Anda di halaman 1dari 174

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

S UMUR 28 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWEN
KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN BLORA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Program Studi Diploma III Kebidanan

Disusun oleh:
KHOIRUN NISA AMINI
NIM : P1337424615004

PRODI DIII KEBIDANAN BLORA JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S UMUR 28 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWEN
KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN BLORA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Program Studi Diploma III Kebidanan

Disusun oleh:
KHOIRUN NISA AMINI
NIM : P1337424615004

PRODI DIII KEBIDANAN BLORA JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny. S Umur 28 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kecamatan

Ngawen Kabupaten Blora” telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat

untuk diseminarkan dan dipertahankan di depan Tim Penguji Program Pendidikan

Diploma III Kebidanan Blora, pada:

Hari : Jum’at

Tanggal : 13 April 2018

Pembimbing

Murti Ani, SST, M.Kes


NIP. 198901312015032003

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny.S umur 28 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kabupaten

Blora” telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 17 April 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Blora, ……………2018

Penguji I

Novita Ika Wardani, SST, M.Kes (……………........................)

Penguji II

Murti Ani, SST, M.Kes (…………………………….)


NIP. 198901312015032003

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan Blora
Poltekkes Kemenkes Semarang

Krisdiana Wijayanti, M.Mid


NIP. 1971081511994032002

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Khoirun Nisa Amini

NIM : P1337424615004

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Blora / 28 Agustus 1997

ALAMAT : Ds. Dalangan Rt.02 Rw.01 Kec. Todanan Kab.

Blora

INSTITUSI : Program Studi Diploma III Kebidanan Blora

ANGKATAN : 2015 (2015/2016)

BIOGRAFI : - SD Negeri Dalangan Tahun Lulus 2009

- SMP Muhammadiyah 09 Blora Tahun Lulus

2012

- SMA Muhammadiyah 05 Blora Lulus Tahun

2015

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulilah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kupersembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan

Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau

jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar

dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah

awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Terimakasih kuucapkan untukmu Bapak dan Ibu terimakasih untuk segala

pengorbananmu untukku hingga saat ini. Kakakku dan adikku terimakasih atas

segala sesuatu yang telah kau berikan selama ini kepadaku.

Untuk dosen pembimbing Laporan Tugas Akhir ibu Murti Ani, SST,

M.Kes terimakasih sudah membimbing dan mengajar dengan tulus dan ikhlas

meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya. Terimakasih

banyak bu, jasamu akan selalu terpatri di hati.

Untuk sahabatku Dinda Arum dan Rumpik Squad (Lintang Avia, Rani Hana,

Sri Wahyuningsih) kalian yang selalu siap menampung air mata, tawa, dan tempat

sharing, terima kasih atas motivasi dan tingkah laku kalian yang tak bisa ku lupa.

Semua keluarga tingkat tiga kebidanan angkatan 2015, sampailah dimana kita

benar-benar mengerti arti kebersamaan dan perpisahan, tetap semangat, tetaplah

menjadi keluarga keduaku, terimakasih semua.

Moto Hidup :

“SUKSES ITU BUTUH PROSES, MAKA BERDOA DAN BERUSAHALAH”

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. S Umur 28 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen

Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora”. Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini

penulis mendapat banyak bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat :

1. Warijan, S.Pd, A.Kep, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Semarang

2. Sri Rahayu, S.Kp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Semarang

3. Krisdiana Wijayanti, M.Mid selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Blora

4. Murti Ani, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

banyak bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Laporan Tugas

Akhir ini sehingga Laporan Tugas Akhir dapat terselesaikan

5. Dosen dan Staf Dosen Progam Studi DIII Kebidanan Blora Poltekkes

Kemenkes Semarang

6. Orang tua yang selalu mendukung baik secara materil maupun non materil

serta selalu memberi semangat

vi
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan

Tugas Akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak terutama dalam bidang kesehatan.

Blora, ……………2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL..................................................................................... .i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ .viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ..x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

ABSTRAK ................................................................................................... xii

ABSTRACT ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 5

C. Ruang Lingkup ............................................................................ 6

D. Manfaat ....................................................................................... 6

E. Metode Pengumpulan Data ....................................................... ..7

F. Sistematika Penulisan ............................................................... ..7

viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Asuhan Kehamilan ............................................... 9

B. Manajemen Asuhan Persalinan ................................................. 22

C. Manajemen Asuhan Masa Nifas .............................................. 36

D. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir ....................................... 46

BAB III METODE

A. Rancangan ................................................................................. 58

B. Subjek........................................................................................ 58

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data ........................................ 59

D. Masalah Etika ............................................................................ 62

BAB VI TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Studi Kasus ................................................................................ 64

B. Pembahasan ............................................................................... 111

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................... 122

B. SARAN ..................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri ........................................................................ 26

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi pada Bayi ............................................................ 56

Tabel 4.1 Riwayat ANC .................................................................................. 67

Tabel 4.2 Catatan Perkembangan Kehamilan ................................................. 79

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Persalinan .................................................. 82

Tabel 4.4 Pemantauan Pengawasan 10 ........................................................... 85

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Nifas .......................................................... 90

Tabel 4.7 Catatan Perkembangan BBL ......................................................... 106

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Bimbingan Konsultasi

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Informed Consent

Lampiran 5. Denah Rumah Pasien

Lampiran 6. Jadwal Kegiatan LTA

Lampiran 7. Berita Acara

Lampiran 8. Partograf

Lampiran 9. Formulir Manajemen Terpadu Bayi Muda

xi
Poltekkes Kemenkes Semarang
Progam Studi Diploma III Kebidanan Blora
2018

ABSTRAK

Khoirun Nisa Amini1, Murti Ani2


Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S umur 28 tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora
xiii+124 hal+8 tabel+6 lampiran

Proses kehamilan, persalinan dan nifas adalah proses fisiologis. Dalam


proses ini tidak sedikit ibu mengalami problem kesehatan yang dapat
meningkatkan jumlah morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Pada tahun 2015
AKI di Indonesia 305/100.000 kelahiran hidup dan AKB di Indonesia mencapai
23/100.000 kelahiran hidup. AKI di Jawa Tengah 15,39/100.000 kelahiran hidup,
AKB mencapai 0,08/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 AKI di Blora 12
kasus. Jumlah AKI pada tahun 2017 di Puskesmas Ngawen yaitu 1 kasus dan
AKB dan jumlah AKB berjumlah 7 kasus.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dalam bentuk studi kasus dengan
menggunakan pendekatan proses kebidanan menggunakan 5 langkah varney dan
metode SOAP.
Hasil penelitian ini diperoleh diagnose Ny. S G1P0A0 usia kehamilan 38
minggu fisiologis, dengan keluhan sering BAK, dengan persalinan fisiologis yang
diikuti masa nifas fisiologis dengan keluhan ASI kurang lancar yang mendapatkan
anjuran untuk mengonsumsi daun katub dan makan makanan yang bergizi, dan
bayi baru lahir fisiologis.
Pada asuhan kehamilan didapatkan kesenjangan pada pemberian imunisasi
TT yang tidak sesuai dengan jadwal, serta pemeriksaan Hb dilakukan tidak sesuai
dengan teori, pada asuhan persalinan terdapat kesenjangan yaitu tidak melakukan
pertolongan persalinan sesuai dengan standart 58 langkah APN, nifas dan KB
tidak ada kesenjangan dalam pemberian asuhan. Pada asuhan BBL terdapat
kesenjangan kenaikan berat badan bayi tidak sesuai dengan teori.
Pada penerapan asuhan kebidanan terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik asuhan kebidanan yang ada di lahan.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan Kehamilan, Nifas, BBL, KB


Pustaka : 67 Pustaka (2009 s/d 2018)

xii
Health Polytechnic of Healt of Ministry of Semarang
Diploma Midwifery Study Program of Blora
2018

ABSTRACT

Khoirun Nisa Amini1 , Murti Ani 2


Midwifery Comprehensive Care On Mrs . S 28th Years old in Working
Area Puskesmas Ngawen, Ngawen District , Blora Regency
xiii+ 124 pages + 8 tables + 6 attachment

The process of pregnancy, childbirth and childbirth is a


physiological process. In this process not a few women experience health
problems that can increase the number of morbidity and mortality of mother and
baby. By 2015 MMR in Indonesia 305 / 100,000 live births and IMR in Indonesia
reach 23 / 100,000 live births. AKI in Central Java 15.39 / 100,000 live births,
AKB reaches 0.08 / 100,000 live births. In 2014 AKI in Blora 12 cases. The
number of MMR in 2017 at Puskesmas Ngawen is 1 case and IMR and the
number of IMR is 7 cases.
This Final Report Writing in the form of case study using midwifery
approach using 5 step varney and SOAP method.
The results of this study obtained the diagnosis Ny. S G1P0A0 gestational
age of 38 weeks physiologically, with frequent complaints of BAK, with
physiological delivery followed by physiologic childbirth with non-current
complaints of benign milk receiving advice to eat katub leaves and eat nutritious,
and physiologically-born newborns.
In pregnancy care, there was gap in TT immunization which was not in
accordance with schedule, and Hb examination was done not in accordance with
the theory, in the care of labor there is a gap that is not doing help delivery in
accordance with standard 58 steps APN, puerper and family planning there is no
gap in the provision of care . In the BBL treatment there is a gap of infant weight
gain not in accordance with the theory. In the implementation of midwifery care
there is a gap between the theory and practice of midwifery care in the field.

Keywords : Midwifery Care Pregnancy, Postpartum and family


planning, New born
Bibliography : 67 Library (2009 until 2018)

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat keberhasilan upaya peningkatan kesehatan masyarakat salah

satunya dapat diukur dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh pengelolaan yang kurang

baik pada masa tersebut dan bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan

terjatuh dan lainnya setiap 100.000/KH (kelahiran hidup). AKI didunia sangat

tinggi yaitu tercatat sebanyak 830 wanita meninggal per hari karena komplikasi

kehamilan dan kelahiran anak. Kematian ibu di dunia mencapai sekitar 303

kasus tahun 2015, kematian ibu tersebut 99% terjadi di negara berkembang

(WHO, 2016).

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di

Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2015 yaitu sebanyak

305/100.000KH dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 359/100.000KH.

AKB di Indonesia juga mengalami penurunan dari tahun 2012 sebanyak

32/100.000KH menjadi 23/100.000KH pada tahun 2015. Upaya penurunan

AKI dapat dilakukan dengan cara menjamin setiap ibu mendapatkan akses

pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti pelayanan ibu hamil, bersalin

oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas kesehatan, perawatan nifas dan

bayi, serta perawatan khusus dan rujukan bila ada komplikasi, kemudahan

1
2

mendapatkan perizinan cuti hamil dan melahirkan serta pelayanan Keluarga

Berencana (KB) (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015,

mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun

2014 dengan presentase penurunan sebesar 15,39/100.000KH. Angka

Kematian Bayi tahun 2015 juga mengalami penurunan sebanyak

0,08/100.000KH dibandingkan AKB tahun 2014. Penyebab dari AKI di

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 yaitu perdarahan sebanyak 21,14%,

hipertensi 26,34%, Infeksi 2,76%, gangguan sistem peredaran darah 9,27% dan

penyebab lain-lain sebanyak 40,49% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

2015).

Jumlah AKI di Kabupaten Blora mengalami penurunan setiap tahunnya.

Pada tahun 2011 AKI di Blora sebanyak 22 kasus, terjadi penurunan pada

tahun 2012 sebanyak 15 kasus, tahun 2013 sebanyak 14 kasus dan mengalami

penurunan lagi di tahun 2014 menjadi 12 kasus. Pada tahun 2015 cakupan

pelayanan antenatal (K1) di Blora mencapai 100%, kunjungan antenatal (K4)

97,97%, persalinan (Pn) 99,9%. Kunjungan Nifas (Kf) mengalami kenaikan

sejak 3 tahun terakhir, 2015 kf sebesar 98,63%, kunjungan neonatal (Kn)

97,76%, akseptor KB baru 11,98% dan akseptor KB aktif 80,69% (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).

Puskesmas Ngawen adalah salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten

Blora. AKI pada tahun 2017 sebanyak 2 kasus dengan kasus pendarahan.

Sedangkan AKB di Puskesmas Ngawen mencapai 7 kasus. Penyebab kasus

2
3

tersebut adalah 4 kasus asfiksia, 3 kasus BBLR. Berdasarkan data yang

diperoleh dari puskesmas Ngawen pada tahun 2017 cakupan (K1) pada tahun

2017 di wilayah Puskesmas Ngawen mencapai 100% dari target 100%, K4

98,2% dari target 96%, Pn 97,7% dari target 96%, Kf 97,8% dari target 97%,

Kn Lengkap 99,6% dari target 92%. Cakupan PWS-KIA wilayah Puskesmas

Ngawen pada tahun 2017 sudah mencapai target yang harus dicapai

(Puskesmas Ngawen, 2017).

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu

mustahil dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah, terlebih dengan berbagai

keterbatasan sumber daya yang dimiliki yaitu tenaga, sarana prasarana, dan

anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan

lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi

kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan

baik dari dalam negeri maupun luar negeri (Depkes, 2014).

Target penurunan AKI dan AKB saat ini menjadi salah satu tujuan dari

SDGs pada goal 3 yaitu Kesehatan yang Baik. Pada tahun 2030, target SDGs

adalah mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70/100.000KH dari

acuan data 359/100.000KH dalam SDKI tahun 2012. Target penurunan AKB

pada 2030, yaitu mengakhiri kematian bayi dan balita dengan cara seluruh

negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga

12/1.000KH dan Angka Kematian Balita 25/1.000KH dari acuan data kematian

neonatal 32/1.000KH dan kematian balita 19/1.000KH dalam SDKI tahun

2012 (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

3
4

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015

menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 255.461.686

jiwa. Hal ini berarti laju pertumbuhan penduduk Indonesia sangat pesat. Untuk

menekan laju pertumbuhan penduduk salah satunya dengan cara mengurangi

angka kelahiran yaitu pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga dengan

mengikuti program Keluarga Berencana (KB) (Purwoastuti, 2014).

Peran bidan sangat penting khususnya dalam menurunkan AKI dan AKB

dalam proses melahirkan yang hingga saat ini masih tinggi. Karenanya,

keahlian dan kecakapan seorang bidan menjadi bagian yang menentukan dalam

menekan angka kematian ibu dan bayi. Bidan diharapkan mampu mendukung

usaha pengangkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan terutama dalam lingkup asuhan ibu dan anak.

Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan,bidan berwenang

memberikan asuhan kebidanan. Maka dari itu, upaya pemerintah dibuat

sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan asuhan kebidanan

komprehensif atau asuhan secara menyeluruh.

Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Astutik (2017)

yang berjudul “Continuity of Care pada Ibu Hamil Trimester III dengan

Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Adan-Adan Kecamatan Gurah

Kabupaten Kediri” yang mendapatkan hasil bahwa ibu hamil trimester III yang

mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Adan-Adan sejumlah 19 orang.

Setelah adanya pelaksanaan Continuity of Care (CoC), masalah anemia dapat

4
5

teratasi 100% dengan pemberian tablet fe, konseling tentang cara

mengkonsumsi tablet Fe serta konseling tentang nutrisi bagi ibu hamil.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif, mulai dari masa kehamilan, masa persalinan,

masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta melakukan

pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, neonatus dan KB.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktik ke

dalam pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan, dengan memberikan

asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S Umur 28 Tahun secara

komprehensif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kecamatan Ngawen

Kabupaten Blora.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.S Umur 28 Tahun

secara komprehensif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kecamatan

Ngawen Kabupaten Blora

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny.S Umur 28 Tahun

secara komprehensif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kecamatan

Ngawen Kabupaten Blora

5
6

c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan KB Ny.S Umur 28

Tahun secara komprehensif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen

Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

d. Memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir, bayi Ny.S Umur

28 Tahun secara komprehensif di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen

Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran pada studi kasus ini yaitu subjek yang akan di berikan

asuhan kebidanan adalah ibu hamil Trimester III yang usia kehamilannya

minimal 36 minggu yang tidak mengalami komplikasi dan atau penyulit

dalam kehamilan diikuti asuhan ibu bersalin, asuhan ibu nifas, KB dan

asuhan bayi baru lahir.

2. Tempat

Lokasi pengambilan kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen

Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

3. Waktu

Rentang waktu untuk pengambilan kasus dimulai pada bulan

Februari sampai dengan bulan Maret 2018.

6
7

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Mampu mengaplikasikan teori dan praktik pada kasus nyata dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

pelayanan KB dan BBL secara komprehensif.

2. Bagi Klien

Klien atau pasien mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan komprehensif

sesuai dengan kebutuhan sejak kehamilan, persalinan, nifas, KB dan BBL

sehingga kesehatan ibu dan bayi meningkat.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan dengan

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, KB dan bayi baru lahir.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian atau ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

5. Bagi IPTEK

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi khususnya di

bidang kebidanan.

7
8

E. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yaitu cara-cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan studi kasus Ny. S

umur 28 tahun meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang, studi kasus dan telaah dokumen. Anamnesa dilakukan dengan

pengkajian berupa wawancara yang dilakukan untuk mendapat informasi atau

data. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dari

keadaan umum dan pemeriksaan dari ujung kepala sampai kaki. Pemeriksaan

penunjang adalah pemeriksaan tambahan sesuai kebutuhan klien. Studi kasus

merupakan pendekatan yang dilakukan pada pasien dan keluarga. Telaah

dokumen diambil dari buku KIA , kohort dan rekam medik ibu.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir dimulai dari Bab I- BAB V,

daftar pustaka, lampiran yang disusun secara sistematis. Bab I yaitu

pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, manfaat,

metode pengambilan data dan sistematika penulisan. Pada Bab II yaitu tinjauan

pustaka yang berisi tinjauan teori asuhan kebidanan dan tinjauan teori medis.

Pada Bab III yaitu metode yang berisi rancangan, subyek, metode

pengumpulan data dan analisa data dan masalah etika. Bab IV tinjauan kasus

yang berisi studi kasus dan pembahasan dari kasus tersebut. Bab V yaitu

penutup kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan akhir dari pembuatan

laporan tugas akhir beserta beberapa saran.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Asuhan Kehamilan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari

pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Maryunani, 2016). Catatan perkembangan menggunakan SOAP yaitu

data subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan. Dokumentasi SOAP

adalah cara yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menangani masalah

yang ada pada pasien.

Manajemen kebidanan pada kehamilan dilakukan dengan manajemen

Varney dan catatan perkembangan menggunakan SOAP , yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dasar

a. Data Subjektif

Pada data subyektif identitas perlu dikaji salah satunya yaitu

nama, ditanyakan pada klien agar tidak keliru bila ada kesamaan nama

dengan klien lainnya. Sedangkan umur ditanyakan kepada klien untuk

mengetahui apakah klien termasuk ibu hamil dengan faktor risiko atau

tidak. Ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun dan kurang dari 17

tahun akan mempengaruhi proses persalinannya dan keadaan janin

(Maryunani, 2016).

9
10

Pengkajian yang dilakukan selanjutnya adalah keluhan ibu.

Biasanya pada ibu trimester III hal yang dikeluhkan adalah nyeri ulu

hati yang disebabkan karena adanya progesterone serta tekanan dari

uterus. Asuhan yang dapat dilakukan dengan memberi nasihat tentang

gizi, makan sedikit-sedikit, minum susu, hindari makanan yang pedas,

gorengan atau berminyak, tinggikan bagian kepala saat tidur. Keluhan

selanjutnya adalah konstipasi, yang disebabkan karena progesterone

usus yang terdesak oleh rahim yang membesar atau karena efek tablet

Fe. Asuhan yang dapat diberikan yaitu dengan makanan tinggi serat,

buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan berminyak, dan

olahraga. Keluhan selanjutnya ada hemoroid, asuhan yang dapat

diberikan adalah sama dengan asuhan untuk mencegah konstipasi

(Rukiyah dan Yulianti, dkk 2009).

Ketidaknyamanan ibu hamil pada trimester III sering buang

kecil terutama di malam hari yang disebabkan karena uterus atau rahim

pada kandung kemih meningkat didalam tubuh dan kadar natrium juga

meningkat. Hal ini mengakibatkan terdapat tanda-tanda infeksi saluran

kemih yaitu sakit ketika berkemih (disuria), kencing sedikit tapi sering

(oliguria). Cara mencegah hal tersebut dapat dilakukan perbanyak

minum air putih di siang hari, segera berkemih jika sudah terasa ingin

kencing, kurangi minum teh, kopi dan cola karena yang mengandung

kafein dapat merangsang keinginan untuk berkemih (Astuti, 2010).


11

Riwayat obstetri meliputi riwayat haid, riwayat kehamilan

sekarang. Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji berupa hari pertama

haid terakhir (HPHT) untuk menghitung umur kehamilan (UK). UK

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Naegle, perhitungan

kasarnya dengan menentukan HPHT ditambah 288 hari. Perkiraan

kelahiran dapat ditentukan bisa juga dihitung dengan cara tanggal

HPHT ditambah 7, bulan HPHT dikurangi 3, tahun HPHT ditambah 1

(Maryunani, 2016).

Pengkajian selanjutnya yaitu pengkajian psikologi yang meliputi

respon suami dan keluarga terhadap kehamilan, respon ibu terhadap

kehamilan, hubungan ibu dengan anggota keluarga yang lain, adat

istiadat yang dianut ibu berhubungan dengan kehamilan. Hal ini

berdasar penelitian Diani dan Susilawati (2013) yang berjudul

“Pengaruh Dukungan Suami terhadap Istri yang Mengalami Kecemasan

pada Kehamilan Trimester Ketiga di Kabupaten Gianyar” didapatkan

hasil bahwa dukungan suami sangat memiliki peran yang penting

terhadap istri yang mengalami kecemasan pada kehamilan trimester

ketiga. Ibu hamil trimester ketiga yang tinggal dengan suaminya telah

mendapatkan dukungan suami secara penuh dan optimal dalam bentuk

dukungan informasional, emosional, instrumental, dan penilaian.

Sedangkan ibu hamil trimester ketiga yang tidak tinggal dengan

suaminya kurang mendapatkan dukungan yang optimal karena suami


12

hanya bisa memberikan dukungannya melalui telpon, pesan pendek,

internet, dan memenuhi kebutuhan istri secara finansial saja.

Berdasar penelitian Rustikayanti, Kartika, Herawati (2016) yang

berjudul “Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III”

didapatkan hasil bahwa kehamilan mengakibatkan banyaknya

perubahan pada ibu hamil, baik perubahan secara fisik dan psikologis.

Hal itu di dipengaruhi juga oleh peningkatan hormon kehamilan

(progesterone, estrogen, Human Placental Lactogen, Human Chorionic

Gonadotrophin) pada ibu hamil, sehingga muncul keinginan untuk

banyak istirahat dan perasaan yang ambivalensi. Perubahan bentuk

tubuh juga dapat mempengaruhi respon emosional pada ibu hamil,

seperti perubahan bentuk citra tubuh, dan perasaan takut dan cemas

terhadap kehamilan.

Pada pengkajian riwayat kesehatan yang lalu, sekarang dan

keluarga hal yang ditanyakan adalah penyakit diabetes mellitus (DM),

masalah kardiovaskuler dan PMS (Pre Menstruasi Sindrom). Riwayat

kesehatan membantu bidan mengidentifikasi kondisi kesehatan yang

dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir. Menurut

penelitian Kurniasari dan Arifandini (2015) yang berjudul ”Hubungan

Usia, Paritas dan Diabetes Mellitus pada Kehamilan dengan Kejadian

Preeklamsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014” didapatkan hasil bahwa ibu

dengan diabetes melitus memiliki risiko pre-eklamsia lebih besar bila


13

dibandingkan dengan ibu yang tidak dengan diabetes mellitus.

Preeklamsia yang terjadi pada ibu dengan DM terjadi karena adanya

peningkatan produksi deoksikortikosteron (DOC) yang dihasilkan dari

progesterone didalam plasma dan meningkat tinggi selama trimester

ketiga.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu meliputi

masalah pada kehamilan, jumlah kehamilan, jumlah abortus, usia

kehamilan, keadaan anak dan usia anak, ada tidaknya masalah pada

riwayat kehamilan ataupun persalinan seperti halnya melahirkan bayi

premature, cacat bawaan pada bayi, kematiam janin perdarahan, dan

juga data penolong persalinan, jenis persalinan, penyembuhan luka

persalinan, keadaan bayi saat bayi baru lahir ataupun berat badan bayi

(Maryunani, 2016).

Pengkajian selanjutnya tentang psikososial ekonomi dan

kebutuhan sehari–hari. Pengkajian sosial ekonomi dilakukan untuk

mengetahui sistem dukungan terhadap ibu dan mengambil keputusan

dalam keluarga sehingga bisa merencanakan persalinan yang lebih baik.

(Rukiyah dan Yulianti 2014).

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang dikaji yaitu makan,

minum, istirahat, personal hygiene, aktivitas, hubungan seksual

sebelum dan selama hamil. Makanan meliputi frekuensi makan, jenis

makanan, jumlah ibu saat makan, pantangan makanan selama hamil dan

keluhan. Minuman meliputi frekuensi minum, banyaknya minum, jenis


14

minuman dan minuman kesukaan. Istirahat meliputi istirahat ibu di

siang dan malam hari. Personal hygiene meliputi frekuensi mandi, sikat

gigi, ganti baju, ganti celana dalam dan bra serta keramas. Aktifitas

meliputi aktifitas ibu di tempat kerja dan di rumah. Hubungan seksual

yang dikaji tentang frekuensi dan keluhan ibu selama berhubungan

(Astuti, 2010).

Pengetahuan ibu yang dikaji meliputi pemeriksaan kehamilan,

gizi ibu yang diperlukan selama hamil, tanda bahaya selama masa

kehamilan dan pengetahuan tentang imunisasi TT. Hal ini diperkuat

menurut Rismalinda (2015) tanda bahaya pada kehamilan trimester III

yaitu adanya perdarahan pervaginam, solusio plasenta, plasenta previa,

keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa dan nyeri yang

hebat, keluar air ketuban sebelum waktunya (setelah kehamilan 22

minggu, sebelum proses persalinan berlangsung), kejang dan demam

tinggi.

Imunisasi tetanus toxoid (TT) diberikan kepada ibu hamil untuk

membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi

tetanus. Selama kehamilan jika ibu statusnya T0 maka hendaknya

mendapatkan minimal 2 dosis yaitu TT1 dan TT2. Untuk jadwal

imunisasi TT1 diberikan pada ANC petama, TT2 diberikan 4 minggu

setelah TT1 dengan lama perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan 6 bulan

setelah TT2 dengan lama perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan1 tahun

setelahh TT3 dengan lama perlindungan 10 tahun dan TT5 diberikn 1


15

tahun setelah mendapat TT4 dengan lama perlindungan 25 tahun atau

seumur hidup (Astuti, 2010).

Pengetahuan tentang imunisasi TT penting dilakukan bagi ibu

hamil untuk kekebalan pada ibu terhadap infeksi tetanus, dalam

penelitian yang dilakukan Ayuningrum dan Murdiati (2013)

mengatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi ketaatan

ibu dalam melakukan imunisasi TT. Semakin rendah tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi TT maka status imunisasi

kebanyakan tidak lengkap.

b. Data Objektif

Data obyektif merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi

pemeriksaan. Pemeriksaan fisik dari kepala sampai dengan kaki,

pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Heryani, 2011).

Pemeriksaan pada klien meliputi pemeriksaan umum yang terdiri dari

keadaan umum (baik, sedang, lemah), kesadaran (composmentis, apatis,

delirium, somnolen, sopor, semi koma, koma). Tanda - tanda vital

terdiri dari tekanan darah, suhu, pernapasan, dan nadi. Data yang

mendukung selain tanda-tanda vital yaitu pengukuran berat badan,

tinggi badan dan lingkar lengan atas (LILA) (Maryunani, 2016).

Pengukuran LILA dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu

hamil. Ukuran LILA wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5

cm, jika kurang dari 23,5 cm interprestasinya kekurangan energi kronis

(KEK) yang dapat mengakibatkan abnormalitas kehamilan dan bayi


16

dengan berat badan lahir rendah (Walyani, 2015). Status gizi dapat

diukur juga dengan menggunakan IMT. Kategori IMT ada 4 jenis,

pertama kategori KEK nilainya < 18,5 kedua kategori normal nilainya

18,5 - 25, ketiga kategori BB berlebihan nilainya > 26 - 29, dan terakhir

Obesitas nilanya > 29 (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Pemeriksaan fisik terdiri dari status present (head to toe) dan

status obstetrik. Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah

pemeriksaan konjungtiva untuk mengetahui apakah ibu hamil

mengalami anemia atau tidak. Berdasarkan penelitian Yuristin (2014)

yang berjudul “Hubungan Anemia dengan Kejadian Intrauterine Fetal

Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau pada

Tahun 2011-2012” didapatkan hasil bahwa ibu yang anemia

mempunyai risiko 2,76 kali lebih besar mengalami IUFD daripada ibu

yang tidak anemia. Sehingga ada hubungan yang signifikan anemia

dengan kejadian IUFD.

Pemeriksaan obstetri yang dilakukan adalah pemeriksaan leopold

I, untuk menentukan tinggi fundus uteri dan meraba bagian janin yang

berada dalam fundus uteri dengan kedua tangan, leopold II kedua

tangan menekan uterus dari kiri-kanan untuk menentukan bagian janin

yang berada pada kedua sisi uterus, biasanya punggung janin atau

kepala akan teraba keras. Leopod III satu tangan meraba bagian janin

apa yang terletak dibagian bawah dan tangan lainnya menahan fundus

untuk menentukan bagian janin yang berada pada bagian bawah.


17

Leopold IV kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri ke

kanan untuk menentukan presetasi dan engangement. Pemeriksaan

obstetri yang dilakukan selanjutnya yaitu TFU (Tinggi Fundus Uteri)

menggunakan pita ukur dal am senti meter yaitu jarak fundus uteri

dengan atas simfisis. Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin)

mengunakan Linex atau Dopler yang ditempelkan pada daerah

punggung janin dan TBJ (Tafsiran Berat Janin) berdasarkan TFU

(Maryunani, 2016).

Salah satu pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan

laboratorium ada pemeriksaan Hb, urine protein dan urine reduksi,

golongan darah. Pemeriksaan haemoglobin (Hb) dilakukan secara rutin

selama kehamilan untuk mendeteksi anemia. Perubahan fisiologis yang

terjadi selama kehamilan mengakibatkan penurunan Hb secara progesif

sekitar minggu ke 30 yang secara fisiologis masih dianggap normal.

Pemeriksaan Hb dilakukan minimal 2x selama kehamilan yaitu

trimester I dan trimester III. Pada standar pelayanan kebidanan yang

keenam membahas tentang pengelolaan anemia pada kehamilan yang

bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan

melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia

sebelum proses persalinan. Selain menggunakan metode Sahli

pemeriksaaan HB dapat pula dilakukan dengan menggunakan kertas

Talquis (Rukiyah dan Yulianti, 2014).


18

Pemeriksaan protein urine, dilakukan untuk mengetahui adanya

pre eklamsia pada ibu hamil yang seringkali menyebabkan masalah

dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera di antisipasi.

Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein dengan

menggunakan asam asetat 5% dan apabila setelah dipanaskan urine

menjadi keruh berarti ada protein dalam urine. Standar kadar keluhan

protein urine adalah yaitu jika urine jernih maka urine protein negatif.

Jika ada keruahan maka urine protein positif satu. Jika kekeruhan

mudah dilihat dan ada endapan maka urine protein positif dua. Jika

urine lebih keruh dan endapan lebih jelas maka urine protein positif

tiga. Jika urine sangat keruh disertai endapan yang menggumpal maka

urine protein positif empat. Pada pemeriksaan urine reduksi dilakukan

untuk melihat adanya kosa dalam urine. Urine normal biasanya tidak

mengandung glukosa. Dalam kasus tertentu urine mengandung glukosa

seperti pada ibu yang memiliki riwayat DM (Rukiyah dan Yulianti,

2014).

2. Interpretasi data

Pada langkah ini melakukan interpretasi data untuk mengidentifikasi

diagnose, masalah dam kebutuhan. Berdasarkan interpretasi data yang

akurat atas data yang dikumpulkan. Contoh diagnosa Ny.. G..P...A… umur

… tahun usia kehamilan ... minggu dengan kehamilan normal (Heryani,

2011).
19

3. Merencanakan Rencana Asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh merupakan lanjutan

manajemen terhadap diagnosa. Rencana asuhan yang akan dilakukan pada

pasien adalah memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan, memberi

pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya trimester III, kebutuhan nutrisi,

persiapan persalinan (P4K), memberitahu pasien tentang kunjungan ulang

(Rukiyah dan Yulianti, 2014).

Ibu hamil perlu mengetahui tentang tanda bahaya pada trimester III

dan segera periksa ke bidan agar segera dilakukan penanganan. Menurut

Rahman (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Mengenal Tanda Bahaya

Kehamilan dan Persalinan di Puskesmas Managaisaki” didapatkan hasil

bahwa semakin baik pengetahuan ibu hamil maka akan lebih mengenal

tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Dengan banyaknya pengetahuan

ibu maka semakin cepat pula ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan dan

persalinan.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

adalah kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan

peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan

persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi kemungkinan

terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas, termasuk

perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB) pasca

persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media pencatatan


20

sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.

Berdasarkan penelitian Pramasanthi (2016) yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dan Dukungan Suami dengan

Kepatuhan Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) di Kota Salatiga” di dapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan

dalam melaksanakan P4K. Pemahaman ibu hamil tentang perencanaan

persalinan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Dengan latar

belakang pendidikan ibu yang rendah maka menyulitkan berlangsungnya

suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena ibu kurang menyadari

akan pentingnya informasi-informasi yang diberikan.

4. Implementasi

Pada langkah implementasi dilakukan tindakan asuhan sesuai dengan

kebutuhan pasien atau klien yang dilakukan secara efektif. Pemeriksaan

yang dilakukan yaitu bagaimana keadaan pasien, apakah ibu dalam keadaan

normal atau tidak. Memberi pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya

trimester III, yaitu nyeri kepala yang hebat, hipertensi, bengkak di wajah,

tangan dan kaki, penglihatan kabur, perdarahan pada jalan lahir, dan

gerakan janin tidak terasa. Konseling selanjutnya adalah nutrisi pada ibu

hamil, makanan yang dapat dikonsumsi oleh ibu diantaranya susu, keju,

daging, kacang-kacangan, telur, sayur, buah, nasi, sereal. Pada kunjungan

ibu hamil trimester III yaitu memberitahu pasien tentang kunjungan ulang
21

pada ibu hamil trimester III yaitu dua kali, dan segera periksa jika ada

keluhan (Rismalinda, 2015).

Trimester III merupakan trimester akhir kehamilan , dalam trimester

ini ibu harus melakukan pemeriksaan secara teratur . Kepatuhan ibu hamil

melakukan pemeriksaan secara teratur di pengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu hamil. Hal ini sesuai pengan penilitian Febyanti dan

Susilawati (2012) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Antenatal Care Terhadap Perilaku Kunjungan Kehamilan “ yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil trimester 3

tentang pentingnya ANC terhadap perilaku kunjungan ANC. Dengan

demikian pemberian pendidikan kesehatan tentnag pemeriksaan kehamilan

sangat penting untuk dilakukan serta ibu hamil diharapkan untuk

menyadari pentingnya pemeriksaan ANC sehingga berusaha menambah

pengetahuannya yang menjadikannya patuh dalam pelaksanaannya.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi ini dilakukan untuk mengevaluasi yang meliputi

terpenuhinya atau tidaknya kebutuhan dan mengatasi diagnosis serta

masalah yang telah diidentifikasi, rencana asuhan, masalah teratasi,

masalah berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi

(Heryani, 2011).
22

B. Manajemen Kebidanan Persalinan

Asuhan persalinan adalah mencegah terjadinya komplikasi yang

bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya

meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan secara optimal. Persalinan

dibagi menjadi 4 tahap yaitu Kala I (kala pembukaan), Kala II (kala

pengeluaran), Kala III (kala uri) dan Kala IV (kala pengawasan) (Ilmiah,

2015).

Manajemen kebidanan persalinan adalah metode pendekatan dan

pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang dilakukan oleh bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga maupun masyarakat

(Asri dan Clervo, 2012). Asuhan persalinan ini menggunakan dokumentasi

SOAP yaitu subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan. Persalinan

terbagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Persalinan Kala I (Kala Pembukaan)

a. Subyektif

Data subyektif berisi informasi yang diceritakan ibu tentang apa

yang dirasakan dan dialaminya saat ini, dapat juga berisi informasi

tambahan yang diceritakan oleh keluarga tentang status ibu. Terutama

jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit. Nyeri persalinan pada

kala I disebabkan oleh pembukaan dan penipisan serviks. Berdasarkan

hasil penelitian Tazkiyah dan Yanti (2014) nyeri persalinan pada kala I
23

dapat dikurangi dengan cara melakukan massage. Hal tersebut

dikarenakan adanya pengaruh pemberian teknik massage pada ibu

inpartu kala I fase aktif. Teknik massage diberikan dengan cara

merangsang pada kulit abdomen dan punggung dengan melakukan

usapan menggunakan telapak tangan dengan arah gerakan melingkar

pada daerah abdomen selama ada kontraksi. Message dapat

mempengaruhi hipotalamus dan pintu gerbang nyeri. Hipotalamus

merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan endorphin yang

dapat menimbulkan perasaan nyaman dan enak. Usapan lembut pada

abdomen mengakibatkan nyeri yang ditransmisikan akan dihambat

dengan cara menutup sumber nyeri di sel substansia gelatinosa

sehingga mengakibatkan rangsangan pada sel T menjadi lemah, korteks

serebri tidak menerima pesan nyeri sehingga respon nyeri menurun.

Kala I persalinan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai

pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam dua fase yaitu fase laten

(pembukaan serviks 1-3 cm kurang dari 4 cm) berlangsung k6urang dari

8 jam, dan fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm atau lengkap),

membutuhkan waktu 6 jam. Fase aktif sendiri dibagi menjadi 3 fase

yaitu akselerasi (selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm), dilatasi

maksimal (selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9

cm), diselerasi (berlangsung lambat dalm waktu 2 jam pembukaan 9 cm

menjadi 10 cm) (Walyani dan Endang, 2016).


24

Lama kala I fase aktif dapat di percepat dengan cara melakukan

pijat endorphin. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang

dilakukan oleh Astuti dan Masruroh (2016) dengan hasil ada perbedaan

lama kala I fase aktif pada ibu bersalin yang dilakukan dan yang tidak

dilakukan pijat endorphin. Endorphin massage merupakan teknik

sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan denyut

jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam

tubuh ibu hamil dan bersalin dengan memicu perasaan nyaman

melalui permukaan kulit.

b. Obyektif

Data Obyektif diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik (pemeriksaan

abdomen dan pemeriksaan dalam), yang digunakan untuk membuat

keputusan klinik (menentukan diagnosa, mengembangkan rencana

pemberian asuhan yang sesuai). Menurut Asri dan Clervo (2012).

Pemeriksaan fisik dilakukan bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan

ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu saat bersalin. Pada

pemeriksaan fisik yang perlu dikaji adalah keadaan umum ibu, tingkat

kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status

gizi, kecukupan cairan, tanda–tanda vital, pemeriksaan abdomen dan

pemeriksan dalam. Pada pemeriksaan abdomen digunakan untuk

menentukan TFU, memantau kontaksi, memantau DJJ, menentukan

presentasi, menetukan penurunan bagian terendah janin. Pemeriksaan

dalam digunakan untuk menilai vagina, cairan vagina, pembukaan dan


25

penipisan servik, penurunan bagian terendah janin, dan menentukan

bagian terendah sudah masuk panggul atau belum.

Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain penipisan dan

pembukaan serviks, kontraksi uterus, blood show (Ilmiah, 2015).

Menurut Asri dan Clervo (2012), kemajuan persalinan ditentukan

dengan hasil pemeriksaan dalam untuk menilai dinding vagina apakah

ada yang menyempit, pembukaan dan penipisan servik, yang dilakukan

setiap 4 jam sekali atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit atau

indikasi kala II. VT (Vaginal Toucher) untuk menilai dinding vagina

(apakah ada bagian yang menyempit), pembukaan dan penipisan

serviks, kapasitas panggul, ada tidaknya penghalang jalan lahir,

keputihan, pecah tidaknya ketuban, presentasi, penurunan kepala janin.

c. Analisa

Setelah didapatkan data subyektif dan data obyektif dapat

ditentukan diagnosa kebidanan yaitu Ny. … umur ... tahun hamil ...

Minggu G ... P ... A..., janin tunggal, hidup intrauteri, letak membujur,

puka atau puki, presentasi kepala, inpartu kala I fase laten atau aktif

(Heryani, 2011)

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam kala I meliputi memantau perubahan tubuh

ibu untuk menentukan persalinan dalam kemajuan yang normal,

memeriksa perasaan ibu dan respon terhadap persalinan, memeriksa

reaksi bayi saat persalinan dan membantu ibu memahami keadaan saat
26

persalinan berlangsung. Hal yang harus di masukkan dalam pemantauan

rencana asuhan kala I secara terus menerus yaitu kemajuan persaliann

dengan partograf, tanda vital, keadaan bayi, kebutuhan hidrasi,

menganjurkan ambulasi, memberikan tindakan yang membantu ibu

mendapatkan rasa nyaman, menganjurkan keluarga memberikan

dukungan.

Tabel 2.1 Tabel Pemantauan Kala I


No Parameter Fase Laten Fase Aktif
1 Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2 Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
3 DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
4 Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
5 Pembukaan Serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
6 Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
7 Nadi Setiap 30 – 60 menit Setiap 30 – 60 menit
Sumber: Walyani dan Endang (2016)

Menurut penelitian Missiyati, Titik, Asih (2015) mengatakan

bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap lama kala 1. Dimana

suami dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada istri, sehingga

mentalnya cukup kuat dalam menghadapi proses persalinan. Lama kala 1

yang di dukung oleh suami atau keluarga lebih cepat dibandingkan tanpa

dukungan suami atau keluarga. Pada kala I anjurkan suami dan anggota

keluarga yang lain untuk menemani ibu selama persalinan dan kelahiran.

Menciptakan suasana kekeluargan dan rasa aman seperti mengucapkan

kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, membantu ibu

bernafas pada saat kontraksi, memijat punggung atau kaki ibu menyeka

muka ibu dengan lembut.


27

Rencana asuhan sayang ibu dalam proses persalinan menurut

Ilmiah (2015) yaitu menawarkan pendamping saat melahirkan untuk

dukungan emosional an fisik, memberitahu informasi mengenai hasil

asuhan yang diberikan, memberikan penawaran pada ibu untuk memilih

posisi persalinan yang nyaman bagi ibu, menjelaskan proses persalinan

dan kemajuan pada ibu dan keluarga, menganjurkan ibu untuk makan

makanan ringan bila menginginkannya.

2. Persalinan Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Dalam memberikan asuhan kebidanan persalinan kala II

menggunakan catatan perkembangan dalam bentuk SOAP meliputi data

subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan.

a. Subyektif

Pada kala II ibu akan merasakan ingin meneran dan rasa sakit yang

semakin sering. Ibu ingin mengejan karena kepala telah masuk ruang

panggul. Pada kala II ini biasa ditandai dengan ibu merasakan ingin

meneran, karena adanya tekanan pada rectum atau vagina, perium

menonjol, vulva membuka, mengeluarkan lendir darah. Kala II biasa

berlangsung pada primi sekitar 1,5 – 2 jam dan multi 0,5 – 1 jam (Ilmiah,

2014).

Pada kala II dilakukan pemantauan ibu dari kontraksi, tanda-tanda

kala II yaitu ibu merasakan ingin meneran dengan adanya kontraksi,

adanya tekanan pada rectum atau anus , perinium menonjol, vulva,


28

vagina, dan spingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir

darah (Asri dan Clervo, 2012).

b. Obyektif

Data objektif pada persalinan kala dua pemeriksaan yang dilakukan

adalah pemeriksaan umum ibu meliputi keadaan umum, kesadaran ibu,

dan dilakukan pemeriksaan kontaksi, denyut jantung janin, dan

pemeriksaan dalam. Yang dinilai dalam pemeriksaan dalam yaitu dinding

vagina, portio, pembukaan, ketuban, presentasi, penurunan, posisi dari

janin. Tanda gejala yang di lihat oleh bidan atau tenaga kesehatan yang

menolong persalinan, yaitu ada dorongan meneran dengan terjadinya

kontraksi, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva-vagina

dan sfingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah (Sondakh, 2013).

c. Analisa

Diagnosa kala II dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan

dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat

bagian kepala bayi pada interoitus vagina atau kepala janin sudah tampak

di vulva (Ilmiah, 2015). Setelah di dapatkan data subyektif dan data

obyektif dapat ditentukan diagnosa kebidanan yaitu Ny. … umur ... tahun

hamil ... minggu G ... P... A..., janin tunggal, hidup intra uteri, letak

membujur, puka atau puki, presentasi kepala, inpartu kala II.


29

d. Penatalaksanaan

Melakukan asuhan yang efisien dan aman yaitu menyiapkan

persiapan penolong meliputi sarung tangan, perlengkapan perlindungan

diri, persiapan tempat, peralatan dan bahan serta penyiapan tempat dan

lingkungan untuk kelahiran bayi. Kemudian memberitahu ibu dan

keluarga untuk membantu proses persalinan. Lakukan amniotomi jika

pembukaan sudah lengkap dan ketuban belum pecah. Setelah pembukaan

lengkap bimbing ibu cara meneran yang efektif apabila timbul dorongan

spontan, anjurkan ibu untuk beristirahat jika tidak sedang kontraksi,

berikan posisi ibu yang di inginkan dan nyaman bagi ibu, pantau kondisi

janin, jika pembukaan belum lengkap sarankan ibu untuk bernafas cepat

ataupun biasa, upayakan untuk tidak meneran hingga pembukaan lengkap

(Walyani, 2016).

Dalam menolong persalinan teknik meneran juga perlu

diperhatikan untuk mengurangi risiko laserasi jalan lahir. Hal ini sesuai

dengan penelitian Mujab, Rusmiyati, Purnomo (2014) yang berjudul

“Pengaruh Tehnik Meneran terhadap Laserasi Jalan Lahir pada Ibu

Inpartu Primigravida di Rumah Bersalin Semarang” didapatkan hasil

bahwa hubungan tehnik meneran terhadap laserasi jalan lahir pada ibu

bersalin. Ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan

sudah lengkap. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin

ibu bersalin yaitu melakukan meneran dengan benar untuk mencegah

terjadinya laserasi diantaranya menganjurkan ibu untuk meneran sesuai


30

dengan dorongan alamiah selama ada kontraksi, tidak menganjurkan ibu

untuk menahan nafas pada saat meneran.

3. Persalinan Kala III (Kala Uri)

a. Subyektif

Pasien mengatakan bayinya telah lahir spontan, namun ari-arinya

belum lahir, ibu merasa mules pada perut dan ingin meneran. Waktu

yang paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika

plasenta lahir. Ketika plasenta lepas tetapi tidak keluar, maka perdarahan

dapat terjadi di belakang plasenta sehinngga uterus tidak dapat

berkontraksi karena plasenta masih ada di dalam (Prawirohardjo, 2010).

b. Obyektif

Data obyektif yang dapat dikaji yaitu palpasi uterus untuk

menentukan apakah ada janin kedua atau tidak, kontraksi uterus, dan

perdarahan (Asri dan Clervo, 2012). Menurut Sondakh (2013) data

objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk menilai

kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat kenyamanan fisik ibu

bersalin serta mendeteksi dini adanya komplikasi. Pada persalinan kala I

dilakukan pengkajian untuk mendapatkan data tentang kemajuan

persalinan, kondisi ibu dan kondisi janin serta komplikasi yang terjadi.

Data tentang kemajuan persalinan didapatkan dari riwayat persalinan,

yaitu permulaan timbulnya kontraksi uterus atau his, selaput ketuban

utuh atau robek, perdarahan, masalah yang pernah ada dalam kehamilan
31

terdahulu misal perdarahan, terakhir kali makan dan minum, lama

istirahat.

Pada pemeriksaan abdomen dilakukan pemeriksaan TFU, tanda

bekas operasi, kontraksi yaitu frekuensi, lama, kekuatannya, penurunan

kepala. Pada vagina dilakukan pemeriksaan adanya pembukaan serviks,

penipisan serviks, ketuban, anggota tubuh bayi yang sudah tampak. Pada

pemeriksaan kondisi ibu dilakukan dengan mengkaji pemeriksaan umum

yaitu tanda vital, edema, kondisi puting susu, kandung kemih, pemberian

makan dan minum, pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan psikososial

meliputi perubahan perilaku, kebutuhan, dan dukungan (Sondakh, 2013).

c. Analisa

Diagnosa pada persalinan kala III dapat dilihat dari tanda dan

gejala diantaranya uterus menjadi globular atau bundar, perdarahan,

adanya pancaran darah mendadak, uterus naik di abdomen, tali pusat

lebih memanjang. Setelah di dapatkan data subyektif dan data obyektif

dapat ditentukan diagnosa kebidanan yaitu Ny. … umur ... tahun hamil ..

minggu P... A ..., inpartu kala III (Heryani, 2011).

d. Penatalaksanaan

Rencana asuhan persalinan pada kala III yaitu melakukan

manajemen aktif kala III dengan menjepit dan menggunting tali pusat

secepat mungkin, memberikan oksitosin untuk merangsang kontraksi

uterus, oksitosin 10 intra unit (IU) secara IM dapat diberikan ketika

kelahiran bahu depan bayi 2 menit setelah kelahiran bayi dan hanya ada
32

bayi tunggal. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) (Asri

dan Clervo, 2012). Penundaan penjepitan tali pusat satu sampai tiga

menit dapat mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan

cadangan zat besi sampai usia enam bulan. Hal ini telah dibuktikan

dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustini dan Roeslani (2016) yang

mengatakan bahwa penundaan penjepitan tali pusat dapat mencegah

anemia pada bayi baru lahir.

Berdasarkan penelitian Djami (2013) untuk mencegah anemia pada

bayi dapat dilakukan Lotus Birth. Lotus Birth adalah proses persalinan

pada kala III yang tidak langsung dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi

dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan plasenta hingga puput dengan

sendirinya manfaatnya yaitu penambahan aliran darah pada bayi untuk

mencegah anemia.

Berdasarkan penelitian Herlyssa, Sri, Rus (2015) didapatkan hasil

salah satu faktor yang membantu pertumbuhan bayi baru lahir secara

optimal yaitu dengan cara Lotus Birth yaitu tanpa menjepit ataupun

memotong plasenta sehingga tidak memberikan peluang kuman untuk

masuk ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat. Metode lotus birth ini

dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan

lotus birth, bayi mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung

oksigen, makanan dan antibodi sehingga memberikan waktu bagi tali

pusat untuk terpisah dari bayi secara alamiah.


33

Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif, sehingga dapat mempersingkat

waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III

persalinan jika di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia

disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar

disebabkan oleh atonia uteri dan retensio placenta yang sebenarnya

dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III (Sondakh,

2013).

4. Asuhan Persalinan Kala IV (Kala Pengawasan)

a. Data Subyektif

Pada persalinan kala IV, pasien mengetahui bahwa ari-ari sudah

lahir, perutnya terasa mules, ibu merasa lelah dan capek, namun bahagia

karena kelahiran anaknya secara spontan dan normal (Walyani, 2016).

b. Data Obyektif

Setelah plasenta lahir diberikan asuhan diantaranya periksa TTV

(tekanan darah, nadi, dan pernapasan, suhu), kontraksi uterus, kandung

kemih, robekan perineum, dan lochea (Walyani, 2016). Robekan

perineum dapat disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan

berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya,

riwayat persalinan.
34

Hal ini sesuai dengan penelitian Prawitasari, Yugistyowati, Sari

(2015) yang didapatkan hasil bahwa ruptur perineum dapat disebabkan

karena kurangnya komunikasi yang baik antara penolong persalinan dan

ibu bersalin, seperti pada saat belum ada pembukaan lengkap ibu

sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengejan tetapi ibu terus saja

mengejan sehingga pada saat waktunya harus mengejan ibu sudah

kelelahan sehingga ibu tidak kooperatif saat proses persalinan

berlangsung. Selain itu pada saat penelitian ini di lakukan respondennya

lebih banyak primipara dan pada umumnya mereka belum mempunyai

pengalaman dengan proses kelahiran sebelumnya, belum mengetahui

teknik mengejan yang benar, posisi persalinan yang benar dan perineum

pada primipara cenderung kaku dan tidak elastis sehingga mudah sekali

terjadi ruptur.

c. Analisa

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan data subyektif dan data

obyektif yaitu Ny. … umur…tahun P…A… inpartu kala IV (Heryani,

2011).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kala IV yaitu memeriksa tinggi fundus uteri,

menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi,

membersihkan ibu, menganjurkan ibu untuk istirahat dan, mengajari ibu

dan anggota keluarga untuk memeriksa fundus dan menimbulkan

kontraksi serta tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Ilmiah, 2015).
35

Salah satu tanda bahaya bagi ibu adalah perdarahan. Ibu dikatakan

mengalami perdarahan apabila darah yang dikeluarkan ibu >500 cc.

Perdarahan pada kala IV ini dapat dicegah dengan cara melakukan pijat

endorphin. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan

Koriah, dkk (2013) yang menyatakan bahwa pijat endorphin dapat

mengurangi jumlah total pengeluaran darah pada kala IV persalinan

normal. Pada proses persalinan terdapat pengeluaran hormon oksitosin

yang meningkatkan kontraksi uterus, pada kala empat hormon oksitosin

mulai berkurang sehingga pengeluaran darah pada kala IV lebih banyak

dan tidak diketahui penyebabnya, namun bila dilakukan pemijatan

endorphin akan meningkatkan hormon oksitosin. Pijat endorphin, teknik

sentuhan dan pemijatan ringan yang dapat dilakukan oleh pasangan pada

pinggang yaitu melakukan pijatan lembut dari arah leher membentuk

huruf V terbalik, kearah luar menuju sisi tulang rusuk. Sedangkan kala

IV dengan penyulit yaitu sub involusi uterus tidak keras, posisi di atas

umbilicus, dan perdarahan atonia uteri, laserasi, bagian plasenta

tertinggal (Ilmiah, 2015).

Perdarahan antonia uteri adalah perdarahan yang terjadi pada bekas

penempelan plasenta akibat pembuluh darah yang terbuka. Ibu dengan

faktor resiko umur dan paritas berisiko lebih besar mengalami perdarahan

antonia uteri. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Purwanti dan Trisnawati (2015) yang mengatakan bahwa ibu dengan

paritas lebih dari 3 dan ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih
36

dari 35 tahun berisiko lebih besar mengalami perdarahan antonia uteri.

Hal ini disebabkan karena pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan

panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum cukup dewasa

untuk menjadi ibu, sedangkan pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-

otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya

telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan

selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu

C. Manajemen Kebidanan Pada Masa Nifas

Nifas adalah masa setelah persalinan yang terhitung dari segera

setelah persalinan sampai pulihnya kembali rahimnya ke keadaan sebelum

melahirkan (Maryunani, 2016). Masa nifas adalah masa dimulai sesudah

lahirnya placenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Sulistyawati,

2015).

Manajemen kebidanan nifas adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

pada asuhan kebidanan ibu nifas (Anggraini, 2010).

Asuhan yang dilakukan pada masa nifas yaitu pengkajian data,

melakukan pemeriksaan, menentukan diagnosa berdasarkan data yang ada

serta melakukan perencanaan dan penatalaksanaan sesuai dengan kasus

yang terjadi.
37

Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Masa Nifas 6 Jam

a. Subyektif

Data subyektif dapat digunakan sebagai penguat diagnosa.

Data subyektif dalam masa nifas 6 jam seperti menanyakan riwayat

kesehatan dan keluhan ibu seperti riwayat mobilisasi, buang air

kecil, buang air besar, nafsu makan, reaksi terhadap proses

melahirkan dan kelahiran (Maryunani, 2016)

b. Obyektif

Pemeriksaan pada ibu meliputi TTV (suhu, nadi, pernapasan,

tekanan darah) dan dilakukan pemeriksaan fisik yaitu keadaan

payudara (simetris atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, puting

menonjol atau lecet atau tidak), pemeriksaan abdomen (uterus dan

kandung kemih), pemeriksaan genetalia (lochea, keadaan

perineum, anus, keadaan ekstremitas) dan pemeriksaan penunjang

(Anggraini, 2010).

c. Analisa

Analisa didapatkan berdasarkan data subyektif dan obyektif

yang telah didapatkan dari hasil pemeriksaan. Contoh Diagnosa :

nama, umur, P... A... 6 jam post partum fase taking in (Anggraini,

2010).
38

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada ibu nifas 6-8 jam yaitu

mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri,

mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika

perdarahann berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri, memberikan ASI awal, menjaga bayi tetap sehat

dengan cara mencegah terjadinya hipotermi, menganjurkan ibu

untuk melakukan early ambulation dan bounding attachment.

Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi

setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan

dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih

sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk

ikatan batin antara orang tua dan bayinya (Anggraini, 2010).

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran

atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

Dalam pemberian ASI awal dukungan dari suami sangat membantu

keberhasilan proses ini. Partisipasi suami meliputi keterlibatan

suami menjalankan peran secara psikologis, ekonomi dan

instrumental dalam mencapai keberhasilan proses menyusui. Hal

ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erawati,

Wiwin, Handayani (2014) yang mengatakan bahwa keberhasilan


39

pemberian ASI dipengaruhi oleh dukungan suami. Keluarga dan

suami diharapkan dapat memberikan partisipasi psikologi terutama

pada perubahan fisik dan emosional ibu menyusui, misalnya

dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, mendorong ibu

agar memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

Early ambulation (Mobilisasi dini) merupakan aktivitas

segera yang dilakukan secepat mungkin setelah beristirahat

beberapa jam dengan beranjak dari tempat tidur ibu pada

persalinan normal. Karena mobilisasi dini penting untuk proses

penurunan TFU dan mempercepat proses penyembuhan pada ibu

nifas. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Prihartini (2014) yang mengatakan bahwa setelah dilakukan

mobilisasi dini ibu nifas mengalami penurunan TFU secara

bertahap. Mobilisasi dini dapat langsung dilakukan setelah

melahirkan asalkan dapat menahan rasa nyeri dan menjaga

keseimbangan tubuh. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan

sendi sehingga dapat mengurangi nyeri, menjamin kelancaran

peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolism tubuh,

mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada

akhirnya akan mempercepat penurunan TFU.


40

2. Masa Nifas 6 hari

a. Data Subyektif

Melakukan pengkajian riwayat ibu yang meliputi perasaan ibu

saat ini, keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini, biasanya ibu

belum BAB (Buang Air Besar) karena takut jahitannya membuka,

konsumsi tablet penambah darah, pemberian ASI ada masalah atau

tidak (Sulistyawati, 2015).

b. Data Obyektif

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik meliputi

keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, pemeriksaan payudara

(kekenyalan, suhu, warna merah, nyeri puting atau pecah-pecah pada

ujungnya), pemeriksaan abdomen (tinggi fundus uteri, kekokohan,

kelembutan), lochea (warna, banyak, bau, bekuannya), perineum

(nyeri, edema, peradangan, jahitan, pus atau nanah, infeksi) dan

tungkai atau betis (tanda-tanda homan, gumpalan darah pada otot yang

menyebabkan nyeri). Penatalaksanaan nyeri perineum dapat di

lakukan dengan 2 cara yaitu bisa dengan cara farmakologis dengan

obat-obatan dan non farmakologis yang terdiri dari berbagai tindakan

stimulasi fisik maupun perilaku kognitif. Intervensi perilaku kognitif

meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi dan sentuhan terapeutik

(Anggraini, 2010).

Cara untuk mengurangi nyeri secara alamiah yaitu dengan

memberikan kompres dingin pada luka, ini merupakan alternatif


41

pilihan alamiah dan sederhana yang dengan cepat mengurangi rasa

nyeri selain dengan memakai obat-obatan. Terapi dingin menimbulkan

efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit hal ini telah

dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013)

yang menyatakan bahwa setelah diberikan kompres dingin sebagian

besar ibu nifas mengalami tingkat nyeri ringan. Penggunaan kompres

dingin terbukti dapat menghilangkan nyeri. Terapi dingin

menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan

hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih

sedikit.

Infeksi perineum adalah peradangan yang terjadi pada luka

bekas sayatan episiotomy atau jahitan yang disebabkan karena

masuknya kuman. Hal ini dapat terjadi jika pengetahuan ibu mengenai

cara perawatan luka bekas jahitan. Terbukti dalam penelitian yang

dilakukan oleh Jati dan Fatmawati (2014) yang menyatakan bahwa

infeksi masa nifas dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu

mengenai cara perawatan luka.

c. Analisa

Analisa yang bisa ditegakkan yaitu nama... umur... tahun P... A..

6 hari post partum fase taking hold (Heryani, 2011).


42

d. Penatalaksanaan

Memastikan proses involusi uterus berjalan normal (ditandai

dengan uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak berbau), menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu

mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, memastikan ibu menyusui

dengan baik, memberikan konseling pada ibu (tentang asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan perawatan bayi

sehari-hari), menganjurkan ibu melakukan latihan senam nifas dengan

bimbingan (Marmi, 2015).

Involusi uterus adalah kembalinya uterus pada kondisi sebelum

hamil. Proses involusio uterus dapat dipercepat dengan cara

mengkonsumsi daun ubi jalar. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Suwanti dan Kuswati (2014) yang mengatakan

bahwa percepatan involusio dapat dipercepat dengan cara

mengkonsumsi daun ubi jalar bagi ibu nifas. Daun ubi jalar dapata

digunakan sebagai makanana terutama sayur. Karena di dalam daun

ubi jalar mengandung laktagogum yang bisa meningkatkan produksi

ASI, dengan meningkatnya produksi ASI maka ibu akan lebih sering

menyusui sehingga menyebabkan uterus sering berkontraksi dan

terjadi percepatan involusio uteri.

Senam nifas juga berpengaruh terhadap proses involusio uterus,

hal ini telah dibuktikan oleh Indriyastuti, Kusumastuti, Aryanti (2014)


43

dalam penelitiannya dengan hasil senam nifas dapat mempercepat

involusi uterus pada ibu nifas. Senam nifas yang dilakukan setelah

melahirkan merupakan bentuk ambulasi dini untuk mengembalikan

perubahan fisik dan mengembalikan tonus otot-otot perut bagian

bawah.

Selain senam nifas ibu nifas juga bisa melakukan senam kegel

yaitu senam yang dilakukan untuk menguatkan otot panggul,

membuat jahitan pada perineum menjadi lebih merapat, mempercepat

penyembuhan luka dan meredakan hemoroid yang telah dibuktikan

oleh Kurniati, Wulan, Hikmawati (2014) dalam penelitiannya yang

menyebutkan bahwa penyembuhan luka perineum dapat dipercepat

dengan cara melakukan senam kegel. Melakukan senam kegel akan

membuat adanya kontraksi dan relaksasi otot-otot, membantu

penyembuhan luka perineum dan mengurangi edema.

3. Masa Nifas 2 minggu

a. Subyektif

Ibu mengatakan sudah merasa segar, tidak pusing lagi dan sudah

bisa melakukan aktifitas sehari-hari walaupun masih dibantu keluarga.

Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi minum ASI dengan

kuat (Sulistyawati, 2015).


44

b. Obyektif

Pemeriksaan yang dilakukan pada masa nifas 2 minggu yaitu

pemeriksaan fisik pada ibu meliputi kesehatan atau keadaan umum ibu,

tanda-tanda vital, pemeriksaan payudara (kekenyalan, suhu, warna

merah, nyeri puting atau pecah-pecah pada ujungnya), pemeriksaan

abdomen (tinggi fundus uteri, kontraksi uterus), lochea (warna, banyak,

bau, bekuannya), perineum (edema, peradangan, jahitan, pus atau nanah),

dan tungkai atau betis (tanda-tanda homan, gumpalan darah pada otot

yang menyebabkan nyeri) (Sulistyawati, 2015).

c. Analisa

Analisa meliputi nama... umur... P... A... 2 minggu post partum

fase letting go (Heryani, 2011).

d. Penatalaksanaan

Fokus asuhan nifas 2 minggu yaitu memberikan konseling pada

ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari, penyulit dalam proses menyusui, ibu

mendapatkan makanan, minuman dan istirahat yang cukup, tidak ada

tanda-tanda infeksi, atau perdarahan abnormal, involusi uterus, dan

kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan abnormal (Sulistyawati,

2015). Kebutuhan nutrisi pada massa menyusui meningkat 25% yaitu

untuk memproduksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang

meningkat 3 kali dari biasanya. Nutrisi pada masa nifas erat kaitannya

dengan kualitas produksi ASI yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh


45

kembang bayi. Kuantitas dan kualitas makanan ibu yang baik pada

saat hamil maupun pada saat nifas akan mempengaruhi produksi ASI

hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2016)

yang mengatakan bahwa pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

mempengaruhi produksi ASI.

Ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari

(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Keberhasilan

pemberian ASI eksklusif juga di pengaruhi oleh pengetahuan ibu

mengenai manfaat ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Astuti (2013) bahwa keberhasilan pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu yang

kurang mengenai ASI eksklusif faktor utama yang menyebabkan

kegagalan pemberian ASI eksklusif.

Penatalaksanaan selanjutnya yaitu menganjurkan ibu untuk

melakukan senam nifas, memberitahu ibu mengenai imunisasi dasar yang

wajib diberikan untuk bayi hal ini harus diberitahukan kepada ibu karena

tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi

mempengaruhi keberhasilan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Hal

ini di buktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusparini dan

Santhini (2014) yang mengatakan bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi

keberhasilan pemberian imunisasi dasar.

Memberikan pendidikan kesehatan tentang keluarga berencana.

Pasien pasca bersalin tidak perlu khawatir untuk segera ber KB. Banyak
46

cara untuk ber KB misalnya menganjurkan ibu nifas untuk sesering

mungkin memberikan ASI kepada bayinya, karena ibu yang sering

memberikan ASI masa infertilitas lebih lama tetapi kesuburan tidak dapat

diperkirakan. KB yang aman digunakan untuk ibu menyusui yaitu MAL

(Metode Amenorea Laktasi), mini pil, suntik progestin, implan, dan IUD

(Intra Uterine Device).

MAL merupakan kontrasepsi dengan cara terus menyusui anaknya

secara eksklusif, tanpa ada makanan tambahan atau minuman. Bagi ibu

yang sering memberikan ASI maka masa infertilitas lebih lama namun

kesuburan tidak dapat diperkirakan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Mini pil, suntik progestin dan implant adalah kontrasepsi hormonal

yang hanya mengandung progesteron, sehingga pada masa laktasi aman

untuk digunakan karena tidak berpengaruh pada produksi ASI. IUD

merupakan jenis kontrasepsi non hormonal sehingga tidak mempengaruhi

proses laktasi yang berjangka panjang. Menganjurkan ibu untuk sesegera

mungkin ber KB setelah 6 minggu post partum.

D. Manejemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram ( Sondakh, 2013).

Sedangkan menurut Marmi dan Rahardjo (2014) Bayi Baru Lahir

(Neonatus) adalah bayi yang lahir berusia 0-28 hari.


47

Manejemen Kebidanan pada bayi baru lahir adalah pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah

secara sistematis mulai dari pengkajiandata sampai evaluasi.

1. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 1 Jam

a. Pengumpulan Data

1) Data subjektif

Data subjektif pada bayi data yang dikaji adalah biodata

bayi, dari nama bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat.

Data lain yang juga dikaji adalah identitas orang tua, keluhan

utama, riwayat natal, riwayat post natal (APGAR), serta pola

nutrisi, eliminasi, istirahat, pola aktifitas, riwayat alergi, riwayat

kesehatan, riwayat imunisasi yang pernah diberikan (Sondakh,

2013).

Salah satu faktor kematian bayi dapat disebabkan oleh

factor ibu yaitu dalam riwayat kesehatan, riwayat persalinan.

Hal ini terbukti dalam penelitian Wandira dan Indawati (2012)

yang berjudul “Faktor Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten

Sidoarjo” bahwa factor ibu dapat menyebabkan kematian bayi

yaitu karena kondisi ibu saat hamil dan riwayat kesehatan yang

lalu (alergi, hipertensi) dan juga riwayat kesehatan keluarga (

hipertensi, diabetes mellitus, riwayat keturunan kembar).

Riwayat kehamilan yang berisiko seperti umur ibu saat hamil,

kelahiran anak yang keberapa dan jarak kelahiran.


48

2) Data objektif

Data objektif pada bayi baru lahir adalah melakukan

pemeriksaan fisik dan tanda vital bayi (suhu, nadi, dan

pernafasan), menjaga kehangatan bayi. Ciri-ciri dari BBL

normal yaitu berat badan 2500-4000 gr, panjang badan 48-52

cm, lingkar dada 30-38 cm, frekuensi jantung 120-160

kali/menit, pernafasan 40-60 kali/menit, kulit kemerahan,

rambut lanugo tidak terlihat, kuku agak panjang, jari lemas.

Pada genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, sedangkan pada genetalia laki-laki testis sudah turun

skrotum sudah ada. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk

dengan baik, reflek morrow atau gerak memeluk bila di

kagetkan sudah baik, reflek graps atau menggenggam sudah

baik. Pada pola eliminasi baik, mekonium akan keluar 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Sondakh,

2013).

b. Interpretasi Data

Pada interpretasi data melakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan tumbuh kembang anak

berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah pertama.

Contoh By… umur 1 jam fase tidur (Marmi dan Rahardjo, 2012).
49

c. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Rencana asuhan yang diberikan adalah mempertahankan

suhu tubuh bayi agar tetap hangat, pemberian salep mata,

pemberian vitamin K1, memfasilitasi kontak dini pada ibu dengan

IMD (Marmi dan Rahardjo, 2012). Menurut Penelitian Marlina dan

Harnani (2015) yang berjudul “Analisa Peran Suami Terhadap

Perawatan Bayi Baru Lahir Di RB Taman Sari Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan Raya Tahun 2013” didapatkan hasil bahwa ada

hubungan peran suami terhadap perawatan bayi baru lahir. Suami

yang berpengetahuan rendah mempunyai peluang 5 kali lebih besar

untuk tidak berperan terhadap perawatan bayi baru lahir

dibandingkan yang berpengetahuan tinggi.

d. Melaksanakan perencanaan

Pada penatalaksanaan mempertahankan suhu tubuh bayi

dengan cara membungkus bayi dengan kain kering, memeriksa

suhu tubuh bayi apabila telapak kaki teraba dingin. Melakukan

perawatan mata dengan pemberian salep mata tetrasiklin 1% pada

bayi. Memberikan vit K dalam waktu 24 jam dan memberikan

imunisasi Hb0 (Kemenkes RI, 2015).

e. Evaluasi

Cara mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

yaitu dengan mengulangi kembali proses manajemen dengan benar

terhadap setiap aspek asuhan yang sudah di laksanakan.


50

Mengevaluasi dilakukannya IMD, pemberian vitamin K, salep

mata, imunisasi Hb0.

Kebijakan nasional untuk memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu

yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa

diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin.

Gentlebirth adalah metode persalinan yang tenang, lembut,

santun, dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh

seorang manusia. Gentlebirth antara lain dilaksanakan dengan

menggunakan metode Hypno-Breastfeeding dan Inisiasi Menyusu

Dini (IMD). Ibu yang melaksanakan gentlebirth dengan latihan

relaksasi Hypno-Breastfeeding secara rutin dan IMD pada saat

persalinan dapat memproduksi ASI lebih lancar. Hal ini terbukti

dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) yang

mengatakan bahwa gentlebirth dengan metode hypnobirthing dan

IMD efektif terhadap pemberian ASI Eksklusif.

IMD berfungsi untuk mencegah terjadinya hipotermi pada

bayi hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh

Apriastuti & Tinah (2015) dengan hasil hipotermi pada bayi baru

lahir dapat dicegah dengan cara melakukan IMD. Pemberian ASI

Eksklusif juga dipengaruhi oleh seringnya pemberian penyuluhan

tentang ASI Eksklusif pada orang tua bayi. Hal ini telah dibuktikan
51

oleh penelitian yang dilakukan oleh Merdhik, Mardji, Devi (2014)

yang menyatakan bahwa penyuluhan mengenai ASI Eksklusif yang

diberikan kepada orang tua mempengaruhi kesuksesan pemberian

ASI Eksklusif terhadap bayi.

Pemberian vitamin K merupakan suatu standar pelayanan

yang harus diberikan kepada semua bayi baru lahir atau hanya

diberikan pada bayi yang memiliki resiko saja. Pengetahuan bidan

mengenai pemberian vitamin K pada bayi dilakukan dengan sesuai

standar pelayanan bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan dalam

penelitian Kasmawati (2012) yang didapatkan hasil bahwa ada

hubungan pengetahuan bidan terhadap pemberian vitamin K.

2. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 6 Jam

a. Subyektif

Data subyektif diperoleh dari anamnesa pada ibu ataupun pada

keluarga. Pengkajian yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan

dasar seperti pola minum (berapa frekuensi bayi menyusu), BAB dan

BAK, pola tidur. Dalam pola minum yang dikaji apakah bayi sudah

dapat menghisap dan sesuaikan dengan kehendak bayi atau keinginan

bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit 4 jam), pola BAB yang dikaji

frekuensi (4-5X dalam sehari), konsistensi (lunak), warna (kuning),

untuk pola tidur (16 jam dalam sehari) (Marmi dan Rahardjo, 2014).
52

b. Obyektif

Data obyektif dapat didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik (head

to toe) dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah

kelahiran bayi. Hal yang dikaji adalah keadaan umum bayi dan tanda-

tanda vital seperti frekuensi napas (40-60 kali per menit), frekuensi

jantung menggunakan stetoskop (120-160 kali per menit), dan suhu

tubuh (36,5-37,2 derajat celcius).

c. Analisa

Analisa pada bayi baru lahir dapat ditegakkan dari data subyektif

dan data obyektif. Didapatkan diagnose bayi cukup bulan , kelahiran

spontan, dan tidak ada masalah. Bidan dapat menyimpulkan diagnose

asuhan kebidanan bayi baru lahir, By. … usia 6 jam fase reaktivitas II

(Marmi dan Rahardjo, 2012).

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan sebelum ibu dan bayi kembali ke rumah

adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang menjaga kehangatan

bayi, pola menyusui (on demmand), bounding attachment, menjelaskan

tanda-tanda bahaya, perawatan tali pusat, pola hygiene (menjaga

kebersihan bayi), imunisasi yang diberikan pada bayi dan menjelaskan

kepada ibu tentang konsisi bayi, menganjurkan suami berperan pada

perawatan bayi baru lahir (Marmi dan Rahardjo, 2012).


53

3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 6 Hari

a. Subyektif

Menurut Marmi dan Rahardjo (2012) pengkajian data subyektif

didapatkan dari ibu, suami, keluarga, atau yang mengantar bila rujukan

dari bidan, dukun, maupun lainnya. Biasanya bayi usia 6 hari sudah

mulai banyak menyusu, dan sering buang air kecil serta buang air besar

masih jarang, konsistensi cair dan berwarna kuning.

b. Obyektif

Data objektif pada bayi baru lahir 6 hari adalah melakukan

pemeriksaan fisik dan tanda vital bayi termasuk pemeriksaan tali pusat

dan tanda vital bayi, dan mendeteksi adanya tanda bahaya pada bayi

yang salah satunya ada pada keadaan tali pusat (Marmi dan Rahardjo,

2012).

Menurut penelitian Redjeki dan Husein (2013) yang berjudul

“Perbedaan Lama Pupus Tali Pusat Dalam Hal Perawatan Tali Pusat

Antara Penggunaan Kasa Steril Dengan Kasa Alkohol 70% Di Bps Hj.

Maria Olfah Tahun 2012” didapatkan hasil bahwa perawatan tali pusat

bayi dengan kasa steril lebih cepat pupus daripada dengan kasa alkohol.

Maka perlunya perhatian ibu dalam perawatan dan pemilihan cara

perawatan agar cepat pupus dan terhindar dari infeksi yang diakibatkan

oleh bakteri.
54

c. Analisa

Analisa didapatkan dari data yang terkumpul dan interpretasi yang

benar. Bidan dapat menyimpulkan, By.. usia 6 hari sehat (Marmi dan

Rahardjo, 2012).

d. Penatalaksanaan

Menurut Marmi dan Rahardjo (2012) asuhan yang diberikan pada

neonatus usia 2-6 hari meliputi pemberian ASI saja sesering mungkin

sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit

setiap 4 jam), melatih bayi anda agar mengerti bahwa malam hari adalah

waktu tidur dan siang hari adalah waktu bangun, menjaga selalu

kebersihan kulit, muka, pantat, dan tali pusat bayi, cuci tangan sebelum

dan sesudah memegang bayi, mengajari ibu cara memandikan bayi baru

lahir, dan menjaga keamanan bayi dengan tidak sekali-kali

meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 2 Minggu

a. Subyektif

Data subyektif didapat dari hasil anamnesis pada ibu atau

keluarga. Kunjungan neonatus pada usia 2 minggu masih sama dengan

kunjungan sebelumnya. Bayi usia 2 minggu biasanya sudah aktif

menyusu, sering BAK 7 – 10 kali, BAB 2 –3 hari sekali dengan warna

kuning dan berbentuk cair, waktunya dihabiskan untuk tidur, semua

reflek positif (Marmi dan Rahardjo, 2012).


55

b. Obyektif

Data obyektif didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan meliputi keadaan umum bayi, kesadaran, denyut nadi,

pernapasan, reflek menghisap dan menelan. Pemeriksaan fisik secara

head to toe, serta pemeriksaan antropometri. Perubahan fisiologis

masa neonatus yaitu pada tanda-tanda vital. Suhu tubuh normal pada

neonatus yaitu 36,5-37,5 0C yang dilakukan pengukuran melalui aksila

dan rektum. Apabila suhu tubuh bayi dibawah 36,5 0C maka bayi

mengalami hipotermia (Marmi dan Rahardjo, 2012).

Perubahan fisiologis bayi yaitu bayi akan kehilangan berat

badan selama 7-10 hari pertama yaitu sampai 10% untuk bayi dengan

berat lahir lebih dari 1500 gram, 15% untuk bayi dengan berat lahir

kurang dari 1500 gram dan pada minggu ke dua berat badan bayi akan

bertambah. Penurunan berat badan bayi karena akibat dari kehilangan

cairan dalam tubuh, bila 2 minggu bayi tidak ada kenaikan berat badan

berarti asupan nutrisinya masih kurang (Sondakh, 2013).

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menaikkan berat

badan bayi yaitu dengan melakukan pemijatan pada bayi untuk

merangsang nervus vagus. Saraf ini akan meningkatkan peristaltik

usus, sehingga pengosongan lambung lebih cepat dengan demikian

akan merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap

dalam jumlah yang cukup. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Kalsum (2014) bahwa berat badan bayi


56

meningkat setelah dilakukan pemijatan yang dilaksanakan secara

teratur pada bayi pada kaki, perut, dada, tangan, punggung dan

gerakan peregangan dapat meningkatkan berat badan bayi.

c. Analisa

Pengkajian data subyektif dan obyektif dikumpulkan kemudian

dilakukan analisis data, neonatus lanjut cukup bulan umur 2 minggu

dalam keadaan normal (Marmi dan Rahardjo, 2012).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada bayi berumur 2 minggu meliputi

memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayi, pemberian ASI eksklusif

selama minimal 6 bulan dan imunisasi dasar wajib untuk bayi.

Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang.

Dengan pengertian lain, imunisasi merupakan cara untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

Antigen (Marmi dan Rahardjo, 2012)

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi pada Bayi


Jenis Usia Pemberian Jumlah Interval
Imunisasi Pemberian Minimal
Hepatitis B 0-7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio/ IPV 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
DPT-HB- 2,3,4 bulan 3 4 minggu
HIB
Campak 9 bulan 1 -
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2014)
57

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dompas (2014) manfaat

imunisasi bagi anak, keluarga dan negara adalah untuk mencegah

penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat

atau kematian, menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan

apabila anak sakit. Manfaat untuk negara adalah untuk mamperbaiki

tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk

melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa

Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.


BAB III

METODE

A. Rancangan

Laporan tugas akhir ini menggunakan rancangan studi kasus dengan

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada kehamilan TM III,

bersalin, nifas dan KB serta BBL yaitu Ny. S umur 28 tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Ngawen. Penulis mempelajari klien secara terperinci untuk

mempermudah penulis memperoleh data yang diperlukan, melakukan

intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi tentang beberapa

implementasi yang sudah dilakukan.

B. Subyek

Subjek laporan tugas akhir yaitu dengan menentukan populasi dan

sampel. Menurut Hidayat (2011) Populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri dari subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penulis untuk dikaji mendalam dan ditarik kesimpulan.

Dalam laporan tugas akhir ini, populasi yang digunakan adalah ibu hamil dan

sampelnya adalah ibu hamil trimester III dengan usia kehamilan minimal 36

minggu. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. Sampel mempunyai dua kriteria

yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana

subyek dapat mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel.

58
59

Sementara kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek studi kasus

dapat mewakili sampel studi kasus tidak memunuhi syarat sampel studi kasus.

Kriteria inklusi pada studi kasus ini adalah ibu hamil trimester III dengan umur

kehamilan minimal 36 minggu dan selama kehamilan tidak ditemukan

komplikasi atau kelainan, tidak memiliki resiko tinggi dan ibu hamil bersedia

menjadi pasien dalam penyusunan laporan tugas akhir laporan tugas akhir.

Selain itu ibu bersedia menandatangani infomed consent yang sudah ada.

Sedangkan pada kriteria eksklusi yaitu ibu yang mengundurkan diri menjadi

responden dan ibu hamil yang pergi keluar kota. Dari kriteria inklusi dan

eksklusi yang ada, penulis menentukan sampel Ny. S umur 28 tahun usia

kehamilan 38 minggu yang dilakukan asuhan komprehensif mulai dari

kehamilan, persalinan, nifas, KB, serta asuhan pada bayi baru lahir.

C. Pengumpulan Data dan analisa data

a. Sumber Data

Sumber data primer diperoleh dengan observasi atau pengamatan

secara langsung pada studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan

wawancara merupakan metode studi kasus dengan mewawancarai

responden secara langsung yaitu klien mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya, keluhan klien, anamnesa, riwayat kesehatan sekarang, dahulu

dan keluarga. Melakukan pemeriksaan pada klien, selanjutnya melakukan

perencanaan asuhan yang sesuai dengan catatan lapangan yaitu hasil

observasi, pemeriksaan penunjang lainnya. Catatan dokumentasi merupakan


60

hasil pengumpulan data dari pasien seperti data list atau RM (rekam medis)

dan foto bila ada.

Sumber data sekunder pada metode studi kasus diperoleh

menggunakan metode dokumentasi. Menurut Hidayat (2011) metode

dokumentasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang telah ada sebelumnya, biasanya menggunakan

data asli berupa rekam medis, gambar, tabel atau daftar periksa maupun

dokumentasi lain berupa catatan kesehatan pasien yang dapat membantu

proses studi kasus berlangsung. Dalam studi kasus ini, penulis mendapatkan

data primer dari Ny. S umur 28 tahun melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Data sekunder didapatkan penulis melalui buku

KIA dan buku Status persalinan.

b. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara penulis mengambil studi

kasus di Puskesmas Ngawen dan melakukan perizinan kepada bidan untuk

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Penulis menentukan

pasien dengan kriteria ibu hamil fisiologis trimester III umur kehamilan

minimal 36 minggu di wilayah Puskesmas Ngawen. Selanjutnya penulis

melakukan informed consent kepada responden sebagai bukti bahwa

responden bersedia diberi asuhan kebidanan secara komprehensif, kemudian

penulis dapat melakukan pengumpulan data dengan metode wawancara atau

anamnesa, pemeriksaan kepada responden secara langsung dan telaah


61

dokumen yang telah dimiliki bidan sebagai acuhan dalam memberikan

asuhan kebidanan komprehensif.

c. Pengolahan Data

Dimulai dari pengambilan sampel dan pengumpulan data yang

disajikan dalam bentuk tertulis. Apabila terdapat kekurangan data maka

dilakukan pencocokan kembali ke lapangan. Data diolah menggunakan

manajemen asuhan kebidanan yaitu dengan pengumpulan data dasar,

interprestasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah berdasarkan

kondisi klien, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan

langsung asuhan dengan efisien dan aman serta mengevaluasi

perkembangan dengan SOAP. Tindakan selanjutnya yaitu di

dokumentasikan menggunakan metode SOAP.

d. Analisa Data

Penulis melakukan analisa data dengan cara mengumpulkan data lalu

melakukan implementasi di lapangan. Analisa data dilakukan sebelum

implementasi asuhan kebidanan untuk fokus penulisan. Pada waktu

pengumpulan data penulis menentukan masalah yang selanjutnya dapat

dijadikan rencana tindakan. Melakukan evaluasi terhadap implementasi

yang telah dilakukan. Setelah itu membandingkan studi kasus dengan teori

dan kesenjangan yang ada di jelaskan pada pembahasan.


62

D. Masalah Etika

Masalah etika adalah salah satu hal yang sangat penting dalam studi

kasus, mengingat studi kasus kebidanan berhubungan langsung dengan

perseoranagan. Menurut Hidayat (2011) masalah etika yang harus diperhatikan

dalam studi kasus kebidanan, yaitu:

a. Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Penulis menjelaskan terlebih dahulu tentang identitas pasien, tujuan

penulis melakukan studi kasus, menjelaskan bahwa identitas responden akan

dirahasiakan serta penulis juga memberikan kebebasan kepada responden

sebelum responden mengisi lembar persetujuan.

b. Anonymity (tanpa nama)

Menurut Hidayat (2011) anonymity merupakan etika studi kasus yang

dilakukan dengan pemberian jaminan dalam penggunaan subyek studi kasus

dengan cara tidak mencantumkan nama dan hanya menulis inisial pada

lembar pengumpulan data, penulis tidak menyebutkan nama ibu dan nama

penanggungjawab secara lengkap. Penulis hanya mencantumkan nama

inisial dalam penulisan asuhan kebidanan.

c. Confidentiality (kerahasian)

Confidentiality merupakan metode etika untuk menjamin kerahasiaan

semua informasi yang telah dikumpulkan dan hanya beberapa kelompok

data tertentu saja yang akan dicantumkan dalam laporan. Penulis tidak akan

menyebarluaskan data pasien yang bersifat sangat privasi, penulis hanya

menyampaikan informasi sesuai dengan tujuan studi kasus dan tidak


63

dilebih-lebihkan ataupun mengurangi data real. Kemudian hasil studi kasus

tersebut akan disimpan oleh penulis pribadi dan disimpan di institusi

pendidikan untuk dijadikan sebagai pembelajaran atau referensi pada

institusi saja (Hidayat, 2011).


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Studi Kasus

1. Pengumpulan data dasar

Tanggal : 08 Februari 2018

Jam : 10.30 WIB

Tempat : Puskesmas Ngawen

a. Data Subjektif

Identitas Pasien Penanggung Jawab

No Register : 580995 Status : Suami

Nama : Ny. S Nama : Tn. N

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama :Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Alamat : Desa Alamat : Desa

Wantilgung Wantilgung

RT04/RW01 RT04/RW01

64
65

1) Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin periksa hamil

2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan sering BAK sejak 3hari

yang lalu

3) Riwayat Kesehatan :

Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita

penyakit sistemik seperti jantung, asma,

ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit

menular seperti TBC, HIV/ AIDS, PMS,

malaria, hepatitis dan tidak gemelli.

Yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit sistemik seperti jantung, asma,

ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit

menular seperti TBC, HIV/ AIDS, PMS,

malaria, hepatitis dan tidak gemelli.

Keluarga : Ibu mengatakan keluarga tidak menderita

penyakit sistemik seperti jantung, asma,

ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit

menular seperti TBC, HIV/ AIDS, PMS,

malaria, hepatitis dan tidak gemelli.


66

4) Riwayat Obstetri

a) Riwayat haid

Menarche : 13 tahun Nyeri haid : tidak ada

Siklus : 28 hari Banyaknya : 2x kali ganti

pembalut/hari

Lama : 7 hari Warna darah : merah

Kecoklatan

b) Riwayat kehamilan sekarang

G1P0A0, hamil 38 minggu

HPHT : 18 Mei 2017

HPL : 25 Februari 2018

Gerak janin aktif, mulai umur kehamilan 20 minggu, sering

pada pagi hari.

Pemberian tablet Fe : 90 tablet

Tanda bahaya : tidak ada

Minum jamu/ obat : ibu mengatakan tidak mempunyai

kebiasaan minum jamu dan obat-

obatan bebas

ANC : 8X
67

Tabel 4.1 Riwayat ANC


TM ANC Keluhan Terapi TT Px
Penunjang
II 23-08-17 Tidak ada Hemafort TT Hb : 12
dan Anelat 3 gr/dl
Gol. dar :
O
HIV: NR
II 22-09-17 Tidak ada Hemafort
dan Vit C
II 25-10-17 Tidak ada Hemafort
dan Kalk
III 30-11-17 Tidak ada Hemafort
dan Kalk
III 24-12-17 Tidak ada Lanjut
III 01-01-18 Muntah Hemafort
dan Anelat
III 15-01-18 Tidak ada Lanjut Hb : 12,2
gr/dl
III 08-02-18 Sering BAK Hemafort
dan Anelat

TT : 3 kali, TT pertama pada tanggal 5 Februari 2014 di

puskesmas, TT2 dilakukan pada tanggal 18 Maret 2014 di

bidan sedangkan TT3 dilakukan di bidan pada tanggal 23

Agustus 2017.

c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama.

d) Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan menikah 1 kali, secara sah menurut agama dan

negara, pada umur 24 tahun dan suami 26 tahun, usia

pernikahan 4 tahun.
68

e) Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontasepsi

Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Pola nutrisi :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali/ hari dengan

komposisi nasi, sayur dan lauk, serta porsi

sebanyak 1 piring/ hari. Minum 6 gelas/

hari dengan air putih.

Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3-4 kali/hari

dengan komposisi nasi, sayur dan lauk,

serta porsi sebesar 1 piring/ hari. Minum

8 gelas/ hari dengan air putih, 2 gelas teh

manis.

Pola eliminasi :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali/ hari, warna

kekuningan, konsistensi lembek, bau

khas dan BAK 4 kali/ hari, warna kuning

jernih, konsistensi cair, bau khas.

Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali/ hari, warna

kehitaman, konsistensi lembek, bau khas

dan BAK 8-9 kali/ hari, warna kuning

jernih, konsistensi cair, bau khas.


69

Pola aktivitas :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan

rumah tangga, seperti menyapu,

mencuci, menjemur, dan memasak.

Selama hamil : Ibu mengatakan pola aktifitasnya masih

sama seperti sebelum hamil.

Pola istirahat dan tidur :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang selama 1

jam/ hari dan tidur malam selama 7 jam/

hari.

Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang selama 1jam/

hari dan tidur malam selama 7-8 jam/

hari.

Pola seksual :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan berhubungan seksual

sebanyak 3 kali/ minggu dan tidak ada

keluhan yang dirasakan.

Selama hamil : Ibu mengatakan berhubungan seksual

sebanyak 1 kali/ minggu dan tidak ada

keluhan yang dirasakan.

Pola hygiene :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali/ hari,

gosok gigi 2 kali/ hari, keramas 2 kali/


70

minggu, ganti pakaian dalam 2 kali/

hari, ganti pakaaian 2 kali/ hari.

Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali/ hari,

gosok gigi 2 kali/ hari, keramas 1 kali/ 2

hari, ganti pakaian dalam 3 kali/ hari,

ganti pakaaian 2 kali/ hari.

Pola hidup sehat :

Sebelum hamil : Ibu mengatakan selalu cuci tangan

sebelum dan sesudah makan

menggunakan sabun, tidak

mengonsumsi alkohol, rokok, narkoba,

obat-obatan bebas, dan jamu-jamuan,

selalu mengonsumsi makanan yang

bergizi, menggunakan celana dalam

yang berbahan menyerap keringat,

jarang berolahraga, memiliki asuransi

kesehatan yaitu BPJS.

Selama hamil : Ibu mengatakan pola hidup sehatnya

masih sama seperti sebelum hamil

ditambah ibu berencana untuk

menyusui bayinya secara eksklusif dan

berniat untuk bersalin di tenaga

kesehatan.
71

Psiko, sosial, spiritual :

Ibu mengatakan suami dan keluarga menanti kehamilannya,

hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik

dan ibu taat melakukan beribadah.

Tingkat pengetahuan pasien :

Ibu mengatakan belum mengetahui mengenai

ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 3, tanda bahaya

trimester 3, persiapan persalinan dan tanda – tanda

persalinan.

Ibu mengatakan sudah mengetahui cara minum tablet Fe

yang benar dan ibu sudah mengetahui tentang senam hamil,

dan ibu sering melakukan senam hamil dengan gerakan

ringan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis TD : 110/70 mmHg

BB sebelum/selama : 58/68 kg N : 78 kali/menit

TB : 158 cm T : 36,70C

LILA : 27,5 cm RR : 22 kali/menit


72

BB
IMT :
(TB) 2

= 58 : 2,49 = 23,23 (normal)

b) Status present

Kepala : simetris, mesocephal, rambut tidak mudah

rontok, bersih,tidak ada lesi, tidak ada

benjolan.

Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera

putih bersih.

Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret.

Telinga : simetris, tidak ada serumen, fungsi

pendengaran baik.

Mulut : simetris, tidak stomatitis, tidak karies gigi,

tidak ada pembengkakan pada gusi, lidah

bersih.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak

ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada

pembesaran vena jugularis.

Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada benjolan abnormal pada payudara,

tidak ada bunyi whezzing, tidak ada bunyi

ronki, tidak ada bunyi jantung ke-3


73

Abdomen : simetris, tidak ada bekas luka operasi, bising

usus normal.

Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak

varises

Vulva : bersih, tidak ada varises, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Ekstresmitas : atas : simetris, tidak ada oedema, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, bawah: simetris,

tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek

patella ++/++.

Punggung : tidak ada nyeri tekan, lordosis fisiologis.

Anus : tidak ada hemoroid.

c) Status obstetrik

Muka : tidak ada oedema, tidak ada chloasma

gravidarum, tidak pucat.

Mamae : simetris, ada pembesaran, ada hiperpigmentasi

pada areola, puting menonjol, kolostrum sudah

keluar.

Abdomen : tidak ada luka bekas luka operasi, ada linea

nigrae, ada striae gravidarum.

Vulva : tidak ada varises, terdapat tanda chadwick,

tidak ada pembesaran kelenjar scane/ bartholin,

tidak oedema.
74

Palpasi :

Leopold I : di bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak

melenting, TFU pada 3 jari dibawah prosesus

xiphoideus.

Leopold II : disebelah kanan perut ibu teraba bagian

tahanan keras datar dan memanjang disebelah

kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin.

Leopold III : di bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

tidak dapat digoyangkan.

Leopold IV : divergen (Kepala sudah masuk panggul).

TFU : 30 cm

TBJ : (30-11) x 155= 19 x 155 = 2945gram.

DJJ : 136 kali/menit, punctum maksimum di bawah

kanan.

2. Interpretasi data

a. Diagnosa

Ny. S G1P0A0 umur 28 tahun hamil 38 minggu, Janin tunggal, hidup,

intrauterine, letak membujur, preskep, puka, U

b. Masalah

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai sering BAK pada ibu hamil

c. Kebutuhan

Penkes tentang penyebab sering BAK dan cara mengatasinya pada ibu

hamil trimester 3
75

3. Rencana tindakan

Hari/ Tanggal : Kamis/08 Februari 2018

Jam : 10.40 WIB

a. Beritahu hasil pemeriksaan mengenai ibu dan kehamilannya dalam

keadaan baik.

b. Beritahu ibu tentang penyebab sering BAK dan cara mengatasinya

pada ibu hamil trimester 3.

c. Beritahu ibu untuk mengurangi minum yang berbahan diuretika

alamiah.

d. Beritahu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya dan beritahu ibu

untuk sering mengganti celana dalamnya.

e. Berikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan pada ibu

hamil trimester 3.

f. Beritahu pada ibu mengenai tanda bahaya pada kehamilan.

g. Beritahu ibu tentang persiapan persalinan.

h. Anjurkan ibu untuk tetap melakukan senam hamil.

i. Beritahu ibu mengenai tanda-tanda persalinan.

j. Berikan tablet Fe 60 mg 1 kali/ hari sebanyak 10 tablet dan vitamin C

25 mg 1 kali/ hari sebanyak 10 tablet.

k. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.


76

4. Pelaksanaan

Hari/ tanggal : Kamis/08 Februari 2018

Jam : 10.50 WIB

a. Memberitahu hasil pemeriksaan mengenai ibu dan kehamilannya

dalam keadaan baik.

b. Memberitahu ibu tentang penyebab sering BAK pada ibu hamil

trimester III adalah fisiologis yang terjadi pada ibu, hal ini disebabkan

karena adanya penurunan kepala janin sehingga mendorong kantong

pipis ibu sehingga ibu ingin BAK lebih sering

c. Memberitahu ibu untuk mengurangi minum berbahan diuretika

alamiah, yaitu teh yang biasa diminum ibu dan ibu minum lebih

banyak disiang hari dan minum sedikit di malam hari.

d. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk

menghidari infeksi saluran kemih.

e. Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan pada

ibu hamil trimester 3 yaitu sering kencing, sembelit, nyeri pada

punggung.

f. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester 3

meliputi sakit kepala yang hebat disertai pandangan mata kabur, nyeri

perut yang hebat, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, perdarahan

dari jalan lahir.

g. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan perlengkapan ibu dan

bayi, dimana tempat persalinan, siapa pendamping persalinan, siapa


77

penolong persalinan, kendaraan yang digunakan menuju fasilitas

kesehatan dan, biaya untuk persalinan, dan pendonor dar

h. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan senam hamil, dengan

gerakan yang sederhana.

i. Memberitahu ibu mengenai tanda-tanda persalinan yaitu perut mulas-

mulas yang sering, keluar lendir bercampur darah, dan keluar cairan

ketuban.

j. Memberikan tablet Fe 60 mg 1 kali/ hari sebanyak 10 tablet dan Calc 1

kali/ hari sebanyak 10 tablet mengingatkan cara meminumnya yaitu

dengan air putih atau air jeruk, tidak diminum bersamaan dengan kopi,

teh atau susu dan diminum di malam hari sebelum tidur.

k. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

5. Evaluasi

Hari/ Tanggal : Kamis/08 Februari 2018

Jam : 11.00 WIB

a. Ibu mengetahui dan paham tentang hasil pemeriksaan, keadaan diri

serta kehamilannya.

b. Ibu telah paham mengenai penyebab sering BAK

c. Ibu bersedia untuk mengurangi minum berbahan diuretika alamiah

yaitu ibu akan mengurangi minum teh dan memperbanyak minum air

putih di siang hari.

d. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk menghidari

infeksi kandung kemih.


78

e. Ibu mampu menyebutkan macam-macam ketidaknyamanan pada ibu

hamil trimester 3.

f. Ibu mampu menyebutkan tanda bahaya pada kehamilan trimester 3.

g. Ibu mengerti persiapan persalinan.

h. Ibu bersedia untuk melakukan senam hamil, dengan gerakan yang

sederhana.

i. Ibu mampu menyebutkan tanda-tanda persalinan yaitu: kontraksi yang

sering dan teratur, keluarnya lendir darah dan air ketuban

j. Ibu mendapatkan tablet Fe 60 mg 1 kali/ hari sebanyak 10 tablet dan

vitamin C 25 mg 1 kali/ hari sebanyak 10 tablet, dan bersedia untuk

meminumnya.

k. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.


79

Tabel 4.2 Catatan Perkembangan Kehamilan


Tempat
Tanggal/ Jam CATATAN PERKEMBANGAN
Rumah pasien S : Ibu mengatakan masih sering buang air kecil
15 Februari Pola Nutrisi :
2018 Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali/hari
16.00 WIB dengan komposisi nasi, sayur dan
lauk, serta porsi sebesar 1 piring/
hari. Minum 8 gelas/ hari dengan air
putih, ibu masih minum 1 gelas teh
manis.
Pola Eliminasi :
Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1 kali/ hari,
warna kehitaman, konsistensi
lembek, bau khas dan BAK ± 10 –
11 kali/ hari, warna kuning jernih,
konsistensi cair, bau khas.
Pola Aktivitas :
Selama hamil : Ibu mengatakan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, seperti
menyapu, mencuci, menjemur,
memasak dan membantu orang
tua menjemur padi.
Pola Istirahat :
Selama hamil : Ibu mengatakan jarang tidur
siang dan tidur malam selama 7-
8 jam/ hari.

O: Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis N :80x/menit
BB sebelum/ selama : 58kg/68kg T : 36,7°C
RR : 22x/menit
TD : 110/80mmHg
Status Obstetrik
1. Inspeksi
Muka : tidak ada oedema, tidak ada
chloasma gravidarum
Abdomen : tidak ada luka bekas luka
operasi seksio cesarean,
terdapat linea nigrae dan striae
gravidarum
Vulva : tidak oedema, tidak ada ppv,
tidak ada tanda-tanda infeksi
80

2. Palpasi
Leopold I : di bagian fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting
TFU setinggi 3 jari dibawah
prosesus xiphoideus
Leopold II : sebelah kiri perut ibu teraba
bagian bagian kecil-kecil janin
Sebelah kanan perut ibu teraba
tahanan datar, keras
memanjang
Leopold III : di bagian bawah perut ibu
teraba bulat dan keras
Leopold IV : perabaan divergen (sudah
masuk PAP)
TFU : 31 cm
TBJ : (TFU-11)155 = (31-11) x 155
= 20 x 155 = 3100gram
DJJ : 144 x/menit
3. Reflek patella : ++/++

A: Ny. S G1P0A0 umur 28 tahun hamil 39 minggu, janin


tunggal, hidup intrauterine, letak membujur, preskep,
puka, U

P: 15 Februari 2018 jam 16.10 WIB


1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu
keadaan ibu dan bayinya baik.
TD: 110/80mmHg N: 80x/menit DJJ: 145x/menit
RR: 22x/menit T: 36x/menit BB: 68kg
Hasil: Ibu mengetahui dan paham tentang hasil
pemeriksaan, keadaan diri serta
kehamilannya baik.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan yang ibu
rasakan adalah normal, dan menganjurkan ibu jika
minum teh manis di siang hari saja.
Hasil : Ibu mengetahui bahwa keluhan yang ibu
rasakan adalah hal yang normal selama
hamil dan ibu sudah tidak khawatir lagi
dengan keluhan yang dirasakan.
3. Memberitahu ibu apabila ibu mengalami tanda-
tanda persalinan tidak perlu khawatir, melainkan
segera datang ke tempat persalinan
Hasil : ibu bersedia melakukannya
4. Menganjurkan dan mengingatkan pada ibu untuk
mempersiapkan kebutuhan persalinan jika sewaktu-
waktu ibu merasakan akan bersalin meliputi
81

kebutuhan ibu dan bayi.


Hasil : Ibu mengatakan sudah mempersiapkan
kebutuhan persalinan seperti keperluaan
bayi (topi, bedong, gurita, baju, popok,
kaos kaki dan tangan) dan keperluan ibu
(baju, kain bersih, pembalut, stagen)m
semenjak memasuki bulan ke-9
kehamilannya.
5. Menganjurkan ibu untuk selalu memantau
kesejahteraan bayi dengan cara menghitung
gerakan janin minimal harus 10 x dalam 12 jam.
Hasil : Ibu paham dan bersedia untuk selalu
memantau kesejahteraan janin.
6. Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan
kunjungan ulang 1 minggu lagi tetapi apabila ibu
mengalami keluhan bisa segera datang ke tenaga
kesehatan
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
.
82

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Persalinan


Tempat
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ Jam
Puskesmas S : 1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya kenceng
Ngawen – kenceng sering sejak pukul
18 Februari 17.00 WIB, serta keluar lendir
2018 sejak pukul 05.35 WIB
06.40 WIB 2. Tanda-tanda Persalinan
Kontraksi : kuat
Frekuensi : semakin lama dan
semakin sering
Lokasi ketidaknyamanan: perut bagian bawah
menjalar kepinggang
PPV : lendir darah
3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Terakhir : Ibu mengatakan makan jam 05.00
WIB, dengan 1 porsi nasi, lauk,
sayur, minum jam 06.30 WIB 1
gelas air putih.
b. Pola istirahat dan tidur
Terakhir : Ibu mengatakan tadi malam tidur ± 5
jam, sering terbangun karena
kenceng-kenceng.
c. Pola aktivitas
Terakhir : Ibu mengatakan selama kenceng –
kenceng ibu jalan-jalan.
d. Pola eliminasi
Terakhir : Ibu mengatakan BAB terakhir jam
06.00 WIB, konsistensi lunak, warna
hitam, BAK jam 06.10 WIB, warna
kuning jernih.
e. Pola hygiene
Terakhir : Ibu mengatakan mandi, gosok gigi,
ganti pakaian dan celana dalam
terakhir jam 06.30 WIB.
f. Psiko, sosial, spiritual
Ibu mengatakan ibu dan keluarga cemas dengan
keadaannya, suami dan keluarga senang dengan
kehamilan ibu. Ibu taat menjalankan ibadah
shalat 5 waktu.
4. Tingkat pengetahan pasien :
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda
persalinan, ibu belum mengetahui cara meneran
yang baik dan benar.
83

O : 1. Keadaan umum : baik


Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
T : 36,7 0C
RR : 20 x/menit
3. Status obstetrik
Muka : tidak oedema, simetris, tidak ada
cloasma gravidarum
Mamae : simetris, putting susu menonjol,
mengalami hiperpigmentasi aerola
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada
nyeri tekan, ada linea nigrae, tidak ada
striae gravidarum
Vulva : tidak oedema, tidak varises, ada ppv
4. Pemeriksaan Leopold
Leopold I : di bagian fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting, TFU
pertengahan pusat dan prosesus
xiphoideus
Leopold II : sebelah kanan perut ibu teraba
bagian tahanan keras datar
memanjang sebelah kiri perut ibu
teraba bagian-bagian kecil janin
Leopold III : di bagian bawah perut ibu teraba
besar, bulat, keras.
Leopold IV : divergen (kepala sudah masuk
panggul)
TFU dengan Mc. Donald : 32 cm
TBJ : (TFU-11) x 155 = (32-11) x
155 = 21 x 155 = 3.255 gram
5. DJJ : 145 x/menit
6. Reflek patella : ++/++
7. Pemeriksaan dalam :
Tanggal/jam: 18 Februari 2018/Jam 06.40 WIB
Vulva/vagina : tidak oedema, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini,
tidak ada varises, ada PPV lendir
darah
Serviks :
Keadaan : lunak tipis
Pembukaan : 9 cm
Effacement : 100 %
Kulit ketuban : utuh
Presentasi : kepala
84

POD (Point of direction) : UUK (Ubun – Ubun


Kecil)
Penurunan kepala : 1/5
Ketinggian kepala : HIII
Molase : sutura terpisah
Bagian bawah yang lain : tidak ada
8. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

A: Ny. S G1P0A0 umur 28 tahun hamil 39+3 minggu, janin


tunggal, hidup intrauterine, letak membujur, preskep,
puka, U, inpartu kala I fase aktif deselerasi.

P: Tanggal 18 Februari 2018, Jam 06.45 WIB


1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa
keadaannya dan janinnya normal, ibu belum boleh
meneran, karena pembukaannya masih 9 cm
Hasil : ibu mengerti hasil pemeriksaan
2. Memberikan dukungan kepada ibu yang akan
melahirkan dan memberitahu keluarga ibu untuk
memberi dukungan kepada ibu yang akan
melahirkan
Hasil : keluarga mengerti dan mendukung ibu,
bidan memantau kemajuan persalinan
3. Memberitahu ibu untuk makan dan minum agar
tetap kuat mengejan
Hasil : ibu bersedia untuk makan dan minum
4. Memberitahu ibu cara meneran yang baik, yaitu
meneran seperti kayak sedang BAB, sebelum
meneran tarik nafas yang panjang
Hasil : ibu mengerti dan tidak mempraktikkan.
5. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri
Hasil : ibu bersedia untuk miring kiri
6. Mendokumentasikan asuhan kala 1 pada lembar
partograf
Hasil : Bidan telah mendokumentasikan pada
lembar partograf.
7. Melakukan pemantauan pengawasan 10
Hasil :
85

Tabel 4.4 Pemantauan Pengawasan 10


Jam KU TTV DJJ Kontraksi PPV BR Tanda
x/me kala II
TD N RR S nit
06.40 Baik 120 80 22 36,7 143 5x10’.45 Lendir - Adanya
/80 ” darah dorongan
ingin
meneran

07.00 Baik 120 80 25 36,7 141 5x10’45” Lendir - Perineum


/80 darah menonjol
vulva dan
anus
membuka

Puskesmas S: Ibu mengatakan seperti mengeluarkan air ketuban, ibu


Ngawen mengatakan ingin BAB dan mengejan.
18 Februari
2018 O: KU ibu baik, kesadaran composmentis, VT Ø 10 cm, KK
07.00 WIB (-), warna air ketuban jernih, his 5x/10’/45”, penurunan
kepala 1/5, TD = 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
36,70C, RR = 20 x/menit, perineum tampak menonjol,
vulva dan anus membuka, DJJ = 141x/menit.

A: Ny. S G1P0A0 umur 28 tahun hamil 39+3 minggu, janin


tunggal, hidup intrauterine, letak membujur, preskep,
puka, U, inpartu kala II.

P: Tanggal 18 Februari 2018, Jam 07.00 WIB


1. Memberitahu ibu bahwa keadaannya dan janinnya
normal serta pembukaan telah lengkap
Hasil : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-
obatan, untuk menolong persalinan dan peralatan
penatalaksanaan pada komplikasi ibu dan bayi
Hasil : Peralatan telah siap
3. Mempersiapkan diri penolong
Hasil : APD telah digunakan
4. Membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginan ibu
Hasil : Ibu memilih posisi setengah duduk
5. Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu,
yaitu posisi setengah duduk
Hasil : Ibu telah memposisikan diri setengah duduk
6. Membimbing ibu untuk meneran, yaitu saat ada
kontraksi diikuti ibu meneran dengan kuat
86

Hasil : Ibu kooperatif


7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak
ada kontraksi dan memantau DJJ
Hasil : Ibu bersedia makan dan minum
8. Meletakkan kain kering di atas perut ibu saat kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 9 cm dan
meletakkan kain bersihdi bawah bokong ibu
Hasil : Kain kering dan kain bersih telah terpasang
9. Membuka partus set
Hasil : partus set telah dibuka
10. Menolong kelahiran bayi
Kepala : Meletakkan tangan kiri pada kepala
bayi sambil menahan vulva bagian
atas, tangan kanan menahan
perineum, menyeka muka,
mengecek adakah lilitan tali pusat,
dan tunggu putaran paksi luar
Bahu depan : Meletakkan tangan kanan di atas
dan tangan kiri di bawah pada
masing-masing sisi kepala bayi
(biparietal), melakukan tarikan ke
bawah sesuai jalan lahir
Bahu belakang : melakukan tarikan ke atas sesuai
jalan lahir
Badan : Tangan kanan menyangga kepala,
leher, dan bahu janin (sangga),
tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah
janin (susur)
11. Meletakkan bayi yang telah lahir di atas perut ibu
Hasil : Bayi lahir spontan, menangis kuat, pada
jam 07.30 WIB tanggal 18 Februari 2018,
jenis kelamin perempuan
12. Mengeringkan dan memposisikan bayi di atas perut
ibu dan memberi selamat pada ibu atas kelahiran
bayinya
Hasil : Bayi telah dikeringkan dan berada diatas
perut ibu, serta ibu merasa senang atas
kelahiran anaknya
13. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu, menyelimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi
Hasil : Bayi berada di atas dada ibu dan dalam
keadaan hangat.
14. Menghitung jumlah perdarahan
Hasil : PPV = 80 cc
87

18 Februari S : Ibu mengatakan perutnya masih mulas dan merasa lega


2018 bayinya sudah lahir, merasa nyeri pada bekas jalan lahir,
07.30 WIB dan masih ingin meneran

O: KU ibu baik, kesadaran composmentis, TD = 110/70


mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,70C, RR = 20 x/menit,
bayi telah lahir spontan, plasenta belum keluar, uterus
berkontraksi, PPV 80 cc

A: Ny. S P1A0, umur 28 tahun, inpartu kala III

P: Tanggal 18 Februari 2018, Jam 07.35 WIB


1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan janin
tunggal
Hasil : janin tunggal
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi dengan baik
Hasil : ibu bersedia disuntik oksitosin
3. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di paha atas
bagian distal lateral dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir
Hasil : oksitosin 10 IU telah disuntikkan pada ibu
4. Menjepit tali pusat, megurut, dan memotong tali pusat
serta mengikatnya dengan umbilical cord
Hasil : tali pusat telah diikat dan dipotong
5. Memindahkan bayi ke dada ibu selama 60 menit
Hasil : bayi diletakkan di dada ibu selama 60 menit
6. Memastikan apakah plasenta sudah lepas apa belum
Hasil : plasenta sudah lepas dengan ditandai adanya
semburan darah, tali pusat memanjang,
7. Memindahakan klem tali pusat dengan jarak 5-10 cm
didepan vulva
Hasil : klem telah berada didepan vulva
8. Meletakan tangan kiri diatas perut ibu ditepi atas
sympisis untuk mendeteksi pelepasan plasenta dan
tangan kanan melakukan PTT
Hasil : tangan kiri sudah berada diatas perut dan
tangan kanan PTT
9. Melakukan PTT dan gerakan dorso cranial
Hasil : telah dilakukan PTT dan gerakan dorso
cranial
10. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan memegang
plasenta dan memutarnya searah jarum jam hingga
selaput terpilin saat muncul di introitus vagina
Hasil : plasenta lahir lengkap, insersi marginalis,
88

kotiledon lengkap, tebal ± 2 cm, berat ± 500


gram, panjang 40 cm, plasenta lahir lengkap
jam 07.40 WIB
11. Melakukan masase fundus ± 15 detik dengan gerakan
sirkuler hingga uterus kontraksi
Hasil : masase telah dilakukan
12. Memeriksa jumlah perdarahan
Hasil : PPV = 100 cc

18 Februari S : Ibu mengatakan perutnya masih sedikit mulas dan merasa


2018 lega bayinya sudah lahir.
07.40 WIB
O: KU ibu baik, kesadaran composmentis, kontraksi uterus
baik, perdarahan 100 cc, TFU teraba 1 jari di bawah
pusat, TD = 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,70C,
RR = 20 x/menit, kandung kemih kosong

A: Ny. S P1A0, umur 28 tahun, inpartu kala IV

P: Tanggal 18 Februari 2018, Jam 07.45 WIB


1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam, tekanan darah, nadi,
suhu, dan TFU normal, serta kandung kemih kosong
Hasil : ibu dalam kondisi baik dan normal, dengan
hasil pemeriksaan tercantum dalam partograf
2. Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara masase uterus
Hasil : ibu dan keluarga dapat melakukan masase
uterus
3. Memeriksa jumlah perdarahan
Hasil : PPV 100 cc
4. Memeriksa robekan pada vagina dan evaluasi
perdarahan
Hasil : tidak ada robekan perineum
5. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi
Hasil : peralatan telah didekontaminasi
6. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai
Hasil : bahan-bahan yang terkontaminasi telah
dibuang
7. Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti
pakaian ibu yang kotor dengan pakaian yang bersih
Hasil : ibu merasa bersih dan nyaman
8. Membersihkan peralatan dan tempat persalinan
Hasil : peralatan dan tempat persalinan telah bersih
89

kembali
9. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Hasil : tangan telah bersih kembali
90

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Nifas


Tempat
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ Jam
Puskesmas S : 1. Keluhan utama : Ibu mengatakan perutnya masih
18 Februari sedikit mulas, dan ibu senang
2018 dengan kelahiran bayinya
14.00 WIB
2. Pola psikologi : Ibu mengatakan persalinannya
lancar dengan didampingi suami
suami dan keluarga.

3. Pola Kebutuhan Dasar Sehari-hari


a. Pola nutrisi
Selama nifas : Ibu mengatakan telah makan
nasi 1x, porsi ½ piring,
komposisi nasi, lauk, dan
sayur. Ibu makan roti beberapa
potong. Minum air teh 1 gelas
dan minum air putih 2 gelas.
Ibu mengatakan tidak ada
keluhan.
b. Pola eliminasi
1) Selama nifas : Ibu mengatakan belum BAB.
BAK 1x, warna kuning jernih.
c. Pola istirahat
2) Selama nifas : Ibu mengatakan belum bisa
tidur.
d. Pola aktivitas
1) Selama nifas : Ibu mengatakan hanya
beristirahat dan menyusui
bayinya. Ibu baru duduk,
belum turun dari tempat tidur.
e. Personal hygiene
Selama nifas : Ibu mengatakan disibin 1x,
belum gosok gigi dan
keramas, ganti pakaian 1x dan
ganti pembalut 1x.

O: 1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36,70C
d. Respirasi : 22 x/menit
91

4. Pemeriksaan Fisik
Perut : kontraksi uterus keras
Genetalia : tidak oedema, tidak varises,
PPV darah merah segar.
5. Pemeriksaan Obstetri
a. Muka
Mata : konjungtiva merah
muda,sklera putih
Edema wajah : tidak ada
Payudara
Pembesaran mammae : ada, normal
Areola mammae : mengalami
hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
ASI : sudah keluar
b. Abdomen
Pembesaran : TFU 2 jari di bawah
pusat
Bekas luka : tidak ada
c. Genetalia
PPV : darah
Jumlah : ± 2 pembalut penuh
Jenis : lochea rubra
Warna : merah segar
Bau : anyir
Keadaan luka heacting : tidak ada luka heacting

A: Ny. S P1A0 umur 28 tahun 6 jam post partum fase taking


in

P: Tanggal 18 Februari, Jam 14.10 WIB


1. Membaritahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
kondisi ibu pada saat ini dalam keadaan baik.
TD: 110/70mmHg RR: 22x/menit kontraksi: keras
N : 80x/menit T: 36,70C perdarahan: normal
Hasil : ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan
senang mendengarnya.
2. Mengajarkan ibu melakukan ambulasi dini, yaitu
dengan cara bangun dari tempat tidur dan belajar ke
kamar mandi sendiri atau dengan bantuan keluarga,
bila ingin BAK atau BAB.
Hasil : ibu sudah melakukan ambulasi dini, yaitu
dengan cara pergi ke kamar mandi sendiri.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan menganjurkan ibu untuk menyusui
sesering mungkin.
92

Hasil : ibu mengatakan akan memberikan ASI


eksklusif 6 bulan.
4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar,
yaitu perut ibu dan perut bayi menempel berhadapan,
posisi ibu duduk dengan punggung rendah pada kursi
atau berbaring santai, masukan puting ke mulut bayi
sehingga atas dan bawah terbuka dan bayi menghisap,
menyendawakan bayi setelah menyusu, untuk
mengeluarkan udara lambung.
Hasil : ibu bisa melakukannya dengan baik sesuai
yang diajarkan oleh bidan dan bayi sudah
dapat menghisap dan menelan dengan baik.
5. Memberikan penkes tentang nutrisi dan hidrasi yaitu
mendukung ibu untuk terus makan teratur 3x/hari dan
mengkonsumsi makanan bergizi seperti lauk pauk,
buah dan sayuran, serta memperbanyak minum yaitu 9
sampai 10 gelas/hari agar pencernaan ibu dan produksi
ASI lancar.
Hasil : ibu sudah makan 1 kali makan nasi dengan
telur dan sayur, serta minum 3 gelas air
putih.
6. Melakukan konseling tentang tanda tanda bahaya masa
nifas, yaitu uterus teraba lembek atau tidak
berkontraksi, perdarahan pervaginam > 500cc, sakit
kepala berat, rasa sakit atau panas saat BAK,
penglihatan kabur, pengeluaran pervaginam berbau
busuk, demam tinggi, depresi post partum,
berkurangnya nafsu makan
Hasil : ibu mengerti dan apabila ada salah satu tanda
tersebut ibu akan segera datang ke tempat
pelayanaan kesehatan.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang
cukup, serta menjelaskan kepada ibu tentang mungkin
terganggunya pola tidur karena adanya bayi, jadi ibu
bisa ikut tidur apabila bayi sedang tidur agar stamina
dan kesehatan ibu terjaga.
Hasil : ibu mengerti dan mengatakan akan
melakukannya sesuai anjuran yang diberikan
8. Menganjurkan ibu untuk meminum Vitamin A
200.000IU yang ke 2 setelah 24 jam meminum vitamin
A yang pertama dan memberikan tablet Fe 1x1 60mg
sebanyak 40 tablet, amoxicillin 500mg 3x1,
paracetamol 500mg 3x1.
Hasil : ibu bersedia minum obat yang diberikan
9. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan
rumah tanggal 24 Februari 2018, tetapi apabila ibu ada
93

keluhan ibu dapat datang ke pelayanan kesehatan


kapan saja.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia bahwa akan
diadakan kunjungan rumah 1 hari serta akan
datang ke tempat pelayanan kesehatan
apabila ada keluhan.
10. Memulangkan ibu pada tanggal 18 Februari 2018
pukul 14.10 WIB
Hasil : ibu boleh pulang pada tanggal 18 Februari
2018 jam 14.30 WIB dengan hasil
pemeriksaan sebelum pulang : KU : baik,
kesadaran : composmentis, TD : 110/70
mmHg, nadi : 82x/menit, respirasi :
23x/menit, suhu : 36,6o C, TFU : 2 jari
bawah pusat dan perdarahan lochea rubra,
dalam batas normal tidak berbau.

Rumah S: 1. Keluhan utama : Ibu mengatakan masih keluar


pasien darah dari vaginanya berwarna
24 Februari merah, ASI yang keluar lancar,
2018 tidak ada masalah pada BAK, dan
15.00 WIB BAB.
2. Pola Kebutuhan Dasar Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Selama nifas : Ibu mengatakan makan 3
x/hari, porsi 1 piring,
komposisi nasi, lauk, sayur.
Minum air putih 8 gelas/hari.
Ibu mengatakan tidak ada
keluhan.
b. Pola eliminasi
Selama nifas : Ibu mengatakan belum BAB.
BAK 4-5x/hari, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan.
c. Pola istirahat
Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang 1
jam/hari. Tidur malam + 6
jam. Ibu terbangun ketika
bayinya menangis.
d. Pola aktivitas
Selama nifas : Ibu mengatakan setelah
melahirkan sampai sekarang
hanya beristirahat dan
merawat bayinya.
94

e. Personal hygiene
Selama nifas : Ibu mengatakan mandi
2x/hari, gosok gigi 2x/hari,
keramas 2x/minggu, ganti
pakaian 2x/hari dan ganti
pembalut 2x/hari.
f. Pola seksual
Selama nifas : Ibu mengatakan selama nifas
sampai sekarang belum
melakukan hubungan seksual
dengan suaminya kembali.
g. Pola Kebiasaan Hidup Sehat
Selama nifas : Ibu mengatakan cuci tangan
sebelum/sesudah menyusui,
merawat bayi, dan makan
memakai sabun, tidak
merokok, minum-minuman
keras dan mengonsumsi obat-
obatan terlarang. Ibu
menggunakan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan sehari –
hari.
h. Pola menyusui : Ibu mengatakan menyusui
bayinya sesering mungkin
tanpa dijadwal.

O: 1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,60C
d. Respirasi : 20 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Perut : kontraksi uterus keras
Genetalia : tidak oedema, tidak
varises, terdapat luka
bekas jahitan, PPV darah
merah kekuningan
5. Pemeriksaan Obstetri
a. Muka
Mata : konjungtiva merah muda,
sklera putih
Edema wajah : tidak ada
95

b. Payudara
Pembesaran mammae : ada, normal
Areola mammae : mengalami
hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
ASI : sudah keluar, belum
lancar
c. Abdomen
Pembesaran : TFU 3 jari di atas sympisis
Bekas luka : tidak ada
d. Genetalia
PPV : darah
Jumlah : ± 2 kali ganti pembalut/
hari
Jenis : lochea sanguinolenta
Warna : merah kekuningan
Bau : khas

A: Ny. S P1A0 umur 28 tahun, 6 hari post partum fase


taking hold

P: 24 Februari 2018, Jam 15.10 WIB


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik.
TD: 120/80mmHg N: 78x/menit perdarahan: normal
T: 36,60C RR: 20x/menit
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang dengan
keadaannya sekarang.
2. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur daun
katuk atau ekstraknya untuk melancarkan ASInya dan
menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi makanan
yang bergizi.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran untuk
mengkonsumsi daun katuk dan bersedia
untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
3. Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat dan tidur
yang cukup dan mengingatkan kembali pada ibu
tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur yang
menjadi kurang karena terganggu oleh bayi yaitu
dengan cara ikut tidur saat bayi tertidur.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran
yang disarankan
4. Melakukan konseling perawatan bayi sehari hari
terutama cara mencegah bayi hipotermi yaitu dengan
tetap menjaga kehangatan bayi diantaranya dengan
menempatkan bayi ditempat yang hangat, segera
96

mengganti kain bayi yang basah dengan yang kering


dan bersih. Serta selalu memakaikan topi pada bayi.
Hasil : ibu mengerti penjelasan mengenai perawatan
bayi sehari hari.
5. Mengajarkan pada ibu cara merawat payudara (Breast
Care) dengan cara membersihkan payudara dengan air
hangat, gunakan bra yang dapat menyokong payudara.
Hasil : ibu dapat melakukannya
6. Menganjurkan kepada ibu untuk menghabiskan obat
yang telah diberikan (Fe 1x1 60mg).
Hasil : ibu bersedia menghabiskan tablet Fe yang
diberikan.
7. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan
kunjungan rumah kembali pada tanggal 5 Maret 2018,
tetapi apabila ibu merasa ada keluhan ibu dapat
menemui bidan atau ke tempat pelayanan kesehatan
kapan saja.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia akan dilakukan
kunjungan ulang, serta bersedia akan
menemui bidan atau ke tempat pelayanan
kesehatan apabila merasa ada keluhan yang
mengganggu

Rumah S : 1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan


pasien 2. Ibu mengatakan belum mengetahui macam-macam KB
4 Maret 2018 pasca persalinan
15.30 WIB
O: 1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 36,50C
d. Respirasi : 21 x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
Perut : uterus tidak teraba
Genetalia : tidak oedema, tidak varises,
PPV putih kekuningan
5. Pemeriksaan Obstetri
a. Muka
Mata : konjungtiva merah muda,
sklera putih
Edema wajah : tidak ada
97

b. Payudara
Pembesaran mammae : ada, normal
Areola mammae : mengalami
hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
ASI : sudah keluar, lancar
c. Abdomen
Pembesaran : setinggi simfisis
Bekas luka : tidak ada
d. Genetalia
PPV : darah
Jumlah : ± 2 kali ganti pembalut/
hari tetapi tidak penuh
Jenis : lochea serosa
Warna : merah kecoklatan
Bau : khas

A: Ny. S P1A0 umur 28 tahun 2 minggu post partum fase


letting go

P: 4 Maret 2018, Jam 15.40 WIB


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan
keluarga bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik.
TD: 120/80mmHg, N: 78x/menit, T: 36,50C, RR:
21x/menit, perdarahan normal.
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang
2. Mendiskusikan dengan ibu pentingnya
mengembalikan otot otot jalan lahir dan dasar
panggul, yaitu dengan melakukan senam kegel,
yaitu: Tidur terlentang dengan lengan berada
disamping, menarik otot otot perut sewaktu menarik
nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada.
Tahan 1 sampai 5 hitungan, rileks dan ulangi hingga
10x. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan
otot perut dan panggul, tahan sampai 5 hitungan.
Kendurkan ulangi sampai 10x.
Hasil : ibu bisa mengikuti semua gerakan yang
diajarkan dengan baik dan benar dan ibu
mengatakan mau melakukan latihan
sendiri dirumah.
3. Memberikan konseling tentang macam-macam KB
yang bisa digunakan pada ibu nifas dan menyusui
seperti KB MAL (Metode Amenore Laktasi), coitus
interuptus, kondom, pil kombinasi, IUD (intauterin
device), implant, suntik progestin
98

Hasil : ibu mengerti tentang macam-macam KB


pasca persalinan
4. Menganjurkan dan memotivasi ibu untuk berKB
Hasil : ibu mau menggunakan KB MAL (Metode
Amenore Laktasi), dengan alasan ibu akan
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya
secara eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan
makanan dan minuman apapun.
Hasil : ibu bersedia memberikan ASI ekslusif
pada bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk datang ke bidan atau tempat
pelayanan kesehatan apabila ada keluhan.
Hasil : ibu bersedia datang kebidan atau
pelayanan kesehatan apabila ada keluhan
yang mengganggu
99

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

a. Pengumpulan Data Dasar

Tanggal : 18 Februari 2018

Waktu : 08.30 WIB

Tempat : Puskesmas Ngawen

1) Data Subjektif

a) Identitas Bayi

Nama : By. Ny. S

Tanggal/ Jam Lahir : 18 Februari 2018/ 07.30WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

b) Identitas Orang Tua

Nama ibu : Ny.S Nama bapak : Tn. N

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Desa Wantilgung Alamat : Desa Wantilgung

RT04/RW01 RT04/RW01
100

a) Riwayat kehamilan ibu

Umur kehamilan : 39+3 minggu

Riwayat penyakit dalam hamil : tidak ada

Kebiasaan selama hamil :

Merokok : tidak pernah

Konsumsi alkohol : tidak pernah

Jamu-jamuan, narkoba,: tidak pernah

maupun obat-obatan

bebas

Riwayat Natal

Tanggal lahir : 18 Februari 2018

BB : 3000 gram

PB : 46 cm

Jenis Kelamin : Perempuan

Lama persalinan kala I, kala II : 20 menit, 30 menit

Komplikasi persalinan : tidak ada

Riwayat Perinatal : bayi lahir spontan, menangis kuat,

warna kulit kemerahan, gerakan

aktif.

APGAR Score :8, 9, 10


101

Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola nutrisi : bayi sudah menyusu

Pola eliminasi : bayi sudah BAB 1 x warna hitam dan

BAK 1x warna kuning jernih

Pola istirahat : bayi belum tidur

Pola aktivitas : bayi bergerak aktif dan sesekali menangis

kuat

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital :

a. Nadi : 120x/menit

b. Respirasi : 48 x/menit

c. Suhu : 36,80C

Pengukuran antropometri :

BB : 3000 gram

PB : 46 cm

Lingkar Kepala : 33 cm

Lingkar dada : 34 cm

Lingkar lengan : 10 cm
102

b) Status Present

Kepala : mesochepal, tidak ada benjolan berisi air dan

darah, rambut kepala lebat, kepala sedikit kotor

karena bayi belum dimandikan

Mata : simetris, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,

konjungtiva merah muda

Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan

cuping hidung

Mulut : simetris, bibir warna merah muda, tidak ada

sekret, tidak ada celah pada langit-langit

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Pulmo/jantung : tidak ada bunyi whezzing, stridor, gallop dan

suara jantung ke-3

Abdomen : tidak ada perdarahan pada tali pusat, tidak ada

omfalokel

Genetalia : labia mayora menutupi labia minora, fungsi

pengeluaran baik

Punggung : tidak ada kelainan pada spina bifida

Anus : terdapat lubang


103

Ekstremitas :

Atas : simetris, jari-jari lengkap, tidak sianosis, kapiler

refil baik

Bawah : simetris, jari-jari lengkap, tidak sianosis, kapiler

refil baik

Kulit : kemerahan

Reflek :

Rooting refleks : positif, bayi memberi refleks mencari arah

rangsang saat diberi stimulus rangsang

Sucking refleks : positif, bayi mampu menhisap putting dengan

baik

Grasp reflek : positif, ketika telapak bayi disentuh bayi

menggenggam

Moro reflek : positif, ketika bayi diberi sentuhan mendadak

bayi kaget

Tonic neck reflek : positif, bayi mengangkat kepalanya saat tubuh

bayi diangkat dari tempat tidur

Babinski refleks : positif, bayi memberi refleks melakukan ekstensi

pada kaki pada saat di beri rangsang di telapak kaki

b. Interpretasi data

Diagnosa:

By. Ny. S umur 1 jam, fase tidur


104

c. Rencana tindakan

Tanggal/Jam: 18 Februari 2018 / 08.40 WIB

1) Lakukan penilaian IMD

2) Berikan hasil pemeriksaan

3) Berikan salep mata antibiotika tetrasiklin 0,5% pada kedua mata bayi.

4) Berikan vitamin K 1mg pada bayi di paha kiri anterolateral.

5) Lakukan perawatan tali pusat yaitu membungkusnya dengan kasa steril

tanpa diberikan cairan atau obat apapun.

6) Hangatkan bayi dengan dibedong dan dipakaikan sarung tangan, kaki

dan topi.

7) Lakukan rawat gabung ibu dengan bayi.

8) Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi yaitu

perdarahan tali pusat, tali pusat berbau, panas/ demam, kejang

9) Dokumentasikan asuhan yang diberikan dibuku KIA dan register

d. Pelaksanaan

Tanggal/Jam: 18 Februari 2018 / 08.45 WIB

1) Melakukan penilaian IMD

2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaab bayi bahwa bayi ibu dalam

keadaan sehat dan tidak ada kelainan kongenital

3) Memberikan salep mata antibiotika tetrasiklin 0,5% pada kedua mata

bayi.

4) Memberikan suntikan vitamin K 1mg pada bayi di paha kiri

anterolateral.
105

5) Melakukan perawatan tali pusat yaitu membungkusnya dengan kasa

steril tanpa diberikan cairan atau obat apapun.

6) Menghangatkan bayi dengan dibedong dan dipakaikan sarung tangan,

kaki dan topi.

7) Melakukan rawat gabung ibu dengan bayi.

8) Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi

yaitu perdarahan tali pusat, tali pusat berbau, panas/ demam, kejang

9) Mendokumentasikan asuhan yang diberikan dibuku KIA dan register

e. Evaluasi

Tanggal/Jam: 18 Februari 2018 / 08.55 WIB

1) Bayi dapat mencapai putting dan mampu menghisap pada menit ke 45

dan tetap dilakukan sampai dengan 1 jam. IMD berhasil dilakukan

dengan maksimal

2) Ibu telah memgetahui hasil pemeriksaan

3) Bayi telah diberi salep mata antibiotika tetrasiklin 0,5% pada kedua

mata bayi.

4) Bayi telah diberi vitamin K 1mg di paha kiri anterolateral.

5) Telah dilakukan perawatan tali pusat.

6) Bayi telah dibedong.

7) Ibu dan bayi terdapat dalam satu ruangan.

8) Ibu telah diberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada

bayi dan ibu sudah paham.


106

9) Asuhan yang diberikan sudah didokumentasikan dibuku KIA dan

register.

Tabel 4.6 Catatan Perkembangan BBL


Tempat CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN
Tanggal/ Jam KEBIDANAN
Puskesmas S : 1. Ibu mengatakan bayinya tertidur setelah menyusu dan
18 Februari bayi dapat menyusu dengan baik.
2018 2. Pola Kebiasaan Sehari-hari
14.20 WIB a. Pola nutrisi : bayi telah mendapatkan
ASI, dan bayi sudah
menyusu.
b. Pola eliminasi : bayi BAB 2x berupa
mekonium berwarna hitam
bau khas, BAK 3x, warna
jernih, bau khas.
c. Pola istirahat : bayi tidur setiap saat,
bangun hanya karena lapar
dan BAK/BAB
d. Pola aktivitas : bayi bergerak aktif dan
sesekali menangis kuat.
O : Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
Nadi : 120x/menit
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 36,50C
BB : 3000 gram

A: By. Ny. S umur 6 jam fase reaktifitas II

P: 1. Memberutahu ibu hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan nahwa keaan bayi normal.
Hasil: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan lembar MTBM
Hasil: hasil didokumentasikan pada lembar MTBM
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI
Eksklusif yauitu memberikan bayi hanya ASI selama
6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan apapun
kecuali vitamin atau obat.
Hasil: ibu bersedia memberikan bayinya ASI eksklusif
107

4. Melakukan perawatan tali pusat pada bayi, mengecek


apakah ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi, lalu
mengganti kassa pembungkus tali pusat dengan kassa
steril baru.
Hasil : Tali pusat tidak ada perdarahan, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan telah diganti
pembungkusnya dengan kassa steril baru.
5. Memberitahu keluarga bayi untuk dilakukan
pemberian imunisasi Hb0 dan meminta keluarga untuk
menandatangani informed consent.
Hasil: Informed consent telah ditandatangani ayah
bayi.
6. Memberikan imunisasi Hb-0 (uniject) pada bayi Ny. S
di paha kanan anterolateral 1 jam setelah pemberian
vitamin K.
Hasil : Bayi telah mendapatkan imunisasi Hb-0
(uniject).
7. Menjaga kehangatan bayi dengan kembali
membungkus bayi dengan pakaian dan kain.
Hasil : Bayi telah dipakaikan pakaian dan kain.
8. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang
perawatan tali pusat yaitu membungkus tali pusat
dengan kasa steril tanpa memberikan cairan atau obat
apapun, dan menggantikan kassa jika kasa basah atau
kotor.
Hasil: ibu telah mengetahui cara perawatan tali pusat.
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu
mengenai tanda bahaya bayi baru lahir yaitu tidak mau
menyusu, warna kulit kebiruan atau sangat kuning,
suhu tubuh bayi terlalu panas atau dingin.
Hasil : ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan
kembali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
7. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan dibuku
KIA.
Hasil: asuhan telah didokumentasikan pada buku KIA.

Rumah pasien S: 1. Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat, bayi


24 Februari menyusu dengan baik
2018 2. Pola Kebiasaan Sehari-hari
16.20 WIB a. Pola nutrisi : bayi menyusu setiap saat
tanpa dijadwal
b. Pola eliminasi : bayi BAB 2x per hari,
BAK 13x per hari , warna
jernih, bau khas
108

c. Pola istirahat : bayi tidur setiap saat,


bangun hanya karena lapar
dan BAK/BAB
d. Pola aktivitas : bayi bergerak aktif dan
sesekali menangis kuat

O: Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
Nadi : 120x/menit
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 36,80 C
BB : 3200 gram

A: By. Ny. S umur 6 hari normal

P: 24 Februari 2018 Jam 16.25 WIB


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
meliputi BB: 3200kg, suhu tubuh: 36,80C, respirasi:
48x/menit, nadi: 48x/menit dan memberitahukan
bahwa bayi dalam keadaan sehat dan normal.
Hasil : Ibu telah mengetahui seluruh hasil
pemeriksaan dan ibu merasa senang.
2. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan lembar
MTBM
Hasil: hasil didokumentasikan pada lembar MTBM
3. Melakukan pemeriksaan tali pusat pada bayi apakah
ada perdarahan atau tanda-tanda infeksi.
Hasil : Tali pusat sudah puput dan tidak ada tanda
infeksi
4. Menjaga kehangatan bayi dengan kembali
membungkus bayi dengan pakaian dan kain.
Hasil : Bayi telah diberikan kehangatan dengan
dipakaikan pakaian dan kain kembali.
5. Mengkaji nutrisi pada bayi dengan cara menyusukan
bayi ke ibu.
Hasil : Bayi dapat menyusu dengan aktif dan baik,
seluruh areola masuk ke mulut bayi dan
dagu bayi menempel pada payudara ibu.
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu
mengenai menjaga kebersihan dan keamanan bayi,
ibu dapat membaca di buku KIA.
Hasil: ibu bersedia membaca buku KIA.
7. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan di
dalam buku KIA.
109

Hasil : pendokumentasian sudah dilakukan.

Rumah Pasien S: 1. Ibu mengatakan bahwa keadaan bayi baik, aktivitas


4 Maret dan gerakan bayi aktif setiap hari, bayi menyusu
15.05 WIB dengan baik setiap hari tanpa dijadwal dengan ASI
saja.
2. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi : bayi menyusu sesering
mungkin dan hanya diberi
ASI saja
c. Pola eliminasi : bayi BAB 3x/hari, warna
kuning, konsistensi lembek
dan BAK 10 x/hari, warna
kuning jernih, bau khas.
Tidak ada keluhan
d. Pola istirahat : bayi tidur + 15 jam/hari
dan lebih banyak begadang
pada malam hari
e. Pola aktivitas : bayi bergerak aktif dan
sesekali menangis kuat

O: 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
a. Nadi : 120x/menit
b. Respirasi : 38 x/menit
c. Suhu : 36,50C
Pengukuran antropometri :
a. BB : 3400 gram
b. PB : 47 cm

A: By. Ny. S umur 2 minggu neonatus normal

P: 4 Maret 2018 Jam 15.15 WIB


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
meliputi BB: 3400kg, PB: 47cm, nadi: 120x, suhu:
36,50C, respirasi: 38x/menit dan memberitahukan
bahwa bayi dalam keadaan sehat dan normal
Hasil : ibu telah mengetahui seluruh hasil
pemeriksaan dan ibu merasa senang

2. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan lembar


MTBM
Hasil: hasil didokumentasikan pada lembar MTBM
110

3. Menjaga kehangatan bayi dengan kembali


membungkus bayi dengan pakaian dan kain.
Hasil : bayi telah diberikan kehangatan dengan
dipakaikan pakaian dan kain kembali.
4. Mengkaji nutrisi pada bayi dengan cara menyusukan
bayi ke ibu.
Hasil : bayi dapat menyusu dengan aktif dan baik,
seluruh areola masuk ke mulut bayi dan
dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5. Memastikan kembali agar ibu tetap menyusui
bayinya secara on demand
Hasil : ibu bersedia melakukannya
6. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
mengenai imunisasi dasar yaitu Hb0, BCG, polio,
Pentavalen dan Campak.
Hasil : ibu mengerti penjelasan bidan
7. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya
saat usia bayi 1 bulan untuk mendapatkan imunisasi
BCG
Hasil : ibu besedia melakukannya
8. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan di
dalam buku KIA
Hasil : pendokumentasian sudah dilakukan
111

B. Pembahasan

Penulis akan membahas asuhan kebidanan komprehensif yang telah

dilakukan pada Ny. S umur 28 tahun di Puskesmas Ngawen, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Blora sebagai berikut:

1. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, Ny. S

mengeluh sering BAK. Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti (2010),

ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 3 yaitu sering buang air kecil

terutama di malam hari yang disebabkan karena uterus atau rahim pada

kandung kemih meningkat didalam tubuh dan kadar natrium juga

meningkat. Asuhan yang diberikan pada Ny. S yaitu menganjurkan ibu

untuk mengurangi minum teh manis dan perbanyak minum air putih di

siang hari.

Kunjungan yang kedua pada masa kehamilan Ny. S, dimana pada

kunjungan ini didapatkan keluhan yang masih sama dengan kunjungan

yang lalu yaitu sering BAK. Hal ini menandakan bahwa asuhan yang telah

diberikan pada kunjungan pertama belum efektif, yaitu cara mengurangi

keluhan sering kencing. Hal ini terjadi dikarenakan ibu masih meminum

teh, teh adalah salah satu minuman diuretik sehingga penatalaksanaan

yang diberikan pada ibu saat ini yaitu menganjurkan ibu untuk konsumsi

teh pada siang hari untuk mengatasi keluhan ibu.

Pada data subyektif ditanyakan mengenai riwayat kesehatan. Ny. S

mengatakan bahwa tidak sedang menderita penyakit DM, tidak pernah


112

menderita pennyakit DM dan dalam keluarga juga tidak ada yang

menderita penyakit DM. Dilakukan pengkajian riwayat kesehatan untuk

membantu bidan mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat

mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari dan Arifandini (2015) bahwa

ibu dengan diabetes mellitus memiliki risiko pre-eklamsia lebih besar bila

dibandingkan dengan ibu yang tidak dengan diabetes mellitus.

Ny. S mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT1, TT2 dan TT3.

Dalam pemberian imunisasi TT jarak antara TT2 dan TT3 empat tahun.

Menurut Astuti (2010) bahwa imunisasi diberikan kepada ibu hamil

sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Interval pemberian

imunisasi TT2 dengan TT3 adalah 6 bulan dan tidak ada batas maksimal

antara dua pemberian imunisasi dengan masa perlindungan 5 tahun.

Apabila imunisasi diberikan pada ibu hamil fisiologis maka tidak akan

mengalami kontra indikasi akibat jarak pemberian imunisasi TT. Hal ini

terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu terhadap jarak pemberian

imunisasi TT, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningrum

dan Murdiati (2013) bahwa tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi

ketaatan ibu dalam melakukan imunisasi TT. Pada kehamilan ini ibu sudah

mendapatkan imunisasi TT3 pada tanggal 23 Agustus 2017 yaitu pada

periksa pertama hamil di trimester kedua.


113

Penulis tidak melakukan pemeriksaan penunjang pada ibu ketika

melakukan pemeriksaan, sebelumnya ibu sudah melakukan pemeriksaan

Hb di awal periksa kehamilan pada trimester 2 dan pada kunjungan

trimester 3. Menurut Rukiyah dan Yulianti (2014), pemeriksaan Hb

dilakukan minimal 2x selama kehamilan yaitu pada trimester I dan

Trimester III. Seharusnya pemeriksaan Hb dilakukan pada trimester 1,

pada Ny. S dilakukan pada trimester ke 2. Hal ini dikarenakan Ny. S tidak

mengetahui bahwa dirinya hamil dan pertama kali periksa hamil pada

trimester ke 2. Meskipun demikian Ny. S tetap mendapatkan pemeriksaan

Hb 2x yaitu pada tanggal 23 Agustus 2017 dan 15 Januari 2018, tidak

mengakibatkan dampak negative pada kehamilannya dan janinnya.

Asuhan yang diberikan yaitu memberikan pendidikan kesehatan

tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester 3. Ny. S mampu

menyebutkan kembali tanda bahaya trimester 3 dan tidak didapatkan tanda

bahaya pada kunjungan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rahman (2015), dengan hasil bahwa semakin baik

pengetahuan ibu hamil maka akan lebih mengenal tanda bahaya kehamilan

dan persalinan.

2. Asuhan kebidanan pada Masa Persalinan

Data subyektif ibu didapatkan pada persalinan kala I ibu mengeluh

perutnya terasa kenceng – kenceng sering sejak pukul 17.00 WIB, serta

keluar lendir darah pukul 05.35 WIB. Keluhan yang dialami ibu

merupakan tanda – tanda persalinan yang sesuai dengan pendapat Ilmiah


114

(2015), tanda persalinan meliputi penipisan dan pembukaan serviks,

kontraksi uterus, blood show.

Asuhan yang diberikan pada kala 1 yaitu memberikan dukungan

pada ibu dan memberitahu keluarga untuk memberikan dukungan kepada

ibu yang akan melahirkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Missiyati,

Titik, Asih (2015), yang mengatakan bahwa dukungan keluarga

berpengaruh terhadap lama kala 1. Dimana suami dapat menumbuhkan

rasa percaya diri pada istri, sehingga mentalnya cukup kuat dalam

menghadapi persalinan. Lama kala 1 yang didukung suami atau keluarga

lebih cepat dibandingkan tanpa dukungan suami atau keluarga.

Menurut Walyani dan Endang (2016), kala I dibagi dalam dua fase

yaitu fase laten (pembukaan serviks 1-3 cm kurang dari 4 cm)

membutuhkan waktu 8 jam, dan kala I fase aktif (pembukaan serviks 4-10

cm atau lengkap) membutuhkan waktu 6 jam. Lama persalinan pada kala I

yang dialami oleh Ny. S selama 20 menit, pembukaan ibu dapat

berlangsung lebih cepat dikarenakan kontraksi ibu yang bertambah kuat.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nisa (2016) tentang pengaruh

karakteristik his dengan lama persalinan kala II. Dalam penelitian tersebut

didapatkan hasil bahwa his merupakan faktor terpenting dalam persalinan.

Kontraksi uterus (his) merupakan kekuatan fisiologis yang utama selama

kala II. His yang kuat atau normal yaitu terjadi 3-4 kali dalam 10 menit

selama 40-60 menit dengan interval 2-3 menit.


115

Pada pukul 07.00 WIB ibu mengatakan kencengnya semakin

bertambah, ibu ingin mengejan serta mengeluarkan air ketuban. Setelah

dilakukan pemeriksaan dalam diperoleh hasil VT 10 cm, KK (-) spontan

dengan air ketuban berwarna jernih, his 5x dalam 10 menit lamanya 45

detik serta penurunan kepala 1/5, hal ini menandakan bahwa ibu telah

memasuki persalinan kala II.

Pertolongan persalinan pada kala II yaitu pencegahan infeksi lain yang

dapat dilakukan selama melakukan pertolongan persalinan adalah

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap. Namun pada kenyataan

yang ada dilahan hanya memakai sarung tangan bersih dan memakai APD

yaitu celemek, sandal tertutup. Pada pertolongan persalinan sebaiknya

harus memakai APD secara lengkap dengan tujuan mencegah terjadinya

infeksi pada ibu dan bayi. Berdasarkan asuhan persalinan yang dilakukan

terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik. Menurut Suma’mur

(1994) dalam penelitian Suwarni, Chotimah (2015) Alat Pelindung Diri

(APD) adalah alat yang digunakan untuk melindungi tubuh dari bahaya-

bahaya kecelakaan. Untuk mencegah infeksi dalam pertolongan persalinan

harus menggunakan APD secara lengkap.

Pada kala III penulis melakukan IMD selama 60 menit yaitu

dilakukan dengan meletakkan bayi baru lahir didada ibu selama 60 menit

dan pada menit ke 45 bayi dapat mencapai putting ibu. Menurut Sondakh

(2013), setelah pemotongan tali pusat dilakukan tindakan IMD (Inisiasi


116

Menyusui Dini) selama 60 menit dengan meletakkan bayi di atas dada ibu

dan usahakan kepala bayi terletak di antara kedua payudara ibu.

Asuhan pada kala IV memeriksa robekan pada jalan lahir dan

didapatkan hasil bahwa tidak adanya robekan perineum hal ini dipengaruhi

oleh komunikasi yang baik antara penolong dan ibu bersalin. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari, Yugistyowati, Sari

(2015) bahwa rupture perineum dapat disebabkan karena kurangnya

komunikasi yang baik antara penolong dan ibu bersalin, seperti saat

pembukaan belum lengkap sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengejan

tetapi ibu terus saja mengejan sehingga saat waktunya mengejan ibu sudah

kelelahan.

3. Asuhan Kebidanan pada Nifas dan KB.

Asuhan 6 jam postpartum pada Ny. S mengeluh perutnya terasa

mules. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu mengajarkan ibu untuk

melakukan ambulasi dini untuk mempercepat penyembuhan pada ibu nifas

dan penting untuk proses penurunan TFU. Penurunan TFU ibu saat ini

yaitu 2 jari di bawah pusat, pada 6 hari post partum 3 jari diatas sympisis

dan pada 2 minggu tinggi TFU yaitu stinggi sympisis. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatini (2014) bahwa setelah

dilakukan ambulasi dini ibu nifas mengalami penurunan TFU secara

bertahap.
117

Pada masa 6 jam masa nifas, penulis memberikan Vitamin A pada

ibu. Penulis menjelaskan pada ibu bahwa vitamin A dapat mencgah rabun

senja pada ibu nifas dan dapat meningkatkan produksi ASI. Selain terapi

vitamin A yang diberikan pada ibu, ibu bisa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin A seperti telur, sayur, wortel, bayam, dan sawi. Pada

penelitian Chahyanto dan Roosita (2013) tentang hubungan vitamin A

dengan produksi ASI juga membuktikan bahwa ibu yang mengkonsumsi

makanan yang mengandung banyak vitamin A mengalami produksi ASI

lebih banyak daripada ibu nifas yang tidak mengkonsumsi vitamin A.

Asuhan ibu nifas pada kunjungan rumah 6 hari, ibu mengatakan tidak

ada keluhan, didapatkan hasil pemeriksaan ibu dalam keadaan sehat.

Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu memastikan ibu mendapatkan

asupan nutrisi yang cukup dan memberikan pendidikan kesehatan kepada

ibu tentang perawatan bayi sehari-hari. Hal ini sesuai dengan Marmi

(2015), penatalaksanaan asuhan 6 hari masa nifas yaitu memastikan proses

involusi uterus berjalan normal, memastikan ibu mendapatkan asupan

nutrisi yang cukup, dan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu

mengenai tanda bahaya bayi baru lahir.

Asuhan 6 hari yang dilakukan pada Ny. S selanjutnya yaitu

mengajarkan ibu senam nifas karena dapat mempengaruhi proses involusio

uterus. TFU Ny. S 6 hari post partum 3 jari di atas sympisis, jenis lochs

sanguinolenta warna merah kekuningan (normal). TFU 2 minggu yaitu

setinggi sympisis, jenis lochea serosa warna merah kecoklatan (normal).


118

Hal ini telah dibuktikan oleh Indriyastuti, Kusumastuti, Aryanti (2014)

dalam penelitiannya dengan hasil bahwa senam nifas dapat mempercepat

involusio uterus pada ibu nifas. Senam nifas yang dilakukan setelah

melahirkan merupakan bentuk ambulasi dini atau gerakan-gerakan ringan

untuk mengembalikan perubahan fisik dan mengembalikan tonus otot-otot

perut bagin bawah.

Asuhan ibu nifas pada kunjungan 2 minggu yaitu menganjurkan ibu

untuk melakukan senam nifas, memberitahu ibu mengenai imunisasi dasar

dan segera ber KB. Penulis menjelaskan kepada ibu macam-macam KB

pasca melahirkan yang meliputi MAL, coitus interuptus, kondom, pil

kombinasi, IUD (intauterin device), implant, suntik progestin. Ibu akan

menggunakan MAL karena ibu berencana menyusui bayinya secara

eksklusif, tanpa ada makanan dan minuman tambahan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Purwoastuti dan Walyani (2015) bagi ibu yang sering

memberikan ASI maka masa infertilitas lebih lama namun kesuburan tidak

dapat diperkirakan.

Asuhan yang diberikan pada nifas 2 minggu selanjutnya adalah

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama 6

bulan tanpa tambahan makanan dan minuman apapun. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2013) bahwa pengetahuan

ibu yang kurang mengenai ASI eksklusif factor utama yang menyebabkan

kegagalan memberikan ASI eksklusif.


119

4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Asuhan ini dimulai saat bayi baru lahir dan dilanjutkan sampai

dengan neonatus. Asuhan yang pertama kali dilakukan pada By. Ny. S saat

bayi baru lahir dilakukan IMD segera selama 1 jam. Pada saat IMD

dilakukan, suami menemani ibu dan menunggui bayinya untuk di IMD.

Dukungan orang terdekat dapat mempengaruhi keberhasilan IMD. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indramukti (2013), saat ayah

menjaga bayi pada saat IMD berlangsung, ibu dan ayah akan merasa

sangat bahagia karena bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam

kondisi tersebut, dan ini menjadi energi positif sebagai pendukung

berhasilnya IMD.

Pengetahuan bidan mengenai pemberian vitamin K juga penting.

Pemberian vitamin K 1mg setelah bayi lahir telah diberikan pada By. Ny.

S pemberian suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan yang bisa

muncul karena kadar protrombin rendah pada beberapa hari pertama

kehidupan bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kasmawati (2012) yang didapatkan hasil bahwa ada hubungan

pengetahuan bidan terhadap pemberian vitamin K.

Rawat gabung telah dilakukan pada Ny. S dan bayinya. Menurut

Rukiyah dan Yulianti (2013), rawat gabung dilakukan dengan tujuan agar

bayi dapat segera mendapatkan kolostrum (ASI yang pertama), untuk

meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi lebih dekat serta penuh kasih

sayang, dan agar dapat merangsang ASI menjadi lebih optimal. Bayi Ny. S
120

menyusu dengan kuat saat dilakukannya rawat gabung, meski ASI Ny. S

belum lancar. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Kontu,

Jenny, dan Kusmiyati (2014), pada masa nifas ibu dan bayi segera

dilakukan rawat gabung agar produksi ASI (Air Susu Ibu) menjadi lancar.

Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya hormon, rasa emosional ibu dan

bayi, dan dapat meningkatkan frekuensi hisapan bayi.

Asuhan pada kunjungan neonatal ke I dan II ibu mengatakan tidak ada

keluhan pada bayinya. ASI ibu lancar setelah ibu mengkonsumsi daun

katuk dan dilakukan breast care selama 3 hari. Penulis melakukan asuhan

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat pada bayi

hanya menggunakan kasa kering tanpa diberi alkohol atau betadin. Tali

pusat pada By. Ny. S hari ke-6 tidak ada tanda infeksi dan sudah puput.

Hal ini sesuai dengan penelitian Redjeki dan Husin (2013), yaitu tentang

tali pusat menggunakan kasa steril lebih cepat dibandingkan dengan

menggunakan kasa alkohol.

Pada kunjungan neonatal ke tiga ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Ibu mengatakan bayinya hanya mengonsumsi ASI tanpa makanan atau

minuman tambahan. Pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

kenaikan berat badan bayi Ny. S pada setiap kunjungan sebanyak lebih

dari 200 gram hal ini membuktikan bahwa asupan nutrisi pada bayi telah

terpenuhi. Hal ini terdapat kesenjangan mengenai teori dan praktik.

Menurut Sondakh (2013) bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10

hari pertama sampai 10% dan pada minggu kedua berat badan akan
121

bertambah. Tetapi pada kenyataannya By. Ny. S mengalami kenaikan

berat badan setiap kunjungan, hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi bayi

terpenuhi.

Asuhan yang diberikan pada kunjungan 2 minggu yaitu memberitahu

ibu menenai imunisasi dasar karena pengetahuan ibu mengenai imunisasi

dasar pada bayi sangat penting. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Pusparini dan Santhini (2014) yang mengatakan bahwa

pengetahuan ibu mempengaruhi keberhasilan pemberian imunisasi dasar.


122

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan komprehensif yang telah dilakukan

pada Ny. S umur 28 tahun dimulai dari hamil, bersalin, nifas, dan BBL di

Puskesmas Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora didapatkan

kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada asuhan kebidanan kehamilan fisiologis pada Ny. S G1P0A0, umur 28

tahun hamil 38 minggu penulis mampu memberikan asuhan kebidanan

secara komprehensif. Selama hamil ibu mengalami keluhan sering BAK.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. S untuk mengurangi keluhan

sering BAK yaitu dengan cara mengurangi minum teh. Terdapat

kesenjangan yaitu mengenai interval jarak imunisasi TT dan pemeriksaan

Hb. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu dan efektif mengatasi

keluhan ibu.

2. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada

Ny. S G1P0A0 umur 28 tahun hamil 39+3 minggu secara komprehensif.

Penulis melakukan pemantauan secara menyeluruh mulai dari kala I, II,

III, dan IV. Persalinan Ny. S berlangsung normal dan tidak ada penyulit.

Walaupun terjadi kesenjangan waktu pada kala I, penggunaan APD pada

kala II. Namun hal ini tidak mempengaruhi asuhan yang diberikan selama

proses persalinan

122
123

3. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan nifas fisiologis dan KB

pada Ny. S P1A0 umur 28 tahun secara komprehensif. Masa nifas pada Ny.

S dalam keadaan normal. Penulis memberikan penatalaksanaan sesuai

dengan kebutuhan yaitu memotivasi ibu untuk berKB. Ny. S akan

menggunakan KB MAL.

4. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis pada Bayi Baru

Lahir normal, yaitu By. Ny. S secara komprehensif. Penulis melakukan

penatalaksanaan disesuaikan dengan waktu kunjungan dan juga kebutuhan

yang diperlukan bayi. Berat badan bayi mengalami kenaikan 200 gram

setiap minggunya, hal ini dikarekan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.

5. Secara keseluruhan penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. S umur 28 tahun mulai dari kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir dan KB.

B. Saran

1. Bagi penulis

Diharapkan penulis lebih memperdalam lagi tentang teori dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan

pelayanan KB serta BBL secara komprehensif. Sehingga penulis dapat

memberikan asuhan komprehensif secara maksimal.

2. Bagi pasien

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang informasi

kesehatan melalui berbagai media supaya lebih peduli dengan masalah

kesehatan.
124

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Tempat pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan

sebaiknya memberikan pelayanan yang lebih optimal sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4. Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas

pengetahuan mahasiswa dengan menjadikan laporan tugas akhir ini

sebagai bahan referensi tentang asuhan kebidanan komprehensif.

5. IPTEK

Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan untuk

mengembangkan ilmu kebidanan yang telah ada serta sebagai referensi

asuhan kebidanan komprehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Agustini S dan Roeslani. Penundaan penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir
cukup bulan. Jakarta: Sari Pediatri; 2016.

Anggraini Yetti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama;


2010.

Apriastuti DA dan Tinah. Inisiasi menyusui dini terhadap kejadian hipotermi pada
bayi baru lahir. Boyolali: Jurnal Kebidanan, Vol. VII, No. 02, Desember
2015.

Asri H dan Clervo. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

Astuti dan Masruroh. Perbedaan Lama Kala 1 Fase Aktif pada Ibu Bersalin yang
Dilakukan dan yang Tidak Dilakukan Pijat Endorphin di RB Margo
Waluyo Surakarta. Surakarta: Jurnal Kebidanan, Vol. 5, No. 01, Juni 2013.

Astuti Isroni. Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui. Jakarta:
Jurnal Health Quality, Vol. 4, No. 1, Nopember 2013.

Astuti M. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC; 2010.

Astutik, Reni Yuli. Continuity of Care pada Ibu Hamil Trimester III dengan
Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Adan-Adan Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri. Universitas Madura: Seminar Nasional Hasil
Pengabdian kepada Masyarakat; 2017.

Ayuningrum, Murdiati. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Imunisasi


Tetanus Toksoid dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid pada
Ibu Hamil Primigravida di Puskesmas Rowosari Kota Semarang.
Semarang: Dinamika Kebidanan, Vol. 3, No. 2, Agustus 2013.

Chahyanto dan Roosita. Kaitan Asupan Vitamin A dengan Produksi Air Susu Ibu
(ASI) pada Ibu Nifas. Bogor: Jurnal Gizi dan Pangan, ISSN: 1978-1059,
Vol. 8, No. 2, Juli 2013.

Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes; 2014.

Dewi, MUK. Efektivitas Gentle Birth terhadap Pemberian Asi Eksklusif. Cilacap:
Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4, No.1, Desember 2013.
Diani L. P dan Susilawati L .K. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Istri Yang
Mengalami Kecemasan pada Kehamilan Trimester Ketiga di Kabupaten
Gianyar. Universitas Udayana : Jurnal Psikologi Udayana, ISSN: 2354-
5607, Vol. 1, No. 1 2013.

Dinas Kesehatan Provinsa Jawa Tengah, Profil Kesehatan Jawa Tengah.


Semarang: Dinkes Jateng; 2015.

Djami, M E U. Lotus Birth Isu Terkini Dan Evidence Based Dalam Praktek.
Jurnal Ilmiah Permata Medika, Vol 2, No 2, Desember 2013.

Dompas R. Gambaran pemberian imunisasi pada bayi usia 0-12 bulan. Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado: Jurnal Ilmiah Bidan, ISSN:
2339-1731, Vol. 2, No. 2, Desember 2014.

Erawati E, Wiwin R dan Lulut H. Partisipasi suami dalam pemberian ASI


husband participation in breast feeding. Magelang: Jurnal Kebidanan, Vol.
6, No. 02, Desember 2014.

Febyanti NK, Susilawati. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Antenatal


Care terhadap Perilaku Kunjungan Kehamilan. Semarang: Jurnal
Keperawatan Soedirman Vol. 7, No. 3, Nopember 2012.

Herlyssa, Mulyati. S, Martini. R. Perbedaan Pertumbuhan bayi Baru Lahir Pada


Metode Lotus Birth. Jakarta: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol. 2,
No. 2, Maret 2015.

Heryani R. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media; 2011.

Hidayat AA. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika; 2011.

Ilmiah Widia S. Buku Ajar Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.

Indramukti Fifi. Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada Ibu Pasca Bersalin Normal di Wilayah Kerja Puskesmas
Blado. Semarang: Unnes Journal of Puclic Health, ISSN: 2252-6528, Vol.
2, No. 2, 2013.

Indriyastuti H, Kusumastuti dan Titi A. Pengaruh senam nifas terhadap kecepatan


involusi uterus pada ibu nifas di BPS Sri Jumiati Kecamatan
Bulupesantren. Kebumen: Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 8, Juni
2014.
Jati FYE dan Rizka F. Hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang infeksi
dengan perawatan luka perineum di RS PKU Muhammadiyah. Delanggu:
Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014.

Kalsum U. Peningkatan berat badan bayi melalui pemijatan. Sulawesi: Jurnal


Keperawatan Indonesia; 2014 ISSN: 2354-9203, Vol. 17, No. 1, Maret
2014.

Kasmawati. Hubungan Pengetahuan dan Penyediaan Obat terhadap Pemberian


Vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Isak
Kecamatan Linge Kabupaten Acrh Tahun 2012. Aceh: 2012.

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013.


Jakarta: Kemenkes RI. 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2015.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2016.

Kontu, Jenny, Kusmiyati. Hubungan Rawat Gabung dengan Kelancaran Produksi


ASI pada Ibu Post Partum Normal di Irian D Bawah BLU RSUP Prof. Dr.
D.Kandou Manado. Poltekkes Kemenkes Manado: Jurnal Ilmiah Bidan,
ISSN: 2339-1731. Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2014.

Koriah, dkk. Pengaruh Pijat Endorphine terhadap Jumlah Pengeluaran Darah pada
Kala Empat Persalinan Normal Primi Para di Bidan Praktek Mandiri
Kabupaten Indramayu Tahun 2013. Indramayu: Jurnal Kebidanan, ISSN:
2089-7669. Vol. 3, No. 6, April 2014.

Kurniasari D dan Arifandini, Hubungan Usia Paritas dan Diabetes Mellitus Pada
Kehamilan Dengan Kejadian Pre-Eklamsi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.
Lampung: Jurnal Kesehatan Holistik Vol 9, No 3, Juli 2015.

Kurniati C. H, Wulan I.S dan Hikmawati I, Analisis Pengetahuan dan Tindakan


Senam Kegel terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas Di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto : PHARMACY, ISSN 1693-3591, Vol.11
No. 01 Juli 2014.
Marlina H dan Harnani Y, Analisa Peran Suami Terhadap Perawatan Bayi Baru
Lahir Di RB Taman Sari Wilayah Kerja Harapan Raya Tahun 2013 :
Stikes Hang Tuah Pekanbaru : BHAMADA, JITK, ISSN : 2088-4435 Vol.
6, No. 1, Maret 2015.

Marmi. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Pustaka Pelajar; 2015.

Marmi dan Rahardjo K. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2012.

Maryunani. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info Media; 2016.

Maternal Mortality: World Health Organization (WHO), 2016.

Merdhika WAR, Mardji dan Devi M. Pengaruh penyuluhan ASI Ekslusif terhadap
pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan sikap ibu menyusui di
Kecamatan Kanigoro. Blitar: Teknologi dan Kejujuran Vol. 37, No. 1,
Pebruari 2014.

Missiyati, M S, Wijayanti, T, Astuti, A D. Hubungan Dukungan Emosional


Keluarga Dengan Lama Persalinan Kala I Fase Aktif. Boyolali: Jurnal
Kebidanan Vol. 7, No. 01, Juni 2015.

Mujab, Rusmiyati, Purnomo. Pengetahuan Tehnik Meneran terhadap Laserasi


Jalan Lahir pada Ibu Inpartu Primigravida di Rumah Bersalin Semarang.
Semarang: Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan; 2014.

Nisa’ F. Pengaruh Karakteristik His dengan Lama Persalinan Kala II di BPS


Sahabat Perempuan Gunung Anyar Surabaya. Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya: Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 9, No. 2, Agustus 2016.

Pramasanthi, Isyana Riani. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dan Dukungan


Suami dengan Kepatuhan Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Kota Salatiga. Universitas Sebelas
Maret Vol. 1, No. 4, 2016.

Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan edisi ke-4 cetakkan ke-2. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009.

Prawitasari, Yugistyowati dan Sari. Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada


Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. Yogyakarta:
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, ISSN2354-7642, Vol. 3, No. 2,
2015.
Prihartini, Sabrina Dwi. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada Ibu Nifas di Paviliun Melati RSUD Jombang. Jombang:
Jurnal Edu HealthISSN: 2087-3271, Vol. 4, No. 2, September 2014.

Purwanti S dan Yuli T. Determinan faktor penyebab kejadian perdarahan post


partum karena antonia uteri. Purwokerto: Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol. 4,
No. 1, Nopember 2015.

Purwoastuti E, Siwi W E. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi Keluarga


Berencana. Yogyakarta; Pustaka Baru Press; 2014.

Pusparini NMI dan Santhini. Tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu yang
mempunyai bayi tentang imunisasi dasar. Bali: Jurnal Genta Kebidanan;
2014.

Rahman Abd, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dalam Mengenal
Tanda Kehamilan Dan Persalinan Di Puskesmas Managaisaki. Universitas
Tdulako: Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 2, Juli 2015.

Rahmawati I dan Rosita D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang


P4k dengan Penggunaan Stiker P4k Di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus: Jurnal Kesehatan dan Budaya ISSN : 1907-1396
,Volume 3 No. 1 Maret 2012.

Redjeki Dwi S S, Husin, Perbedaan Lama Pupus Tali Pusat Dalam Hal Perawatan
Tali Pusat Antara Pengguna Kasa Steril Dengan Kasa Alkohol 70% Di
BPS HJ. Maria Olfah Tahun 2012. STIKES Sari Mulia Banjarmasin ISSN:
2086 – 3454 Vol 11. No 11 Edisi 07 Juli 2013.

Rismalinda. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media;
2015.

Rukiyah A dan Lia Yulianti . Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Trans Info Media; 2014.

Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media; 2009.

Rustikayanti N, Kartika I, dan Herawati Y, Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil


Trimester III. Stikes Dharma Husada Bandung: The Southeast Asian
Journal of Midwifery Vol. 2, No.1, Oktober 2016.

Sondakh, Jeni J.S. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga; 2013.
Sulistyawati Ari. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset; 2015.

Susanti LW. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi pada masa
nifas di RSUD Simo. Surakarta: Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan
ISSN: 2407-2656, Vol. 3, No. 1, April 2016.

Suwanti E dan Kuswati. Kecepatan Involusio Uteri pada Ibu Nifas dengan
Konsumsi Daun Ubi Jalar. Poltekkes Kemenkes Surakarta: Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 1, Mei 2014.

Suwarni dan Chotimah. Upaya Keselamatan Kerja Bagi Bidan dalam Pertolongan
Persalinan dengan Alat Perlindungan Diri. Politeknik Kesehatan Bhakti
Mulia Sukoharjo: Indonesian Journal On Medical Sciene, Volume 2, No.
2, Juli 2015.

Tazkiyah KI dan Yanti. Pengaruh teknik massage terhadap pengurangan nyeri


persalinan kala I fase aktif. Boyolali: Jurnal Kebidanan; Vo. 6, No. 01,
Juni 2014.

Walyani dan Endang. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2016.

Walyani Elisabeth S. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.

Wandira dan Indawati. Faktor Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Sidoarjo.


Surabaya: Jurnal Biometrika dan Kependudukan; Vol. 1, No. 1, Agustus
2012.

Yuristin Devi, Hubungan Anemia dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Tahun 2011-
2012. Riau: ISSN 97724Db915004 Vol. 1 Agustus 2014.
LAMPIRAN
Lampiran 5. Denah rumah pasien LTA

DENAH RUMAH PASIEN

PEKARANGAN
Pintu
P

Ruangtamu TV K

Kamar 2 Kamar A
Kamar 3
1 N

G
Tempat
sholat A

Kamar N
Dapur mandi
PKD Wantilgung

Balai
desa
Rumah
pasien

TPU
SD
Wantil

Masjid
Lampiran 6 Jadwal penelitian

JADWAL PENELITIAN

Des Jan Feb Mar Apr

No. Agenda 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1. Pembuatan Proposal

2. Ujian Proposal

3. Perizinan

4 Pengambilan dan
Pengolahan Data

5. Pembuatan LTA

6. Ujian LTA
Ketidaknyamanan Pusing  Ukuran rahim yang bertambah
besar
Fisiologis pada  Mekanisme tubuh kurang baik
Kehamilan Trimester III PENYEBAB Cara mengatasi

 Tekanan darah naik  Jangan membungkuk saat


 Pengumpulan darah di dalam mengambil barang, sebaiknya
pembuluh darah turunkan badan dalam posisi
 Kurang nutrisi/makanan jongkok, baru kemudian
Cara mengatasi mengambil barang
 Saat akan pindah posisi misalnya dari
 Istirahat, pijat, kompres dingin
posisi duduk menjadi posisi berdiri atau paas pada bagian yg saki
dilakukan dengan lambat dan tenang
jangan tergesa-gesa Mati Rasa Pada Jari-
 Hindari berdiri terlalu lama dalam
Jari Tangan
lingkungan yang panas dan sesak
 Hindari berbaring dalam posisi
terlentang
 Jika pusing semmakin bertambah PENYEBAB
periksakan ke tempat pelayanan
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN kesehatan Sikap atau postur tubuh yg salah

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Sakit Pinggang Cara mengatasi
2018
&Punggung  Tidur atau berbarin miring
 Anjurkan untuk kompres
Hangat untuk mengurangi
kesemutan
PENYEBAB
 Keletihan
 Anjurkan untuk menggera-gerakkan Cara mengatasi Keram Pada Kaki
perelangan tangan dan jarinya
 Tingkatkan kebersihan dengan
mandi setiap hari
Sering Buang Air Kecil
PENYEBAB
(BAK)  Memakai pakain dalam yang  Tekanan pada rahim
terbuat dari katun  Keletihan
 Mengganti pakaian dalam
 Sirkulai darah yang kurang
PENYEBAB apabila sudah terasa lembab atau
ketungkai bagian bawah
basah
Tekanan rahim pada kandung kemih
Cara mengatasi
Cara mengatasi
Kaki Bengkak & Sakit  Minum susu / mengkonsumsi
 Usahakan BAK selalu tuntas (
sumber makanan dengan
tidak tersisa)
kandungan fosfor tinggi
 Banyak minum
PENYEBAB  Gunakan penghangat untuk otot
 Batasi minum kopi, teh, cola
 Janagan menggantungkan kaki
 Lakukan senam otot panggul Keletihan
ketika duduk, menapak pada alas
ringan misalnya kegel Cara mengatasi atau menselonjorkan kaki di atas
 Perbanyak olah raga ( jalan santai ) bantal
Keputihan

 Saat duduk, gerakan kaki dengan


memutarnya pada pergelangan kaki
PENYEBAB  Hindari duduk bersilang KENALI PENYEBABNYA &
 Berbaringlah menyamping janagan ATASI MASALAHNYA
Peningkatan produksi lendir dan
terlentang
kelenjar endoservikal sebagai akibat  Ketika berbaring atur posisi kaki
dari peningkatan kadar estrogen agar lebih tinggi dari badan dan
mengganjalnya dengan bantal
PENGERTIAN: 3. Bayi kurang bergerak seperti
TANDA BAHAYA
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan biasa.

KEHAMILAN adalah tanda-tanda yang terjadi pada


seorang Ibu hamil yang merupakan Bengkak kaki,muka
suatu pertanda telah terjadinya suatu dan tangan........
masalah yang serius pada Ibu atau
janin yang dikandungnya.Bila ada tanda
bahaya, biasanya ibu perlu mendapat Perdarahan yang tidak normal adalah
pertolongan segera di rumah merah, banyak, dan
sakit.Kebanyakan kehamilan berakhir
kadang-kadang, tetapi
dengan persalinan dan masa nifas yang
normal. Namun 15 sampai 20 diantara tidak selalu disertai nyeri.
100 ibu hamil mengalami gangguan pada Jika perdarahan terjadi
kehamilan,persalinan atau nifas.
pada kehamilan muda

Macam-macam tanda bahaya dapat menyebabkan keguguran, dan jika

terjadi pada kehamilan tua membahayakan


kehamilan:
keselamatan ibu dan bayi.
PRODI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG Saran....
1. Bengkak pada kaki,muka dan
2018
tangan. Sebaiknya ibu hamil sering mengganjal
2. Nyeri perut hebat kedua kaki lebih tinggi
dari tubuh agar memperlancar aliran darah jalan lahir. Hal ini bisa berarti merasakan gerakan janin sebaiknya
dan mencegah penumpukan cairan appendicitis (radang usus buntu), segera menuju ke tempat pelayanan
kesehatan agar tidak terlambat dan
berlebihan di area kaki. Hindari penggunaan kehamilan ektopik (kehamilan di luar
terjadi kematian janin dalam
pakaian yang ketat selama hamil. Ibu hamil kandungan), aborsi (keguguran) atau kandungan.
dengan kondisi bengkak, pusing kepala, infeksi lain lain.

nyeri tengkuk dan ulu hati , mata berkunang


Saran........
Gerakan bayi kurang .???
kunang wajib segera memeriksakan diri ke
...
bidan dan tenaga kesehatan terdekat.
Ibu hamil mlai
Jika ada tanda-
Nyeri perut hebat..... dapat
tanda bahaya
merasakan
seperti diatas
gerakan bayinya
sebaiknya suami atau
Nyeri abdomen yang mengindikasikan pada usia
keluarga segera
kehamilan 16-18
mengancam mendampingi ibu hamil ke bidan
minggu dan 18-
jiwa adalah atau dokter....
20 minggu.Jika
yang hebat, bayi tidur, gerakannya akan melemah.
menetap dan Bayi harus bergerak paling sedikit 3 Daftar Pustaka:
kali dalam periode 3 jam.Gerakan
tidak hilang
bayi akan lebih mudah terasa jika ibu http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-

setelah beristirahat, kadang-kadang


anak/2011/03/28/tanya-jawab-seputar-kuret-pada-keguguran-
berbaring dan jika ibu makan dan kehamilan/

dapat disertai dengan perdarahan lewat minum dengan baik. Bila ibu tidak http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/02/16/tips-
atasi-kaki-bengkak-saat-hamil/
FAKTOR-FAKTOR YANG
APA ITU PERSALINAN ??? MENYEBABKAN RASA NYERI
PROGRAM PERENCANAAN 1. Gerakan kontraksi rahim menyebabkan
PERSALINAN DAN PENCEGAHAN Persalinan adalah serangkaian kejadian
otot-otot dinding rahim mengerut,
KOMPLIKASI yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
menjepit pembuluh darah.
(P4K) cukup bulan
2. Jalan lahir dan
(matur) maupun jaringan lunak di
belum cukup bulan sekitarnya meregang
(pre mature) disusul 3. Keadaan mental ibu
dengan pengeluaran (ketakutan, cemas,
plasenta dan selaput khawatir atau tegang)
janin dari tubuh ibu.
Cara mengurangi rasa nyeri :
1. Memijat punggung bawah atau
mengompres punggung dengan air hangat
TANDA – TANDA PERSALINAN
diantara kontraksi
2. Jika kontraksi, tarik nafas panjang dari
hidung dan keluarkan dari mulut secara
1. Tanda permulaan persalinan pelan-pelan
3. Apabila ingin istirahat, tidur di sela-sela
 Perut terlihat lebih melebar dan perut
kontraksi dan usahakn dengan posisi
Disampaikan oleh : bagian atas turun. miring kanan/kiri untuk mempercepat
 Perasaan sering atau susah kencing penurunan kepala.
 sakit pada perut dan pinggang oleh
adanya kontraksi lemah dari rahim.
D III KEBIDANAN
 Keluar lendir bercampur darah.
POLTEKKES KEMENKES 2. Tanda Inpartu
SEMARANG  Penipisan dan
2018 pembukaan serviks
 Kontraksi uterus/
rahim yang
mengakibatkan
pembukaan serviks
Bahaya yang terjadi jika persalinan tidak di
TANDA BAHAYA DALAM tolong oleh petugas kesehatan : 2. Merencanakan tempat
KEHAMILAN persalinan yang akan
1. Alat persalinan tidak memadai dijadikan sebagai tempat
1. Keluar cairan ketuban 2. Persalinan tidak ditangani secara tepat melahirkan dan
sebelum ada tanda-tanda 3. Bahaya yang terjadi tidak dengan cepat merencanakan tenaa
persalinan ditangani kesehatan yang akan
2. Keluar darah dari jalan 4. Penanganan komplikasi terlambat menolong persalinan
lahir sebelum ada 5. Kematian ibu dan janin.
tanda-tanda persalinan 3. Menyiapkan donor
3. Kejang-kejang darah untuk
4. Gerakan janin berkurang mengantisipasi
atau tidak ada sama sekali terjadinya
5. Demam kegawatan
6. Nyeri hebat diperut
7. Pandangan mata kabur
8. Sakit kepala atau kaki 4. Menyiapkan biaya Persalinan
bengkak 5. Menyiapkan kendaraan
9. Pembukaan sudah jika sewaktu-waktu
lengkap, ibu ingin mengedan tetapi tak diperlukan
ada kemajuan penurunan.
6. Merencanakan siapa
yang akan mendam-
pingi pada saat per-
TEMPAT PERSALINAN YANG AMAN salinan dan yang
mengambil keputusan
jika sewaktu-waktu terjadi
 Puskesmas PERSIAPAN PERSALINAN DAN kegawatdaruratan.
 Rumah Sakit KEGAWATDARURATAN (Suami, Ibu, keluarga atau diri sendiri)

 Bidan Praktek Swasta 1. Menyiapkan baju ibu,


 Rumah Bersalin alat mandi, handuk,
peralatan bayi (popok, SEMOGA BERMANFAAT ...
selimut, jarik, dll)
PERSIAPAN DEFINISI PERSALINAN

RENCANA Persalinan adalah suatu proses saatjanin

dan produkkonsepsi( bayi, plasenta )


PERSALINAN
dikeluarkansebagaiakibatkontraksi yang
d. Bagaimanatransportasi yang
teratur, seringdankuat.
bisadigunakanuntukketempatp

ersalinan

e. Siapa yang

akanmendampingipersalinan

PERSIAPAN PERSALINAN

1. Membuatencanapersalinan f. Berapabiaya yang


a. Tempatbersalin dibutuhkandanbagaimanacara
b. Memilihtenagakesehatanterla mengumpulkannya
tih g. Siapa yang
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
c. Bagaimanacaramenghubungite menjagakeluarganyajikaibumel
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
nagakesehatantersebut. ahirkan
2018
h. Siapa yang

akanmenjadipendonordarajjik
a ibu mengalamikomplikasi ( d. Bagaimanacaramendapatkanda f. Selimutataubedong, kaos kaki

kehilanganbanyakdarah ) na dantangan

2. Membuatrencanapembuatankeput e. Bagaimanacaramencari donor


TANDA-TANDA PERSALINAN
isankegawatdaruratan darah

a. Siapapembuatkeputusanutama 4. Membuatrencanapolamenabung

dalamkeluarga Mengikutitabunganibubersalin

b. Siapa yang 5. Barang-baranguntukpersalinan

akanmembuatkeputusanjikape

mbuatkeputusanutamatidakad a. Sakitpadapangguldantulangbelaka

a ng

3. Mempersiapkantransportasijikate b. Keluar lender


a. Kainpanjang 4 buah kentalbercampudarah
rjadikegawatdaruratan
b. Pembalutwanita c. Pecahnyaketuban
a. Dimanaibuakanmelahirkan
c. Handuk, waslap, alatmandi, d. Kontraksirahim (minimal 2x/10
b. Bagaimanacaramenjangkaunya
make up menit )
c. Kemanaibumaudirujuk
d. Pakaianterbukadepan, e. Rahim membuka
guritaibu, BH

e. Pakaianbayi, minyaktelon, tas

plastic
Apa pengertian nutrisi ibu nifas? memproduksi ASI yang banyak

Nutrisi ibu post partum yaitu nutrisi

yang seharusnya dikonsumsi ibu pasca APA menu makanan yang seimbang

melahirkan prinsipnya yaitu tinggi kalori untuk ibu nifas???

dan protein. 1. Sumber Karbohidrat

a. Nasi , Ketela
Apa tujuan kebutuhan nutrisi ibu
nifas??? b. Sagu

1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi c. Jagung

bagi ibu dan bayi.


d. Terigu
2. Untuk mencegah terjadinya penyakit
anemia malnutrisi pada ibu post e. Roti , Kentang

partum.
3. Untuk Fungsi sebagai penambahan tenaga

menunjang
2. Makanan yang mengandung lemak
tumbuh kembang
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
bayi. a. Mentega
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
4. Untuk
2018 b. Keju
Fungsinya sebagai sumber energi. Fungsinya untuk mencukupi kebutuhan Buah : 2 potong pepaya
cairan dan serat. Air : 8 gelas / hari
3. Makanan yang mengandung 5. Vitamin dan
Suplemen Penambahan frekuensi makan / makanan
protein
a. Zat besi untuk selingan
a. Protein Hewani penambah darah. Roti tawar + keju
b. Asam folat untuk Buah-buahan
Hati, Telur, Susu, Ikan, Daging,
kecerdasan anak. Bubur kacang hijau
Udang c. Vitamin B Complek untuk Susu
mencegah anemia.
b. Protein Nabati
Bisa diberikan pada jam antara makan
Tempe, Tahu, Kedelai, Kacang pagi dan siang pada saat ibu merasa
Apa Contoh susunan menu ibu post
lapar
Hijau partum per hari???

Fungsinya sebagai zat pembangun.


Nasi : 3 piring
4. Sayuran dan buah-buahan Ikan : 2 potong
Tempe : 4 potong
Bayam, Sawi, Kangkung,Wortel,
Sayuran : 3 mangkok ( bervariasi
Tomat, Jeruk, Pepaya, Pisang mulai dari bayam , kangkung , kacang-
kacangan mengandung zat besi )
TERIMA KASIH
MASA NIFAS itu apa?? atau masalah penglihatan
hingga disertai kejang
. 5. Demam, muntah, rasa sakit
Masa nifas adalah masa pada waktu buang air kecil atau
pemulihan kembali, mulai dari jika merasa tidak enak badan.
persalinan selesai sampai alat- 6. Payudara yang berubah
Apa
alat kandungan kembali sebelum menjadi merah, panas dan atau
Apa saja
hamil, lamanya 6-8 minggu terasa sakit.
7. Kehilangan nafsu makan dalam
waktu yang lama.
8. Rasa sakit, merah, lunak
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS?
dan/atau pembengkakkan di
kaki.
9. Merasa sangat sedih atau tidak
u mampu mengasuh sendiri
bayinya atau diri sendiri.

1. Perdarahan lewat jalan lahir yang BiLa ada salah 1 tanda dari hal
luar biasa atau tiba-tiba bertambah tersebut apa yang harus
banyak (lebih dari perdarahan haid dilakukan??
biasa atau bila memerlukan  Segera hubungi tenaga
penggantian pembalut dua kali kesehatan( bidan /dokter)
dalam setengah jam).  Ketika mulas nafas panjang
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN 2. Keluar cairan berbau menusuk  Mengambil nafas melalui
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG dari jalan lahir. hidung dan mengelurakan
3. Rasa sakit dibagian bawah lewat mulut untuk
2018 perut atau punggung. mengurangi ras sakit
4. Bengkak di wajah atau di
tangan, Sakit kepala yang
terus-menerus, nyeri ulu hati
b. Tindakan pada bayi baru lahir c. Cara menjaga bayi tetap hangat
CARA MERAWAT BAYI
Jaga kebersihan selama persalinan
BARU LAHIR Cegah infeksi kuman pada bayi. Begitu
bayi lahir mintalah salep antibiotic
untuk matanya
Jaga tali pusat selalu bersih, kering dan
biarkan terbuka (Jangan dibungkus)

Bayi baru boleh dimandikan setelah


umurnya 6 jam
Bungkus bayi dengan kain kering
Ganti kainnya jika basah

a. Cara Menyusui Bayi


 Segera lakukan inisiasi menyusui dini
 ASI yang keluar pertama berwarna
kekuningan (kolostrum) Jangan diberi ramuan apapun. Jika
 Mengandung zat kekebalan tubuh, kotor, bersihkan dengan kain bersih
Jangan dibuan, berikan langsung pada dan air matang
bayi Pastikan bayi sudah buang air besar
 Berikan hanya ASI sampai 6 bulan Mintalah suntikan vitamin k1,
fungsinya mencegah perdarahan pada
Jika berat lahir kurang dari 2500 gram.
bayi
Lakukan metode kangguru (dekap bayi
Minta imunisasi hepatitis B sebelum
didada ibu, kulit bayi menempel dikulit
bayi berumur 24 jam
ibu)
Jangan tidurkan bayi ditempat dingin
atau banyak angina
d. Pelayanan Kesehatan Bagi Bayi  Jika belum diimunisasi Hepatitis B,
Baru lahir mintalah sebelum bayi berumur 7 hari

 Bayi baru lahir mendapatkan pelayanan


kesehatan dari bidan/dokter/perawat
minimal tiga kali, yaitu pada:
- Hari pertama
- Hari kedua
- Hari ketiga
- Minggu kedua

 Jika belum disuntik vitamin k1,


mintalah pada petugas kesehatan

Anda mungkin juga menyukai