatan bayi dan ibu
untuk persalinan sudah tersedia serta surat administrasi BPJS telah
disiapkan
11. Menjelaskan kepada ibu proses persalinan dan IMD.
Ibu mengerti dan mau melakukan IMD setelah persalinan.
12. Merencanakan dengan ibu tentang pengasuhan bayi setelah lahir.
Ibu mengatakan akan mengasuh dengan suami dirumah.
13. Memberikan tablet tambah darah kepada ibu dan memberitahu untuk
mengkonsumsinya di malan hari dengan air mineral dan efeknya ibu akan
mual dan BAB berwarna kehitaman.
Ibu mengerti
14. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ulang pada 27 Maret
2018 ke puskesmas atau datang saat ada keluhan atau tanda persalinan dan
membawa buku periksanya ke puskesmas.
Ibu akan datang ke puskesmas untuk pemeriksaan ulang.
84

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


Kamis, 22 Maret 2018
Kala I fase laten ( 22 Maret 2018 pukul 08.00 WIB )
Subjektif
Keluhan utama : mulas sejak pukul 01.00 WIB, keluar lendir darah, belum keluar
air-air
Nutrisi : Makan terakhir pukul 06.30 ( nasi dengan bubur )
Minum terakhir pukul 07.30
Eliminasi : BAB terakhir pukul 16.00 tanggal 21 Maret 2018
BAK terakhir pukul 21.00
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 19 x/Menit
N : 78 x/Menit S : 36,9ºC
Abdomen : TFU : 31 cm
Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian bagian kecil di kanan Ibu
Teraba panjang keras terasa seperti papan di kiri Ibu
Leopold III : Teraba bulat keras melenting
Leopold IV : Divergen , 4/5 Bagian
DJJ : 141x /Menit , HIS : 1x10’ 15’’
Kandung kemih : kosong
VT : vulva vagina Tidak ada kelainan, tidak ada varises, terdapat lendir darah,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : +
Presentasi : Kepala
Penurunan : H I
Assesment
Diagnosa ibu: G1 P0 A0 Hamil 37 minggu 4 hari inpartu kala satu fase laten
85

Diagnosa janin : tunggal hidup intrauterine presentasi kepala


Masalah : -
Kebutuhan : -
Penatalaksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik ,
Ibu sudah pembukaan 3 cm.
Ibu mengerti
2. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas dalam lewat hidup dan
mengeluarkan secara perlahan lewat mulut .
Ibu mengerti dan dapat melakukan dengan baik.
3. Mengajarkan suami ibu masase punggung untuk mengurangi nyeri.
Suami atau pendamping dapat melakukan dengan baik .
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
Ibu makan roti dan minum teh manis.
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sekitar ruangan untuk mempercepat
persalinan.
Ibu mengerti dan berjalan jalan sekitar ruangan.
6. Memberitahu ibu untuk tidur miring kiri untuk melancakan asupan ke
bayi.
Ibu mengerti dan tidur miring kiri.
7. Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
karena akan membuat jalan lahir membengkak. Ibu mengerti
8. Melakukan observasi kemajuan persalinan.
Observasi telah dilakukan
86

Tabel 1.1 evaluasi tanda – tanda vital ibu selama persalinan kala I

No Jam TD N S DJJ His Ket


1 08.00 120/80 78 36,9 141 1x/10’/15” PD Ø 1cm, portio teraba tebal
lunak, ketuban (+), presentasi
kepala, penurunan hodge I, tidak
ada molase, posisi ubun – ubun
kecil depan
2 08.30 78 140 1x/10’/20”
- -
3 09.00 79 - 133 1x/10’/20”
-
4 09.30 - 78 - 140 2x/10’/20”

5 10.00 - 80 - 141 2x/10’/25”

6 10.30 - 82 - 141 2x/10’/25”

7 11.00 - 80 - 142 2x/10’/30”

8 11.30 - 80 - 143 3x/10’/30”


87

*Pemeriksaan Ulang pukul 12.00 WIB,.


Kala I fase aktif ( 22 Maret 2018 pukul 12.00 WIB )
Subjektif
Keluhan utama : ibu merasa mulas semakin sering
Nutrisi : Makan terakhir pukul 11.30 ( nasi dengan lauk dan sayur )
Minum terakhir pukul 11.50
Eliminasi : BAB terakhir pukul 16.00 tanggal 21 Maret 2018
BAK terakhir pukul 09.00
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : stabil
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 20 x/Menit
N : 81 x/Menit S : 36,5ºC
Abdomen : TFU : 31 cm
Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian bagian kecil di kanan Ibu
Teraba panjang keras terasa seperti papan di kiri Ibu
Leopold III : Teraba bulat keras melenting
Leopold IV : Divergen , 4/5 Bagian
DJJ : 144x /Menit , HIS : 3x10’ 30’’
Kandung kemih : kosong
VT : vulva vagina Tidak ada kelainan, tidak ada varises, terdapat lendir darah,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : +
Presentasi : Kepala
Penurunan : H II
Assesment
Diagnosa ibu: G1 P0 A0 Hamil 37 minggu 3 inpartu kala satu fase akttif
Diagnosa janin : tunggal hidup intrauterine presentasi kepala
Masalah : -
88

Kebutuhan : -
Penatalaksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik ,
Ibu sudah pembukaan 5 cm.
Ibu mengerti
2. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas dalam lewat hidup dan
mengeluarkan secara perlahan lewat mulut.
Ibu mengerti dan dapat melakukan dengan baik.
3. Mengajarkan suami ibu masase punggung untuk mengurangi nyeri .
Suami atau pendamping dapat melakukan dengan baik .
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik, yaitu menarik nafas dalam
lewat hidung lalu mengedan seperti BAB yang keras, kepala diangkat dan
kedua mata melihat ke perut.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya dengan baik.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum .
Ibu makan roti dan minum teh manis.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sekitar ruangan untuk mempercepat
persalinan.
Ibu mengerti dan berjalan jalan sekitar ruangan.
7. Memberitahu ibu untuk tidur miring kiri untuk melancakan asupan
oksigen ke bayi.
Ibu mengerti dan tidur miring kiri.
8. Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
karena akan membuat jalan lahir membengkak.
Ibu mengerti
9. Menyiapkan Set Partus , Set Hecting , Baju bayi dan kebutuhan persalinan
lainnya. Sudah siap
10. Melakukan observasi kemajuan persalinan dan mendokumentasikan di
partograf . Partograf terlampir .
89

*Pemeriksaan Ulang pukul 16.00 WIB,.


Kala I fase aktif ( 22 Maret 2018 pukul 16.00 WIB )
Subjektif
Keluhan utama : ibu merasa mulas semakin sering
Nutrisi : Makan terakhir pukul 11.30 ( nasi dengan lauk dan sayur )
Minum terakhir pukul 11.50
Eliminasi : BAB terakhir pukul 14.00
BAK terakhir pukul 15.00
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : stabil
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 21 x/Menit
N : 80 x/Menit S : 36,6ºC
Abdomen : TFU : 30 cm
Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian bagian kecil di kanan Ibu
Teraba panjang keras terasa seperti papan di kiri Ibu
Leopold III : Teraba bulat keras melenting
Leopold IV : Divergen , 4/5 Bagian
DJJ : 131x /Menit , HIS : 3x10’ 30’’
Kandung kemih : kosong
VT : vulva vagina Tidak ada kelainan, tidak ada varises, terdapat lendir darah,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene
Portio : Tipis lunak
Pembukaan : 9 cm
Ketuban : +
Presentasi : Kepala
Penurunan : H II
Assesment
Diagnosa ibu: G1 P0 A0 Hamil 37 minggu 3 inpartu kala satu fase aktif
Diagnosa janin : tunggal hidup intrauterine presentasi kepala
Masalah : -
90

Kebutuhan : -
Penatalaksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik ,
Ibu sudah pembukaan 9 cm.
Ibu mengerti
2. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas dalam lewat hidup dan
mengeluarkan secara perlahan lewat mulut.
Ibu mengerti dan dapat melakukan dengan baik.
3. Mengajarkan suami ibu masase punggung untuk mengurangi nyeri .
Suami atau pendamping dapat melakukan dengan baik .
4. Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik, yaitu menarik nafas dalam
lewat hidung lalu mengedan seperti BAB yang keras, kepala diangkat dan
kedua mata melihat ke perut.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya dengan baik.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum .
Ibu makan roti dan minum teh manis.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi sekitar ruangan untuk mempercepat
persalinan.
Ibu mengerti dan berjalan jalan sekitar ruangan.
7. Memberitahu ibu untuk tidur miring kiri untuk melancakan asupan
oksigen ke bayi.
Ibu mengerti dan tidur miring kiri.
8. Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
karena akan membuat jalan lahir membengkak.
Ibu mengerti
9. Mengecek kelengkapan Set Partus , Set Hecting , Baju bayi dan kebutuhan
persalinan lainnya.
Sudah lengkap
10. Melakukan observasi kemajuan persalinan dan mendokumentasikan di
partograf . Partograf terlampir .
91

Kala II (22 Maret 2018 pukul 17.00 WIB)


Subjektif
Ibu mengeluh keluar air air yan tidak tertahankan, mulas yang makin sering dan
merasa ingin BAB.
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : gelisah
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 20 x/Menit
N : 80 x/Menit S : 36,6ºC
DJJ : 140x /Menit , HIS : 4 x10’ 40’’
Kandung kemih : kosong
VT : vulva vagina : Tidak ada kelainan, tidak ada varises, terdapat lendir darah,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-) jernih
Presentasi : Kepala
Posisi : UUK depan
Penurunan : H-IV
Assesment
Diagnosa Ibu : G1 P0 A0 Hamil 37 minggu 4 hari inpartu kala dua
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala
Masalah : -
Kebutuhan : Pimpinan persalinan
Penatalaksanaan
1. Memastikan tanda gejala kala II.
Sudah ada dorongan untuk meneran, ada tekanan pada anus, perineum
telah menonjol dan vulva membuka.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah pembukaan pengkap dan
akan segera melahirkan.
Ibu mengerti
92

