Anda di halaman 1dari 30

“ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA

Nn. N UMUR 15 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM

DI RUANG GINEKOLOGI RSUD J.P. WANANE

KABUPATEN SORONG”

DISUSUN OLEH:

Fransina L. Maran 4 1540118048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SORONG

PRODI D-III KEBIDANAN

2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

PADA Nn. N UMUR 15 TAHUN DENGAN KISTA OVARIUM

DI RUANG GINEKOLOGI RSUD J.P. WANANE

KABUPATEN SORONG

Yang disusun oleh :

Fransina L. Maran 4 1540118048

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Susan Woisiri, S.Tr.Keb Rizqi Kamalah, S.ST.M.Keb


NIP. 1973082442006072001 NIP. 198812112019022001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi kesempatan, kesehatan dan petunjuk sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA Nn. N UMUR 15 TAHUN DENGAN
KISTA OVARIUM DI RUANGA GINEKOLOGI RSUD J.P. WANANE
KABUPATEN SORONG” yang diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
memmenuhi tugas.

Penyusunan askeb ini akan terlaksana tanpa bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Ariani Pongoh,S.ST.M,Kes Selaku Direktur Poltekes Kemenkes Sorong yang


telah berkenan memberikan kepercayaan kepada saya untuk melaksanakan
Praktik Klinik Kebidanan II Di RSUD Kabupaten Sorong
2. Dr. Theo. MSp. B KBD Selaku Direktur RSUD J. P. Wanane yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis dapar praktek di RSUD J. P. Wanane
Kabupaten Sorong
3. Sunaeni, M.Keb selaku ketua jurusan kebidanan poltekes kemenkes sorong
yang telah berkenan memberikan kepercayaan kepada saya untuk melakukan
Praktik Klinik Kebidanan II Di RSUD Kabupaten Sorong
4. Rizqi Kamalah, S.ST.M.Keb Selaku Dosen Pembimbing Institusi yang telah
membimbing saya khususnya dalam penyelesaian laporan Praktik Klinik
Kebidanan II Di RSUD Kabupaten Sorong
5. Susan Woisiri, S.Tr.Keb Selaku Pembimbing Lahan ( CI ) Diruang Ginekologi
RSUD Kabupaten Sorong yang telah membimbing dilahan praktik dan
memberikan saran dalam penulisan laporan.
6. Adriana Egam, S.ST,M.Kes Selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Poltekes Kemenkes Sorong yang telah berkenan memberikan kepercayaan

3
kepada saya untuk melakukan Praktik Klinik Kebidanan II di RSUD
Kabupaten Sorong
7. Dian kartikasari, S.ST Selaku Kordinator Praktikum Prodi DIII Kebidanan
yang telah berkenan memberikan kepercayaan kepada saya untuk melakukan
praktik klinik kebidanan II Di RSUD Kabupaten Sorong sehingga dapat
berlangsung hingga selesai.
8. Kepada pasien dan juga keluarga yang telah mendukung kelancaran
pengambilan data guna menyelesaikan Laporan PKK II individu.
Penulis meyakini didalam penulisan askeb PKK II ini masih banyak
kekurangan sehingga kriktik dan saran, sangat diharapkan oleh penulis untuk
perbaikan isi dan kualitas dalam penyusunan laporan PKK berikutnya.

Sorong, Mei 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………..… 1
Lembar Persetujuan …………………………………………………..……. 2
Kata Pengantar ………………………………………………………..…... 3
Daftar Isi ………………………………………………………………...… 4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….........
B. Rumusan Masalah ……………………..……………………... 7
C. Tujuan …………………….………………………………….. 7
BAB II. TINJAUAN TEORI……………………………………………….. 9
BAB III. TINJAUAN KASUS ……………………………………………. 16
BAB IV. PEMBAHASAN …………………………………………………. 16
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 25
B. Saran ……………………………………………………........ 26
Daftar Pustaka ……………………………………………………………... 27

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk semakin meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat, kualitas sumber daya manusia, pemantauan
jangkauan pelayanan kesehatan serta kualitas kehidupan. Di negara
berkembang seperti Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur dan
lanjut disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium, jika dibiarkan maka
akan menjadi penyakit yang sangat berbahaya. World Health
Organization(WHO) memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih
dari 585.000 orang meninggal karena hal tersebut (Depkes RI,2011).
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,
upaya pemerintah dalam mencegah gangguan sistem reproduksi seperti kista
ovariumialah dengan memperhatikan kesehatan wanita, khususnya kesehatan
reproduksi karena hal tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek
kehidupan, serta merupakan parameter kemampua Negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan
reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting terhadap
kelanjutan generasi penerus suatu Negara (Pojianto,2012).
Kista ovariumpaling sering terjadi pada wanita nerusia antara 20-50 tahun.
Dimana usia dewasa muda, yaitu antara 16-45 tahun sering dihubungkan
dengan masa subur. Ketika usianya sampai 45 tahun, hormon turun dengan
lebih cepat lagi.Kista ovariummerupakan salahsatu tumor jinak ginekologi
yang paling sering di jumpai pada wanita dimasa reproduksinya. Kista
ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormone pada
hipotamalus, hipofisis dan ovarium.
Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita yang lebih tuapost
menopause. Hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia
di atas 50 tahun.Kista ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium.

6
Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko. yaitu mengalami degenerasi
keganasan menjadi kanker,di samping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang
menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita (Wiknjossatro,2010).
Penanganan kista ovariumsampai sekarang belum ada cara deteksi dini
yang sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium. Sekarang
ini,yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, tetapi cara itu agak sulit jika
diterapkansecara massal karena biayanya cukup mahal. Untuk meurunkan
risiko keganasankista ovarium, dapat menggunakan pil Keluarga Berencana
(KB) karena risiko terjadi kanker ovarium lebih kecil.Dengan menggunakan
kontrasepsi hormonal, terutama pil KB proses pada ovarium dapat di tekan
sehingga resiko terjadi keganasan pada ovarium menurun.
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014,
sekitar 21.980 kasus baru kanker ovariumakan didiagnosis dan 14.270 wanita
akan meninggal karena kanker ovariumdi Amerika Serikat. Angka kejadian
kista ovariumtertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per
100.000, 22 kecuali di Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan
(7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di
Asia dan Afrika (WHO,2010).
Peran bidan mengenai kasus kista yaitu dengan melakukan bimbingan dan
peyuluhan kepada individu khususnya kepada wanita usia reproduksi,
melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi, masalah reproduksi,
memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,keluarga
kelompok,dan masyrakat tentang penanggulangan masalah keshatan
khususnya yang berhubungan dengan kista ovarium, memberikan asuhan
kebidanan secara komfrehensif yang mencakup segala kebutuhan klien serta
mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul pada pasien yang
mengalami tindakan operasi sehingga pasien dapat kembali melakukan
aktivitasnya.

7
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Gangguan Kesehatan
Reproduksi pada wanita Remaja Nn. N Umur 15 tahun dengan Kista
Ovarium di RSUD J. P. Wanane
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya data Subjektif pada wanita Remaja dengan Gangguan
Kesehatan Reproduksi di Ruangan Ginekologi RSUD J.P Wanane
b. Diperolehnya data Objektif pada wanita Remaja dengan Ganguan
Kesehatan Reproduksi di Ruangan Ginekologi RSUD J.P Wanane
c. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tinjauan teori serta
melakukan Asuhan Kebidanan pada wanita Remaja dengan
Gangguan Kesehatan Reproduksi di Ruangan Ginekologi RSUD J. P
Wanane

C. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Instansi
Sebagai bahan bacaan dan dokumentasi pada perpustakaan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jurusan DIII Kebidanan Sorong
2. Manfaat Bagi Lahan Praktek
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan
khususnya asuhan kebidanan pada wanita Remaja dengan Gangguan
Kesehatan Reproduksi di RSUD J.P Wanane. Untuk Klien dan Keluarga.
Untuk tenaga kesehatan dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau
membimbing mahasiswa tentang cara memberikan asuhan kebidanan yang
berkualitas.
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai proses pembelajaran dalam penerapan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk Laporan dan memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi Wanita


1. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,mental, dan
sosial yang utuh jadi sehat bukan berarti sekedar tidak ada penyakit atau
pun kecacatan, tetapi juga kondisi psikisdan sosial yang mendukung
perempuan untuk melalui proses reproduksi, baik perempuan atau laki-laki
berhak mendapatkan standar kesehatan yang setinggi-tingginya, karena
kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah di akui dunia
internasional (World Health Organizaton, 2014). Kesehatan reproduksi
wanita akan berpengaruh pada fungsi reproduksinya dalam memperoleh
keturunan dimasa yang akan datang. Masalah yang timbul akibat
kurangnya pemahaman akan kesehatan reproduksi diantaranya adalah
mengenai kebersihan atau hygienenisasi yang dapat mengakibatkan suatu
penyakit. Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi
wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker servik, kista ovarium,
gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba,2010).

2. Ruang Lingkup
Menurut program WHO, masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari
pendekatan keluarga meliputi:
a. Masalah reproduksi.
b. Masalah gender dan seksualitas.
c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan.
d. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan.
e. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
f. Masalah pelacuran.
g. Masalah sekitar ginekologi

9
3. Masalah reproduksi
a. Infertilisasi
b. Kanker serviks
c. Kanker payudara
d. Mioma uterie
e. Kista ovariumf
f. Gangguan haid
g. Unwanred pregnancy(aborsi)
h. Erosi portio
i. Keganasan dan penyakit sistematik
4. Kista ovariuma.
a. Definisi
Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium) (Eni,2009).
Kista ovarium adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang
berlapis epitel yang berisi cairan atau semi cairan tubuh tidak normal di
dalam rongga suatu organ (Priyatno,2014)
b. Etiologi
Penyebab kista ovarium adalah terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri.
Sedangkan kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi
selama siklus menstruasi(Eni,2009)
c. Faktor penyebab kista
Menurut Eni (2009) faktor penyebab kista ovarium yaitu:
a. Fakor Reproduksi
Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu serta durasi
serta jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit ini,
paritas yang rendah dan infertilisasi (kemandulan), menars (pertama

10
kali mendapat menstruasi) dini dan menopause yang terlambat
meningkatkan resiko untuk berkembangnya kista ovarium.
Peningkatan insiden kista ovarium pada wanita lajang, biarawati dan
wanita nulipara (tidak memiliki keturunan) menunjukan ovulasi yang
teratur yang tidak di selingi dengan kehamilan, meningkatkan podis
posisi wanita mengidap keganasan kehamilan yang multiple (kembar)
dapat meningkatkan efek protektif menghadapi
perkembangan kanker ovariumfaktor lain yang dapat
mengurangi resiko adalah riwayat menyusui
b. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menoupause
berhubungan dengan peningkatan resiko insiden maupun tingkat
mortalitas kista ovarium. Beberapa literatur menunjukkan penggunaan
terapi sulih hormon jangka panjang (>5-10tahun). Peningkatan resiko
secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa
disertai progesteron. Peningkatan berat badan juga memungkinkan
terjadinya peningkatan resiko terjadinya penyakit ini
c. Faktor Genetik
Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/tidak beraturan.
Pada Familia/ hubungan keluarga/keturunan di laporkan hanya 5-10%.
Dalam kasus dimana terdapat dua anggota keluarga yang mengidap
kista ovarium, resiko pada wanita ini akan menjadi 7%.
d. Faktor Lingkungan
Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap kanker
ovarium dapat ditemukan pada poladiet berat, hal ini kemungkinan
berhubungan dengan tingginya angka insiden kista ovarium.
d. Klasifikasi
Diantara tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan tumor
non plastik belum ada klasifikasi yang diterima oleh semua pihak. Hal ini
terjadi oleh klasifikasi berdasarkan hispatologi dan embriologi belum

11
dapat diterima secara tuntas berhubungan masih kurang pengetahuan kita
tentang asal usul beberapa hormon. Maka pertimbangan praktis tumor
1) Tumor Nonplasmaa
a) Tumor akibat radang
b) Tumor kista lain
(1) Kista folikel Kistaini berasal dari folikel degraaf yang tidak
sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel,
atau dari beberapa folikel primer yang stelah bertumbuh di
bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang
lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu
kista atau beberapa, dan besarnya biasanya berukuran sedikit
lebih besar (3-8 cm) dari folikel pro-ovulasi (2,5cm)
(Prawirahardjo,2011).
(2)Kista korpus luteum
Kistaini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang pada luar
kehamilan. Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan,
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenoria di ikuti
oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat diperut bagian bawah. Pendarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri
didalam perut yang mendadak dengan adanya amenoria sering
menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dalam
kehamilan ektopik terganggu (Prawihardjo,2010).
(3)Tumor stein leventhal
Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom stein leventhal dan
kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh
karena itu endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen
(Prawihardjo,2011)

12
e. Tanda dan gejala
1) Gejala akibat pertumbuhana
a) Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah
b) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedem pada
tungkai bawah.
2) Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap menstruasi.
Menstruasi yang datang terlambat dan disertai rasa nyeri,nyeri
menstruasi hebat dan terus menerus. Dan serangan yang tajam yang
muncul mendadak pada perut bagian bawah.
f. Patofisiologi
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat
merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel
graff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan abdomen dari epitel ovarium (Bunner, &Suddath,1989)
g. Manajemen medik
1) Laparas kopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-
sifat tumor itu (Prawihardjo, 2011).
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing.
Apakah kistik dan solid dapat dibedakan pula antara cairan atau
rongga perut yang bebas atau tidak (Prawihardjo,2011)
3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menetukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya pada kista demoid dapat dilihat adanya gigi dalam tumor
(Prawihardjo,2011).
4) Operasi

13
Pada saat diperiksa kista ovarium harus diperiksa, apakah tumor
ditemukan satu atau dua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang
diangkat harus segera dibuka. Untuk mengetahui apakah ada
keganasan atau tidak (Prawihardjo, 2011).

h) Penatalaksanaan kista ovarium


Penatalaksanaan kista ovarium bergantung dari faktor-faktor yaitu
ukuran dan jenis kista, umur dan kondisi kesehatan penderita. Ada dua
prinsip yang penting dalam menejemen kista ovarium adalah
1) Sikap wait and see (menunggu hasil)
Oleh karena itu mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan, maka semakin dini
deteksinya, semakin mudah pengobatannya. Tentu, tiap wanita selalu
berharap agar indung telurnya tetap utuh, tidak rusak atau tidak
dipertahankan. Jika dokter mengambil keputusan untuk mengangkat
kista. Kemungkinan tersebut menjadi ada jika kista ditemukan dalam
stadium dini. Alternatif terapi dapat dilakukan dengan pemberian pil
KB dengan maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya
kistapun tidak akan tumbuh (Eni, 2011).
2) Terapi Bedah dan Operasi
Indikasi perlu dilakukan pembedahan adalah jika kista tidak
memiliki ukuran demikian besar, kista yang di temukan pada wanita
usia reproduksi, atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa,
lebih-lebih sampai perdarahan. Tindakan operatif yang mengandung
kista ini adalah pengangkatan dengan resiko (pemotongan) pada
bagian ovarium yang mengandung kista, jika kista ovarium besar dan
terjadi komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium dan tuba
(salpingektomi) (Eni,2009).
Salpingektomi adalah melakukan eksisi bagian tuba lalu
mengeluarkan hasil-hasil konsepsin pada suatu segmen tuba di ikuti
dengn reparasi bagian tersebut (Prawihardjo,2011) Hasil penelitian J

14
Nati dkk, tahun 2015 di amerika serikat membuktikan bahwa
salpingectomy pada indikasi jinak dikaitkan dengan penurunan risiko
kista ovarium. Data ini mendukung hipotesis bahwa sebagian besar
kista ovarium muncul di tuba falopi dan rahim. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa penghapusan saluran tuba dengan sendirinya,
atau bersamaan dengan operasi jinak lainnya, merupakan langkah
yang efektif untuk mengurangi risiko kista ovarium pada populasi
umum (J Nati dkk,2015).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium


Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau
masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga
berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan
masyarakat) (Soepardan,2008).
1. Kewenangan Bidan
Keputusan menteri kesehatan Republik indonesia nomor
1464/MenKes/Per/X/2010 tentang izin dan penyalahgunaan praktik bidan.
Pasal 12 poin a
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin c,
berwenang untuk:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

“ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. N UMUR 15 TAHUN DENGAN

KISTA OVARIUM DI RUANGAN GINEKOLOGI

RSUD J. P.WANANE KABUPATEN SORONG”

NO. REGISTER :-

MASUK RS TANGGAL, JAM : 27 April 2021, 22.00 wit

DIRAWAT DIRUANG : Ginekologi

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 28 - 04 – 2021 Jam : 09:00 wit

Biodata Pasien

Nama : Nn “N”

Umur : 15 Tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Aimas unit 1 jln. Durian Malawili

No.Telepon/HP : 082213152115

16
A. DATA SUBJEKTIF

1. Kunjungan saat ini Kunjungan Pertama Kunjungan


Ulang
Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian kanan bawah dan perut terasa penuh dirasakan sejak 1
minggu yang lalu, lama keluhan yang dirasahkan ibu kurang lebih 15
menit tiap harinya, sifat keluhan yang dirasakan sering hilang dan timbul
sehingga sangat mengganggu aktifitas Nn.N
2. Riwayat Perkawinan
Belum kawin

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun

Lamanya : 5-7 hari


Warna : merah segar
Konsistensi : encer, kadang disertai gumpalan
Siklus : 28-35 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut

4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Tidak ada

5. Riwayat Kontasepsi yang digunakan


Tidak ada

6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit kronis atau menular
seperti dm, asma, hipertensi, tumor, maupun kanker.

17
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
kronis atau menular seperti Dm, Asma, Hipertensi, Tumor, maupun
Kanker.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan sedang menderita kista ovarium

7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


N No Pola Sehari-Hari Sebelum Sakit Selama Sakit
1 Pola Nutrisi
a. makan
frekuensi 3x Sehari 3 x sehari
jumlah 1 porsi 1 porsi
jenis makanan Nasi, Sayur, Nasi
b. minum Lauk sayur,lauk,
frekuensi 5x sehari 7x sehari
jenis minuman 5 gelas 7 gelas
Air putih dan Air putih dan
susu the
2 Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 3 x sehari 3-4 kali
warna Kuning jernih Kuning pekat
Bau Khas Khas
Konsistensi Cair Cair
b. BAB
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Bau Khas Khas
Konsistensi Padat Padat
3 Pola Istirahat Dan Tidur
a. siang
b. malam ± 1 jam/hari 1 jam/hari
± 7-8 jam /hari 5-6 jam/hari

Personal Hygiene
4 a. mandi 2 x sehari 1 x sehari
b. gosok gigi 2xsehari saat 1x sehari saat
c. keramas mandi mandi
d. vulva hygiene 2x seminggu 1x seminggu
e. mengganti pakian 2x sehari 1x sehari

18
dalam
f. bahan pakaian 3x sehari 1 x sehari
dalam
Kain katun Kain katun

1) Pola Aktifitas Membersihkan Istirahat dan


rumah, tidur.
menyapu,
mengepel, dan
mencuci piring.

