Anda di halaman 1dari 48

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E PRAKONSEPSI UMUR 24 TAHUN


DENGAN KEPUTIHAN FISIOLOGIS DI PMB T
KABUPATEN GARUT TAHUN 2023

Disusun oleh
NAMA : TITALUSI MEIRITA
NPM : 07220200032

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E PRAKONSEPSI UMUR 24 TAHUN


DENGAN KEPUTIHAN FISIOLOGIS DI PMB T
KABUPATEN GARUT TAHUN 2023

Oleh:

Nama : Titalusi Meirita


NPM : 07220200032

Telah dilakukan pembimbingan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


dihadapan tim penguji

Tanggal, Januari 2023

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Rita Ayu Yolandia, S.ST., MKM)


NIDN. 0302109301

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
pertolongan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat megerjakan tugas dengan
baik meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana ini. Shalawat serta salam
senantiasa saya kirimkan kepada Rasulullah SAW, yang berusaha menyelamatkan
manusia dari kesesatan. Dalam mengerjakan seminar kasus ini yang berjudul
Asuhan Kebidanan pada Ny. E Prakonsepsi Umur 24 Tahun dengan
Keputihan Fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun 2023. Penulis
mengakui banyak hambatan dan kesulitan yang dijumpai dalam mengerjakan
tugas ini, namun berkat usaha penulis sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyusun laporan ini guna untuk memenuhi tugas dari Praktik
Asuhan Kebidanan pada remaja, pra nikah dan pra konsepsi. Laporan ini disusun
dengan tujuan memberitahukan kepada para pembaca mengenai masalah yang
penulis bahas dan kaji didalam laporan ini.
Dalam Penyusunan ini, penulis mendapatkan begitu banyak bimbingan,
bantuan, dan saran serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Drs. H. A Jacub Chatib, Selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. Dr. dr. M. Hafizurrachman, MPH., SH, sebagai Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM., M.KM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Sulsadi, S.ST., M. Biomed selaku Wakil I Rektor Universitas Indonesia
Maju.
5. Dr. Rindu, SKM., M.Kes selaku Wakil II Rektor Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, AM.Keb., SKM., M.KM selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
7. Hedi Hardiana, S.Kep., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.

2
8. Retno Sugesti, S.ST, M. Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan.
9. Rita, S.ST., M.KM, sebagai pembimbing seminar kasus atas segala kesabaran
dan kebaikan yang selalu memberikan arahan dan penjelasan detail selama
penyusunan seminar kasus
10. Salfia Darmi, S.ST., M.Kes selaku Dosen Responsi Seminar Kasus.
11. Zaky Mulyasari, S. ST selaku CI Responsi Seminar Kasus
12. Terima Kasih Kepada Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan
dukungan baik materil moril dan sebagai support system terbaik.
13. Terima kasih kepada teman teman bidan yang mengikuti kuliah Program
Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan.
Apabila didalam penulisan laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan
penulis memohon maaf. Penulis dengan hati terbuka menerima saran dan
masukan dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dengan adanya perbaikan lebih bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Kebidanan pada khususnya demi
kesejahteraan ibu dan anak.

Jakarta, Januari 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHSAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data National Centre for Biotechnology Information (NCBI)
75% wanita di dunia mengalami fluor albus. Sedangkan di Indonsia, sebanyak
90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena Indonesia merupakan daerah
beriklim tropis sehingga mudah terserang jamur, virus, dan bakteri tumbuh,
terutama di daerah kewanitaan (Nurhumairah, et al., 2020). Di Provinsi Jawa
Barat, Wanita yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 27,60% dari 11,36
juta wanita di Jawa Barat dan mayoritas yang mengalami keputihan adalah wanita
usia remaja dan wanita usia subur berusia 10-25 tahun (Trisnawati, 2018).
Berdasarkan laporan tahunan Kabupaten Garut pada tahun 2021 wanita yang
mengalami keputihan sebanyak 318.976 atau 29,73% (Dinas Kesehatan
Kabupaten Garut, 2021).
Keputihan dapat menjadi salah satu gejala yang tidak menimbulkan
mortalitas, tetapi morbiditas karena selalu membasahi bagian dalam wanita dan
dapat menimbulkan iritasi, terasa gatal sehingga menganggu, dan mengurangi
kenyamanan dalam berhubungan seks pada wanita usia subur. Keputihan tidak
bisa di anggap sepele, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila lambat
ditangani tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar
kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim
yang bisa berujung pada kematian (Komariyah, et al., 2015). Menurut Manuaba,
penelitian keputihan menunjukkan, keputihan yang lama walau dengan gejala
biasa-biasa saja, lama kelamaan akan merusak selaput dara karena sebagian besar
cairan keputihan mengandung kuman-kuman penyakit yang dapat merusak
selaput dara. Selain merusak selaput dara, kejadian keputihan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi genitalia
diantaranya vulvitis, vaginalis candidiasis, servisitis dan endometriosis (Yulfitria
dan Primasari, 2015).

1
Penyebab keputihan banyak terjadi di Indonesia salah satunya karena daerah
yang beriklim tropis sehingga jamur, virus, dan bakteri mudah tumbuh dan
berkembang yang mengakibatkan banyak kasus keputihan (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI, 2018). Penyebab utama keluarnya
keputihan adalah faktor hormonal. Selama siklus menstruasi wanita, peningkatan
hormon estrogen menyebabkan keputihan keluar dan bisa lebih banyak. Penyebab
lainnya karena terjadinya ketidakseimbangan kadar pH pada vagina dan cara
wanita merawat organ reproduksi. Hal tersebut ditunjukkan dengan menunjukan
kejadian 45% penyebab vaginosis, kandidiasis vulvovaginal 31%, trikomoniasis
2%, gonore 3%, 5% tidak spesifik penyebab urogenital dan 14% penyebab
lainnya misalnya mencuci dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan,
menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana
dalam dan jarang mengganti pembalut saat haid (Amalia, 2021).
Keputihan normal dan abnormal mempunyai dampak pada wanita.
Keputihan normal menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga dapat
mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang berlangsung terus
menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita khususnya pada
bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas. Pada ibu hamil
dapat menyebabkan keguguran, Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK),
kelainan kongenital, lahir prematur. Selain itu infeksi oleh kuman atau bakteri
yang masuk ke vagina sehingga terjadi keputihan yang berlanjut ke tahap yang
lebih parah dan berisiko untuk terjadinya kasus Infeksi Menular 12 Seksual
(IMS), hal ini begitu buruk bagi remaja putri yang kelak akan menikah dan
sebagai penular kepada suaminya sebagai pasangan seksual (Wijayanti, 2017).
Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan yaitu infeksi. Keputihan akan
menimbulkan kuman yang dapat menyebabkan infeksi pada daerah di mulai dari
mulut kandung kemih, bibir kemaluan hingga rahim dan ovarium, sehingga
menyebabkan penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan kemandulan
(Bahari, 2019).
Salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku wanita dalam menjaga
kebersihan organ genetalia terhadap kejadian keputihan, dalam hal ini dapat

2
mengoptimalkan perilaku personal hygiene terutama dalam menjaga kebersihan
organ genetalianya. Jadi diharapkan remaja dapat merawat dan menjaga organ
genetalianya dengan baik dan benar, juga memiliki pengetahuan yang mendukung
tentang perilaku personal hygine terutama dalam menjaga kebersihan organ
genetalia yang baik dan benar. Pengobatan keputihan pada mumnya diberikan
obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai
dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit seperti
Asiklovir, Podoflin 25%, larutan antiseptik digunakan untuk membilas cairan
keputihan yang keluar dari vagina (Pratiwi, 2016).
Berdasarkan data yang didapat, peneliti tertarik untuk menyelesaikan
penyusunan laporan praktek manajemen pelayanan kebidanan di komunitas
dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. E Prakonsepsi Umur 24 Tahun
dengan Keputihan Fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun 2023”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. E prakonsepsi umur 24
tahun dengan keputihan fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun
2023.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data Subjektif dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan
keputihan fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun 2023.
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan
keputihan fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun 2023.
c. Mampu melakukan Analisa dalam memberikan asuhan kebidanan
pada Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan keputihan fisiologis
di PMB T Kabupaten Garut Tahun 2023.