3. Membantu ibu mengatur posisi persalinan.


Ibu memilih posisi tidur telentang dengan kedua pada dibuka lebar dan
kedua tangan meraih pada bagian dalam.
4. Memakai APD dan Mendekatkan set partus kepada ibu.
APD sudah dipakai dan Alat telah didekatkan.
5. Membantu ibu memenuhi nutrisi.
Ibu minum teh manis saat tidak kontraksi.
6. Mengingatkan ibu cara meneran yang baik.
Ibu meneran dengan baik saat HIS.
7. Memberi dukungan kepada ibu agar tetap semangat.
Ibu berusaha agar persalinan lancar.
8. Memimpin ibu meneran ketika HIS dan memantau DJJ setelah HIS
Pimpinan persalinan telah dilakukan
9. Penolong memakai APD dan melakukan pertolongan persalinan sesuai
APN
*Bayi lahir spontan pukul 17.15 WIB, letak belakang kepala, jenis kelamin
laki laki
10. Melakukan penilaian awal bayi baru lahir
bayi menangis kuat, tonus aktif, warna kulit kemerahan, , A/S 9/10.
11. Mengeringkan bayi dengan kain kecuali kedua tangan untuk peroses IMD
dan menghisap lendir.
Bayi sudah dikeringkan dan lendir sudah di hisap
12. Mengklem, memotong dan mengikat tali pusat bayi.
Tali pusat sudah diklem, dipotong dan diikat.
13. Memfasilitasi bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama 1
jam.
Bayi sudah difasilitasi.
93

Kala III (21 April 2017 pukul 17.15 WIB)


Subjektif
Ibu merasa masih mulas dan lemas
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : Stabil
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20 x/Menit
N : 84 x/Menit S : 36,6ºC
Abdomen : tidak ada janin kedua
TFU : sepusat
Kontraksi uterus : baik
Kandung kemih : kosong
Genetalia : Tampak pengeluaran darah secara normal ±100 cc dan tali pusat
nampak di depan vagina
Assesment
Diagnosa ibu : P1A0 partus kala III
Masalah : -
Kebutuhan : Management aktif kala III
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan, bahwa bayi lahir
sehat pukul 17.15 wib dengan jenis kelamin laki-laki, ibu dalam kondisi baik
dan memberitahu bahwa plasenta akan segera lahir.
Ibu mengerti dengan kondisinya.
2. Memastikan adanya janin kedua.
Tidak terdapat janin kedua.
3. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Menyuntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha atau bagian luar.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali setelah terdapat tanda-
tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat memanjang, semburan darah
tiba-tiba, dan uterus globuler.
c. Pukul 17.20 WIB plasenta lahir spontan.
94

d. Melakukan massase fundus uterus selama 15 detik guna menimbulkan


kontraksi untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.
4. Melakukan pemeriksaan plasenta.
Kotiledon lengkap, Selaput ketuban utuh, panjang tali pusat 20 cm,
diameter 20 cm, tebal 3 cm, insersi tali pusat marginal
5. Menilai perdarahan.
Perdarahan normal. Perdarahan ±100 cc.
6. Menilai robekan jalan lahir.
Terdapat laserasi jalan lahir pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum

Kala IV ( 21 April 2017 pukul 17.20 WIB)


Subjektif
Ibu senang atas kelahiran bayinya dan mengeluh masih agak mulas dan perih
dibagian kemaluannya
Objektif
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : Composmentis , Emosional : Stabil
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 21 x/Menit
N : 78 x/Menit S : 36,8ºC
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : baik
Perdarahan : ± 100 cc
Rupture : Grade II (robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, dan otot perineum)
Assesment
Diagnosa ibu : P1A0 partus kala IV dengan Rupture Grade II
Masalah : -
Kebutuhan : Penjahitan pada robekan jalan lahir
Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Ibu dan keluarga bahwa
kondisi Ibu dan bayi sehat.
95

Ibu nampak sangat bahagia dan bersyukur karena telah melewati proses
persalinan ini dengan selamat.
2. Meberitahu ibu bahwa terdapat robekan pada jalan lahir, maka luka
robekan harus dijahit.
Ibu merasa sedikit khawatir dan setuju jika akan dilakukan penjahitan.
3. Menyiapkan alat hecting dan melakukan penjahitan.
Alat telah disiapkan, luka robekan telah dijahit.
4. Melakukan massase uterus uterus ulang searah jarum jam dan melihat
pengeluaran darah pada jalan lahir.
Tidak terdapat pengeluaran darah yang serius, darah yang keluar terjadi
karna kontraksi normal dari rahim.
5. Merapihkan dan membersihkan ibu.
Ibu sudah di rapihkan dan di bersihkan
6. Merendam alat di air klorin 0,5% selama 10 menit.
Alat sudah direndam air klorin 5% selama 10 menit
7. Menganjurkan ibu makan & minum.
Ibu mau makan & minum.
8. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.
Ibu mengerti dan tidak akan menahan BAB dan BAK.
9. Memberi ibu terapi oral SF 1x1 , Vit A 1x1 & Vit C 1x1 .
Ibu meminum obat setelah makan.
10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
Ibu mengerti dan akan menyusui bayinya.
11. Memberitahukan ibu tanda-tanda bahaya nifas.
Ibu mengerti dan dapat mengulanginya
12. Melakukan pemantauan/observasi setiap 15 menit selama 1 jam pertama
postpartum dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua postpartum, untuk
melakukan observasi terhadap, tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan.
Observasi dilakukan sesuai dengan jam, dan dicatat pada lembar
patograf.
96

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


1. Neonatus usia 1 jam, 22 Maret 2018 pukul 18.15 WIB
Subjektif
Bayi lahir spontan langsung menangis dan ibu mengatakan bayi bergerak
aktif.
Objektif
a. Penilaian awal
1) Menangis kuat : Ya
2) Warna kulit : Kemerahan
3) Tonus otot : Bergerak aktif
b. Pemeriksaan antropometri
1) Berat badan : 3.000 gram
2) Panjang badan : 48 cm
3) Lingkar kepala : 33 cm
4) Lingkar dada : 32 cm
c. Keadaan umum : Baik
d. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,9 oC
2) Denyut jantung bayi : 140 x/menit
3) Pernapasan : 53 x/menit
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit : Berwarna kemerahan, tidak terdapat ruam, bercak
atau tanda lahir.
2) Kepala : Tidak ada caput succedaneum, dan cepal
hematoma.
3) Wajah : Antara kedua mata simetris.
4) Telinga : Simetris, terdapat lubang dan tidak terdapat
serumen.
5) Mulut : Tidak terdapat labioskizis dan labiopalatoskizis,
tidak sianosis
97

6) Leher : Tidak ada kelainan dan tidak ada pembesaran


kelenjar.
7) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.
8) Paru-paru : Tidak terdapat bunyi wheezing
9) Jantung : Tidak terdapat bunyi murmur dan gallop.
10) Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada kelainan.
11) Umbilikus : Tidak ada perdarahan dan infeksi
12) Genetalia : Normal, penis berlubang dibagian ujung dan testis
sudah turun.
13) Anus : Terdapat lubang anus.
14) Ekstremitas : Lengkap, simetris, tidak ada fraktur dan tidak
terdapat polidaktili atau sindaktili.
f. Refleks
1) Labirin : Positif
2) Glabela : Positif
3) Tonic neck : Positif
4) Grasping : Positif
5) Morro : Positif
6) Rooting : Positif
7) Sucking : Positif
8) Swallowing : Positif
9) Babinski : Positif
g. Eliminasi
1) BAB : Sudah
2) BAK : Belum
Assesment
Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Usia Kehamilan usia 1 Jam
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan bayi saat ini dalam keadaan
sehat.
Ibu mengerti.
98

2. Membersihkan dan mengganti kain yang sudah kotor dengan kain yang
kering dan bersih.
Kain telah diganti.
3. Memberi injeksi Vit-K 1 mg secara IM untuk mencegah terjadinya
perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir.
Vitamin K telah diberikan.
4. Memberikan salep mata tetrasiklin 1 % untuk mencegah infeksi pada mata.
Salep mata telah diberikan.
5. Melakukan perawatan tali pusat, menjaga kebersihannya, dan menjaga agar
tali pusat tetap dalam kondisi kering.
Perawatan tali pusat telah diberikan.
6. Mencegah hipotermi pada bayi dengan memakaikan pakaian kering,
bedong, topi, sarung tangan dan sarung kaki.
Bayi telah dipakaikan baju dan topi serta telah dibedong.
7. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
Ibu dan bayi telah dirawat gabung.
8. Mengajarkan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar dan
bagaimana perlekatan mulut bayi dengan puting susu yang benar.
Ibu dapat menyusui dengan baik dan nyaman.
9. Memberi imunisasi HB0 secara IM sebelum ibu dan bayi pulang kerumah.
HB0 telah diberikan.
10. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, dan
menganjurkan ibu memanggil petugas kesehatan bila menemukan tanda-
tanda sebagai berikut:
1) Bayi tampak lemah, tidak mau menyusu.
2) Pernapasan cepat, bayi tampak gelisah.
3) Berat badan bayi cepat menurun.
4) Demam pada bayi hingga kejang.
5) Mata atau ekstremitas bayi berubah menjadi sedikit kekuningan.
6) Talipusat membengkak, berdarah, bernanah atau berbau.
99

7) Muntah terus menerus, BAB berlendir atau berdarah atau tidak BAB 3
hari. Ibu mengerti dan mengatakan akan memanggil petugas jika
menemui tanda tanda bahaya pada bayinya.

2. Neonatus 6 hari, 28 April 2017


Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, aktif dan sudah mampu menghisap puting
susu dengan baik, tali pusat belum puput. Ibu mengatakan bayi BAB 8 kali sehari
dengan berwarna kuning, memiliki bentuk lunak agak cair dan berbij-biji.
Sedangkan bayi BAK sebanyak 9 kali sehari berwarna kuning jernih.
Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
1) Pernapasan : 48 x/menit
2) Denyut jantung : 138 x/menit
3) Suhu : 36,8 oC
c. Berat badan : 3.300 gram.
d. Mata : Tidak ada nanah dan tidak infeksi.
Kulit : Kulit kemerahan, tidak ada pustul dan tidak ikterik.
Tali pusat :Sudah mulai mongering, bersih dan tidak ada tanda infeksi.

Assesment
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan usia 6 hari.
Penatalaksaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan
baik. Ibu mengerti
2. Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI saja kepada bayi, tidak
memberikan makanan atau minuman tambahan.
Ibu mengerti dan termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.
100

3. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya dibawah sinar matahari kurang


lebih selama 30 menit sebelum pukul 9 pagi di tempat yang bebas polusi
udara dan paparan asap rokok.
Ibu mengerti dan sudah melakukannya.
4. Memberitahu ibu dan keluarga agar selalu mencuci tangan jika ingin
memegang bayi.
Ibu mengerti dan mau melakukannya
5. Memberitahu ibu tetap melakukan perawatan tali pusat seperti yang telah
diajarkan.
Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi.
Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga kehangatan bayi.
7. Mengingatkan ibu untuk melakukan kontrol nifas dan neonatus pada tanggal
5 April 2018. Ibu mengerti dan bersedia untuk kontrol.

3. Kunjungan Neonatus 2 minggu, 8 April 2018


Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, aktif dan sudah mampu menghisap puting
susu dengan kuat dan tali pusat telah puput. Ibu mengatakan bayi BAB 6 kali
sehari berwarna kuning lunak. Bayi BAK 7 kali sehari berwarna kuning jernih.
Objektif
Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital
1. Pernapasan : 48 x/menit
2. Denyut jantung: 142 x/menit
o
3. Suhu : 36,7 C
Berat badan : 3.500 gram.
Mata : Tidak ada nanah dan tidak infeksi.
Kulit : Kulit kemerahan, tidak ada pustul dan tidak
ikterik.
Abdomen : Tali pusat telah puput, tidak ada pembengkakan
101

Assesment
Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 2 minggu.
Penatalaksaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
bayi dalam keadaan baik.
Ibu mengerti dan senang dengan keadaan bayinya.
2. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga suhu tubuh bayi, menjaga bayi
tetap bersih, hangat, dan kering. Dengan cara setiap bayi BAB dan BAK,
langsung mengganti pakaian bayi.
Memakaikan pakaian yang bersih dan kering. Ibu mengerti dan dapat
mempraktikkannya.
3. Memberikan apresiasi kepada ibu karena hanya memberikan ASI saja
hingga hari ini. Serta menganjurkan kepada ibu agar tetap memberikan
ASI saja kepada bayi selama enam bulan, tanpa makanan atau minuman
tambahan. Serta memberikan ASI setiap satu atau dua jam sekali.
Ibu mengerti dan bersedia untuk hanya memberikan ASI saja kepada
bayinya.
4. Mengingatkan kepada ibu tanda bahaya yang dapat terjadi pada bayi baru
lahir, yaitu:
a. Bayi tampak lemah, tidak mau menyusu.
b. Pernapasan cepat, bayi tampak gelisah.
c. Berat badan bayi cepat menurun.
d. Demam pada bayi hingga kejang.
e. Mata atau ekstremitas bayi berubah menjadi sedikit kekuningan.
f. Muntah terus menerus, BAB berlendir atau berdarah atau tidak BAB
selama 3 hari. Dan membawa bayi ke fasilitas kesehatan segera
setelah terdapat tanda bahaya yang disebutkan.
Ibu mengerti dan bersedia untuk ke fasilitas kesehatan jika terdapat
tanda bahaya pada bayi baru lahir.
102

5. Mengingatkan ibu pada saat bayi berusia satu bulan atau pada tanggal 22
April 2017 agar bayi dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
vaksin BCG dan Polio 1 serta tidak lupa untuk membawa buku KIA.
Ibu mengerti dan akan membawa bayi ke Puskesmas Pademangan untuk
imunisasi dan membawa buku KIA.
6. Mengingatkan kembali kepada ibu agar setiap ingin memegang bayi
selalu mencuci tangan di air mengalir, dan jika suami ingin merokok
diharapkan diluar rumah.
Ibu mengerti dan bersedia.
103

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


1. Nifas 6 jam, tanggal 22 April 2017 pukul 23.20 WIB
Subjektif
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya, sudah
merasakan lega dan sudah dapat berkemih tanpa memiliki keluhan di kamar
mandi. Namun ibu belum BAB. Ibu sudah dapat berjalan dengan baik tanpa
ada keluhan. Ibu masih merasa sedikit mulas dan ibu dapat mempraktikkan
teknik massase uterus yang diajarkan. Ibu sudah meminum obat dan vitamin
yang di resepkan, serta sudah makan dan minum. Ibu sudah berhasil
memberikan ASI pertamanya tanpa ada keluhan. Ibu merasa keluar darah
tidak banyak, masih dalam batas normal.
Objektif
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Stabil
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 82 x/menit
3) Pernapasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,5 oC
c. Pemeriksaan fisik
1) Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.
2) Payudara : Tidak terdapat pembengkakan, puting susu
menonjol dan pengeluaran kolostrum.
3) Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik, teraba keras
Kandung kemih : Kosong
4) Vagina
Perdarahan : Normal, ±50 cc
Warna : Lochea Rubra (kemerahan).
104

Luka jahitan : Luka jahitan bersih, tidak terdapat oedema, tidak


ada tanda-tanda infeksi dan masih basah.
5) Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.
Analisa
Ibu : P1A0 nifas 6 jam
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu
dalam keadaan baik.
Ibu mengerti dan senang atas hasil pemeriksaan.
2. Mengevaluasi ibu mengenai menilai kontraksi uterus yang baik dan
teknik massase uterus yang benar.
Ibu dapat mempraktikkan dengan baik.
3. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK agar
memperlancar proses pemulihan rahim.
Ibu mengerti dan tidak akan menahan BAB dan BAK.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup.
Ibu mengerti
5. Memberitahu ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya, makan-
makanan dengan gizi seimbang, dan memperbanyak konsumsi protein
seperti putih telur dan ikan agar penyembuhan luka jahitan lebih efektif.
Ibu mengerti dan bersedia makan makanan bergizi dan tinggi protein.
6. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, maksimal
2 jam sekali dengan posisi yang nyaman dan perlekatan yang benar.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya.
7. Memberitahu ibu untuk tidak takut dalam membersihkan kemaluanya,
karena jika tidak bersih maka akan menyebabkan bakteri dan
memungkinkan timbulnya infeksi.
Ibu mengerti.
8. KIE tentang cara membersihkan vagina yang benar, yaitu dari arah
depan ke belakang dengan menggunakan air bersih, mengganti
105

pembalut sesering mungkin, serta mengeringkan dengan tissue atau


kain bersih.
Ibu mengerti.
9. Memberitahu ibu untuk tidak menyiram vagina dengan air hangat
karena dapat membuat benang pada jahitan menjadi renggang atau
putus.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
10. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu perdarahan
hebat, sakit kepala terus-menerus, demam, nyeri ulu hati, nyeri perut
hebat, demam, mata berkunang-kunang, terdapat benjolan payudara,
dan lochea berbau. Serta menganjurkan ibu agar mendatangi petugas
kesehatan bila terdapat tanda-tanda masa nifas.
Ibu dapat mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas dan akan
datang ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya masa nifas.
11. Memberitahu kepada ibu untuk kunjungan ulang 6 hari setelah
persalinan yaitu pada tanggal 28 Maret 2018.
Ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan nifas.

2. Nifas 6 hari, tanggal 28 Maret 2018


Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu makan teratur sebanyak 3 kali
sehari, banyak meminum air mineral dengan frekuensi 8-9 gelas dalam satu
hari, istirahat 5-6 jam dengan tidur siang setiap hari. Ibu mengonsumsi obat
secara rutin. Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna kecoklatan, dan
tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu memberikan ASI setiap
dua jam sekali. Ibu sudah tidak merasa lelah, tidur teratur meskipun kadang
terbangun untuk menyusui. Ibu sudah BAB dan BAK tanpa keluhan, tidak
ada keluhan pada luka jahitan, mengganti pembalut yaitu 3 kali sehari, dan
mengganti celana dalam setiap ibu merasa tidak nyaman.
106

Objektif
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional: Stabil
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Pernapasan : 19 x/menit
4) Suhu : 36,4 oC
c. Pemeriksaan fisik
1) Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik.
2) Payudara : Tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan,
puting susu menonjol dan ASI keluar banyak.
3) Abdomen
TFU : Pertengahan pusat simpisis
Kontraksi uterus : Baik, teraba keras
Kandung kemih : Kosong
Vagina
Perdarahan : Normal, setengah pembalut
Warna : Lochea Sanguinolenta, warna kecoklatan.
Luka jahitan : Luka jahitan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dan
sudah mulai kering.
4) Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.
Analisa
Ibu : P1A0 nifas 6 hari
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa ibu dalam kondisi baik.
Ibu mengerti.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk makan-makanan yang mengandung
serat seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan yang mengandung
protein untuk penyembuhan luka jalan lahir.
107

Ibu mengerti dan sudah makan makanan berserat dan berprotein tinggi.
3. Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya masa nifas.
Ibu dapat mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi
kelelahan yang berlebihan karena akan mempengaruhi produksi ASI.
Ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
5. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
maksimal 2 jam sekali dengan posisi yang nyaman dan perlekatan yang
benar.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya.
6. Merencanakan kunjungan nifas ketiga yaitu 2 minggu setelah
persalinan, pada tanggal 8 April 2018.
Ibu mengetahui dan bersedia untuk kunjungan nifas

3. Nifas 2 minggu, tanggal 8 April 2018


Subjektif
Ibu mengatakan hari ini tidak memiliki keluhan pada masa nifasnya. Ibu
mengatakan mengonsumsi makanan yang bergizi dan minum banyak air mineral.
Ibu mengatakan sedikit lelah karena saat malam menyusui. Ibu mengatakan sering
mengganti pembalut dan pakaian dalam. Ibu tidak memiliki keluhan dalam BAB
dan BAK.
Objektif
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional: Stabil
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Pernapasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,0 oC
c. Pemeriksaan fisik
108

1) Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik.


2) Payudara : Tidak ada pembengkakan, puting susu menonjol
dan ASI keluar banyak.
3) Abdomen
TFU : Tidak teraba
Kandung kemih : Kosong
4) Vagina
Perdarahan : Normal
Warna : Lochea Serosa.
Luka jahitan : Luka jahitan bersih, sudah kering, tidak oedema,
tidak ada tanda- tanda infeksi.
5) Ekstremitas : Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.
Analisa
Ibu : P1A0 nifas 2 minggu
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengerti dan senang atas hasil pemeriksan.
2. Memberikan apresiasi karena ibu memberikan hanya ASI hingga saat ini
danmmemotivasi ibu agar terus memberikan ASI demi mendukung
pemberian ASI Ekslusif.
Ibu termotivasi untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya
dikarenakan ASI yang di produksi banyak.
3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat dengan cukup, setiap bayi
tertidur diusahakan agar ibu ikut tidur supaya ibu istirahat dengan cukup.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Memberitahu ibu jenis-jenis kontrasepsi yang aman untuk ibu yang
sedang menyusui.
Ibu berencana akan menggunakan kb suntik 3 bulan sampai bayinya
berusia 6 bulan, kemudian akan berencana mengganti kb menjadi IUD.
109

5. Mengingatkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang bergizi,


tinggi protein, dan banyak minum air mineral. Guna penyembuhan luka
jahitan dan kondisi fisik ibu.
Ibu mengerti dan akan tetap mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
protein.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Antenatal Care (ANC)
Pada kunjungan pertama sebelum melakukan asuhan kebidanan antenatal,

terlebih dahulu penulis memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan serta

meminta persetujuan untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu.

Penulis melakukan informed consent dan menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukannya asuhan tersebut. Informed consent (persetujuan tindakan medis)

sangat penting karena hal tersebut menjadi alat bukti kesepahaman klien-penolong

(Saifudin, 2008).

Setelah melakukan informed consent penulis melakukan anamnesa untuk

mengetahui informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan yang

dapat digunakan dalam proses membuat keputusan klinis untuk menegakkan

diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai

(Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Anamnesa dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018 di poli KIA Puskesmas

Kecamatan Koja, klien menyatakan bahwa usianya sekarang 27 tahun. Usia ini

merupakan usia yang baik untuk bereproduksi. Dan usia yang aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah antara 20-35 tahun (Saifudin, 2010). Karena

mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap

untuk menerima kehamilan dan pada umur tersebut biasanya wanita sudah siap

untuk menjadi seorang ibu.

Pada saat hamil Ny. U.A, melakukan pemeriksaan kehamilan secara

teratur 8 kali kunjungan (2 kali pada trimester pertama, 3 kali pada trimester ke

110
111

dua dan 3 kali pada trimester ke tiga). Hal ini sesuai dengan kebijakan (Depkes,

2009 yang dikutip oleh Sarwono, 2010) yang menyatakan bahwa setiap wanita

hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu

satu kali kunjungan selama trimester pertama (0-12 minggu), satu kali kunjungan

selama trimester kedua (12-28 minggu), dua kali kunjungan selama trimester

ketiga (28-40 minggu).

Ini adalah kehamilan pertama bagi ibu dengan HPHT 03 Juli 2017,

berdasarkan HPHT pada saat kunjungan pertama dengan klien usia kehamilan ibu

adalah 35 minggu. HPHT klien juga dapat digunakan guna mengetahui taksiran

persalinan. Untuk menentukan taksiran partus rumus yang dipakai adalah rumus

Neagle perkiraan partus menurut rumus ini hari +7 bulan – 3 dan tahun +1. Jika

masih berkisar antara bulan januari, februari, maret, bulan + 9. Sesuai dengan

teori dalam buku Winkjoksastro (2009). Maka dari hasil perhitungan menurut

rumus Naegle didapatkan taksiran persalinan klien yaitu pada tanggal 10 April

2018.

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi yang

sangat penting bagi proses dan output persalinan. Peningkatan berat badan yang

adekuat akan memperkecil terjadinya risiko persalinan small gestational age atau

preterm. Penambahan berat badan ibu dapat digunakan sebagai alat pengawasan

kecukupan gizi dalam kehamilan. Seperti yang diketahui, kebutuhan gizi pada ibu

hamil selama kehamilan meningkat karena dipergunakan untuk pertumbuhan

plasenta, pertambahan volume darah, mamae yang membesar dan metabolisme


112

tubuh yang meningkat. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah sekitar 12,5 kg (Sari, Ulfa, dan Daulay, 2015).

Kenaikan berat badan wanita hamil berbeda-beda, ditentukan sesuai

dengan tinggi badan, berat badan sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta.

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan IMT.

Kategori IMT
Rendah <19,8
Normal 19,8 – 26
Tinggi 26 – 29
Obesitas > 29
Gemeli -
Sumber : (Prawirohardjo, 2013)

Berat badan Ny. U.A sebelum hamil adalah 49 kg dengan tinggi badan 156

cm. Berdasarkan hasil pengukuran terakhir berat badan Ny. U.A adalah 61 kg dan

kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 12 kg. Dari data yang didapatkan

diatas dapat dihitung dengan rumus, IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m)2.

IMT = 61 /(1,56)2 = 25,06 kg/m2, maka ibu kenaikan berat badan ibu tergolong

normal.

Kenaikan berat badan Ny U.A berada diantara rata rata kenaikan berat

badan ibu hamil yaitu 9 – 13,5 kg (Pantiawati, Ika, 2010: 90). Sehingga penulis

melakukan penkes untuk tetap menjaga nutrisi yaitu tentang porsi makan, jenis

makanan dan frekuensi makan, karena terdapat hubungan antara kenaikan berat

badan ibu dengan kenaikan berat badan janin (Yusari,2012).


113

Pada pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan antenatal, tidak

ditemukannya tekanan darah yang diatas dari normal pada klien. Pada kunjungan

pertama 100/70 mmHg, kunjungan kedua 110/70 mmHg dan kunjungan ketiga

110/70 mmHg. Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya

faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah yang normal

adalah 120/80 mmHg. Ibu hamil dinyatakan memiliki tekanan darah tinggi bila

tekanan diastolik ≥ 110mmHg pada satu kali pengukuran atau ≥ 90 mmHg pada 2

kali pengukuran setiap 4 jam (WHO, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

klien tidak memiliki hipertensi didalam kehamilannya.

Pemeriksaan Lila (lingkar lengan atas) guna penilaian status gizi

didapatkan Lila ibu adalah 26 cm. Apabila ukuran kurang dari 23,5 cm atau

dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan

diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (Arisman, 2007). Sehingga

hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak termasuk ke dalam klasifikasi KEK.

Namun, hal ini dapat mempengaruhi berat janin karena berdasarkan hasil

penelitian (E. Damayanti 2009), terdapat hubungan lingkar lengan atas dengan

berat janin.

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen yang

mencangkup manuver leopold untuk mendeteksi keadaan letak janin serta

menentukan derajat penurunan kepala janin, leopold I dapat menentukan tinggi

fundus uteri dan dengan mengetahui tinggi fundus uteri maka dapat pula

mengetahui usia kehamilan dan disesuaikan dengan HPHT yang telah didapatkan.

Menurut (Saifudin, 2010) tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan yaitu ± 2
114

cm yang berarti TFU ibu sesuai dengan usia kehamilannya. TFU Ny U.A pada

usia kehamilan 35 minggu didapatkan 30 cm. Hal ini bertentangan dengan teori

Saifuddin yaitu TFU ± 2 cm dari usia kehamilan.

Dari pengukuran tinggi fundus uteri dapat menghitung taksiran berat janin

dengan menggunakan rumus Johson-Tausack = (mD-N)x155. Dengan mD (jarak

simfisi – tinggi fundus uteri) dan N = 13 ( apabila janin belum masuk PAP ), 12

(apabila kepala masih berada diatas spina ischiadika), 11 (apabila kepala sudah

dibawah spina ischiadika). Taksiran berat janin yang didapatkan saat usia

kehamilan 35 minggu dengan tinggi fundus uteri 30 cm adalah 2.945 gram.

(Sarwono, 2010).

Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin.

Selama pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi normal. Pada

pemeriksaan pertama 127 x/menit, pemeriksaan kehamilan kedua 148 x/menit dan

pemeriksaan kehamilan ketiga 153 x/menit. Hasil pemeriksaan ini masih sesuai

dengan teori yang menyatakan denyut jantung janin normal ialah 120-160 x/menit

(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Dalam pemeriksaan kehamilannya ibu sudah mendapat imunisasi TT4

pada usia kehamilan 28 minggu, hal ini sesuai dengan Buku Kesehatan Ibu dan

Anak 2016.

Selain itu klien juga melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan

HB. Pada pemeriksaan laboratorium Hb didapatkan Hb ibu sebesar 13,2 gr/dl

pada tanggal 27 Februari 2017. Dari hasil pemeriksaan Hb klien, klien dapat

dikatakan tidak mengalami anemia. Karena batasan anemia pada ibu hamil yaitu
115

memiliki Hb < 11 gr/dl pada trimester ke III (Kilpatrick, 2010). Penggolongan

menurut WHO adalah 11 gr/dl normal, 8-11 gr/dl anemia ringan, dan < 8 gr/dl

anemia berat. World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar setiap

ibu hamil mengonsumsi suplementasi Fe 60 mg per hari selama 6 bulan. Jika tidak

dapat mengonsumsi selama 6 bulan dosisnya dinaikkan menjadi 120 mg/hari

(Kemenkes, 2013). Meskipun klien tidak termasuk kedalam klasifikasi anemia

dikarenakan setiap ibu hamil direkomendasikan untuk tetap mengonsumsi

suplementasi Fe maka klien tetap diberikan suplemen Fe 60 mg/hari dan diminum

satu kali sehari.

Keluhan ibu selama hamil yang berhubungan dengan perubahan fisiologis

yaitu sering berkemih, hal ini merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan

trimester ke III. Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama

kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering

berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar

dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih

meningkat (Sandhu, dkk, 2009).

Pada kunjungan kedua, usia kehamilan 36 minggu Ny U.A merasa nyeri

pinggang bagian bawah. Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2009) hal yang

biasa terjadi pada saat kehamilan, karena semakin membesarnya perut ibu

sehingga kondisi otot dan sendi di sekitar pinggang menjadi melunak, seakan

tidak kuat menahan berat tubuh, menganjurkan ibu bila pegel – pegel dibagian

pinggang untuk melakukan relaksasi seperti ibu baring dimatras atau dikasur yang

rata dan memijat-pijat dengan lembut pada daerah lumbal. Pada kunjungan
116

selanjutnya dilakukan evaluasi tentang teknik relaksasi yang diberikan dan ibu

mengatakan merasakan lebih baik setelah diajarkan teknik relaksasi tersebut.

Keluhan yang ibu rasakan selain sering berkemih ialah nyeri perut bagian

bawah yang juga merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester III.

Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi Braxton-Hicks

juga mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut bagian bawah (Ai

Nurasiah, 2014).

Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda bahaya

pada kehamilan seperti perdarahan dari jalan lahir, gerakan janin tidak terasa,

nyeri perut hebat, demam tinggi (>380C), sakit kepala, pandangan berkunang-

kunang, bengkak dibagian wajah dan tangan, nyeri ulu hati (Kementrian

Kesehatan RI, 2015). Selama kehamilan tidak ditemukan adanya tanda-tanda

bahaya kehamilan pada ibu.

Sesuai dengan program Kementrian Kesehatan (2016) mengenai

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu program untuk

mengurangi AKI dan AKB di Indonesia yang menggunakan perantara stiker P4K

tentang perencanaan persalinan dari taksiran persalinan, penolong persalinan,

tempat persalinan, transportasi menuju tempat persalinan dan biaya persalinan.

Klien mengatakan taksiran persalinan pada 10 April 2018, penolongnya bidan di

Puskesmas Kecamatan Koja, tranportasi menggunakan motor dan pembiyaan

dengan menggunakan BPJS, pendonornya adalah ibu kandung.

Selain P4K, program Kementrian Kesehatan yang termasuk ke dalam 10 T

yaitu perencanaan KB, setelah klien dijelaskan mengenai jenis-jenis KB klien


117

memilih untuk menggunakan KB suntik 3 bulan sampai bayi berusia 6 bulan lalu

klien berencana menggunakan IUD. Hal tersebut dikarenakan klien ingin

menunda kehamilan selanjutnya.

Intranatal Care (INC)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika terjadi pada kehamilan usia

cukup bulan (>37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(Ai Nurasiah, 2014).

Kala I

Pada tanggal 22 Maret 2018, pukul 08.00 WIB Ny. U.A datang ke

Puskesmas Kecamatan Koja ditemani oleh suaminya. Klien mengatakan mules-

mules sejak jam 01.00 WIB, teratur dan sudah keluar lendir darah tapi belum

keluar air air. Saat ini gerakan janin masih dirasakan aktif. Berdasarkan keluhan

yang dirasakan ibu pada saat inpartu sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2009) salah

satu tanda-tanda inpartu adalah rasa sakit dikarenakan adanya his yang lebih kuat,

sering, teratur dan keluar lendir bercampur darah (blody show) yang disebabkan

oleh robekan-robekan kecil pada serviks dan kadang-kadang disertai ketuban

pecah dengan sendirinya (spontan) dan pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai

pembukaan serviks.
118

Pada pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital tidak ditemukan adanya

kelainan. Hasil yang didapatkan adalah tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 kali

per menit, pernapasan 19 kali per menit, dan suhu 36,9oC. Kemudian dilakukan

pemeriksaan kebidanan dengan pemeriksaan leopold didapatkan TFU 31 cm, letak

fetus memanjang, posisi punggung kiri, presentasi kepala, penurunan bagian

terendah 4/5 bagian, DJJ positif (+) frekuensi 141 kali per menit. Pada

pemeriksaan kontraksi didapatkan kontraksi sebanyak 1 kali dalam 10 menit

dengan durasi 15 detik, kekuatan kontraksi lemah dan terdapat relaksasi.

Berdasarkan pemeriksaan dalam didapatkan hasil pemeriksan, vulva

vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban belum

pecah, presentasi belakang kepala, denominator ubun-ubun kecil, penurunan

Hodge I, dan penyusupan tidak ada.

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan kebidanan yang

dilakukan terhadap Ny. U.A maka disimpulkan diagnosa yaitu G1P0A0 hamil 37

minggu 4 hari inpartu kala 1 fase laten, janin tunggal hidup intrauterin dengan

presentasi kepala. Penulis menyimpulkan bahwa Ny. U.A G1P0A0 hamil 37

minggu 4 hari minggu telah masuk dalam kala 1 fase laten persalinan karena

berdasarkan teori, pada kala 1 fase laten frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3

kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari

pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm, akan terjadi dengan

kecepatan rata-rata perjam pada primipara atau lebih 1 cm hingga 2 cm pada

multipara dan terjadi penurunan bagian terbawah janin ( Depkes, 2008). Ny. U.A
119

masuk ke dalam kala 1 fase aktif dimana fase aktif terbagi lagi menjadi tiga fase

yaitu, fase akselerasi yaitu dalam waktu 5 jam pembukaan 5 cm menjadi 10 cm,

Penulis melakukan pemantauan persalinan dengan partograf. Partograf

mulai digunakan saat persalinan memasuki fase aktif yaitu pada saat pembukaan

serviks mencapai 4 cm. Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan

klinik. Partograf bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan

persalinan, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dalam batas normal, dan

merupakan data pelengkap yang terkait dengan kondisi ibu, kondisi janin, grafik

kemajuan proses persalinan, dan asuhan yang diberikan pada saat itu. (Asuhan

Persalinan Normal, 2008).

Pemantauan persalinan seperti DJJ, His dan nadi dilakukan setiap 30

menit, pemeriksaan dalam untuk menilai kemajuan persalinan dan tekanan darah

dinilai setiap 4 jam akan tetapi jika ada indikasi tertentu seperti ibu ingin meneran

atau ketuban pecah spontan maka penolong dapat melakukan pemeriksaan dalam

tanpa menunggu 4 jam kemudian (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Pada kala 1 fase aktif, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan

seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan ibu

memilih untuk didampingi oleh suami. Membibing ibu untuk rileks dan dapat

menguasai dirinya sendiri dengan cara mengajarkan teknik relaksasi.

Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki tenaga

yang akan digunakan saat ibu memasuki kala 2. Serta mempersilahkan ibu untuk

tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya proses kala 1 fase aktif. Asuhan
120

kebidanan yang penulis lakukan sesuai dengan asuhan kebidanan kala 1 yang

dianjurkan (Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, 2014).

Total lama kala 1 Ny U.A adalah 11 jam, dihitung sejak pukul 01.00 WIB

karena Ny U.A mengatakan mulas yang sudah teratur. Hal ini sesuai dengan teori

yaitu kala 1 pada primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam

(Manuaba, 2010).

Kala II

Pukul 17.00 WIB klien mengatakan keluar air air yang tidak tertahankan

dan sudah ingin meneran. Klien menunjukkan gejala kala II yaitu adanya

dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva

membuka. Penulis memeriksa DJJ didapatkan hasil DJJ 140 kali per menit,

teratur. Kemudian melakukan pemeriksaan dalam, hasil pemeriksaan dalam

didapatkan vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10

cm, ketuban sudah pecah dan ketuban berwarna jernih, presentasi belakang

kepala, denominator ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan Hodge III+, dan

penyusupan tidak ada. His sebanyak 4 kali dalam 10 dengan durasi 40 detik. Dari

hasil pemeriksaan, maka penulis menyimpulkan klien dengan diagnosa G1P0A0

hamil 37 minggu 4 hari partus kala II, janin tunggal hidup intrauterin dan

presentasi kepala. Pembukaan serviks telah lengkap maka penolong segera

memfasilitasi persalinan dengan menginformasikan hasil pemeriksaan,

memberitahu posisi yang dapat membantu turunnya kepala, melibatkan

pendamping persalinan pada proses persalinan, dan memimpin ibu meneran.


121

Dengan posisi ibu terlentang, klien dipimpin meneran saat kontraksi

datang dengan merangkul kedua paha dan menarik kearah ibu. Saat kontraksi

tidak muncul penolong tetap menilai kesejahteraan janin dengan memantau DJJ,

dan melibatkan suami sebagai pendamping persalinan untuk memenuhi hidrasi

ibu. Penolong juga memberikan dorongan semangat kepada klien. Kontraksi yang

dirasakanpun semakin adekuat dan klien spontan meneran dengan teknik yang

telah diajarkan oleh penolong.

Setelah kepala berada didasar panggul dan membuka pintu sekitar 5 – 6

cm didepan vulva (crowning) maka penolong melindungi perineum ibu dengan

kain steril dan tangan lainnya melakukan sedikit penekanan diatas kepala bayi

untuk mencegah defleksi maksimal. Setelah kepala lahir, penolong segera

memeriksa adanya lilitan talipusat, dan tidak terdapat lilitan talipusat. Setelah

putaran paksi luar kemudian penolong melakukan biparietal, membawa cunam

kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian membawa keatas untuk

melahirkan bahu belakang dan melakukan sanggah susur untuk melahirkan

keseluruhan badan bayi. Pukul 17.15 WIB bayi lahir spontan pervaginam segera

menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin laki-laki. Tubuh

bayi segera dikeringkan dengan kain bersih yang kering sebagai upaya

pencegahan kehilangan panas. Penolong juga menggosok punggung bayi dengan

halus, hal ini bertujuan sebagai rangsangan taktil yang dapat mengaktifkan

berbagai refleks pada tubuh bayi baru lahir serta mampu menjadi stimulasi bagi

bayi.
122

Penolong kemudian menjepit tali pusat yang menghubungkan plasenta

dengan bayi dengan dua buah arteri klem sekitar ±3-5 cm dari perut bayi, setelah

dijepit tali pusat dijepit dengan umbilical cord disposible lalu memotongnya

dengan gunting tali pusat. Setelah itu bayi segera diletakkan diatas dada ibu

dengan posisi tengkurap, hal tersebut guna kontak kulit ibu dan bayi dalam rangka

penerapan Inisasi Menyusu Dini (IMD) agar bayi dapat terstimulasi mencari

puting susu ibu. IMD sangat penting dilakukan bagi bayi agar bayi tetap hangat

didekapan ibu, selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan

bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi

hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses

pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga membantu

pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang

dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta

lebih mencintai bayi. (Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, 2014).

Total kala II dari Ny U.A adalah 15 menit hal ini tidak sesuai dengan teori

yaitu pada primigravida berlangsung selama 1 – 2 jam dan pada multigravida

berlangsung selama 30 menit – 1 jam (Yeyeh, 2009 b; h.6). Hal ini bisa jadi

dikarenakan sebelumnya ibu melakukan mobilisasi, tidur miring kiri dan

mengikuti saran penulis untuk makan dan minum sehingga kontraksi menjadi

adekuat dan mendukung persalinan (Nurul,2011).

Kala III

Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2003). Sesaat
123

setelah bayi lahir, kemudian manajemen kebidanan kembali berfokus pada

manajemen aktif kala III. Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat

waktu, mecegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah pada kala III

persalinan. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah yaitu pemberian

suntikan oksitosin 10 IU dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

penegangan tali pusat terkendali, dan massase fundus uteri (Departemen

Kesehatan, 2007).

Sebelum melakukan manajemen aktif kala III, langkah awal adalah

memastikan terlebih dahulu tidak adanya janin kedua dengan cara palpasi

abdomen. Didapatkan hasil TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan

±100 cc, maka penulis menyimpulkan diagnosa yaitu P1A0 partus kala III.

Setelah memastikan tidak adanya janin kedua maka tindakan selanjutnya yaitu

menyuntikkan oksitosi 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian atas luar,

melakukan PTT dengan frasat Kustner yaitu dengan cara tali pusat dikencangkan,

tangan menekan atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali berarti plasenta belum

lepas. Pukul 17.20 WIB plasenta lahir spontan, segera setelah plasenta lahir

penulis langsung melanjutkan manajemen aktif kala III yaitu massase fundus uteri

selama 15 detik searah jarum jam untuk merangsang kontraksi tetap baik. Plasenta

lahir dalam waktu 5 menit, lamanya kala III dikatakan normal karena sesuai

dengan teori lama kala III tidak melebihi dari 30 menit (Saifuddin, 2002). Setelah

kontraksi uterus dipastikan baik, penulis kemudian melakukan pemeriksaan


124

plasenta dengan hasil selaput ketuban utuh, panjang tali pusat 20 cm, diameter 20

cm, tebal 3 cm, insersi tali pusat marginal.

Total lama persalinan kala III Ny U.A adalah 5 menit, hal ini sesuai

dengan teori yaitu kala 3 berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin,2008).

Kala IV

Setelah memastikan plasenta lahir lengkap dan evaluasi tinggi fundus

uteri, didapatkan TFU dua jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba keras,

kandung kemih teraba kosong, perdarahan normal, dan pada pemeriksaan

perineum ditemukan tampak robekan pada mukosa vagina, mukosa perineum, dan

otot perineum. Berdasarkan robekan jalan lahir, ibu mengalami robekan jalan lahir

grade II. Menurut teori, klasifikasi robekan jalan lahir terbagi atas derajat 1 terdiri

dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika

tidak ada perdarahan dan posisi luka baik, derajat 2 terdiri dari mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum, derajat 3 terdiri dari

mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum ditambah

dengan otot sfingter ani eksterna dan derajat 4 yang terdiri dari mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum, otot sfingter ani eksterna

dan dinding rectum anterior (DepKes, 2007). Kemudian penulis mendekatkan

heacting set untuk persiapan penjahitan pada robekan jalan lahir. Teknik heacting

yang digunakan adalah teknik jelujur.

Dilakukan penjahitan pada luka jalan lahir ibu untuk mencegah terjadinya

perdarahan serta menyatukan kembali jaringan luka. Penjahitan dilakukan tanpa

menggunakan anastesi lokal, menurut penelitian dari narulita (2014), adanya


125

perbedaan antara pemakaian anastesi lokal pada penjahitan luka jalan lahir. Yaitu

lebih efektif tanpa menggunakan anastesi lokal (lidokain). Hal ini tidak sesuai

dengan teori menurut Lusa (2009), penggunaan anastesi lokal yaitu bertujuan

sebagai asuhan sayang ibu, memperhatikan kenyamanan ibu, lebih cepat dalam

menjahit karena ibu tidak merasakan sakit serta trauma pada jaringan lebih

sedikit.

Alat-alat yang digunakan kemudian direndam keadalam larutan klorin

selama 10 menit. Untuk menjaga kenyamanan klien, penulis segera merapikan

dan membersihkan klien dan mengganti pakaian klien dengan pakaian bersih dan

kering.

Penulis melakukan pengawasan dan pemantauan pada kala IV dengan

tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Pengawasan meliputi

tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan stiap 15

menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua

(Prawirohardjo, 2010). Selain melakukan pengawasan kala IV, asuhan yang

diberikan yaitu memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi klien untuk

menggantikan energi yang banyak hilang selama proses persalinan. Mengajarkan

ibu dan keluarga untuk menilai kontraksi uterus dan jumlah darh yang keluar,

serta bagaimana teknik massase uterus bila uterus teraba lembek (Asuhan

Persalinan Normal, 2008).

Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung

kemih dan anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih setiap kali terasa

penuh (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Dilakukan rawat gabung bersama


126

bayinya agar klien dapat segera menyusui bayinya. Rawat gabung adalah rencana

mempertahankan hubungan alamiah ibu dan bayi. Penulis pun membuat

pendokumentasian persalinan dan asuhan yang diberikan (Prawirohardjo, 2010).

Bayi Baru Lahir (BBL)

Setelah bayi Ny. U.A lahir, langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu

Dini) bersama ibu dengan meletakkan bayi diatas ibu dengan posisi telungkup

tanpa menggunakan baju agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, bayi

diselimuti badan dan ujung kaki bayi sebagai upaya pencegahan kehilangan

panas, selama satu jam pertama dan IMD telah berhasil terbukti dengan bayi

tampak mencari puting susu ibu (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Adapun

tujuan dari IMD adalah menciptakan keterikatan dan keterkaitan antara ibu dan

bayi. Penulis menjelaskan kepada ibu tentang manfaat IMD, IMD sangat penting

dilakukan bagi bayi agar bayi tetap hangat didekapan ibu, selain mendekatkan

ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada jam-jam pertama

kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi hormon oksitosin yang dapat

membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke

ukuran semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta, mengurangi

perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri,

membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi. (Ai Nurasiah,

2014).

Selain dilakukan IMD, bayi baru lahir juga dijaga kehangatannya. Agar

tidak terjadi kehilangan panas, penulis melakukan asuhan seperti meletakkan bayi

dibawah lampu penghangat, mengganti kain yang telah basah menjadi kain yang
127

kering, menimbang menggunakan alas, dan tidak meletakkan bayi ditempat yang

dapat terpapar angin atau pendingin ruangan. Asuhan tersebut sesuai dengan teori

pentingnya asuhan kepada bayi baru lahir, yaitu menjaga agar bayi tetap kering

dan hangat serta mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu

(Prawirohardjo, 2008).

Setelah dilakukannya IMD selama satu jam, selanjutnya penulis

melakukan antropometri dan pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap bayi baru

lahir. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap bayi Ny. U.A didapatkan

bahwa berat badan bayi Ny. U.A sebesar 3.000 gram, hal tersebut menunjukkan

bahwa berat badan bayi Ny. U.A termasuk normal. Sesuai dengan ciri-ciri bayi

baru lahir normal menurut Vivian Nanny (2010) bahwa berat badan bayi baru

lahir normal ialah berkisar dari 2500 gram – 4000 gram. Panjang badan bayi Ny.

U.A ialah 48 cm, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vivian Nanny

(2010) bahwa panjang badan bayi baru lahir normal ialah 48 cm – 52 cm. Selain

berat badan dan panjang badan, pemeriksaan antropometri lain yang diperiksa

adalah lingkar kepala dan lingkar dada, dari pemeriksaan dihasilkan bayi Ny. U.A

memiliki lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm, hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa bayi Ny. U.A termasuk normal dikarenakan menurut teori

bahwa lingkar kepala dan lingkar dada bayi baru lahir normal ialah 33-35 cm, dan

30 -38 cm (Nanny, 2010).

Selain pemeriksaan antropometri, penulis juga melakukan pemeriksaan

fisik pada bayi Ny. U.A berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa bayi

Ny. U.A dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa bunyi jantung
128

normal 120-160 x/menit, pernapasan pada menit pertama sekitar 40-60 kali/menit,

kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa, rambut lanugo telah

tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku telah agak panjang

dan lemas, pada alat genetalia testis sudah turun dan berbagai refleks telah terlihat

baik (Mitayani, 2010).

Bayi Ny. U.A diberikan salep mata tetrasiklin 1% pada kedua mata, yang

berguna untuk mencegah penularan infeksi dari ibu ke bayi. Sesuai dengan teori,

setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. Pemberian obat mata eritromosin

0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi

(Kementrian Kesehatan, 2014). Penulis juga memberikan vitamin K1 setelah 1

jam persalinan pada 1/3 paha luar kiri. Menurut teori, semua bayi baru lahir harus

diberikan vitamin K untuk mcegah perdarahan pada otak akibat defisiensi vitamin

K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Penulis juga melakukan perawatan tali pusat seperti membungkus tali pusat

dengan kassa steril yang kering dan bersih, hal ini sesuai dengan asuhan

kebidanan yang diberikan pada bayi baru lahir (Asuhan Persalinan Normal bagi

Bidan, 2014).

Bayi Ny. U.A juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada paha

1/3 paha kanan secara I.M dengan dosis 0,5 cc sebelum pulang kerumah.

Imunisasi HB-0 bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi,

terutama jalur penularan ibu-bayi. Dalam buku kesehatan Ibu dan Anak (2016)

yang menyatakan bahwa pemberian imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7

hari.
129

Penulis melakukan 3 kali kunjungan neonatus yaitu kunjungan neonatus

pertama 1 jam, kunjungan neonatus kedua pada hari ke 6, kunjungan neonatus

ketiga pada usia bayi 2 minggu.

Pada kunjungan neonatus pertama, penulis melakukan kunjungan saat bayi

berusia 1 jam. Pada pemeriksaan ditemukan hasil yang baik, seperti suhu 36,9 oC,

pernapasan 53 kali permenit, dan detak jantung bayi 140 kali permenit. Tidak

terdapat infeksi pada kedua mata, kulit berwarna kemerahan dan tidak terdapat

pustul pada kulit, serta tidak terdapat infeksi pada tali pusat. Dasar dari

pemeriksaan yang penulis lakukan ialah merujuk pada buku yang di terbitkan oleh

Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 dan Manajemen Terpadu Bayi Muda ( bayi

berusia <2 bulan). Pada usia 30 menit bayi sudah BAB dan BAK.

Pada kunjungan neonatus kedua yaitu pada usia 6 hari ( 28 Maret 2018),

penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan bahwa

tali pusat bayi belum puput. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tali pusat biasanya

lepas 7-10 hari setelah lahir (Vivian Nanny). Penulis memberikan asuhan sesuai

dengan kebutuhan bayi baru lahir normal pada umumnya seperti memeriksa

tanda-tanda vital bayi, pemeriksaan berat badan, mengamati tanda bahaya pada

bayi, mengamati cara bayi menyusu, dan konseling pemberian ASI ekslusif

dimana ASI merupakan terbaik yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan bayi.

Selain itu penulis juga menjadwalkan untuk kunjungan neonatus ketiga saat bayi

berusia 2 minggu. Pada pemeriksaan berat badan didapatkan hasil 3300 gram, hal

tersebut menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan sebanyak 300 gram pada

bayi Ny U.A. Sesuai dengan teori berat badan bayi baru lahir: dalam tiga hari
130

pertama mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan air kencing dan

mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan naik lagi dalam 10 hari

berat badan kembali normal (Vivian Nanny, 2010). Pada kunjungan ini ibu

mengatakan bahwa tali pusat bayi sudah puput. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

tali pusat biasanya lepas 7-10 hari setelah lahir (Vivian Nanny). Pada pemeriksaan

tanda vital didapatkan hasil normal yaitu, pernapasan 48 kali per menit, detak

jantung 138 kali permenit, dan suhu 36,8oC.

Selama penulis melakukan kunjungan baik kunjungan di Puskesmas

Kecamatan Koja pada KN 1 ataupun kunjungan rumah pada KN 2 tidak

ditemukannya tanda bahaya bayi baru lahir seperti, sulit bernapas atau lebih dari

60 kali/menit, suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC), kulit bayi

kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar, hisapan saat menyusui

lemah, rewel, sering muntah, tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan

berdarah, tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau

busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit, tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK

dalam 24 jam, tinja lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah,

menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terus-menerus

(Saifuddin, 2006).

Postnatal Care (PNC)

Penulis melakukan kunjungan masa nifas pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu,

dan 6 minggu. Dengan tujuan memonitor masa nifas klien, dan mendeteksi

apakah adanya gangguan yang dirasakan oleh klien pada masa nifas serta

menginformasikan tentang KB. Sesuai dengan teori bahwa kunjungan masa nifas
131

diperlukan dengan tujuan, mendeteksi adanya perdarahan masa nifas,

melaksanakan skrining secara komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan

diri, memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara dan

konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009).

Sesuai dengan ketetapan Kementrian Kesehatan tahun 2016 bahwa

kunjungan nifas dilakukan sebanyak minimal 4 kali, yaitu kunjunga nifas pertama

pada usia 6 jam, kunjungan nifas kedua pada usia 6 hari, kunjungan nifas ke tiga

pada usia dua minggu dan kunjungan nifas keempat pada usia 6 minggu

(Kementrian Kesehatan RI, 2016). Penulis telah melakukan empat kali

pemeriksaan nifas, yaitu pada nifas usia 6 jam, 6 hari, 2 minggu setelah persalinan

sesuai program pemerintah.

Masa nifas Ny.U.A berlangsung normal, keadaan umum dan tanda-tanda

vital dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny. U.A berlangsung normal

pada 2 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah pusat, pada 6 jam postpartum

TFU setinggi 2 jari dibawah pusat, pada hari ke 6 post partum TFU teraba

pertengahan pusat simpisis, pada hari ke 14 atau 2 minggu postpartum TFU sudah

tidak teraba. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo

(2010), bahwa:

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Sepusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram


132

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tak teraba 350 gram

6 minggu Berukuran normal seperti semula 50 gram

Penulis melakukan pemeriksaan tanda homan, hasil dari pemeriksaan

dinyatakan bahwa Ny. U.A tidak merasa nyeri saat dilakukan pemeriksaan tanda

Homan. Berdasarkan hasil dapat dinyatakan bahwa tanda Homan pada Ny. U.A

negatif (-). Pemeriksaan tanda homan bertujuan untuk melihat ada tidaknya

thrombosis yang mengancam dari vena ekstremitas inferior. Nyeri yang terasa

menandakan tanda Homan positif (+), yang berarti terdapat thrombosis vena

profondus (Arif Muttaqin, 2008).

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa

nifas (Prawirohardjo, 2010). Pada pengeluaran lokhea Ny.U.A berlangsung

fisiologis yaitu pada pemeriksaan nifas pertama yaitu 6 jam postpartum,

pengeluaran lokhea pada Ny. U.A adalah lokhea rubra dengan warna kemerahan.

Pada pemeriksaan nifas kedua yaitu 6 hari post partum, pengeluaran lokhea pada

Ny.U.A adalah lokhea Sanguinolenta dengan warna merah kuning berisi darah

dan lendir, pada pemeriksaan nifas ketiga yaitu 2 minggu postpartum, pengeluaran

lokhea Ny.U.A adalah lokhea serosa dengan warna kuning kecokelatan,.

Berdasarkan hasil pemantauan lokhea, dapat disimpulkan bahwa Ny. U.A

memiliki pengeluaran lokhea yang fisiologis. Hal ini sesuai teori (Ai Nurasiah,

2014) yang menyatakan bahwa hari pertama postpartum sampai hari ketiga
133

postpartum pengeluaran lokhea berwarna merah kehitaman (lokhea rubra),

kemudian pada hari ketiga sampai ketujuh postpartum pengeluaran lokhea

berwarna merah kuning berisi darah dan lendir (lokhea sanguinolenta), pada hari

ke empat sampai ke 14 postpartum pengeluaran lokhea berwarna kuning

kecokelatan (lokhea serosa), dan setelah hari ke 14 berwarna putih (lokhea alba),

sehingga pengeluaran lokhea pada Ny. U.A dalam batas normal.

Proses adaptasi psikologi ibu berjalan dengan baik, pada nifas hari pertama

ibu hanya mengalami periode taking in, yaitu Ny.U.A selalu menceritakan

berulang-ulang mengenai proses persalinannya pada setiap keluarganya yang

berkunjung meskipun Ny.U.A masih merasakan lelah atas pengalaman

persalinannya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa masa taking in adalah ibu akan

bercerita tentang pengalamannya meskipun cenderung lelah dan lebih banyak

ingin istirahat. Pada saat ibu sudah berada dirumah Ny.U.A mendapat banyak

dukungan khususnya suami, untuk merawat bayinya secara bergantian bila ibu

merasa capek. Setelah melewati fase taking in, ibu akan menjalani fase taking

hold pada hari ke 3 – 10 postpartum (Prawirohardjo, 2010) dimana pada fase ini

ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya. Ny.U.A masih merasa canggung untuk mengurus bayinya,

terkadang Ny.U.A meminta bantuan kakaknya untuk sekedar memandikan atau

menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi. Penulis selalu memberikan

dorongan semangat kepada Ny.U.A agar mampu mengurus bayinya secara efisien,

selain mengurus bayi ibu juga harus merasa cukup dengan pola istirahatnya serta

tidak lupa penulis mengingatkan untuk selalu menjaga personal hygiene.


134

Setelah berhasil melewati fase taking hold, ibu memasuki fase ketiga yaitu

fase letting go. Dimana difase inilah ibu mulai menerima tanggungjawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan

akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,

lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami

dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Ny.U.A selalu dibantu oleh

suaminya dalam mengurus buah hatinya, misalnya dalam hal menggantikan

popok, ataupun menjemurnya dibawah sinar matahari pagi.

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi

pembengkakan pada payudara ibu. Segera setelah lahir, penulis menganjurkan

agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambahan

apapun. Penulis juga memberikan pujian kepada ibu karena hingga pada

kunjungan nifas ke 14 hari ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan

bertekad akan memberikan ASI Ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan. Penulis juga

memberikan manfaat dari pemberian ASI, sesuai dengan teori yang dikemukakan,

Air Susu Ibu (ASI) mempunyai sifat melindungi bayi terhadap infeksi seperti

gastro enteritis, radang jalan pernafasan dan paru-paru, otitis media, karena air

susu ibu mengandung lactoferrin, lysozyme dan immune globulin A

(Prawirohardjo, 2010).

Penulis juga memberikan konseling tentang penggunaan KB, memberitahu

jenis-jenis KB serta manfaat dari penggunaan KB. Ny.U.A memutuskan ingin

menggunakan KB suntik 3 bulan lalu setelah bayinya berusia 6 bulan Ny U.A


135

berencana menggunakan IUD, Ny. U.A memilih KB IUD karena sesuai dengan

perencanaan persalinan yang pernah di diskusikan oleh Ny.U.A dan suami.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada studi kasus komprehensif yang telah dilakukan kepada Ny. U.A
yang meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh dari masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir yang bertujuan agar penulis mampu
menerapkan pelaksanaanya. Selama proses pelaksanaan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian data subjektif dan objektif yang bersumber langsung dari ibu
telah dilakukan mulai tanggal 6 Maret 2018 yaitu ketika usia kehamilan
klien memasuki 35 minggu. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan,
didapatkan kesenjangan TFU dengan usia kehamilan Ny.U.A dikarenakan
keluhan fisiologis trimester III. Maka penulis menyarankan Ny U.A
makan sering dengan porsi kecil untuk menjaga nutrisinya.
2. Asuhan kebidanan persalinan pada ibu bersalin Ny. U.A tanggal 22 Maret
2018 saat usia kehamilan ibu memasuki 37 minggu 4 hari. Kala I
berlangsung selama 9 jam, kala II berlangsung selama 15 menit, kala III
berlangsung selama 5 menit dan kala IV berlangsung selama 2 jam. Dari
hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin Ny. U.A
didapatkan bahwa Ny.U..A mengalami ruptur perineum grade II
dikarenakan ibu cemas terhadap persalinan yang pertama. Oleh karena itu
dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu yaitu penjahitan luka
jalan lahir dengan teknik jelujur.
3. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Bayi lahir tanggal 22 Maret 2018
pukul 17.15 WIB, jenis kelamin laki-laki dan memiliki berat badan 3.000
gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm.
Tidak ada kecacatan sehingga penulis tidak melakukan tindakan medis.
Penulis melakukan kunjungan neonatus sebanyak empat kali yaitu
kunjungan pertama pada usia 1 jam, kedua pada usia 6 hari, kunjungan
ketiga pada usia 2 minggu

136
137

4. Asuhan kebidanan pada ibu nifas sebanyak tiga kali yaitu 6 jam, 6 hari, 2
minggu. Dari hasil pemeriksaan atau kunjungan, semua hasil dalam
keadaan normal. Ibu memberikan ASI ekslusif pada bayinya, tidak
terdapat tanda bahaya masa nifas pada ibu dan involusi uterus berlangsung
normal.
5. Dari seluruh rangkaian asuhan yang diberikan penulis pada klien dapat
dievaluasi bahwa ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
sehingga pengetahuan ibu dan keluarga semakin bertambah.
6. Dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. U.A sejak hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir dalam bentuk laporan kasus studi kasus.

A. SARAN
1. Saran Untuk Puskesmas Kecamatan Koja
a. Sebagai Puskesmas Kecamatan Koja yang mengabdi pada kesehatan
ibu dan anak, dapat terus ditingkatkan kualitas sumber daya manusia
seperti yang telah dilakukan pada saat ini.
2. Saran Untuk Pendidikan
a. Poltekkes Kemenkes Jakarta III sebagai pencetak lulusan yang
bermutu dan kompeten dibidangnya, diharapkan dapat terus
meningkatkan mutu pendidikannya, baik dimasa sekarang maupun
masa yang akan datang.
3. Saran Untuk Mahasiswa
a. Mahasiswa harus lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasannya
dengan banyak membaca dan mencari informasi baru dari berbagai
media sehingga bukan hanya pandai dalam hal teknis, tapi juga dalam
hal non teknis.
b. Sebagai calon Bidan yang berperan dalam penurunan angka kesakitan
dan kematian ibu dan bayi, mahasiswa diharapkan dapat terus
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan
138

yang komprehensif (kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir)


tepat dan aman.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Dewi, Vivian Nanny Lia, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika

Jannah, Nurul. 2010. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Nurasiah, Ai, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. Bandung: PT
Refika Aditama

Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2015.


Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Peayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Saifudin, Abdul Bari ( Editor ). 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sumarah, Widyastuti, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan


Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya

Suherni, Widyasih, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:


Fitramaya

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.

Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.

139
140

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. 2015.


Jakarta

Irianti, Bayu, dkk. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto

Depkes RI.2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta

Depkes RI.2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta

Dinas DKI Jakarta, Profil Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2012 (Jakarta : Dinas
DKI Jakarta, 2013)

Manuaba, Ida Bagus Gde.2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

_________.2009.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

_________.2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB Untuk


Pendidikan Bidan Ed 2.Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam.2009.Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, A.B.2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

_________.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
-
PARTOGRAF

No. Register C I i Narna lbu u.r,, 2? c, \ P: C 4. c


No- Puskesmas Tanggal :. ;am : C8 'Ct)
'l
I t'luless{akjam Di " St t';\\
f,e{uMn Pe€h Seiak Jam:
.OC ru;\k

?00
190
18C

IM
160
Denytn r50
Jantung Janin
1{0
( /menit)
i30
'i20
110

100
€0

8!

I'ir Ketuban u
Pe*yusr.4an c) f)

x
'oc
l=
lt
t^
IE
lo
la
IE
idi
T*
leo
l.
iX
,t
A
I;E
I EE
1'
Waklu
(Jar't)

Kor*raki El"eo
riap WzO*
10nrn& nr*
i,i"iir$

Otsiiosin U/l-
mlgr/menit ;
Obat dan

,@
150

140

130

120
110
Jekanan
100
@ah 'go

oC
suhu 5e,s 9t,6136,d

f Protein
Urin Aseton I
i 23. Penegangan tali pusa', tcrkendali ?
i carnrn* PrtR5ALINAN
I
\il4t
1. Tanggal t1 /tg/zPit i )Tidak, alasan ..."......
2. Narna Bidan :'1t , Ea, !"r!1*1\c^ 24. l',lasase fundus uteri ?

3, Tempat lersalinan : \J,Ya


( )Tldak, alaiat: ....... .. . .' ' ' ;i\""."""
{ ) Rumah tbu \-),4 uskesiiias
25. Plasenta lahir lengkap Iintact) :(91 Tidak
( ) PolinCes { ) Rumah sakit
( ) Klinik Swasta ( ) Lainnya Jika tidak lengkap, tindakan yangdilakukan :

a,
b.
5. Catatan O rujuk, kala l lV
/ tt l ltl l , 26. Plasenta tidak lahir > 30 rnenit : Ya /
5. Alasanrneruiuk....-'.........--... I ( )Ya, tlndakan :
7. Tempat ruiukan.....'.. ..'.. - -
8. Pendarnping Pada saat merujuk
:-.,;,:; /
i ) Bidan { } Teman
{ } Suami
{ ) Keluarga
i ) Dukun
{ } Tldak ada
" -lffi:;l*.n,
27- :
Laserasi .,'

, Bl-:r?n.4:.-919t !i'L:)-i n:r -'.


{ }ridak
28, jika laiiiisi p€rirreUm, del'Ajai' :' l@ ; ; e
itAr"Al
9. Partograf mElewati garls waspaoa : Y AJ,
Tind-akan I
$fenjahitan ^
6.gp't tanpa anestesi
{ } Tldak dijahit, alasan I

11. Penatalaksanaan ma salah terse but "', """ -' 29. Atoni uteri
{ ) Ya, tindakan ;

a* iillr";ii;!ii.i.i'
1?r Hasilnya :i!-..i....ii":';"i'i";""ri'ri""r'|r';
l b. .................

*(AtAlt
iE. rpisiotomt
30"
31.' Masalah lain, sebutkan """"""';
flaidak 32, Penatalaftsanaan rnasalah ters€but "'
14. Pendampingpada saat persalinan :
lJduami {}'Eukun
t ) l(eluarga t )Tidak ada
{ }Teman BAYI BARU TAHIR
15. Gawat ianio: ie. s*ot uaaan-.?.99.--cr--'.- Eram
35. Fanjarg .....fIS....,- ..n
36. Jenls kelamir(lJP
ada penyulit
-- - Penilaian bayi baru lahir : baik /
37.
#utnt"rian lst, waktu -..)'.-" Jarn setelah lahir

Dirtosia.behu
38. Bayi lahir:
iiir; tilaarro. Yans dilakuka n :
\-f{tormal, tindakan:
.{/mcngeringkan
tiiitrieaetrangptksn $#a*gsar$ gaktit
' *lbungkusbayl dan terapatkan di sisi ibu

"' . { }*sflltslalfuca-tlbiruflemas, tindakan :


17. Mesalah lai& sebutkan : ..'...--. --........... l
{ }rmengeringkan
18. Penatalaksanaan masalah tersebut -..---"-". ( ) rangsang ta!t_!l
{ } menghangstkan -.
19.
{ ) laln-laln, sebutkan : --,.'...'...'--.....
( | bungkus bali dan iempatkan dl sisi ibu
rAIAS
20. trrna kah l[: *-.5.-....'-. menlt { } Hipotermi, tindakan :
if. P".Uirnotsttosin 10 U im ?
\|fYa,*aktu:
-I". menit sezudah petsalinln
---.--'.'.""""'1"""""""""""'
22.
iiriaru "r.on
Pemberhn ulang Oksitosin {2X} ? ./ { ) Lainjain, sebutkan: '.-.....--*.'
' {!p,alasaa: ---.........-..... /..-......'..--.'.-.r;""r:'
Wida*
.,T:R{iST\ KEBIDAN.T\
P ILNiI K KE SE }I.I.TA\ Itr}tE N KE S JAL{RTI III
OLITE
JALA\ ARTERI JORR J.\TI\\'ARN.\ POIDOK \TELATI
BEIitSI TELP.021 84978693 r-LX.02r 84978694
\l'etrsite : h ttp : /ftvrrrr"polte kliesj a ka rta J. a c.id
Email ;

LE}{8.1.R I}FOR}T.{SI

Penti*gnya m€mpersiapkan kehamil:rn cliln persalinan secara rrlenlehiruh

i/ror1r,. wzine{ antl s1tiri{), tidak han1,a lugils serta tanggung jari.ab sriami rllauprin
kehiarga, tetapi bidan nlelnpunvai peran utama dalarn hai ini. Bagi biclan sebagl
pen.l*mping persalinan. pl'oses -1ang alauri. lancar, nvaflan dan penuh dengan
keleurbutal. tentu saja rneniadi sesuatu yang didambakan setiap insan.
Poltekkes Kemenkes Jakana III berkomitmen menghasrlkan lulusan hitlan
protrsional. Seliingga dibutuhkan proses pernbelajaran ]ang dapat meruberikan
pengalaman kepa,ll mahasis*,a untuk mencapai kompetensi bidan prof-esiontrl,
S*lah satu strategi lting dilakukan adalah mahasisrva kandidar bidan ditirsilitasi
rurfitk rnendapatkan pengalamain. rindr dalar:r mendampingi pasien sejak hamil.
persalinan. masa nifhs 1,ang bernriuan memberikan pela.vtrnan krbiilanan png
sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarqan.va.

Selirin membanru utahasisu,a dalarn ploses akhir peinbelaiaran. kegiatan


ini ciapat memberikan keptnsan pada pasien tlan keluarsanva kalena s.ttu
rnahasisn,a mendampingi satu pasien.

Dalam kegiatan ini tidak ad:r paksaan aplipun telhadap pasien vang
berkenan untuk ditiarnpingi m;rhasisrva selam;r hamil bersalir: dan satri bulan
pert;]ma nif*s. Kealllanan dan kepuasan pasien uenjadi prit-iritas utama dalarn
kegiatan ini. Inlirnnasi keseiratafl tentang pa"rien akan diaga kerahasiaannla. dan
pengggunaan data akan digunakan unruk kepentingan pasien.

Jakarta. 06 l\,Iaret 20 I I

l)osen Pemhirnbing \,{ahasisu.a D-IV Kebidanan


m

(\\,'a {}r1e Hairah. . N'LKes) {Siti }iurhavati)


LEMBAR PERSETUJUAI\

Setelah diberikan penjelasan, dengan ini saya :

Nama JA fudn- qqlli

Umur ?? trrhun

Alamat
-5\. frvrang F glowlooS \aqrn

Telepon/HP Cgbg'?tto - q52)

Menyatakan bersedia un&k didampingi selama hamil, bersalin dan satu bulan
masa nifas oleh mahasiswa Tingkat III Jurusan Kebidanan Poltekkes Jakarta Itr
yang bernama Siti Nurhayati di Puskesmas Kecamatan Koja

Jakafia, 06 Maret 2018


MahasiswaD IV Kebidanan
Ill Pasien
;

Poltekkes
fpkarta
I Suami

,,*f;*,, i , ** Yr:!:,, Mi ,
LEMBAR KONSULTASI

AST]HAN KEBIDANAI\i KOMPREHENSIF PADA IYY.U.A


DI PUSKESMAS KECAMATAI\I KOJA
JAI(ARTA
TAHI]N2018

NAMAMAHASISWA : SffiI{URIIAYATI
NAMA PEMBIMBING : \MA ODE HA.TRAII, SST, M.Keb

?- $ uet BabI,[, B,\y /.y fl-r brc.iKo'rr dcr' iLr,r-rr tei!,

krborf.an pnataan
&nuLtq.an

L, 3o ur,^ zot8

5. Zaunt ?rt8 fcrtcxitn { &.Uatr^ for{oqoaf

&n r+n bcr.\en fuivrtok"r


06Sunizot8 $\uA" fo..L.S @^:)e*^*.i cun",t{el',

Anda mungkin juga menyukai