8. Keadaan Psiko Sosial


Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan kondisinya saat ini
9. Ketaatan Beribadah
Pasien mengatakan teratur menjalankan sholat

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah dan Cemas
kesadaran : Composmetis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 kali per menit

Pernafasan : 20 kali per menit

Suhu : 37,1oC

c. TB : 162 cm
BB : 80 kg

IMT : 30,48

LLA : 33 cm

d. Kepala dan leher


Edema wajah : Tidak adanya edema pada wajah

19
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Mulut : Bersih tidak ada caries dan gigi berlubang

Leher : Tidak ada pembekakan

Payudara : Simetris

e. Abodemen : Tidak ada bekas operasi, terdapat massa


pada kanan bawah perut pasien dan adanya nyeri
tekan.
f. Ekstremitas
Edema : Tidak ada edema

Varices : Tidak ada

Reflek patela : +/+

Kuku : Kuku bersih dan di potong pendek

g. Genetalia luar
Varices : Tidak ada

Bekas luka : Tidak ada

Kelenjar bartholini : Tidak ada

Pengeluaran : Tidak ada

h. Anus :Hemoroid Tidak ada

2. Pemeriksan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Glukosa : negatif
Leukosit : 0-2/ml
Erytrosit : 0-1/ml
b. Pemeriksaan USG

20
Pemeriksaan didapatkan kista ovarium pada perut kanan bawah dengan
panjang kurang lebih 3 cm

II. Interpretasi data dasar, masalah dan kebutuhan


Diagnosa : Nn.N umur 15 tahun dengan kista ovarium
DS :
Pasien mengatakan terasa nyeri perut bagian kanan bawah.
DO:
a. Keadaan Umum : Sedang, pasien tampak lemah dan cemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 37,1oC
d. Palpasi : Terdapat masa pada perut bagian kanan bawah
dan nyeri tekan nyeri pada bagian abdomen
e. USG : Terdapat kista dalam ovarium dengan panjang
± 3 cm
Masalah : ibu mengatakan merasa nyeri pada perut bagian
bawah dan cemas dengan keadaannya saat ini.
Kebutuhan : dukungan moral dan spritual kepada ibu agar
tidak cemas dengan keadaannya dan agar pasien
lebih tenang.

III. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Tindakan Antipasi


Diagnosa Potensial :
Potensial Terjadinya, Kanker Ovarium
Tindakan Antipasi :
Pengangkatan kista ovarium dengan cara operasi

21
IV. Tindakan Segera, Kolaborasi dan Rujukan
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan pengangkatan kista
apabila kista tersebut semakin ganas

V. Intervensi
Tanggal 27 April 2021 Jam 09.30WIT
1. Observasi keadaan umum tanda-tanda vital pada ibu
Rasional : agar kondisi ibu tetap terpantau
2. Beritahu hasil pemeriksaan dan beritahu ibu tentang kondisinya saat ini
Rasional : agar ibu mengerti dengan keadaan dan kondisinya
3. Observasi rasa nyeri pada perut pada ibu
Rasional :agar kondisi ibu tetap terpantau.
4. Kolaborasi dengan dokter spog untuk pemberian terapi dan tindakan
5. pengobatan lebih lanjut
Rasional : digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan tindak lanjut dari
asuhan yang diberikan.
6. Jalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya
Rasional : pasien akan merasa nyaman sehingga memudahkan komunikasi
7. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : agar ibu dapat melakukan teknik relaksasi yang baik dan benar.

VI. Implementasi:
Tanggal : 27 – 04 - 2021 Jam: 11:00 wit

1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital pada Nn.N


2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Ku : Baik
Ks : Composmentis
Vital Sign
Tekanan darah: 120/80 mmHg

22
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,1oC
3. Mengobservasi nyeri pada perut pada Nn.N
4. Melakukan kolaborasi dengan dengan dokter tentang pemberian terapi
yaitu:
a. IVFD RL 20 tetes/menit
b. Ketoprofen supp/rec
5. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya.
6. Mengajarkan teknik relaksasi yang baik dan benar.

VII. Evaluasi
Tanggal : 27 - 04 - 2021 Jam: 13:00wit

1. Petugas kesehatan ( bidan telah mengobservasi keadaan umum dan vital


sign pada ibu.
2. Ibu telah mengerti dan memahami dengan hasil pemeriksaan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan (bidan)
3. Nyeri perut mulai berkurang setelah pemberian terapi oleh petugas
kesehatan.
4. Ibu telah mengkomsumsi obat-obatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan dengan teratur
a. IVFD RL terpasang dengan 20 tetes/menit
b. Petugas kesehatan akan memberikan obat Ketoprofen Supp/Rec pada
jam 15:00 WIT dan akan dilanjutkan pemberian pada jam 23.00 dan
07:00 WIT oleh petugas kesehatan yang bertugas pada jam tersebut.
5. Ibu dan keluarga memberi respon yang baik terhadap penyampaian yang
diberikan oleh petugas kesehatan ( bidan ).
6. Ibu mengerti dan akan melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan
oleh petugas kesehatan

23
24
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses asuhan


kebidanan gangguan reproduksi pada Nn.N Umur 15 tahun dengan kista ovarium
dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney yaitu, pengumpulan data
dasar, identifikasi diagnosa, identifikasi masalah potensial, tindakan segera atau
kolaborasi, merencanakan asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencanaan
dan evaluasi.

a. Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Data anamnesa yang dikaji pada pasien tersebut diambil langsung dari Pasien
tersebut dan dengan pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
pemeriksaan laboratorium dan USG.
Gejala kista Ovarium adalah adanya pembesaran pada abdomen, abdomen terasa
penuh/berat, nyeri pada abdomen serta gangguan BAK dan BAB akibat pembesaran
tumor itu sendiri. dengan demikian apa yang dijelaskan pada teori dan tinjauan kasus
kista ovarium dapat ditentukan secara garis tidak ada perbedaan atau kesenjangan.
b. Langkah II. Identifikasi Diagnosa
Dalam menegakan suatu diagnose kebidanan atau masalah kebidanan
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung oleh beberapa data, baik
data subjektif maupun objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah
dilaksanakan.
Pada Kista Ovarium disebutkan bahwa tanda gejala dari kista ovarium
adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal, atau komplikasi dari tumor-
tumor tersebut. tanda dan gejalah dari kita ovarium akibat pertumbuhan dapat
menyebabkan pembenjolan perut. Sedangkan pada kasus Nn.N, pasien
mengeluh nyeri perut bagian kanann bawah, adanya nyeri pada saat perut
ditekan dan terdapat massa pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada
abdomen. pasien cemas dan takut dengan keadaannya, sehinngga penulis
merumuskan diagnose : Kista Ovarium, Nyeri pada perut bagian bawah dan

25
kecemasan. Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori dan
kasus tidak terdapat kesenjangan.
c. Langkah III. Identifikasi/masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah/diagnose potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Pada
Kista Ovarium disebutkan bahwa diagnose potensial yang terjadi pada kasus
kista ovarium yaitu infeksi pada tumor, torsi, rupture dari kista, supurasi dari
kista, perubahan keganasan atau kanker ovarium (wiknjosastro, 2010).
Pada Kasus Nn.N diagnose potensial dari kista ovarium adalah kanker
Ovarium dengan demikian antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena pada kasus tersebut diagnosa potensial dari kista ovarium adalah
keganasan pada ovarium.
d. Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi
Beberapa data menunjukan situasi emergensial dimana bidan perlu bertindak
segera demi keselamatan pasien, beberapa data menunjukan situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter dan juga
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi
pasien untuk menetukan asuhan yang paling tepat. Pada kasus kista ovarium
diperlukan adanya tindakan segera dengan dokter Sp.OG untuk penanganan
lebih lanjut (Mufdillah, dkk, 2012).
Pada kasus Nn.N dengan kista ovarium dilakukan antisipasi dan tindakan
segera dengan dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG yaitu dengan
memasang infus RL 20 tpm, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG
dan pemberian terapi. Dengan demikian tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus
e. Langkah V. Rencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutann manajemen
terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi dan
pada langkah ini reformasi data yang tidak lengkap bisa dilengkapi.
Perencanaan ini disusun berdasarkan diagnose, masalah dan kebutuhan. Dari

26
rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian
antara teori dengan kasus yang ada mulai dari memberikan penjelasan
mengenai hasil pemeriksaan kemudian kondisi penyakitnya, Observasi ttv,
dan melakukan pemasangan infuse RL 20 tpm.
f. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. pelaksanaan ini
bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota kesehatan
yang lain. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarakan pelaksanaanya sehingga dapat
meningkatkan mutu dan asuhan pada pasien dengan kista ovarium.
Pada studi kasus Nn.N dengan kista ovarium, semua tindakan yang
direncanakan dapat dilaksanakan selurunya dengan baik tanpa ada hambatan
karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya
dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan diruang ginekologi Rsud J.P
Wanane Kabupaten Sorong. dan temukan kesenjangan dalam Tinjauan teori
dan kasus, implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
g. Langkah VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan
kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, kriteria yang ditentukan,
memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang
sudah diimplementasikan. Dengan demikian, tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan kasus, karena setelah melakukan asuhan pada kasus Nn,N
dengan kista ovarium, pada evaluasi atau hasil tindakan sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan dan hal ini sesuai harapan dari tenaga
kesehatan.

27
BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah


melakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn.N umur 15 tahun
dengan Kista Ovarium di RSUD J.P wanane Kabupaten Sorong.

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut Varney pada Nn.N dengan kista ovarium,
maka penulis mengambil kesimpulan:
Pengkajian pada kasus Nn.N dengan kista ovarium keluhan utamanya
Nn.N mengalami nyeri pada perut bagian bawah, sedangkan pada data
objektif didapatkan data keadaan umum lemah dan cemas, kesadaran
composmentis, TTV:TD:20/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 22 x/menit, S :
37,1OC. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil ada benjolan didalam
rongga abdomen dan ada nyeri tekan pada perut bagian bawah. Pada
pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan USG didapatkan Kista
ovarium dengan ukuran kurang lebih 3 cm Diagnosa kebidanan yang
diperoleh yaitu Nn.N umur 15 dengan gangguan reproduksi kista ovarium.
Masalah yang timbul adalah Nn.N mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah kebutuhan yang diberikan yaitu memberi terapi IVFD RL 20
tetes/menit dan obat oral ketoprofen supp/rec setiap jam 15.00 dan 23.00
dan 07:00 WIT. Pada kasus ini penulis menemukan tidak ada kesenjangan
dalam kasus Nn.N.

28
B. Saran
1. Bagilahan praktek
Agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan asuhan kebidanan pada
pasien yang mengalami Kista Ovarium sesuai dengan perkembangan serta
melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan teori
2. Bagi institusi
Institusi diharapkan dapat menambah buku atau referensi yang dapat
menunjukan dalam kegiatan belajar .
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menggunakan kesempatan belajar dilahan praktek
dengan baik untuk dapat menambah ilmu pengetahuan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Gant, Normal F dan F, Gary Cunningham. Dasar –dasar Ginekologi dan


Obstertik, Jakarta: EGC, 2010

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh


edition. Philadelphia : Mosby.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2014

Prayitno, Suyanto. Buku Lengkap Kesehatan Organ Reproduksi Wanita


Yogyakarta: saufa.2014

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai