Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

ASKEB NEONATUS BAYI DAN APRAS

DISUSUN OLEH :

HANI PRAMITA 201502018

APRIYANI NURMALASARI 201502011

DOSEN PEMBIMBING :

SRI LULUK.S.ST

PRODI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan kemudahan
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul konsep teori berbicara.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada pahlawan revolusi islam yang telah
membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang yakni baginda
nabi muhammad saw.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mata
kuliah ASKEB NEONATUS BAYI DAN APRAS. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunnan
makalh ini masih terdapat keslahan yang merupakan akibat dari kelemahan penulis semata.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................
LATAR BELAKANG........................................................................................
RUMUSAN MASALAH...................................................................................
TUJUAN............................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. HEMANGIOMA................................................................................................
B. IKTERUS/IKTERIK...........................................................................................
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................
SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel
endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan kelainan yang
merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular..
Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya
produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada
neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa
normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan
usianya lebih pendek. Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi
baru lahir, terutama pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tenatng hemangioma ?
2. Apa definisi tentang iterik ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang hemangioma
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang iterik
BAB II
PEMBAHASAN

A. HEMANGIOMA
1. Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru
lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%). Biasanya Hemangioma sudah
nampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran
(70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti : kepala, leher,
muka, kaki atau dada. Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar
kasus hemangioma dapat hilang setelah kelahiran.
Hemangioma infantil adalah neoplasma vaskuler jinak yang memiliki perjalanan
klinis karakteristik ditandai dengan proliferasi awal dan diikuti dengan involusi spontan.
Selama fase proliferatif pada periode neonatal atau awal masa bayi, proliferasi sel endotel
cepat membagi bertanggung jawab untuk pembesaran hemangioma kekanak-kanakan.
Akhirnya, fase involusional terjadi, dimana hemangioma infantil kebanyakan klinis
diselesaikan pada usia 9 tahun.
Hemangioma adalah tumor yang paling umum dari masa bayi, dan hemangioma
paling infantil secara medis tidak signifikan. Kadang-kadang hemangioma anak-anak
mungkin menimpa pada struktur vital, memborok, berdarah, menyebabkan output tinggi
gagal jantung atau kelainan struktural yang signifikan atau cacat. Jarang, hemangioma
infantil kulit dapat dikaitkan dengan satu atau lebih kelainan kongenital yang mendasari.

2. Klasifikasi
Tanda lahir ini terdiri atas 2 jenis :
a) Nevus Flammeus ialah daerah kapileryang tidak menonjol, berbatas tegas, berwarna
merah-ungu yang tidak bertambah ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya.
b) Nevus vaskulosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan
dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan, kemudian mengkerut dan menghilang.
3. Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya
memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast
Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai
peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis
seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis
factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya
hemangioma.
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai patofisiologi dari hemangioma,
diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu proliferasi dari sel-sel
endotelium yang belum teratur dan dengan perjalanan waktu menjadi teratur dengan
membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus dengan lumen yang berisi sel-sel darah.
Sifat pertumbuhan endotelium tersebut jinak dan memiliki membran basalis tipis. Proliferasi
tersebut akan melambat dan akhirnya berhenti.
Hipotesis dari Takahashi menyatakan bahwa dalam trimester terakhir dari kehamilan,
di dalam fetus terbentuk endotelium immature bersama dengan pericyte yang juga immature
yang memiliki kemampuan melakukan proliferasi terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai
dengan 18 bulan pertama masa kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian
terbentuk hemangioma.
Selama aktivitas proliferasi endotelium terjadi influks sejumlah sel mast dan tissue
inhibitors of metalloproteinase (TIMP atau inhibitor pertumbuhan jaringan). Proliferasi
endotelium kembali normal setelah fase proliferasi berhenti atau involusi. Sebagian besar
hemangioma akan mengalami involusi spontan pada usia 5-7 tahun atau sampai usia 10-12
tahun.

4. Patofisiologi
Hemangioma bisa dijumpai pada bayi baru lahir. Hemangioma infantil kebanyakan
muncul pada minggu pertama kehidupan anak dan memiliki pola pertumbuhan yang dapat
diprediksi.
Pola pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif atau masa
pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6-12 bulan. Kemudian terjadi proses penyusutan di
usia 1-7 tahun, diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor tersebut akan mengalami
kemunduran secara komplet pada sekitar 50 persen anak di usia 5 tahun dan 70 persen di usia
7 tahun.
Hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki. Tumor
jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar. Hemangioma biasanya
tidak diturunkan. Meski begitu, sekitar 10 % dari bayi dengan hemangioma memiliki riwayat
keluarga dengan tanda lahir tersebut.
Rata-rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir. Namun, pada
hemangioma tipe dalam, tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 2-4 bulan. Pada sepertiga bayi,
tanda awal hemangioma bisa diamati saat mereka berada di ruang perawatan anak. Yang
perlu diperhatikan, hemangioma tidak muncul saat dewasa.
Tumor yang berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma superfisial. Kerap
terlihat seperti pola merah terang yang timbul, kadangkala dengan permukaan bertekstur
(kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
Lokasi hemangioma, hampir 60 % berada di sekitar kepala dan leher. Sekitar 25%
berada di tubuh dan 15 % terdapat di lengan atau kaki. Hemangioma juga bisa muncul di
lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh seperti hati, saluran pencernaan, dan otak.

5. Komplikasi
a) Perdarahan
b) Trombositopeni
c) Infeksi sekunder
d) Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.
6. Penatalaksanaan
a) Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.
b) Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma yang
besar harus terus dipantau.
c) Operasi pembedahan
d) Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma
e) Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
f) Antibiotik bila terjadi infeksi

B. IKTERIK
1. Pengertian
Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar bilirubin
didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning. Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan
dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir merupakan
suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal patologis. Ikterus atau warna kuning pada
bayi baru lahir dalam batas normal pada hari ke 2-3 dan menghilang pada hari ke-10.
2. Jenis
a) Ikterus fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai
dasar patologik, kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus
dan tidak menyebabkan morbiditas.
b). Ikterus patologis
1) Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah lahir
dengan bilirubin yang meningkat lebih dari 5 mg % perhari.
2) Kadar diatas 12,5 mg % pada bayi matur atau 10 mg % pada bayi premature dan
menetap setelah minggu pertama kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung
diatas 1 mg setiap waktu.
3) Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis dan
memerlukan penanganan dan perawatan khusus.
3. Etiologi
1) Produksi bilirubin yang berlebihan
2) Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
3) Gangguan transportasi
4) Gangguan dalam sel otak

4. Tanda dan Gejala


a) Ikterus fisiologis
1. Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin dan transpfortasi pada
bayi baru lahir yang berhubungan dengan kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah
merah. Warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 dan tampak jelas pada hari ke
5 - 6 mengilang pada hari ke 10.
2. Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan BBLR
10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
b) Ikterus patologis
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl
2. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5
mg % pada bayi cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD
dan sepsis)
5. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari
6. Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR
c) Keadaan yang menimbulkan ikterus patologis:
1. Penyakit hemolitik, iso antibody karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak
seperti Rhesus antagonis, ABO
2. Kelainan dalam sel darah seperti pada defisiensi G-6-PD (Glukosa-6-Fosfat
dehidrokinase), talasemia
3. Hemolisis : Hematoma, polisetemia, perdarahan karena trauma lahir
4. Infeksi : Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, toksoplasmosis, sifilis, rubella,
dan hepatitis.
5. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, galaktosemia
6. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti sulfonamide
salisilat, sodium bensoat, gentamisin.
7. Pirau entheropatik yang meninggi, obtruksi usus letak tinggi, hischprung, stenosisplorik,
mikonium illius.
5. Derajat Ikterus
Penilaian kadar bilirubin
Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling
baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang
akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya
kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis
(Kramer) dilakukan di bawah sinar biasa (day light). sebaiknya penilaian ikterus dilakukan
secara laboratorium, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara
klinis(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 382).
Rumus Kramer

Daerah Luas ikhterus Kadar bilirubin (mg %)


1 Kepala dan leher 5
Daerah 1
2 (+) 9
Badan bagian atas
Daerah 1, 2
3 11
(+)
Badan bagian bawah dan
tungkai
Daerah 1, 2, 3
(+)
4 12
Lengan dan kaki dibawah
dengkul
Daerah 1, 2, 3, 4
5 (+) 16
Tangan dan kaki
(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 383)

Contoh 1 : Kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira
9 mg %.
Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin
≥ 15 mg %.
6. Penatalaksanaan
Pendekatan menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang dapat memenuhi
kebutuhan .
Kadar bilirubin serum berkala : darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi. uji
coombs. pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD.
7. Cara pencegahan :
a) Pengawasan antenatal yang baik
b) Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.
c) Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus
d) Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
e) Pemberian makanan yang dini
f) Pencegahan infeksi
g) Pemberian ASI yang adekuat
h) Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3 jam
i) Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi

8. Komplikasi terapi sinar (fototherapi)


a). Terjadi dehidrasi karena pengaruh lampu sehingga mengakibatkan peningkatan insensible
water loos (penguapan air). Pada BBLR meningkat 2-3 kali lebih besar
b). Frekuensi defikasi meninhgkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam
cairan empedu dan meningkatnya peristaltik usus
c). Timbul kelainan kulit, sementara pada daerah yang terkena sinar (kulit kemerahan) tetapi
akan hilang bila terapi selesai
d). Gangguan retina bila mata tidak tertutup.
e). Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika ini terjadi sebagian lampu mati, tetapi diteruskan.
Jika suhu terus naik lampu dimatikan semua untuk sementara.
f). Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan (kemandulan)
tetapi belum ada bukti.

9. Tranfusi Tukar (EXCHANGE TRANSFUSION)


Transfusi tukar dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi
dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi.
Pada umumnya transfusi tukar dilakukan pada ikhterus yang disebabkan oleh hemolisis yang
terdapat pada ketidakselarasan Rhesus, ABO, infeksi Toxoplasmosis.

Indikasi untuk melakukan transfusi ialah :


1) Kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg %
2) Peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg % per jam
3) Anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4) Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan,
5) Uji Coomb positif.

Tujuan transfusi tukar ialah:


1) Mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis
2) Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis
3) Menurunkan kadar bilirubin indirek dan,
4) Memperbaiki anemia.
Transfusi tukar dilakukan oleh dokter didalam kamar yang antiseptik(Ngastiyah, 2005 :278).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru
lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun (5-10%).
Ikterus atau Hiperbilirubinemia pada BBL adalah meningginya kadar bilirubin
didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.
B. SARAN
Semoga pembaca dapat mengerti dan memahami dan menambah wawasan
pembaca.kritik dan saran sangat membantu kami.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit


buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,


(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah.

Anda mungkin juga menyukai