3
d. Mampu melakukan Tindakan yang akan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ny. E prakonsepsi umur 24
tahun dengan keputihan fisiologis di PMB T Kabupaten Garut Tahun
2023.
C. Manfaat
1. Bagi Klien
Ha sil pengkajian ini diha ra pka n da pa t menja di informa si da n mena mba h
l l l l l l l l l l l

pengeta hua n pa da Wa nita usia subur da la m menga ta si keputiha n seca ra


l l l l l l l l l l l l l l

ma ndiri denga n cara menjaga personal hygiene dengan baik.


l l

2. Bagi Petugas Kesehatan


Ha sil penelitia n ini diha ra pka n da pa t menja di referensi ba gi petuga s
l l l l l l l l l l

keseha ta n khususnya ba gi bida n da la m memberika n penyuluha n ya ng


l l l l l l l l l l

intensif kepa da wa nita usia subur khususnya prakonsepsi tenta ng


l l l l l l

keseha ta n reproduksi da la m menga ta si keputiha n denga n mengguna ka n


l l l l l l l l l l

menjaga personal hygiene dengan baik.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi mahasiswa dalam penyusunan karya tulis lainnya serta
dapat digunakan sebagai referensi dalam dan menambah perencanaan
kegiatan upaya kesehatan masyarakat khususnya dalam pelayanan
kesehatan reproduksi.

1.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Prakonsepsi


1. Definisi Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa
sebelum terjadi pertemuan sel ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur
yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda
dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Perbaikan kesehatan
prakonsepsi berdampak pada peningkatan kesehatan reproduksi dan
dapat menurunkan resiko pengeluaran biaya yang mungkin muncul
karena masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan prakonsepsi dianggap
sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia subur
(Dieny, dkk., 2019).
Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra yang
berarti sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan sel telur wanita dan sel
sperma pria. Prakonsepsi adalah masa sebelum terjadi pertemuan sel telur
atau diasumsikan sebagai wanita usia subur yang siap menjadi seorang
ibu. Lebih lanjut Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berada
dalam peralihan masa remaja akhir hingga usia dewasa awal.
Karakteristik WUS yang paling utama adalah ditandai dengan peristiwa
fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya puncak kesuburan dengan
fungsi organ eproduksi yang sudah berkembang dengan baik. WUS
diasumsikan sebagai wanita dewasa yang siap menjadi seorang ibu.
Pelayanan prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama
pelayanan kesehatan pada wanita usia subur. Tujuan pelayanan
prakonsepsi adalah menyediakan sarana promosi, skrining, dan intervensi
pada wanita usia subur dalam rangka menurunkan faktor resiko yang
mempengaruhi kehamilan yang akan datang. Wanita usia subur adalah
wanita yang berada dalam peralihan masa remaja akhir hingga usia

5
dewasa awal. Karakteristik wanita usia subur yang paling utama adalah
di tandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya
puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah
berkembang dengan baik. Wanita usia subur diasumsikan sebagai wanita
dewasa yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini
berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Kebutuhan
zat gizi pada masa ini menjadi penting karena merupakan masa dalam
mempersiapkan kehamilan dan menyusui (Dieny, dkk., 2019).
2. Tujuan Wanita Prakonsepsi
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) tujuan pemberian perawatan
pada masa prakonsepsi antara lain:
a. Mengurangi angka kematian ibu dan anak
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan
d. Mencegah bayi lahir mati, lahir premature, dan berat bayi lahir
rendah
e. Mencegah bayi lahir cacat
f. Mencegah infeksi neonatal
g. Mencegah berat badan rendah dan stunting
h. Mencegah penularan vertikal HIV/IMS
i. Menurunkan resiko beberapa bentuk kangker pada anak
j. Menurunkan resiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskuler penyakit
dikemudian hari.
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) skrining pranikah atau disebut
juga perawatan prakonsepsi adalah serangkaian intervensi yang bertujuan
mengidentifikasi dan memodifikasi resiko biomedis, perilaku, dan sosial
yang berkaitan dengan kesehatan wanita serta hasil kehamilan nantinya.
Skrining prakonsepsi dilakukan sebagai langkah pertama untuk
memastikan kesehatan calon ibu serta calon anak sedini mungkin, bahkan
sebelum proses pembuahan terjadi. yang termasuk dalam perawatan masa
prakonsepsi yaitu pada masa sebelum prakonsepsi dan masa antara

6
konsepsi yang dapat dimulai dalam jangka waktu dua tahun sebelum
konsepsi.
3. Asuhan Wanita Prakonsepsi
Penelitian (Anggraeny dan Dian, 2017) asuhan kesehatan
prakonsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki-laki dan perempuan
yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainya yang
fokusnya pada upaya untuk memiliki anak yang sehat dimana dengan
asuhan tersebut dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi (WHO, 2014).
Penelitian (Yulizawati, dkk., 2016) mengeluarkan beberapa
rekomendasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan prakonsepsi
yaitu:
a. Kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur (terjadwal)
b. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan
seperti skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat,
pengkajian konsumsi alkohol, dan riwayat penyakit.
c. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu skrining
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan dengan menggunakan
formulir untuk mempermudah mendapatkan data. Point-point yang
dapat dicantumkan dalam formulir tersebut antara lain riwayat diet,
aktivitas fisik, pola hidup, riwayat kesehatan individu dan keluarga,
obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat kesehatan seperti pola
menstruasi, faktor genetik, dan lingkungan. Berbagai faktor juga
harus dikaji melalui pemeriksaan fisik secara rutin. Pengkajian
meliputi komposisi makanan (diet) seimbang, aktivitas fisik,
antropometri (berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh),
anemia, dan resiko defisiensi zat gizi (asam folat, zat besi, seng,
kalsium, yodium, vitamin). Petugas kesehatan yang ikut berperan
dalam suplementasi zat besi maupun asam folat.
4. Kebutuhan Gizi Wanita Prakonsepsi

7
Kesuburan (fertilitas) adalah dapat bekerjanya secara optimal
organ-organ reproduksi baik, pada pria maupun wanita, sehingga dapat
melakukan fungsi fertilisasi dengan baik. Prilaku gizi dan kesehatan
merupakan faktor penting. Pada prinsipnya, seseorang berprilaku makan
sehat jika aneka menu yang dikonsumsinya memberikan gizi seimbang.
Gizi seimbang ini hanya dapat diperoleh dari beraneka ragam bahan
makanan. Makin banyak ragam bahan makanan yang dimakan setiap
hari, makin besar asupan gizi ke dalam tubuh. Kesadaran untuk pola
makan sehat itulah yang sampai ini belum dimiliki kebayakan wanita
usia subur (WUS) berusia muda. Ada kcenderungan untuk makan makan
diluar rumah yaitu di tempat-tempat yang bergengsi dengan pilihan menu
tidak memenuhi asas gizi seimbang. Kesukaan makan fast foods atau
junk foods seperti burger, pizza, dan fried chicken tidak menjamin
kebutuhan gizinya. Keadan ini bias berdampak buruk yang akan
mempengaruhi kesehatan organ reproduksi. Reproduksi manusia
membutuhkan zat gisi yang cukup. Asupan gizi harus diperhatikan agar
mencapai kematangan seksual. Gizi seimbang akan menentukan
kesehatan organ reproduksi. Berikut diuraikan beberapa zat gizi yang
berperan dalam kesehatan reproduksi: (Winarsih, 2018).
a. Karbohidrat
Ada yang berpendapat bahwa karbohidrat merupakan sumber
peningkatan asupan energi selama fase luteal, sedangkan yang lain
berpendapat bahwa konsumsi softdrink yang mengandung gula
cenderung meningkat selama fase luteal. Dengan demikian, maka
selama fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan atau energi.
b. Protein
Unit pembangun dari protein adalah asam amino. Arginin adalah
asama amino yang berfungsi memperkuat daya tahan hidup sperma
dan mencegah kemadulan. Sumber arginin dari bahan makanan
adalah ikan, daging sapi, ayam, dan kacang-kacangan.
c. Lemak

8
Lemak memegang peran penting sebagai sumber asam lemak
esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai
pengangkut vitamin larut lemak. Tubuh seorang wanita harus
mempunyai simpanan lemak dalam bentuk jaringan adipose sebagai
persiapan menyusui. Menstruasi wanita tidak akan teratur kalau tidak
memiliki simpanan lemak 20% dari total bera badan.
d. Vitamin
Kekuranga zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendorong
kelebihan prostaglanding yang dapat memfasilitasi terjdinya
Dysmenorrhea. Agar remaja tidak mengalami gangguan haid
tersebut, dibutuhkan zat gizi mikro yang penting dalam menurangi
kejadian Dysmenorrhea primer.
e. Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi larut dalam lemak, esensial untuk
mata, pertumbuhan, disferensiasi sel, reproduksi, dan integritas
system imun. Kurang vitamin A (KVA) dikaitkan degan asupan
makanan mengandung vitamin A yang rendah, frekuensi penyakit
infeksi yang tinggi serta siklus reproduksi. Vitain A, C dan E sebagai
antioksidan berfungsi menangkal serangan radikal bebas terhadap
dinding sperma dan ovum.
f. Vitamin C
Vitamin C berfungsi meningkatkan kesuburan, memperkuat system
imun, dan membantu penyerapan zat besi. Buah-buahan seperti
atroberi, kiwi, avokat, jambu, jeruk, mangga serta sayuran hijau kaya
akan vitamin C yang dapat meningkatkan jumlah sperma dan
mobilitasnya. Kecukupan vitamin C untuk remaja dan dewasa adalah
50-90 mg/hari.
g. Vitamin E
Vitamin E sangat penting bagi sistem reproduksi. Vitamin E
mendukung produksi sperma dan hormon-hormon seks serta
mencegah kerusakan DNA sperma. Vitamin E adalah minyak

9
tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-
bijian seperti biji labu kuning.
h. Asam Folat
Asam Folat yang diperlukan tubuh untuk pembentukan DNA dan
RNA. Sumber asam folat adalah sayuran berwarna hijau tua, kol dan
keluarga kol, buah-buahan seperti stroberi, biji-bijian, daging, susu,
dan sereal yang difortifikasi. Asparagus juga memiliki kandungan
asam folat yang cukup tinggi.
i. Vitamin B6
Vitamin B6 dapa meningkatkan kesuburan wanita. Sumber vitamin
B6 adalah ikan, ayam, telur, pisang, wortel, dan brokoli.
j. Vitamin B12
Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Vitamin B12 dapat menambah dan meningkatkan kualitas sperma.
Sumber dalam makanan meliputi hati hewan, daging merah, ikan,
telur dan susu. Kecukupan vitamin B12 untuk usia 10-12 tahun
adalah 1,8 ug/hari dan usia 13 tahun keatas 2,4 ug/hari.
k. Zat besi
Zat besi penting untuk transportasi darah dan oksigen didalam tubuh.
Kam perempuan perlu menjaga keseimbangan proses ovulasi. Zat
besi juga penting dalam pembentukan sel darah merah. Ikan tuna dan
salmon mengandung zat besi yang tinggi yang membantu
merangsang produksi sel darah merah untuk mengganti kehilangan
darah selama menstruasi. Sumber zat besi juga terdapat dalam hai,
daging, kacang-kacangan, maupun sayur-sayuran. Kecukupan zat
besi untuk remaja dan dewasa adalah 13-26 ug/hari.
l. Kalsium
Konsumsi kalsium dapat menurunkan risiko terjadinya
preeklamsia/eklamsia secara bermakna. Sumber kalsium utama
adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Ikan yag dimakan
dengan tulang termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium

10
yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan
tahu, tempe dan oncom, serta sayuran hijau merupakan sumber
kalsium yang baik juga, tetapi mengandung banyak zat yang
menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat.
m. Seng
Seng sangat diperlukan utama pematakan seksual. Kekurangan seng
menyebabkan penurunan hormone testosterone, penyusutan testis
dan pengurangan produksi sperma yang sehat.
n. Magnesium
Magnesium adalah mineral paling penting dalam mempertahankan
otot. Wanita dengan kekurangan magnesium akan menghasilkan otot
yang terlalu aktif sehingga menyebabkan nyeri dan gejala yang
hebat. Menambahkan magnesium dalam makanan sehari-hari akan
membantu untuk mengurangi atau mencegah kram atau nyeri
menstruasi. Sayuran hijau adalah sumber utama magnesium, kacang-
kacangan dan biji-bijian merupakan sumber magnesium yang baik,
seperti tepung kedelai, tahu, tempe, kacang mete, jagung manis, dan
almon. Sedagkan buah-buahan umunya mengandung sedikit
magnesium.
o. Zat Gizi Penting Masa Prakonsepsi
Fokus utama pada prakonsepsi diptioritaskan pada asam folat, zat
besi, vitamin, E, B6,seng, selenium, dan kalsium. Tiga bulan
menjelang masa prakonsepsi:
1) Vitamin dalam jumlah cukup diperlukan
2) Perlu penambahan pil suplemen antioksidaan san 400 mcg asam
folat, perbanyak mengkonumsi alpukat, minyak bunga matahari,
dan biji wijen.
3) Seng diperlukan untuk proteksi sperma terhadap radikal bebas
4) Asam lemak esensial diperluka wanita, dengan memperbanyak
konsumsi ikan segar.
Dua bulan menjelang masa prakonsepsi

11
1) Vitamin C harus diperbanyak, sekitar 500 mg/hari agar tubuh
kebal terhadap infeksi
2) Beta karotin yang terkandung dalam wortel, jeruk, kiwi dan
buah lain dibutuhkan.
Satu bulan menjelang masa prakonsepsi: Vitamin C perlu
ditingkatkan sampai 1000 mg/hari. Fertilitas pada masa prakonsepsi
dapat ditingkatkan dengan memilih makanan khusus pendukung
fertilitas.

B. Keputihan
1. Definisi
Leukorea berasal dari kata Leuco yang berarti benda putih yang
disertai dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau cairan yang
mengalir. Leukorea atau fluor albus atau keputihan atau vaginal
discharge merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan
darah. Keputihan merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang
terjadi di dalam tubuh. Selain itu, keputihan juga merupakan salah satu
tanda dari suatu penyakit (Nur Ainun Basry, 2021).
Keputihan (fluor albus) atau leukorea yaitu cairan putih yang
keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan
dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis) dan
keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara
hari ke 10 sampai 16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual
(Manuaba, 2015). Keputihan patologis ditandai dengan jumlah cairan
yang dikeluarkan banyak, berwarna kuning, hijau, merah kecoklatan
(karena bercampur darah), putih seperti susu basi, berbau amis/busuk
(Citrawathi, 2014).
2. Patofisiologi Keputihan
Menurut Kasdu (2018), keputihan merupakan salah satu tanda dan
gejala dari penyakit organ reproduksi wanita. Di daerah alat genetalia

12
eksternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan sisa-sisa
pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara
sempurna akan ditemukan berbagai bakteri, jamur, dan parasit akan
menjalar ke sekitar organ genetalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
dengan gejala keputihan. Selain itu, dalam hal melakukan hubungan
seksual terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan pintu
masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit hubungan seksual
yang kontak dengan air mani dan mukosa (Yulfitria & Primasari, 2015).
Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitif dan
merupakan tempat yang terbuka, dimana secara anatomi alat kelamin
wanita berdekatan dengan anus dan uretra sehingga kuman yang berasal
dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk. Kuman yang masuk
ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga dapat
menyebabkan keputihan patologis yang ditandai dengan gatal, berbau,
dan berwarna kuning kehijauan (Marhaeni, 2016).
3. Jenis Keputihan
Menurut Marhaeni (2016), Keputihan dapat dibedakan menjadi dua
jenis keputihan, yaitu: keputihan normal (fisiologis) dan keputihan
abnormal (patologis).
a. Keputihan Normal
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi.
Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen
dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah
ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang
menyebabkan endometrium menjadi sembab. Kelenjar endometrium
menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan
jernih yang dikenal dengan keputihan (Nur Ainun Basry, 2021).
Hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan lendir
servik menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan selama proses

13
ovulasi. Pada servik estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa
sehingga dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan
progesteron menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan pada
saat ovulasi menjadi elastis.
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang
berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna
bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai
dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta
jumlahnya sedikit (Wiknjosastro, 2017).
b. Keputihan Abnormal (Patologis)
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim,
jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular
seksual). Ciri-ciri keputihan patologis adalah terdapat banyak
leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya
berubah seperti kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai susu,
disertai dengan keluhan gatal, panas, dan nyeri serta berbau apek,
amis, dan busuk (Daili, Fahmi S dkk, 2019).
Perempuan yang mengalami keputihan patologis umumnya
mempunyai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada
organ kelamin, panas dan perih ketika buang air kecil, dan nyeri
pada perut bagian bawah. Keputihan patologis kemungkinan
disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang mungkin disebabkan
oleh penyakit menular seksual, gejala keganasan pada organ
reproduksi, adanya benda asing dalam uterus atau vagina
(Citrawathi, 2014).
Kandidiasis vulvovaginal adalah penyebab infektif umum
keputihan yang mempengaruhi sekitar 75% wanita pada suatu waktu
selama masa reproduksinya, dengan 40-50% memiliki dua atau lebih
episode. Bacterial vaginosis adalah salah satu diagnosis paling

14
umum pada wanita yang mengunjungi klinik kedokteran
genitourinari. Karena 50% kasus vaginosis bakteri tidak
menunjukkan gejala, prevalensi sebenarnya dari kondisi ini di
masyarakat tidak pasti. Vaginosis bakteri dikaitkan dengan pasangan
seksual baru dan sering berganti pasangan seksual. Penurunan
tingkat vaginosis bakteri terlihat di antara wanita dalam hubungan
seksual monogami, tetapi itu bisa terjadi pada wanita perawan
(Mitchell, 2014).
Kekambuhan vaginosis bakteri setelah perawatan adalah umum
dan dapat ditingkatkan dengan praktik kebersihan pribadi, seperti
douching vagina, yang mengganggu flora normal vagina. Vaginosis
bakteri juga dapat dikaitkan dengan IMS bersamaan, umumnya
Trichomonas vaginalis. Vaginosis bakteri dikaitkan dengan infeksi
panggul setelah aborsi yang diinduksi dan pada kehamilan dengan
persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah. Trikomoniasis
kurang umum di negara-negara kaya tetapi mencapai tingkat tinggi
(sering 10- 20%) di antara perempuan miskin di negara-negara
berkembang serta di antara perempuan kurang beruntung di negara-
negara kaya.
Meskipun kandidiasis vulvovaginal dan vaginosis bakteri sering
berkembang secara independen dari aktivitas seksual, trikomoniasis
terutama ditularkan secara seksual dan telah diberi peringkat oleh
WHO sebagai IMS non-virus yang paling umum di dunia dengan
sekitar 172 juta kasus baru per tahun (Mitchell, 2014)
4. Gejala Keputihan
Menurut Wira & Kusumawardani (2015), pada keadaan normal
cairan yang keluar dari vagina merupakan gabungan dari cairan yang
dikeluarkan oleh kelenjar yang ada di sekitar vagina seperti kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, kelenjar bartholin, kelenjar pada serviks atau
mulut rahim.
a. Keputihan Fisiologis

15
Terdapat beberapa gejala keputihan fisiologis, yaitu:
1) Cairan vagina akan tampak jernih, kadang tampak putih keruh
sampai kekuningan ketika mengering di pakaian dalam
2) Sifat cairan yang dikeluarkan tidak iritatif sehingga tidak
menyebabkan gatal, tidak terdapat darah, tidak berbau, dan
memiliki pH 3,5 sampai 4,5 sifat asam ini yang merupakan salah
satu mekanisme pertahanan terhadap kuman yang menyebabkan
penyakit
3) Keputihan normal akan tampak seperti cairan putih jernih,
sedikit lengket, tidak gatal dan dan tidak berbau
b. Keputihan Abnormal (Patologis)
Adapun gejala keputihan abnormal yaitu:
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat
encer atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa
2) Mengeluarkan bau yang menyengat
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya
serta dapat mengakibatkan iritasi pada vagina
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang
berbahaya seperti HIV, Herpes, Candyloma
5. Faktor Penyebab Keputihan
Menurut Dinata (2018), faktor penyebab keputihan secara umum
meliputi:
a. Hormon tubuh sedang tidak seimbang
b. Rusaknya keseimbangan biologis dan keasaman vagina
c. Gejala dari suatu penyakit tertentu
d. Kelelahan
e. Mengalami stress
f. Kurang menjaga kebersihan vagina
g. Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis
buang air kecil dan buang air besar

16
h. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis, sehingga
berkeringat dan memudahkan timbulnya jamur
i. Sering menggunakan toilet umum yang kotor
j. Jarang mengganti pembalut
k. Kebiasaan membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari arah
anus ke arah atas menuju vagina
l. Sering membasuh vagina bagian dalam
m. Sering menggaruk vagina
n. Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain
o. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
p. Tidak menjalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah
olah raga, tidur kurang)
q. Lingkungan sanitasi yang kotor
r. Kadar gula darah tinggi (penyakit kencing manis)
s. Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang
menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat
t. Sering berganti pasangan dalam berhubungan intim
Menurut Marhaeni (2016), terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan keputihan fisiologis dan patologis, yaitu:
a. Keputihan Fisiologis
1) Bayi yang baru lahir kira-kira 10 hari, keputihan ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen dari ibunya
2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,
keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen
3) Masa di sekitar ovulasi karena produksi kelenjar rahim dan
pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone
4) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Rangsangan
seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima
penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan yang
digunakan sebagai pelumas dalam senggama
5) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke

17
vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya
selaput lendir vagina
6) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen
dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi
lebih encer
7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang
menderita penyakit kronik
b. Keputihan Patologis
Adapun faktor penyebab keputihan abnormal, yaitu:
1) Kelelahan fisik
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh
seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi karena
terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan
menguras fisik. Meningkatnya pengeluaran energi menekan
sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen
menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan
oleh Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari
metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan untuk
menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan
sedikit, bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.
2) Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan
setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat. Konsumsi makanan adalah jumlah total
dari makanan yang tersedia untuk dikonsumsi. Pola makan yang
dimaksud disini adalah konsumsi makanan yang dapat memicu
kejadian infeksi flour albus meliputi makanan yang proses
pengolahannya menggunakan tepung, jenis buah tertentu yang
mengandung gula, dan makanan olahan kemasan dengan kadar
gula tinggi, serta minuman bersoda.

18
Pada penelitian yang dilakukan oleh Darma dkk, (2017),
terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya
keputihan seperti seringnya mengkonsumsi makanan dan
minuman mengandung gula yang tinggi dapat menyebabkan
bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula kedalam
asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit,
maka jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau bakteri
perusak akan bertambah banyak, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya infeksi flour albus.
3) Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami
seseorang akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat dari
kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit diatasi.
Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi
hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi
elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan aliran
hormon estrogen ke organ-organ tertentu termasuk vagina
terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang.
Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina
berkurang sehingga bakteri, jamur, dan parasit penyebab
keputihan mudah berkembang. Raqhib Isfahany dalam tafsiran
al-Makhtut mengatakan bahwa pada asasnya penyakit itu ada 2
macam; hissy (yang dapat dirasakan lewat indera) dan nafsi
(yang berkaitan dengan kejiwaan). Kedua-duanya adalah keluar
dari keadaan normal. Setiap permasalahan kehidupan yang
menimpa diri seseorang dapat mengakibatkan gangguan fungsi
orang tubuh. Reaksi tubuh inilah disebut dengan stress (Jauhari
Iman, 2011)
4) Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga

19
kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara wanita dalam
menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin. Kegiatan
kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah
penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara
membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar,
penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina, penggunaan
pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi.
Menurut Hasanah (2016), menjaga kebersihan fisik
merupakan hal mendasar bagi seorang Muslim karena
mendasarkan pada kaidah yang menyebutkan bahwa di dalam
hidup yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Imam muslim
menyebutkan bahwa kesucian adalah setengah dari iman.
Perintah menjaga kesucian mencakup perintah untuk selalu
menjaga kebersihan, dan kebersihan adalah tanda keimanan
seseorang.
Penelitian Riza dkk, (2019) merekomendasikan perlu
meningkatkan kebersihan organ kewanitaan seperti
menggunakan sabun yang lembut untuk membersihkan area
vagina, mencukur bulu kemaluan agar terhindar dari kuman,
jamur dan bakteri penyebab keputihan, mengganti pembalut 4
jam sekali, mengganti celana dalam jika sudah lembab, selalu
membersihkan vagina dengan air bersih, memilih kontrasepsi
yang baik dan hindari organ kewanitaan kontak langsung
dengan air sungai.
6. Faktor Risiko Keputihan
Fluor albus (leukorea, keputihan, white discharge) adalah nama
gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari vagina selain darah.
Fluor albus bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda gejala
dari suatu penyakit organ reproduksi wanita. Gejala ini diketahui karena
adanya sekret yang mengotori celana dalam. Fluor albus atau leukorea

20
merupakan pengeluaran cairan pervagina yang bukan darah. Leukorea
merupakan manifestasi klinis berbagai infeksi, keganasan, atau tumor
jinak reproduksi gejala ini tidak menimbulkan mortalitas, tetapi
morbiditas karena selalu membasahi bagian dalam wanita dan dapat
menimbulkan iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu, dan mengurangi
kenyamanan dalam berhubungan seks (Khuzaiyah dkk, 2015).
7. Dampak Keputihan
Keputihan tidak normal yang dibiarkan begitu saja akan
menyebabkan terjadinya penyebaran infeksi meluas ke bagian atas dari
saluran genetalia dan reproduksi wanita serta penyebaran ke saluran
kencing. Hal tersebut menyebabkan infeksi yang disebut penyakit radang
panggul. Penyakit radang panggul meliputi infeksi pada bagian uterus
atau rahim wanita baik pada jaringan ikatnya ataupun bagian otot dari
uterus tersebut. Infeksi juga dapat mengenai saluran telur atau bagian
tuba wanita yang kemudian bisa menjalar menjadi infeksi pada indung
telur atau ovarium.
Pada penyakit radang panggul seorang wanita akan mengalami
demam tinggi, sakit kepala, lemas seluruh badan, nyeri pada bagian perut
bawah, dan keputihan yang banyak disertai nanah. Pada infeksi radang
panggul yang sering berulang atau berlangsung lama lebih dari 6 bulan
dapat dikatakan telah menjadi kronis. Gejala dan tanda akan dialami oleh
seorang wanita dengan radang panggul yang bersifat kronis antara lain
adanya perdarahan, nyeri haid yang hebat, demam yang tak kunjung
hilang, terasa nyeri dan keras pada perut bagian bawah, serta bertambah
nyeri jika ditekan, kemungkinan terjadi infertilitas atau kemandulan akan
cenderung meningkat (Wira & Kusumawardani, 2013).
Menurut Sugi (2014), keputihan yang sudah kronis dan
berlangsung lama akan lebih susah diobati. Selain itu bila keputihan yang
dibiarkan bisa merembet ke rongga rahim kemudian ke saluran indung
telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul.
Tidak jarang wanita yang menderita keputihan yang kronis (bertahun-

21
tahun) bisa menjadi mandul bahkan bisa berakibat kematian. Berakibat
kematian karena bisa mengakibatkan terjadinya kehamilan di luar
kandungan. Kehamilan di luar kandungan, terjadi pendarahan, sehingga
mengakibatkan kematian pada wanita. Selain itu yang harus diwaspadai,
keputihan adalah gejala awal dari kanker mulut rahim.
Dampak keputihan dapat terjadi perlengketan pada rahim, saluran
telur atau tuba falopi sampai pembusukan indung telur oleh infeksi yang
berat bisa terjadi tuba-ovarium abses atau kantung nanah yang menekan
saluran telur dan indung telur, apabila kedua sisi kanan dan kiri dari tuba
ovarium yang tertekan abses maka dapat dikatakan bahwa wanita tidak
akan bisa mendapatkan keturunan atau mandul (Khuzaiyah dkk, 2015).
8. Pencegahan Keputihan
Menurut Kusumanityas (2017), karena banyaknya ragam penyakit
atau gangguan pada sistem reproduksi, maka pengetahuan terkait cara
menjaga kesehatan organ reproduksi dengan baik dan benar sangat
penting. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan organ
reproduksi, yaitu:
a. Memakai celana dalam dari bahan katun
Celana katun dapat menyerap keringat sehingga dapat terhindar dari
keputihan.
b. Mengeringkan organ reproduksi
Setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, sebaiknya
mengeringkan organ reproduksi menggunakan handuk. Tidak
disarankan untuk menggunakan tisu karena terdapat zat pemutih
yang menempel di organ reproduksi.
c. Jangan menggunakan obat pembersih wanita
Sebaiknya tidak memakai obat pembersih wanita karena zat dalam
obat pembersih dapat merangsang pertumbuhan bakteri dan jamur
penyebab keputihan. Alasannya adalah pH yang tidak seimbang
justru mematikan bakteri baik yang ada di vagina. Kadar keasaman
yang tidak sesuai menjadi penyebab timbulnya bakteri jahat di dalam

22
organ reproduksi.
d. Rajin mencuci tangan
Jika tangan kita belum dibersihkan dari kuman, kemudian
menyentuh organ reproduksi maka kuman dan bakteri yang
menempel di tangan berpindah ke tempat organ reproduksi sehingga
masalh kesehatan akan muncul.
e. Membasuh organ reproduksi dengan benar
Cara yang salah dapat menyebabkan berbagai macam gangguan
masalah kesehatan kelamin muncul. Cara membasuh yang benar
adalah dari arah depan ke belakang. Jika membasuh dari belakang ke
depan akibatnya akan memasukkan bakteri yang ada di dubur
menuju kemaluan. Hal itu berbahaya sebab kuman akan
menyebabkan berbagai macam infeksi.
f. Jangan menggaruk kemaluan
Ketika jamur, kuman, dan bakteri berkembang biak di kulit
kemaluan akan menyebabkan rasa gatal. Menggaruk dapat
menyebabkan iritasi yang akan terasa perih dan menyebabkan
kemaluan menjadi luka.
g. Rajin mengganti panty liner
Bagi wanita yang suka menggunakan panty liner ketika sedang
keputihan atau sehabis menstruasi sebaiknya rajin mengganti panty
liner agar tidak terlalu lembab karena jika panty liner lembab
akibatnya adalah bakteri dan kuman berkembang biak dan menjadi
penyebab gangguan organ reproduksi.
h. Menjaga kebersihan organ reproduksi saat menstruasi
Saat menstruasi kuman dan bakteri akan mudah berkembang biak
sehingga wanita akan mudah terserang gatal-gatal. Organ reproduksi
yang gatal menjadi tanda bahwa ada perkembangan dan
pertumbuhan bakteri di dalam organ reproduksi. Untuk itu, yang
perlu dilakukan adalah rajin mengganti pembalut dan membersihkan
badan, sebab saat menstruasi kelenjar keringat akan memproduksi

23
banyak keringat.
i. Hindari gula dan kafein
Untuk menjaga organ reproduksi sebaiknya hindari mengkonsumsi
terlalu banyak gula dan kafein. Bahaya kafein bagi tubuh dapat
menyebabkan insomnia dan ketergantungan, dan apabila di
konsumsi pada saat menstruasi akan menyebabkan kram pada perut.
Kopi dan gula tidak boleh di konsumsi oleh wanita pada hari-hari
biasa sebab vagina akan mengeluarkan cairan yang berlebihan
sehingga timbul keputihan dan vagina akan terasa lebih lembab.
j. Hindari konsumsi alkohol
Sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol karena didalam
kandungan alkohol tinggi akan gula dan tinggi akan zat-zat yang
tidak baik bagi organ reproduksi terutama sel telur yang berpengaruh
terhadap kesuburan.
k. Membersihkan kelamin sebelum berhubungan badan
Bagi pasangan suami istri yang ingin berhubungan badan sebaiknya
membersihkan kelamin terlebih dahulu yang bertujuan untuk
membersihkan kuman dan bakteri yang menempel di alat kelamin.
l. Menjaga berat badan ideal
Untuk menjaga kesehatan reproduksi harus menjaga berat badan
ideal. Pada wanita yang memiliki berat badan yang ideal akan
terhindar dari cairan vagina yang berlebihan.
Menurut Marhaeni (2016), terdapat beberapa cara untuk mencegah
keputihan, yaitu:
a. Menjaga kebersihan kemaluan
b. Menjaga kebersihan pakaian dalam
c. Tidak bertukar handuk
d. Menghindari celana ketat
e. Menghindari produk pembersih kemaluan
f. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mencuci kemaluan
g. Sering mengganti pembalut

24
h. Mengelola stres
9. Penatalaksanaan Keputihan
Dalam artikel yang ditulis oleh dr.Sutisna (2019), penatalaksanaan
keputihan harus disesuaikan dengan etiologi penyakitnya dan mencakup
tidak hanya medikamentosa, tetapi juga edukasi untuk efektivitas dari
pengobatan dan pencegahan recurrence. Pada keputihan fisiologis, pasien
harus di edukasi dan diyakinkan bahwa cairan yang keluar merupakan
cairan normal, dan pasien tidak perlu melakukan douche vagina. Pada
kasus tanpa komplikasi, keputihan dapat ditangani di fasilitas kesehatan
primer. Rujukan ke spesialis dipertimbangkan bila terdapat kondisi
keputihan berulang, kehamilan, dan komplikasi.
Dalam melakukan pengobatan, perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu
anamnesis dengan menanyakan usia dan karakteristik keputihan seperti
warna, kekentalan, gatal, dan penyakit penyerta yang timbul seperti sakit
saat buang air kecil. Selain itu, perlu menanyakan riwayat tingkah laku
dan kebiasaan, riwayat kesehatan seperti diabetes mellitus dan penyakit
yang menyebabkan penurunan imunitas, riwayat hubungan seksual,
riwayat penggunaan antibiotik, dan riwayat penggunaan douche vagina.
Pada pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan ginekologi,
inspeksi dilakukan pada daerah genital dan dapat dilakukan inspekulo
pada wanita yang sudah menikah. Warna dan bentuk duh dapat terlihat
pada inspekulo. Gambaran dari pemeriksaan fisik dengan inspekulo yang
khas dapat ditemukan pada candidiasis dan trichomoniasis. Pada
candidiasis, tampak plak keputihan pada mukosa atau seperti keju yang
bergumpal. Pada trichomoniasis, tanda yang khas yang dapat ditemukan
pada inspekulo adalah colpitis macularis atau strawberry cervix. Pada
pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan swab vagina dengan uji pH dan
tes Whiff serta pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan organisme
penyebab keputihan (Sutisna, 2019).
Antimikroba untuk keputihan dipilih berdasarkan penyebab yang
mendasari, yaitu:

25
a. Bakterial Vaginosis
Pilihan pengobatan untuk bakterial vaginosis adalah metronidazole 2
x 500 mg selama 7 hari. Pilihan pengobatan lain antara lain dengan
gel metronidazole 0.75% sehari sekali selama 5 hari (intravagina)
atau krim klindamisin 2% sehari sekali di malam hari selama 7 hari.
Klindamisin oral 2 x 300 mg dapat diberikan selama 7 hari sebagai
alternatif dari metronidazol.
b. Candidiasis
Candidiasis tanpa komplikasi dapat diberikan antifungi golongan
azol lokal (intra vaginal) seperti klotrimazol, butokonazol dan
mikonazol dalam 2 – 3 hari, atau pemberian fluconazole oral dosis
tunggal 150 mg. Pada kasus yang berat dan akut dapat diberikan
fluconazole 150 mg setiap 72 jam dengan total 2 – 3 dosis.
Penggunaan golongan azol tidak efektif pada infeksi Candida yang
bukan Candida albicans. Pilihan obat yang dapat digunakan pada
infeksi akibat Candidiasis glabrata adalah nystatin suppositoria
intravena dengan dosis 100.000 unit per hari selama 14 hari. Pada
kondisi candidiasis vulvovaginitis yang berulang, setelah dilakukan
induksi dengan fluconazole topikal atau oral, dapat diteruskan
dengan fluconazole 150 mg setiap minggu selama 6 bulan. Perlu
diingat bahwa fluconazole oral dikontraindikasikan pada kehamilan.
Hubungan seksual sebaiknya dihindari dalam masa pengobatan
hingga 7 hari pasca selesai regimen.
c. Chlamydia
Pengobatan yang direkomendasikan oleh CDC untuk infeksi
chlamydia adalah azithromycin 1 gram dosis tunggal atau
doxycycline 2 x 100 mg selama 7 hari. Alternatif yang lain adalah
eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari, atau levofloxacin 1 x 500 mg
selama 7 hari. Perlu diperhatikan juga bahwa sebagai infeksi
menular seksual, pada kasus clamidiasis pasangan seksual dari
pasien juga direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi dan

26
pemeriksaan.
d. Gonorrhea
Pengobatan yang direkomendasikan oleh CDC untuk infeksi
gonorrhea adalah ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal atau cefixime
400 mg per oral dosis tunggal. Alternatif yang lain adalah
doxycycline 1 x 100 mg selama 7 hari. Pasangan seksual juga
disarankan untuk dilakukan evaluasi dan pemeriksaan.

e. Trikomoniasis
Pengobatan yang direkomendasikan CDC untuk trikomoniasis
adalah metronidazole 2 gram dosis tunggal atau 2 x 500 mg selama 7
hari. Perlu diingat bahwa pada penggunaan metronidazole, konsumsi
alkohol harus dihindari selama 24 jam setelah selesai dosis terakhir.
Pasangan seksual juga perlu dilakukan evaluasi seperti pada penyakit
infeksi menular seksual lainnya.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PRAKONSEPSI

No. Registrasi : 008


Tanggal Pengkajian : 21 Januari 2023
Waktu Pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB T
Pengkaji : Titalusi Meirita

A. Data Subjektif
Nama : Ny. E Nama Suami : Tn. R
Umur : 24 Tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agam : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Ciela 002/003
1. Alasan datang
Klien datang ke PMB untuk memeriksakan keadaannya serta ingin
merencanakan kehamilan.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh sudah 3 hari mengalami keputihan yang banyak dan merasa
tidak nyaman karena sedikit gatal.
3. Riwayat obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5-6 Hari

28
Banyak : 2-3x sehari ganti pembalut
Nyeri haid : Tidak ada
Flour albus : Kadang terjadi sebelum atau sesudah menstruasi namun
tidak sebanyak seperti sekarang
HPHT : 17/01/2023
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Penyulit Anak
Anak Tgl / Thn Tempat Usia Jenis Penolong
kehamila/ Jenis
ke persalinan persalinan kehamilan persalinan persalinan BB/ PB Keadaan
persalinan kelamin
- - - - - - - - - -

4. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit yang berkaitan dengan
kandungannya.
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
menurun seperti tekanan darah tinggi, diabetes militus, asma, jantung,
dan ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, AIDS,
HIV, Hepatitis. Riwayat Kesehatan sekarang: ibu mengalami keputihan
yang banyak dan sedikit gatal sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari.
b. Riwayat kesehatan keluarga
1) Keluarga tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, Campak dan HIV
2) Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan seperti asma,
jantung, diabetes, hipertensi
6. Riwayat Pernikahan
Status perkawinan : Menikah
Umur waktu menikah : 22 tahun 7 bulan

29
Pernikahan ini yang ke : Kesatu, sah lamanya 1 tahun lebih
Hubungan dengan suami : Baik
7. Riwayat psikososial
a. Keinginan hamil ini diharapkan oleh ibu, suami dan keluarga: respon
dan dukungan keluarga senang terhadap rencana mempunyai anak.
Keluarga sangat mendukung klien untuk memiliki anak.
b. Mekanisme cara pemecahan masalah: pemecahan masalah diselesaikan
secara musyawarah dengan suami.
8. Riwayat KB
Klien mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulanan pada awal
menikah.
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat
Tidur siang kadang-kadang 1 jam dan tidur malam 7-8 jam.
b) Pola aktivitas
Ibu mengatakan kegiatan sehari hari adalah melakukan kegiatan rumah
seperti menyapu, mengepel, mencuci pakaian, masak, dll.
c) Pola eliminasi
BAK 5-6 x sehari warna kuning jernih
BAB: 1 x sehari konsistensi lunak
d) Pola nutrisi
Makan 2x sehari, porsi kecil, dengan menu sayur, lauk pauk, dan buah,
dan suka mengkonsumsi makanan junk food seperti seblak, cimol dll.
Minum: 7-8 gelas sehari dan tidak ada perubahan sebelum dan saat ini
e) Pola personal hygiene
Mandi: 1 x sehari, gosok gigi 1x sehari, ganti baju 1x sehari, keramas
2x seminggu, ganti pakaian dalam 1-2 x sehari, namun sejak dua hari
yang lalu ganti celana dalam >3x sehari karena sering basah, cara
membersihkan alat genital sembarangan dan setelah BAB atau BAK
langsung menggunakan celana dalam tanpa mengeringkan dengan tisu

30
atau handuk bersih, serta jarang mengganti pembalut apabila sedang
menstruasi.
f) Pola Hubungan Seksual
Frekuensi : 1-2 kali seminggu
Keluhan lain : Biasanya tidak ada keluhan, dan sejak haid terakhir
belum berhubungan.
Contac bleeding : tidak ada

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah : 110/70 mmhg
Denyut Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Nafas : 22 x/menit
Suhu tubuh : 36,7 ℃
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 153 cm
IMT : 22,6 (normal)
LILA : 24,5 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat
Mata : Sklera putih, konjungtiva kemerahan
Mulut : Tidak ada karies, tidak ada stomatitis
Leher : Kelenjar tiroid (-), kelenjar limfe (-), Vena
Jugularis (-)
Dada : Tidak ada keluhan, bentuk simetris,
payudara tidak ada benjolan
Ambomen : Bentuk: simetris, bekas luka (-), Turgor

31
kulit (-), tidak terdapat nyeri tekan pada
perut bagian bawah
Ekstremitas Atas : Baik, tidak ada keluhan
Ekstremitas Bawah : oedema (-), Varices (-), Reflek patella
kanan (+), Kiri (+)
Anogenitalia : Adanya keputihan yang cukup banyak,
berwarna putih dan tidak berbau.
5. Pemeriksaan penunjang:
a. Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal : 21-01-2023
Hb : 12,1 gr%
Golongan darah : A
Urine Protein : Negatif
Reduksi : Negatif
b. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HBSAG : Non Reaktif

C. Analisis Data
Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan keputihan fisiologis.

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan pasien dan bersikap ramah
Evaluasi: Klien bersikap ramah dan bersedia dilakukan pengkajian
2. Bidan menggunakan APD level 1 dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
Evaluasi: Bidan menggunakan APD terdiri dari masker bedah, gaun dan
sarung tangan pemeriksaan.
3. Melakukan informed consent untuk dilakukan pemeriksaan.

32
Evaluasi: Klien bersedia serta mengerti dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan.
4. Memberitahu klien hasil pemeriksaan meliputi meliputi TD: 110/70
mmHg, N: 80 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, S: 36,7 0C. IMT: 22,6,
LILA: 24,5 cm, Kadar Hb: 12,1 gr%, golongan darah: A, HIV: negatif,
Spilis: negatif, HBSAg: negatif serta ditemukan keputihan yang cukup
banyak di area vagina namun masih fisiologis karena tidak berbau dan
tidak keruh.
Evaluasi: Klien mengerti tentang hasil pemeriksaan.
5. Menjelaskan tentang jenis keputihan yang normal yaitu bening tidak
berbau dan frekuensi jarang, sedangkan keputihan patologis berbau,
warna putih susu atau kehijauan, gatal dan frekuensinya sering atau
banyak.
Evaluasi: Klien mengerti tentang jenis keputihan
6. Menjelaskan pada klien dampak keputihan apabila tidak ditangani yaitu
dapat menyebabkan infeksi pada daerah dimulai dari mulut kandung
kemih, bibir kemaluan, hingga rahim dan ovarium sehingga
menyebabkan penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan
kemandulan akibat sering ditimbulkan karena keputihan yaitu infeksi.
Evaluasi: klien dan ibu mengerti tentang dampak keputihan
7. Menjelaskan kepada klien cara mengatasi keputihan yaitu dengan cara
membersihkan daerah kemaluan dari arah depan ke belakang, keringkan
area vagina sebelum memakai celana dalam, gunakan celana dalam
berbahan katun, hindari menggunakan produk pembersih dan pengharum
kewanitaan, ganti pembalut sesering mungkin setiap haid minimal 4-5
kali dalam sehari atau setiap 3 jam, konsumsi youghurt setidaknya 3 kali
sehari
Evaluasi: Klien mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran.
8. Menjelaskan kepada Klien untuk mencegah keputihan di rumah dengan
cara menyediakan tisu atau handuk kering di kamar mandi agar
memudahkan untuk melakukan pengeringan di area vagina.

33
Evaluasi: Klien mengerti dan akan menyediakan handuk khusus
9. Memberikan penjelasan pada ibu untuk melakukan konsultasi melalui
medsos WA PMB apabila ada keluhan yang berkaitan dengan
kesehatannya.
Evaluasi: Ibu mengerti dan akan melakukan konsultasi bila diperlukan.
10. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 bulan kemudian.
Evaluasi: Klien mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang satu
bulan kemudian.
11. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi: Pendokumentasian sudah dilakukan.

Pengkaji,

(Titalusi Meirita)

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Pendokumentasian yang digunakan dalam penyusunan kasus ini adalah


menggunakan pendekatan manajemen Varrney dengan menggunakan metode
pendokumentasian SOAP. Pada pembahasan studi kasus ini, penyusun mencoba
menyajikan pembahasan yang membandingkan teori dengan manajemen
kebidanan yang diterapkan pada Ny. E Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan
keputihan fisiologis. Penulis menemukan persamaan antara konsep teori dan
praktek lapangan. Adapun hal- hal yang ditemukan selama melakukan asuhan
kebidanan adalah sebagai berikut:
A. Data Subjektif
Data yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesis (Mangkuji, 2012). Tahap ini dilakukan identifikasi dasar
melalui pengkajian yang merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien mengenai masalah Ny. E, baik klien maupun bidan dapat
memberikan informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk memperoleh
data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat.
Hasil pengkajian didapatkan data klien yaitu Ny. E mengeluh sudah 3 hari
mengalami keputihan yang banyak dan merasa tidak nyaman karena sedikit gatal.
HPHT: 17/01/2023, pola personal hygiene: Mandi: 1 x sehari, gosok gigi 1x
sehari, ganti baju 1x sehari, keramas 2x seminggu, ganti pakaian dalam 1-2 x
sehari, namun sejak dua hari yang lalu ganti celana dalam >3x sehari karena
sering basah, cara membersihkan alat genital sembarangan dan setelah BAB atau
BAK langsung menggunakan celana dalam tanpa mengeringkan dengan tisu atau
handuk bersih, serta jarang mengganti pembalut apabila sedang menstruasi.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan personal hygiene yang kurang
baik, hal ini dapat memicu terjadinya keputihan. Menurut Marhaeni (2016)
kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis, keputihan yang abnormal banyak
dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin.
Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin
(cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,
penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi.
Menurut Hasanah (2016), menjaga kebersihan fisik merupakan hal
mendasar bagi seorang Muslim karena mendasarkan pada kaidah yang
menyebutkan bahwa di dalam hidup yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Imam
muslim menyebutkan bahwa kesucian adalah setengah dari iman. Perintah
menjaga kesucian mencakup perintah untuk selalu menjaga kebersihan, dan
kebersihan adalah tanda keimanan seseorang.
B. Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan uji diagnosos lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan. Data yang diambil dari kasus Ny. E adalah asuhan
kebidanan pada prakonsepsi dengan keputihan fisiologis.
Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum baik dan terdapat keputihan
yang cukup banyak, berwarna putih dan tidak berbau. Kemaluan wanita
merupakan tempat yang paling sensitif dan merupakan tempat yang terbuka,
dimana secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan uretra
sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk.
Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga
dapat menyebabkan keputihan (Marhaeni, 2016).
Penyebab timbulnya gejala fluor albus salah satunya adalah infeksi jamur
Candida Albican. Jamur Candida Albican ini tergolong jamur dimorfik, dimana
jamur tersebut senang dengan tempat yang lembab dan basah. Infeksi yang
disebabkan oleh Candida Albican disebut dengan Kandidasis. Biasanya, infeksi
tersebut terjadi akibat pencemaran setelah defekasi atau air yang sudah tercemar
oleh jamur ini dan digunakan untuk membasuh organ kewanitaan. Timbulnya
fluor albus selain adanya jamur yang terjadi pada wanita bisa juga disebakan oleh
kurangnya perawatan kebersihan organ kewanitaan yang bisa membuat jamur

36
Candida Albican menjadi berkembang (Dinata, 2018). Berdasarkan hasil
pengkajian pada Ny. E didapatkan cara membersihkan alat genital sembarangan
dan setelah BAB atau BAK langsung menggunakan celana dalam tanpa
mengeringkan dengan tisu atau handuk bersih, serta jarang mengganti pembalut
apabila sedang menstruasi. Berhubungan dengan hal tersebut maka tidak menutup
kemungkinan terjadinya keputihan pada Ny. E akibat dari cara melakukan
personal hygiene yang kurang baik.

C. Analisis Data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi diagnosis atau masalah,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, perlunya Tindakan segera oleh bidan
atau dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Berdasarkan data yang diperoleh diagnose pada Ny. E adalah prakonsepsi
memiliki umur 24 tahun, mengeluh sudah 3 hari mengalami keputihan yang
banyak dan merasa tidak nyaman karena sedikit gatal. Sehingga diagnosa yang
ditegakkan adalah Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan keputihan fisiologis.
Penegakan diagnosa pada kasus ini tidak ada kesenjangan anatar teori dan praktik
di lapangan.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keputihan pada Ny. E penulis menjelaskan tentang jenis
keputihan yang normal yaitu bening tidak berbau dan frekuensi jarang, sedangkan
keputihan patologis berbau, warna putih susu atau kehijauan, gatal dan
frekuensinya sering atau banyak. Penulis menjelaskan juga dampak keputihan
apabila tidak ditangani yaitu dapat menyebabkan infeksi pada daerah dimulai dari
mulut kandung kemih, bibir kemaluan, hingga rahim dan ovarium sehingga
menyebabkan penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan kemandulan
akibat sering ditimbulkan karena keputihan yaitu infeksi. Selanjutnya menjelaskan
kepada Klien cara mengatasi keputihan yaitu dengan cara membersihkan daerah
kemaluan dari arah depan ke belakang, keringkan area vagina sebelum memakai

37
celana dalam, gunakan celana dalam berbahan katun, hindari menggunakan
produk pembersih dan pengharum kewanitaan, ganti pembalut sesering mungkin
setiap haid minimal 4-5 kali dalam sehari atau setiap 3 jam, konsumsi youghurt
setidaknya 3 kali sehari.
Yogurt mengandung sejumlah bakteri baik (probiotik) yang bisa membantu
sel dan bakteri yang diproduksi tubuh berada pada kadar normal sehingga risiko
infeksi vagina rendah. Konsumsi produk probiotik diketahui dapat meningkatkan
jumlah flora yang baik untuk vagina dan mengurangi jumlah bakteri yang
berbahaya. Berdasarkan studi yang dimuat dalam Beneficial Microbes, perempuan
yang mengonsumsi minuman yogurt selama empat minggu dengan jumlah
konsumsi sebanyak dua kali sehari, ditemukan memiliki gejala vaginosis
bakterialis, seperti keputihan yang semakin membaik (Dyah Novita, 2022).
Dalam artikel yang ditulis oleh dr.Sutisna (2019), penatalaksanaan
keputihan harus disesuaikan dengan etiologi penyakitnya dan mencakup tidak
hanya medikamentosa, tetapi juga edukasi untuk efektivitas dari pengobatan dan
pencegahan recurrence. Pada keputihan fisiologis, pasien harus di edukasi dan
diyakinkan bahwa cairan yang keluar merupakan cairan normal, dan pasien tidak
perlu melakukan douche vagina. Pada kasus tanpa komplikasi, keputihan dapat
ditangani di fasilitas kesehatan primer. Rujukan ke spesialis dipertimbangkan bila
terdapat kondisi keputihan berulang, kehamilan, dan komplikasi.
Menurut Kusumanityas (2017), karena banyaknya ragam penyakit atau
gangguan pada sistem reproduksi, maka pengetahuan terkait cara menjaga
kesehatan organ reproduksi dengan baik dan benar sangat penting. Cara yang
dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi salah satunya yaitu
dengan membasuh yang benar adalah dari arah depan ke belakang. Jika
membasuh dari belakang ke depan akibatnya akan memasukkan bakteri yang ada
di dubur menuju kemaluan. Hal itu berbahaya sebab kuman akan menyebabkan
berbagai macam infeksi.
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis, keputihan yang abnormal banyak
dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat kelamin.

38
Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah penggunaan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin
(cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi vagina,
penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di luar siklus menstruasi
(Marhaeni, 2016).
Penelitian Riza dkk, (2019) merekomendasikan perlu meningkatkan
kebersihan organ kewanitaan seperti menggunakan sabun yang lembut untuk
membersihkan area vagina, mencukur bulu kemaluan agar terhindar dari kuman,
jamur dan bakteri penyebab keputihan, mengganti pembalut 4 jam sekali,
mengganti celana dalam jika sudah lembab, selalu membersihkan vagina dengan
air bersih, memilih kontrasepsi yang baik dan hindari organ kewanitaan kontak
langsung dengan air sungai.

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian dan penatalaksanaan kasus pada Ny. E
prakonsepsi umur 24 tahun dengan keputihan fisiologis, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian yang didapat dari data subjektif pada Ny. E prakonsepsi umur
24 tahun dengan keputihan fisiologis tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.
2. Pengkajian yang didapat dari data objektif pada Ny. E prakonsepsi umur
24 tahun dengan keputihan fisiologis tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.
3. Analisa yang ditegakkan pada Ny. E prakonsepsi umur 24 tahun dengan
keputihan fisiologis ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. E prakonsepsi umur 24
tahun dengan keputihan fisiologis tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.

5.2 Saran
1) Bagi Klien
Diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan pada klien
khususnya wanita usia subur dalam mengatasi keputihan sehingga WUS
dapat melakukan penanganan keputihan dan cara pencegahan secara mandiri
dengan mencaga personah hygiene yang baik.
2) Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi petugas kesehatan khususnya bagi
bidan da la m memberika n penyuluha n ya ng intensif kepa da wa nita usia subur
l l l l l l l l l l

khususnya calon pengantin tenta ng keseha ta n reproduksi da la m menga ta si


l l l l l l l

keputiha n denga n mengguna ka n menjaga personal hygiene dengan baik.


l l l l

40
3) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
bagi mahasiswa dalam penyusunan karya tulis lainnya serta dapat digunakan
sebagai referensi dalam dan menambah perencanaan kegiatan upaya
kesehatan masyarakat khususnya dalam pelayanan kesehatan reproduksi.

41
DAFTAR PUSTAKA

A ma lia , N., & Yusnia , N. (2021). Hubunga n Pengeta hua n Keseha ta n Reproduksi
l l l l l l l l l

Rema ja Mengena i Pengguna a n Pa ntyliner Denga n Keja dia n


l l l l l l l l l

Keputiha n. Journa l of Nursing Pra ctice a nd Educa tion, 2(1), 61-68. l l l l l

Dinkes Ga rut, (2020), Profil Keseha ta n Ka bupa ten Ga rut Ta hun 2020, Dina s
l l l l l l l l

Keseha ta n Ka bupa ten Ga rut, Ga rut. l l l l l l

Eka sa ri, Y., Wula nda ri, E. T., & A nggra ini, H. (2019). Efektifita s rebusa n da un
l l l l l l l l l

sirsa k (A nnona murica ta L) pa da WUS denga n ma sa la h pa tologis


l l l l l l l l l l l l

keputiha n di suka da di puskesma s gedong ta ta a n ka bupa ten l l l l l l l l l

pesa wa ra n ta hun 2017. Jurna l Gizi A isya h, 2(1), 65-75.


l l l l l l l

Koma riya h, S., Sucipto, E. a nd Iza h, N. (2015) ‘Ga mba ra n Pengeta hua n Rema ja
l l l l l l l l l l l

Putri tenta ng Keputiha n di Kela s XI SMK Negeri 1 Kota Tega l’, pp. l l l l l

151–159.
Kusmira n, E. (2016). Keseha ta n Reproduksi Rema ja da n Wa nita . Ja ka rta :
l l l l l l l l l l l

Sa lemba Medika . l l l

Nurhuma ira h, N., Sa lma h, U. a nd Ta ma r, M. (2020) ‘The Effect of Reproductive


l l l l l l l

Hea lth Educa tion With Video Lea rning Multimedia a nd Educa tion on
l l l l l l

The Increa sing of Knowledge a nd A ttitude A bout Prevention of Fluor l l l l

A lbus Pa thology of Fema le A dolescent’, Interna tiona l Journa l of


l l l l l l l

Multicultura l a nd Multireligious Understa nding, 7(4), pp. 161–167. l l l

Pra tiwi MA ., et a l., (2016), Uji Da ya Ha mba t Ekstra k Da un Sirsa k (A nnona


l l l l l l l l l l l l

murca ta L.) Terha da p Pertumbuha n Ja mur Ca ndida a lbica ns. J Ilm


l l l l l l l l l l

Fa rm. V 5 (4) l
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai